Rega masih mencorat-coret drawing book miliknya, mencoba menyelesaikan pekerjaan dari Mbak Dena. Namun percuma, ia menyerah, kemudian meletakkan pensil, menyandarkan tubuh ke belakang kursi, menghembuskan nafas lelah bagai seekor naga dalam cerita dongeng, dan diikuti matanya yang terpejam. Tiba-tiba.. Teng-neeeeeng... suara Citra terdengar sambil mengangkat bungkusan plastik warna merah di hadapan Rega. Citra baru saja tiba dari liputan di daerah Gandaria. Sedangkan Rega yang baru saja berniat ingin terlelap, membuka matanya sedikit, Apaan tuh? Makanan ya? Citra mengangguk. Segera Rega bangun dari kursi dan membuka isi plastik itu dengan cekatan. Maklum, sejak tadi ia belum makan apa pun selain bubur ayam campur melinjo. Bersamaan dengan itu pula, Arie, Alvin dan Cumi datang mengerumuni meja Citra yang terletak di samping meja Rega. Mereka adalah para penggemar berat Citra di kantor. Mereka cuma sebagian dari penggemar Citra yang dengan terang-terangan mencari perhatian untuk dapat meluluhkan hati Citra. Sisanya adalah penggemar yang menaruh hati namun tak berani berbuat banyak. Hal ini sebenarnya telah lama menjadi isu umum di majalah HIPS, jika setumpuk kaum Adam tergila-gila dan mencoba untuk menarik perhatian wanita tercantik bernama Citra ini. Ia seakan menjadi poros kehidupan dan alasan bagi mereka untuk datang ke kantor.
Citra sendiri pun tak merasa risih dengan perlakuan teman-teman prianya tersebut. Ia dengan senang hati bergaul dengan siapapun karena memang begitu sifatnya. Kadang juga ia berlaku konyol, mirip Rega dalam bentuk wanita. Hanya bedanya, Citra dikagumi, disukai dan ditaksir banyak orang. Rega nggak. Namun, jika melihat beberapa hari ke belakang, justru Rega yang rajin disambangi oleh pria-pria naas penuh harapan itu. Rega mendadak mendapat banyak tawaran dari beberapa temannya di kantor. Tawaran tersebut tentu memiliki korelasi dengan perpindahan meja kerja Citra ke samping meja kerjanya. Mereka berusaha menyogok Rega untuk bisa bertukar tempat duduk dengannya. Mulai dari Arie, Ga, gue traktir makan siang selama sebulan deh, asal kita tukeran tempat duduk. Rega menolak. Lalu Cumi, Pliss.. tukeran tempat duduk dong. Gue kasih boneka Jelangkung deh nanti. Rega menolak. Hingga Sapri, satpam kantor yang juga suka sama Citra, Mas Rega, aku kasih pos satpam di bawah buat Mas Rega mau nggak? Ada tivinya loh. Rega tetap menolak. Mentah-mentah. Dan pagi tadi ketika Rega baru saja tiba di kantor, Alvin, yang juga desain grafis di majalah HIPS mencoba melakukan hal sama seperti pria-pria sebelumnya. Ga,.... Gue nggak mau pindah, kecuali gaji lo tiga tahun buat gue. Muka Alvin kecut. 2
Setelah pria-pria itu melakukan aksi menarik perhatian Citra dengan alibi meminta makanan yang dibawanya tadi, mereka akhirnya bubar dengan perintah dari Citra sendiri. Kayanya lo mesti pake helm deh kalo di kantor, ucap Rega sambil kembali duduk di kursinya. Kenapa? Gunakan apa pun yang bisa menutupi kecantikan lu itu. Kasihan semua cowok di sini. Lihat tuh muka mereka.. Rega menunjuk ke semua karyawan pria dengan hati-hati. Kenapa muka mereka? Lo nggak tau? Itu tuh muka penuh pengharapan. Mereka berharap buat bisa jadi pacar lo, jelas Rega. Citra malah tertawa, Itulah kenapa gue memilih pindah duduk di sini.. Karena gue tampan? Karena lo sukanya sama dia, bukan gue. Citra menunjuk gambar Kristen Stewart di meja Rega. Sebenarnya Citra merasa nyaman berada di dekatnya karena Rega adalah salah satu pria yang jarang merayunya dengan maksud dan tujuan tertentu. Maksimal rayuan Rega paling tulus ke Citra adalah untuk meminjam uang. Citra memang wanita yang layak diperebutkan oleh banyak lawan jenisnya. Jika ingin melihat bidadari dengan mata kepala sendiri, lihatlah Citra. Tinggal ditambahkan sayap saja. Regaaa!! tiba-tiba suara lengking Mbak Dena terdengar. Ke tempat gue sekarang!! Rega segera beranjak dari kursinya dan masuk ke dalam ruangan Mbak Dena. Tanpa disuruh ia pun langsung duduk di hadapan editornya tersebut. 3
Tahu nggak kenapa gue panggil lo ke sini? tanya Mbak Dena sambil melipat kedua tangan di dadanya. Mau naikin gaji gue, jawab Rega asal. Mbak Dena menghela nafas, kepalanya menggeleng. Bukan itu. Mau naikin jabatan gue? Mbak Dena menggeleng lagi. Mau mecat gue? Nah.. Jadi gue dipecat nih, Mbak? Gue baru bilang Nah, belum bilang lo dipecat!! bentaknya. Kelakukan Rega memang terbukti bisa membuat orang naik darah. Jika saja yang berada di hadapan Rega ini adalah Si Buta dari Goa Hantu, kemungkinan sudah ada kapak tersangkut di lehernya. Oh.. jadi apa dong, Mbak? Gue liat kinerja lo belakangan ini menurun. Dari layout yang lo buat juga agak membosankan. Ituituuuu... aja, jelas Mbak Dena. Lo ada masalah ya? Nggak ada, Mbak. Serius? Kalo emang lagi ada masalah bilang aja, Serius, Mbak, nggak ada. Lagian siapa sih orang yang mau punya masalah, ia malah menyeringai. Nah itu dia, Ga. Kalo lo nggak punya masalah, kemungkinan ada yang salah sama diri lo. Bisa jadi masalahnya adalah diri lo sendiri. kata Mbak Dena. Rega diam. Ehm, gini deh. Kenapa lo nggak coba untuk cari pacar? saran Mbak Dena. Mungkin itu bisa membuat hidup lo berwarna dan pada akhirnya mempengaruhi pekerjaan lo juga. 4
Rega mengangguk, mencoba mengerti. Lo kan udah lama kerja bareng gue di sini, udah gue anggap kaya adik sendiri, dan kantor juga lagi males cari orang baru. Jadi sebelum elo dipecat, mending naikin cara kerja elo itu. tukas Mbak Dena. Siap, Mbak!! Yaudah balik sana ke meja lo.. Tapi, Mbak.. Kenapa lagi? Cari pacar di mana ya, Mbak?............ Hampir setengah jam ia memikirkan nasihat Mbak Dena tadi. Cari pacar? Dari sekian ratus juta wanita di Indonesia yang memiliki KTP, Rega baru berhasil menjalin cinta dengan enam wanita selama hidupnya. Rega pertama kali berpacaran ketika SMA. Wanita yang kurang beruntung saat itu bernama Rita, teman sekelasnya. Semua berawal dari sifat usilnya yang sering menggoda Rita, seperti mencoret-coret buku pelajaran, menendang-nendang kursi, sampai yang sudah tak wajar lagi seperti meletakan jerapah di tas sekolah Rita. Hingga suatu saat Rega pun akhirnya menaruh hati kepada Rita dan akhirnya mereka berpacaran meskipun hubungan itu tak berjalan lama. Mereka berpisah karena sudah tak sekelas lagi. Pacar yang lain bernama Celia, wanita keturunan Jerman-Solo Hubungan Rega dengan Celia pun harus kandas dengan alasan sudah tak lagi sepaham. Karena jika malam minggu Celia ingin banyak menghabiskan waktu bersantai di rumah, sementara Rega ingin bersantai di trotoar depan gedung MPR. Kini tak terasa hampir dua tahun ia tak menjalin hubungan dengan seorang wanita. Memang ada 5
beberapa hal yang membuatnya terpaksa memilih cuti dari masalah percintaan. Salah satunya adalah keinginan untuk menyelesaikan perkuliahannya. Bayangkan, sudah mau enam tahun lebih kuliah tapi ia belum bisa mendapatkan secarik kertas bernama ijazah. Bahkan pihak kampus sudah ingin memasukan dirinya ke dalam jajaran mahasiswa yang akan diabadikan dalam bentuk patung untuk dipajang di kamar mandi pria. Sadis. Seiring berjalannya waktu, akhirnya ijazah kesarjanaan pun berada dalam genggamannya, dan foto wisuda pun terpajang manis di dinding ruang tamu rumahnya. Meski pada awalnya Rega sempat ingin memajang foto wisuda itu di pagar depan, namun secepat kilat pula ibunya melarang. Rega sekarang telah berubah dari seorang mahasiswa senior yang hampir DO menjadi seorang karyawan di sebuah majalah. Ia telah berhasil menuai pundi-pundi rupiah dengan keringatnya sendiri. Namun entah mengapa sampai saat ini ia masih saja sendiri? 6