Draft Naskah Akademik Pengembangan Staf Dosen Pendidik Klinis Menggunakan Metode e-learning I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Perkembangan jumlah institusi pendidikan kedokteran, Tuntutan kualitas, pentingnya pendidikan di wahana klinik dalam mendidik dokter. Kondisi nyata pendidik klinik. Kondisi geografis, kapasitas institusi dalam pengembangan staf. Perlunya meningkatkan kemampuan pendidikan dalam pengajaran. Jumlah mahasiswa pada wahana klinik saat ini kurang lebih 15000, rasio ideal dosen dengan mahasiswa adalah 1:5, sehingga kebutuhan dosen klinik 3000 tanpa mempertimbangkan jumlah dosen untuk tiap bidang ilmu. Jumlah dokter pendidik klinik (sumber EPSBED), jumlah dokter yang mendapat pelatihan pengajaran, dan yang belum. Studi pedahuluan: Uji coba e-learning 2. Tujuan a. Tujuan umum: Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dosen terutama dosen klinik b. Tujuan khusus i. Memberi pengetahuan dan keterampilan tentang pengajaran dan penilaian peserta didik di wahana layanan kesehatan ii. Memberi pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan modul/ mata ajar di wahana layanan kesehatan II. Dasar Pemikiran 1. Landasan Yuridis a. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional i. Pasal 1 ayat 6 Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. ii. Pasal 39 ayat 2 Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. iii. Pasal 40 ayat 2 butir b Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan iv. Pasal 42 ayat 1 Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. b. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen i. Pasal 1 ayat 2 Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. ii. Pasal 1 ayat 10 Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. iii. Pasal 3 ayat 1 mengenai kedudukan dosen iv. Pasal 7 ayat 1 mengenai prinsip profesionalitas dosen; ayat 2 mengenai pemberdayaan dosen dan pengembangan diri dosen secara demokratis dan adil v. Pasal 69 mengenai pembinaan dan pengembangan karir, ayat 2 pembinaan dan pengembangan profesi dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. vi. c. UU Praktek Dokter d. PP Guru dan Dosen e. PP PT f. PP SNP g. UU RS h. Permenkes RS Pendidikan i. Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia j. SKB Menteri Kesehatan dan Kepala BKN terkait pengankatan dan jabatan fungsional dokter pendidik klinis 2. Landasan Teoritis a. Pengertian pendidikan di lingkungan klinis (teaching in clinical setting) Mengajar di lingkungan klinis (teaching in clinical setting) dapat diartikan sebagai proses belajar dan mengajar yang menitikberatkan pada pasien dan permasalahan mereka (Ramani & Leinster 2008). Konteks mengajar dilingkungan klinis dapat dilakukan di rumah sakit ataupun di komunitas (Harden & Corby 2000). Sehingga, lahan pendidikan bagi mahasiswa tingkat profesi tidak hanya terbatas pada rumah sakit pendidikan tetapi juga di Puskesmas, praktek dokter keluarga, klinik perusahaan, (mention others)
Tantangan yang harus dihadapi dalam proses pendidikan klinis meliputi beberapa hal. Keterbatasan waktu baik yang dimiliki oleh dokter maupun pasien (Ramani & Leinster 2008). Waktu yang tersedia dalam proses interaksi dokter dan pasien sering kali tidak mencukupi untuk seorang mahasiswa mempelajari secara jelas kasus yang sedang dihadapi, terutama dalam situasi rawat jalan. Pada situasi rawat inap, seringkali mahasiswa sudah harus berpindah ke bangsal yang lain sebelum mahasiswa tersebut dapat mengikuti perjalanan suatu penyakit secara tuntas. Beban kerja yang cukup tinggi yang dimiliki oleh seorang dokter, yang berperan sebagai praktisi kesehatan dan dosen, juga memberikan tantangan tambahan bagi proses pendidikan klinis (Ramani & Leinster 2008). Ketersediaan pasien atau kasus untuk dipelajari dalam proses pendidikan klinis sulit untuk diprediksi dan dipersiapkan sebelumnya merupakan sifat alamiah dari suatu proses pendidikan klinik yang menambah daftar tantangan bagi penyelenggaran pendidikan klinis. Terkait dengan kondisi tersebut, adalah kondisi pasien yang sangat bervariasi, dalam hal kompleksitas penyakit, keadaan sosial, budaya dan ekonomi. Lingkungan fisik klinis yang terbatas juga menambah kekurangnyamanan untuk mendidik. Ketidaknyamanan ini dikarenakan setting ruangang klinis yang memang didesain untuk menjaga privasi dan tidak didesain secara khusus untuk proses pendidikan. Lingkungan klinis juga merupakan ruang publik yang tidak memungkinkan untuk menjaga atmosfer seperti dalam lingkungan akademis (Ramani & Leinster 2008). Dua hal lain yang juga menjadi tantangan dalam proses pendidikan di klinis adalah tingkatan peserta didik yang bervariasi dan kurangnya penghargaan serta insentif sebagai seorang pendidik (Ramani & Leinster 2008). Peserta didik di lingkungan klinis dapat terdiri dari dokter muda, residen, calon konsultan ataupun dari profesi kesehatan yang lain. Dokter muda yang ada dalam suatu bangsal pun bisa terdiri dari beberapa tingkatan dengan variasi penguasaan dan pengalaman klinis yang berbeda-beda. Kondisi ini menuntut kejelian dan kekreatifan dosen pendidik klinis pada saat melakukan proses pendidikan. Selain itu, seringkali penghargaan sebagai pendidik jauh lebih kecil dari penghargaan yang diterima sebagai praktisi kesehatan. Hal ini menambah tantangan proses pendidikan di klinis. b. Pengertian dosen pendidik klinik (clinical teacher) Dosen pendidik klinik (clinical teacher) adalah find the universal terminology Mengapa dokter klinik perlu menjadi seorang pendidik? British General Medical Council di tahun 2002 mempublikasikan Tomorrow s Doctors memasukkan beberapa karakter seorang dokter: a. Memahami kewajiban untuk mengajari orang lain, terutama mahasiswa kedokteran
Peran Dokter Klinis b. Memahami bahwasannya keterampilan mengajar adalah sesuatu yang bisa dipelajari c. Memahami bahwasannya contoh dari gurunya memberikan pengaruh yang kuat terhadap tingkah laku dan cara berpraktek 1. The information provider: sebagai dosen klinis mentransmisikan ilmu yang secara langsung berhubungan dengan praktek kedokteran. Dosen memilih, mengorganisasi dan mengantarkan informasi ke mahasiswa. Hal ini dapat dicapai melalui proses formal saat berkeliling bangsal, tutorial berbasis kasus bangsal, atau lebih informal dengan mahasiswa dalam konteks clinical apprentice. 2. The role model 3. The facilitator 4. The assessor 5. The curriculum and course planner 6. The resource material creator (Harden & Crosby 2000) Tantangan yang dihadapi oleh dosen klinis a. Kurangnya kejelasan mengenai tujuan belajar dan harapan hasil keluaran b. Pengajaran ditekankan pada level yang salah c. Berpusat pada ingatan dari pada pemecahan masalah d. Peserta didik kurang aktif berperan e. Observasi langsung dan feedback bagi peserta didik yang tidak mencukupi f. Waktu untuk refleksi dan diskusi yang minim g. Kesinambungan dengan kurikulum secara keseluruhan kurang (Ramani & Leinster 2008) c. Pengertian pengembangan staf dosen pendidik klinik Pengembangan staf didefinisikan sebagai berbagai macam aktivitas yang diselenggarakan oleh institusi yang digunakan untuk membantu stafnya untuk berkembang dan memenuhi perannya. Pengembangan staf yang dilakukan institusi merujuk pada suatu program terencana yang didesain untuk menyiapkan dosen untuk berbagai peran, dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di area pendidikan, penelitian dan administrasi (Steinert 2005). Dalam konteks pendidikan klinis, faktor paling penting yang terkait dengan belajar mahasiswa adalah kualitas dosen klinis. Dosen pendidik klinik yang baik dapat berbagi dengan mahasiswanya pemikiran mereka sebagai seorang reflective practitioner, membantu menjelaskan proses pengambilan keputusan klinis (Harden & Crosby 2000).
Mengapa training bagi dosen klinis perlu dilakukan? a. Seorang dokter mendapatkan pendidikan yang sangat baik dalam bidang kedokterannya akan tetapi sangat jarang yang mendapatkan pendidikan tentang bagaimana cara mendidik yang baik b. Adanya anggapan seseorang yang baru lulus dari pendidikan dokter atau post-graduate sudah siap untuk mengajar c. Perubahan di proses pendidikan seperti student-centered, competency based assessment dan tekanan pada profesionalisme meningkatkan tuntutan seorang dosen untuk memiliki tambahan ketrampilan mengajar dan penguasaan klinis yang lebih (Ramani & Leinster 2008). Keuntungan dari pengembangan dosen klinis adalah membantu dosen klinis untuk mengembangkan kemampuannya mengajar, mningkatkan hubungan professional antar sesama dosen, mentor dan akhirnya meningkatkan mutu akademis secara keseluruhan (Ramani & Leinster 2008) Tujuan umum dari pengembangan dosen klinis secara komprehensif akan menyangkut perkembangan individu dan organisasi. Di level individu, pengembangan dosen klinis dapat: a. Menyampaikan pesan terkait sikap perilaku dan keyakinan tentang belajar dan mengajar b. Menyebarkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip pendidikan dan desain instruksional c. Mengembangkan keterampilan-keterampilan mengajar, desain kurikulum dan kepemimpinan pendidikan Di level organisasi, pengembangan dosen klinis dapat: a. Menciptakan kesempatan untuk belajar bersama b. Memberdayakan dosen dan (Steinert 2005) d. Konsep dan model pengembangan staf dosen pendidik klinik e. Tantangan pengembangan staf dosen pendidik klinik f. Kompetensi pedagogik dosen pendidik klinik 3. Landasan sosiologis
III. Organisasi penyelenggara program (best practices itu siapa yang ngelakuin, dan kompetensinya apa, secara akademis) Organisasi program pelatihan dosen klinik dilaksanakan oleh : a. Institusi pendidikan dokter yang telah memiliki program studi illmu pendidikan kedokteran b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan oleh kelompok kerja pengembangan dosen Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) c. Unit/ unsur pengembangan pendidikan kedokteran di institusi pendidikan dokter yang difasilitasi oleh kelompok kerja pengembangan dosen AIPKI Cat. Pokja harus punya standard program pelatihan (Course manual/paten??). Pokja melaksanakan TOT utk fasilitator. Kompetensi penyelenggara program IV. Teknis Pelaksanaan a. Syarat peserta Peserta pelatihan adalah dosen program pendidikan kedokteran dan kesehatan di wahana layanan kesehatan i. Ada SK dosen tetap atau luar biasa sebagai dosen klinis atau surat tugas b. Kurikulum pelatihan Dituliskan kurikulum secara general tentang staf development dosen pendidik klinik c. Jenjang program Pelatihan kompetensi pedagogik dibagi menjadi dua tahap yaitu Tahap dasar yaitu tahap pelatihan agar dosen klinis mampu melaksanakan proses pengajaran dan penilaian peserta didik di wahana layanan kesehatan Tahap lanjut yaitu tahap pelatihan agar dosen klinis mampu melaksanakan pengelolaan mata ajar tahap pendidikan klinis d. Kompetensi dan kewenangan a. Dosen yang telah mengikuti pelatihan tahap utama memiliki kompetensi sesuai tujuan khusus 1 dan berwenang untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dan penilaian di wahana layanan kesehatan. b. Dosen yang telah mengikuti pelatihan tahap lanjut memiliki kompetensi sesuai tujuan khusus 2 dan berwenang untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan mata ajar tahap kepaniteraan klinik i. Dengan catatan kompetensi a bisa melakukan apa saja, dst
c. Pemberian dan pengakuan sertifikat ii. Catatan: dicantumkan bahwa sertifikat ini mendapatkan SKP IDI dan SKS (kepentingan perhitungan kum) e. Pembiayaan V. Glosary VI. Rujukan atau referensi Harden, RM & Crosby, J. 2000. AMEE guide no 20: the good teacher is more then a lecturer the twelve roles of teacher. Ramani, S and Leinster, S. 2008. AMEE guide no 34: teaching in the clinical environment. Medical Teacher. 30:347-64 Steinert, Y. 2005. Staff development for clinical teachers. The clinical teacher. 2(2):104-110. Tugas dokter klinik: 1. Bed side teaching 2. Tutorial klinik 3. One minute preceptor 4. 360 degree feedback 5. Mini CEX 6. OSCE 7. OSLER 8. Short case 9. Long case 10. MCQ 11. Merencanakan proses belajar 12. Membuat LO Keterampilan yang umum 1. Effective communication
2. Giving and receiving feedback 3. Self reflection 4. Mentoring