Telaahan Kritis Masyakat Sipil Rancangan Teknokratik RPJMN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA TAHUN 2002

Modul ke: Masyarakat Madani. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

INDONESIA NEW URBAN ACTION

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN A. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN

KATA PENGANTAR. Mataram, Februari KEPALA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT,

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

Shared Resources Joint Solutions

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DIREKTORAT POLITIK DAN KOMUNIKASI

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

LESSON LEARNED PENGIMPLEMENTASIAN UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2016 DI TINGKAT PROPINSI

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM

Pendahuluan. Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

SAMBUTAN KEPALA DESA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAPPEDA Planning for a better Babel

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

BAB III Visi dan Misi

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA

Indikator Pelayanan Sosial Dasar di Desa

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PENGUATAN EKONOMI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

PROFIL KABUPATEN SAMPANG (2014) Tahun berdiri Jumlah penduduk Luas Wilayah km 2

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Masyarakat Madani, Civil Society

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

BAB III VISI DAN MISI

BAB I PENDAHULUAN I-1

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Kesimpulan. Bab Sembilan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

GOOD GOVERNANCE. Sedarnawati Yasni

Transkripsi:

Telaahan Kritis Masyakat Sipil Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 Rahmat Sabani Bung Hatta II/4 Majeluk Mataram-Lombok NTB Telp/fax: 0370-627386 Email: konsepsi01@gmail.com Disampaikan pada acara Penjaringan Aspirasi Masyarakat sebagai masukan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019, Mataram, 27 Februari 2014

Dalam sejarahnya, ada empat pengertian masyarakat sipil; MS dipahami sebagai sistem kehidupan bernegara (Aristoteles, Thomas Hobbes, John Locke dan Thomas Paine) MS berhubungan dengan visi etis tentang kehidupan masyarakat yang beradab (Adam Ferguson) MS sebagai elemen ideologis dari kelas dominan (G.W.F. Hegel, Karl Marx dan Antonio Gramsci) MS sebagai kekuatan pengimbang (penyeimbang) terhadap negara (Alexis de Tocqueville).

definisi Sebuah arena, yang berlainan dari negara dan pasar, dimana anggota masyarakat berkelompok dan berinteraksi satu dengan yang lain untuk mendefinisikan, menyatakan, dan mendorong nilai-nilai, hak-hak dan kepentingankepentingan mereka.

MASYARAKAT SIPIL Region Spektrum Mas yarakat Sipil Kalimantan. Organisasi etnik. Organisasi pemuda. Organisasi agama. Organisasi kemahasiswaan. Organisasi berbasis sosio-biologis. Lembaga swadaya masyarakat. Organisasi profesi. Lembaga akademis. Koperasi. Partai politik. Gender Sumatera. Kelompok tani. Kelompok masyarakat adat. Organisasi buruh. Kelompok agamawan. Organisasi nelayan. Kelompok miskin kota. Ornop. Kelompok budayawan. Organisasi profesi. Ormas. Organisasi mahasiswa/pelajar. Organisasi etnis

MASYARAKAT SIPIL Jabotabek. Kelompok swadaya masyarakat. Gerakan sosial. Organisasi sosial. Lembaga kemasyarakatan. Organisasi masyarakat. Watchdog. Organisasi profesi. Masyarakat adat. Organisasi keagamaan. Kelompok agama. Kelompok hobi. Kelompok etnis. Organisasi non pemerintah Nusa Tenggara. LSM/NGO. Kelompok perempuan. Kelompok petani. Koperasi/usaha kecil menengah. Kelompok buruh. Organisasi sosial/kemasyarakatan. Kelompok nelayan. Parpol. Kelompok pengrajin. Organisasi hobi. Kelompok profesi. Organisasi sosial politik. Tokoh/kelompok masyarakat adat. Keluarga. Kelompok pemuda/anak. Pers (organisasi pers)

Sulawesi-Papua.. MASYARAKAT SIPIL kepemudaan Kelompok perguruan tinggi?. Kelompok nelayan Partai politik. Kelompok buruh. Kelompok preman.. Kelompok mahasiswa dan organisasi Kelompok swadaya masyarakat Kelompok perempuan. Petani. Kelompok lesbian, homo dan waria. Kelompok arisan. Kelompok anak jalanan. Kelompok miskin kota Sulawesi-Papua. Kelompok mahasiswa dan organisasi. Petani Jawa-Bali. Lembaga akademis. Organisasi agama. Masyarakat adat. Petani/serikat petani. Lembaga swadaya masyarakat. Organisasi kepemudaan. Pers/lembaga pers. Organisasi kemasyarakatan. Seniman. Organisasi miskin kota. Organisasi seni/budaya. Organisasi difabel. Serikat pekerja. Organisasi buruh

Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil Melihat tingkat kesehatan masyarakat Sipil secara partisipatif Dilakukan pada 6 Region yaitu : Kalimantan, Region Sumatera, Region Jabotabek, Region Nusa Tenggara, Region Jawa-Bali dan Region Sulawesi-Papua, serta dilakukan pada tingkat nasional

Indikator Menggunakan Skor 1-4 Sakit (1.00-1,75) = pernyataan dalam indikator sangat tidak sesuai dengan kenyataan. Realitas menunjukkan situasi yang berkebalikan dengan pernyataan dalam indikator. Kurang sehat (1,76-2,50) = pernyataan dalam indikator kurang sesuai dengankenyataan, walau ada sebagian kecil situasi yang memang telah terjadi. Cukup Sehat (2,51-3,25) = pernyataan dalam indikator hampir sesuai dengan kenyataan, walau tak sepenuhnya kondisi yang dicita-citakan itu ada (masih ada kelemahan/kekurangan disanasini). Sehat (3,26-4,00) = pernyataan dalam indikator sesuai dengan kenyataan, memang seperti itulah realitas situasi sekarang.

Kesehatan MS : INTAN NASIONAL Status : Kurang Sehat Lingkup 2.42 Lingkungan Eksternal 2.13 Nilai 2.63 2.08 Relasi 2.44 Hasil

Dimensi Lingkungan Eksternal skor 2,13 ; kurang sehat. subdimensi konteks politik, subdimensi konteks sosial ekonomi, dan subdimensi konteks hak-hak sipil/kebebasan warga.

Penilaian Partisipasi MS dalam proses-proses politik masih rendah. Lemahnya penegakan hukum; masih banyak koruptor-koruptor yang tidak berhasil dijerat hukum. Produk hukum yang dikeluarkan belum mencerminkan keadilan. Kapasitas negara dalam menjalankan fungsi-fungsinya masih lemah. Pelaksanaan desentralisasi masih lamban, hal itu tercermin dengan masih belum efektifnya kinerja pemerintah daerah. Kondisi sosial ekonomi rakyat yang timpang (terjadi kesenjangan yang tajam). Berbagai sektor dalam kehidupan sosial belum mencerminkan keadilan gender. Praktek penegakan HAM tidak berjalan sesuai dengan rasa keadilan.

Dimensi Lingkup skor 2,42 ; kurang sehat. 4 subdimensi ;subdimensi tindakan warga negara, organisasi masyarakat sipil, relasi antar OMS serta sumber daya OMS lemahnya tindakan warga juga teridentifikasi dari tindakan warga negara dalam mengambil tindakan politis yang masih sedikit. peningkatan jumlah, jenis dan aktivitas OMS yang mendapat dukungan dari publik dan memberikan pengaruh serta dampak positif terhadap publik. interaksi dan komunikasi yang terjadi antar penggiat masyarakat sipil aksi-aksi warga yang diwujudkan dalam tindakan politis masih sangat terbatas dan bersifat parsial. ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan atas hak, trauma-trauma akan represi dan adanya kecurigaan serta prasangka sosial yang tinggi antar warga yang berbeda suku/agama/ras (sektarian) menjadi faktor penyebab internal kondisi ini. tataran eksternal tuntutan-tuntutan yang mengemuka sering tidak diakomodasi dalam kebijakan negara dan oleh sektor swasta.

Dimensi Relasi ; 2,08 ; kurang sehat empat subdimensi yang terdapat didalamnya yaitu subdimensi kualitas hubungan masyarakat sipil - negara; subdimensi pengaruh masyarakat sipil terhadap pasar; subdimensi pengaruh pasar terhadap masyarakat sipil serta subdimensi keeratan hubungan masyarakat sipil - negara. dominasi pasar terhadap negara dan masyarakat sipil. Relasi masyarakat sipil dengan negara dan pasar dilukiskan belum mencapai kemajuan berarti peningkatan kemandirian masyarakat sipil dari campur tangan negara sehingga masyarakat sipil mampu mendorong keseimbangan posisi tawarnya Masih rendahnya tanggung jawab sosial pasar terhadap masyarakat sipil.

Dimensi Nilai; 2,63 yang artinya cukup sehat lima subdimensi yaitu subdimensi semangat kebersamaan; subdimensi demokrasi dan partisipasi; subdimensi HAM dan anti kekerasan; subdimensi keadilan sosial, kesetaraan, dan kesinambungan serta subdimensi kearifan lokal. Adanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersamaan yang telah menjadi kultur masyarakat ditunjang oleh kemajuan teknologi dan informasi, dan perubahan paradigma politik masyarakat sipil. Adanya pemahaman yang memadai terhadap nilai-nilai demokrasi dan makin banyaknya OMS yang memiliki komitmen untuk mendorong proses demokratisasi, karena masyarakat sipil percaya bahwa demokrasi adalah cara untuk mencapai kesejahteraan bersama. Prinsip-prinsip HAM mulai menyebar luas ditunjang dengan makin meningkatnyakesadaran akan dampak negatif pelanggaran HAM. Selain itu negara (melalui Komnas HAM) telah memberi ruang pada masyarakat sipil melalui ratifikasi UU tentang HAM. Semangat solidaritas warga negara atas pemahaman kesetaraan gender, keadilan sosial serta pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan mulai bangkit (sejalan dg isu global) tingkat eksternal ; kekuasan yang hegemonik dan fragmentasi ideologis.

Dimensi Hasil; yaitu 2,44 yang berarti kurang sehat Rendahnya keterlibatan dan posisi tawar MS dalam proses pengambilan keputusan sehingga usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya melindungi kepentingan masyarakat sipil kurang berhasil. Masyarakat sipil kurang mampu menjangkau kelompok-kelompok sosial yang terpinggirkan. Kondisi masyarakat sipil yang kurang terorganisir dalam menetapkan pendidikan publik sebagai tujuan organisasi dan/atau terlibat dalam kegiatan pendidikan publik serta tidak didukung sumber daya yang cukup. Masyarakat sipil tidak berfungsi secara efektif dalam upaya peningkatan kesadaran kelompok masyarakat yang terpinggirkan. Masyarakat sipil kurang mandiri dalam meningkatkan kapasitasnya. Masyarakat sipil kurang mampu memberikan kontribusi efektif dalam menjawab persoalan-persoalan kesejahteraan sosial dan pemenuhan kebutuhan dasar warga yang layak, terkait pembagian kerja dengan negara dan pasar.

TANTANGAN UTAMA RT-RPJMN 2015-2019 Sepakat dengan tantangan utama, dengan usulan memasukkan partisipasi masyarakat dan akuntabilitas publik membangun kepercayaan publik kepada penyelenggara negara Pelayanan Publik Kepastian dan Penegakan hukum Kesenjangan antar wilayah

TANTANGAN RT-RPJMN 2015-2019 Sepakat dengan tantangan Bidang-Bidang RPJMN dengan usulan penambahan aspek penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, akuntable, transparan, dan demokratis Perbaikan pelayanan publik Kepastian akses dan hak masyarakat terhadap tanah/lahan, sumberdaya alam dan sumberdaya pembangunan (termasuk di dalamnya akses dan hak masy dlm pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan, melalui skema kehutan masyarakat, dll)

ARAH KEBIJAKAN sepakat dengan arah kebijakan RPJMN dengan catatan dan usulan penambahan Penyelenggaraan kepemerintahan dan kepemimpinan nasional yang dipercaya (akuntable), demokratis dan bermotivasi pelayanan Dalam menjamin pemenuhan pelayanan Dasar bagi seluruh lapisan masyarakat, diperlukan adanya peta sasaran pelayanan dasar yang dibuat secara partisipatif

Arah Kebijakan Dalam penetapan rencana tata ruang wilayah hendaknya menjamin alokasi akses akses lahan/tanah bagi kepentingan publik, masyarakat miskin, dan ruang hidup dan berproduksi yang berkeadilan Dalam meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah SDA yang berkelanjutan, sudah saatnya memasukkan sektor kehutanan dalam sistem produksi nasional karena memiliki nilai ekonomi dan investasi untuk pengelolaan SDA berkelanjutan. Dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim perlu dikembangkan skema insentif dan disinsentif serta partisipasi masyarakat untuk efektivitas pengelolaan resiko bencana yang terkait dengan pengelolaan SDA