[ nama lembaga: Kementerian Hukum dan HAM RI ] 2012

dokumen-dokumen yang mirip
TENTANG PENANGANAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

[ Badan Litbang HAM Kementerian Hukum dan HAM ] 2012

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BAPAS

PERAN KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM PEMENUHAN HAM ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH)

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI 2012

Assalamu alaikum Wr.Wb.

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN SEBAGAI SARANA MENGATASI KERAWANAN PANGAN

BAB V PENUTUP. dijabarkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan :

Y_5_ Presentasi_ Evaluasi _Kinerja PKPP

Support to the Justice Sector Reform in Indonesia SUSTAIN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM C. KOMPETENSI KHUSUS

: PAS-HM : PKS LPSWX/2015

Kementerian Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL 2012

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN JL. VETERAN NO. 11

Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG

PENANGANAN PERKARA ANAK PADA BAPAS JAKARTA-TIMUR. PUSANEV_BPHN. Oleh : Ida Rifdiah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Balai pemasyarakatan (BAPAS) klas II Gorontalo dibentuk sesuai dengan Keputusan

BAB V KESIMPULAN. dua cara kerja. Pertama dari prosedur tahapan kerja yang dilakukan BAPAS

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 2012

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM

Pengembangan Pemanfaatan Kulit Batang Gemor (Alseodaphne spp) Sebagai Alternatif Bahan Krim Anti Nyamuk Alami

PEMENUHAN KEBUTUHAN HAK PENDIDIKAN FORMAL BAGI ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KOTA LAYAK ANAK DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

Pengembangan Klaster Industri Pariwisata & Pangan di Kabupaten Gunung Kidul

HUKUM PERLINDUNGAN ANAK

MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 31 TAHUN 1999 (31/1999) TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB.

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM

UU 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Teknologi Pengolahan Dolomit sebagai Bahan Penunjang Industri Besi Baja

SOSIALISASI TRL (TECHNOLOGY READINESS LEVEL) UNTUK MENDUKUNG KEMAMPUAN INOVATIF LEMBAGA LITBANG DAERAH DALAM PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH

Bag.I. HUBUNGAN SISTEM PEMASYARAKATAN DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM LAINNYA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU

BEBERAPA MODEL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI

Integrated Information Government Mobile Services. Balai IPTEKnet BPPT 2012 F2.84

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN K/L TAHUN 2011

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Peneliti Utama Anggota

KUASA HUKUM Ir. Tonin Tachta Singarimbun, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 28 Februari 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia tahun, korban berusia 6 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 %)

BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan penyidikan terhadap anak tersangka tindak pidana Narkotika di

PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG

U. 22. Peneliti: Siti Maimunah, S.Si., M.SE., M.A. Fredrikson Hamonangan, ST. Romi Sujatmiko, ST. Buni Lukito Hadi F, SH. Lidya Chotimah, SH.

PEDOMAN PERLAKUAN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

Z.4 KAJIAN PELUANG KOPERASI UNTUK MEMBANGUN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MINI PENELITI: 3. Dr. Ir. Anwar Sitompul MM.

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN REGISTER PERKARA ANAK DAN ANAK KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPAN [ SIDa H.7] PENGEMBANGAN PROTOTIPE KLASTER PERAGAAN HANDS-ON INTERAKTIF BIDANG ANTARIKSA UNTUK SCIENCE CENTER PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

BALAI BESAR LITBANG SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN ENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

[I.75. [Rekayasa rantai Makanan untuk Meningkatkan Produktivitas Biota Perairan pada. Sistem Aliran Tertutup]

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

BAB 3 METODE PENELITIAN

MODEL PENCEGAHAN TRAFFICKING MELALUI PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DAERAH ASAL TENAGA KERJA WANITA (TKW) BERBASIS POTENSI LOKAL

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tent

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

PENGEMBANGAN MODEL KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT BERBASIS POTENSI LOKAL DI KALIMANTAN

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya

Kementerian Pertanian 2012

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Institute for Criminal Justice Reform

NOMOR : 099/KMA/SKB/V/2010 NOMOR : M.HH-35.UM.03.01TAHUN 2010 NOMOR : KEP-059/A/JA/05/2010 NOMOR : B/14/V/2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

logo lembaga Kode Judul X.303 Idawanni, SP KAJIAN IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN PENYAKIT KARET RAKYAT DI KABUPATEN ACEH BARAT PROVINSI ACEH

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu

[ nama lembaga ] 2012

PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN OLAHAN BERBAHAN BAKU IKAN LAUT DI JAWA TENGAH RACHMAN DJAMAL SOEBANDRIYO SENEN BUDI P HARSONO ARIF SOFIANTO

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.13/MEN/2005 TENTANG FORUM KOORDINASI PENANGANAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

Pengembangan Teknologi Pengolahan Makanan Ringan (Vacuum Frying, Deep Frying dan Spinner) untuk Meningkatkan Kualitas Makanan Olahan di Banjarnegara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PP 57/1999, KERJA SAMA PENYELENGGARAAN PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

Teriring salam dan doa, semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayahnya agar kita senantiasa dekat dan selalu dalam lindungannya, amin.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun

Transkripsi:

logo lembaga [ kode kegiatan: M.5. ] [ judul kegiatan: PERLINDUNGAN HAK ANAK DALAM SISTEM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN (PEMBIMBINGAN DAN PENDAMPINGAN) ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI BALAI PEMASYARAKATAN] [ nama peneliti : Okky Chahyo Nugroho, S.H., M.Si Rully Rachman, SH, MH Gunawan, SH, MH Arief Rianto K, SH, M.Si Oksimana Darmawan, SE, SH] [ nama lembaga: Kementerian Hukum dan HAM RI ] 2012

LATAR BELAKANG Data UNICEF, jumlah anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami trend peningkatan. Tahun 2000, ada 11. 344 anak yang disangka sebagai pelaku tindak pidana, dan sebagian besar dari anak-anak itu ditahan. Data Bapas, tahun 2004-2005 sekitar 4.277 anak berusia di bawah 16 tahun menjalani proses pengadilan, sekitar 13.242 anak berusia 16-18 tahun dipenjara, sekitar 80% kasus anak merupakan kejahatan ringan (petty crimes) yang ditangani di kepolisian diteruskan ke dalam proses peradilan formal. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, hingga Juli 2010, jumlah anak yang memiliki masalah hukum sebanyak 6.273 orang. Sedangkan, 3.197 anak di antaranya telah berstatus narapidana. Data Komnas Anak, peningkatan pengaduan ABH yang diajukan ke pengadilan, yaitu tahun 2010 menerima 730 pengaduan, sedangkan tahun 2011 menerima 1.851 pengaduan. Salah satu kegiatan BAPAS termasuk dalam rangkaian sub-sub sistem peradilan pidana. Adapun tugas Bapas untuk melakukan pendampingan telah diatur dalam PP No. 31 Tahun 1999 ttg Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. Berdasarkan uraian di atas, maka hal yang perlu di kaji adalah pembimbingan dan pendampingan yang dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dalam rangka penguatan kelembangan BAPAS dan perlindungan hak anak. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 1

PERMASALAHAN 1. Bagaimanakah perlindungan hak anak yang berhadapan dengan hukum dalam rangka pembinaan dan pengawasan (pembimbingan dan pendampingan) yang dilakukan Balai Pemasyarakatan pada proses peradilan? 2. Apakah terdapat model pembinaan dan pengawasan (pembimbingan dan pendampingan) yang baku dan dapat digunakan oleh seluruh Balai Pemasyarakatan? Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 2

METODOLOGI Ruang Lingkup Kegiatan: adalah pembuatan model pembinaan dan pengawasan Bapas terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dalam rangka perlindungan hak anak dalam sistem pembinaan dan pengawasan (khususnya pembimbingan dan pendampingan), dan selanjutnya model tersebut diterapkan di lokasi penelitian yang telah ditentukan. Fokus Kegiatan: adalah melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengungkapkan dan memahami keadaan Balai Pemasyarakatan dalam melindungi hak anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) dalam proses peradilan, dan pembuatan model pembinaan dan pengawasan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum yang berperspektif HAM. Desain Penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Bentuk kegiatan terdiri dari dua tahap, tahap pertama melakukan wawancara, observasi dan Focus Group Discussion (FGD), yaitu dengan Kepolisian, Bapas, pihak Lapas, Pengadilan Negeri, Kejaksaan Negeri, dan Dinas Sosial. Di samping itu juga melakukan kajian dokumen dan laporan-laporan serta hasil penelitian yang relevan juga dilakukan. Tahap kedua, yaitu melakukan presentasi dan diskusi hasil FGD. Perkembangan dan Hasil Kegiatan saat ini: Berupa buku laporan akhir penelitian disertai dengan model Penanganan ABH yang berperspektif HAM Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 3

SINERGI KOORDINASI Lingkup pada penguatan kelembagaan Bapas dengan melibatkan Balitbangda Provinsi serta koordinasi kepada para pemangku kepentingan sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing, dalam rangka pembimbingan dan pendampingan ABH yang dilakukan oleh Bapas termasuk dalam pembuatan penelitian kemasyarakatan (litmas). Nama lembaga yang diajak koordinasi, yaitu Kepolisian Resort, Kejaksaan Negeri, Pengadilan Negeri, Dinas Sosial, dan Balitbangda Provinsi. Strategi pelaksanaan koordinasi dengan penyampaian informasi (komunikasi), yaitu surat menyurat, telepon, e-mail, faximile, dan datang ke lokasi yang menyangkut di tiap tahapan (proses) ABH yang ditangani. Signifikansi capaian koordinasi yang dilakukan adalah mendapat informasi dari para pemangku kepentingan. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 4

PEMANFAATAN HASIL KEGIATAN Kerangka pemanfaatan hasil kegiatan adalah masing-masing pemangku kepentingan memahami tugas dan fungsi Bapas (kemitraan) dalam pembimbingan dan pendampingan, dan pembuatan Litmas ABH, sehingga secara pro-aktif melakukan koordinasi termasuk dalam usaha diversi. Strategi pemanfaatan ditujukan kepada instansi yang masih di lingkup Sistem Peradilan Pidana (polisi, jaksa, hakim dan Lapas) sehingga dalam penanganan pidana anak tidak terlepas dari hasil penelitian Bapas yang sudah mengedepankan perlindungan hak anak. Bentuk pemanfaatan hasil kegiatan berupa terdistribusinya rekomendasi bersama disertai dengan model penanganan ABH dengan pendekatan restorative justice (berdasarkan hasil penelitian) Badan Litbang HAM dengan BAPAS kepada pihak Kepolisian, Kejaksaan, dan Mahkamah Agung dalam rangka perlindungan ABH. Pihak yang memanfaatkan hasil kegiatan: Kepolisian, Kejaksaan, dan Mahkamah Agung, dan ABH itu sendiri mendapatkan perlindungan haknya sebagai generasi penerus bangsa. Signifikansi pemanfaatan yang dirasakan pihak penerima manfaat hasil kegiatan adalah terdapatnya kebijakan usaha diversi konsep restorative justice sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 5

POTENSI PENGEMBANGAN KE DEPAN Rancangan Pengembangan ke depan adalah dititikberatkan peran Bapas itu sendiri, dalam pengoptimalan pendampingan dan pengawasan sehingga daerah penelitian di Palembang dijadikan contoh (pilot project) bagi perkembangan Bapas seluruh Indonesia. Strategi Pengembangan ke depan adalah dengan mengusahakan pelaksanaan rekomendasi penelitian dan mengujicobakan model penanganan ABH yang dilakukan Bapas sesuai dengan konsep pendekatan restorative justice serta mengevaluasi untuk perbaikan, sehingga peran Bapas berjalan maksimal. Tahapan Pengembangan ke depan adalah 1) sosialisasi buku penelitian, termasuk Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dan Keputusan Bersama enam kementerian/lembaga tentang Penanganan ABH; 2) monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan, 3) sehingga Output evaluasi berupa perbaikan, untuk ditindaklanjuti guna meningkatkan efektivitas penanganan ABH secara sistematis; komprehensif; berkesinambungan; dan terpadu. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 6

FOTO KEGIATAN Koordinasi dan wawancara dengan Kabapas Koordinasi dan laporan akan diadakan presentasi dan diskusi hasil FGD Suasana Pelaksanaan FGD (tahap I) Wawancara dengan Anak Didik Pemasyarakatan di Lapas Anak Pakjo Koordinasi dan wawancara dengan Kadinsos Pemkot Palembang Wawancara dengan ABH Suasana pelaksanaan presentasi dan diskusi hasil FGD (tahap II) Suasana peserta presentasi dan diskusi hasil FGD (tahap II) Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 7

TERIMA KASIH NAMA TIM PENELITI: Okky Chahyo Nugroho, S.H., M.Si Rully Rachman, SH, MH Gunawan, SH, MH Arief Rianto K, SH, M.Si Oksimana Darmawan, SE, SH