MODUL LINEAR AMPLIFIER SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN PADA PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI NUKLIR

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN LINEAR AMPLIFIER MENGGUNAKAN LM318 UNTUK SPEKTROMETRI GAMMA

Sistem Pencacah dan Spektroskopi

RANCANG BANGUN LINIER AMPLIFIER UNTUK SPEKTROSKOPI NUKLIR

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT PULSA SIMULASI DETEKTOR NUKLIR

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

RANCANG BANGUN MODUL PENGKONDISI SINYAL DENGAN PENGANALISA KANAL TUNGGAL PADA SISTEM SPEKTROSKOPI GAMMA

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

RANCANG BANGUN PEMBANGKIT PULSA GELOMBANG LINEAR PADA PERANGKAT INSTRUMENTASI NUKLIR SKRIPSI RIADY A. P. SITANGGANG

AMPLIFIER DETEKTOR CsI(TI) UNTUK SPECTROSKOPI GAMMA

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

UJI BANDING SISTEM SPEKTROMETER GAMMA DENGAN METODA ANALISIS SUMBER Eu-152. Nugraha Luhur, Kadarusmanto, Subiharto

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer)

Elektronika. Pertemuan 8

RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

KARAKTERISASI COUNTER 5X16 BIT PADA PERANGKAT RIA SAMPLE CHANGER AUTOMATIC MULTI DETECTOR

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BABV INSTRUMEN PENGUAT

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

SINGLE CHANNEL ANALYZER MENGGUNAKAN LM-311 SEBAGAI KOMP ARA TOR

KARYA TULIS ILMIAH MENGETAHUI DAN MENGANALISA KELUARAN PENGUAT INTEGRATOR (INTEGRATOR AMPLIFIER)

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

UJI FUNGSI SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MODEL : BEM - IN1001

Gambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator

RANCANG BANGUN PENGANALISIS KANAL TUNGGAL. Herry Mugirahardjo dan Eddy Santoso

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

PARALEL INVERTER 1 FASA UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS KELUARAN

ANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF)

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

KARYA TULIS ILMIAH MEMPELAJARI DAN MENGANALISIS KELUARAN PENGUAT INSTRUMENTASI (INSTRUMENTATION AMPLIFIER)

RANCANG BANGUN TIME-COUNTER SPEKTROMETER NUKLIR BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

PENGUAT DAYA BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen

RANCANGAN SISTEM MONITORING RADIASI GAMMA LINGKUNGAN STACK MONITOR RSG

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

PEMBUATAN COUNTER/TIMER UNTUK SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89C52

Perbandingan Kinerja Detektor NaI(Tl) Dengan Detektor CsI(Tl) Pada Spektroskopi Radiasi Gamma

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

PENGUKURAN RADIOAKTIF MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI, STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGONTROLAN INTENSITAS PENERANGAN LAMPU PIJAR MENGGUNAKAN PENGATURAN FASA SILICON CONTROLLED RECTIFIER (SCR)

SISTEM PENCACAH RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI BERBASIS MIKROKOMPUTER

PEREKAYASAAN PENCACAH RIA IP10.1 UNTUK DIAGNOSIS KELENJAR GONDOK

RANCANG BANGUN PENYEDIA DAYA TEGANGAN TINGGI DC BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51

RANCANG BANGUN PENGKONDISI SINYAL UNTUK SURVEY METER DIGITAL

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

RANCANGAN KONTROL GERAKAN SAMPLE CHANGER PADA PERANGKAT RADIOIMMUNOASSAY-RIA IP8 BERBASIS USB.

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

Gambar 1 UVTRON R2868. Gambar 2 Grafik respon UVTRON

SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY

BAB III PERANCANGAN ALAT

RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER

SIMULASI KERJA PENGUAT AWAL SISTEM SPEKTROSKOPI NUKLIR DENGAN ISIS PROTEUS

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 2 Rangkaian Integrator dan Rangkaian Diferensiator

Satuan Acara Perkuliahan

FABRIKASI BAGIAN-BAGIAN PERANGKAT SCINTIGRAPHY UNTUK TIROID

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

BAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI

BAB II LANDASAN TEORI

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PENGERTIAN THYRISTOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA. Tugas Akhir

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 1 / RANGKAIAN LISTRIK / 2015 PERATURAN PRAKTIKUM. 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

Bab III. Operational Amplifier

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

MODUL PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN (TKF 2416) LAB. SENSOR & TELEKONTROL LAB. TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR LAB. ENERGI TERBARUKAN

OPERATIONAL AMPLIFIERS

BAB I PENDAHULUAN. resistor, kapasitor ataupun op-amp untuk menghasilkan rangkaian filter. Filter analog

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog

BAB III METODE PENELITIAN

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)

RANCANGAN KONTROL GERAKAN SAMPLE CHANGER BERBASIS USB PADA PERANGKAT RADIOIMMUNOASSAY-RIA IP8.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR LUDLUM 44-62

Transkripsi:

MODUL LINEAR AMPLIFIER SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN PADA PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI NUKLIR ABSTRAK Nugroho trisanyoto trisanyotonugroho@yahoo.co.id STTN BATAN MODUL LINEAR AMPLIFIER SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN PADA PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI NUKLIR. Telah dilakukan pembuatan modul linear amplifier yang merupakan bagian dari sistem Spektroskopi Nuklir, sebagai sarana praktikum pemeliharaan instrumentasi nuklir pada Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Batan di Yogyakarta. Alat ini pernah dibuat saudara Arifin istafara sebagai tugas akhir. Sedangkan modul ini dibuat untuk memudahkan pemahaman rangkaian dan cara kerja alat. Kemudahan diberikan dengan menambahkan saklar pemutus pada setiap bagian sebagai pelacak sinyal pada rangkaian tersebut. Modul linear amplifier ini terdiri dari pole zero (Pz), pulse shapping (PS), rangkaian base line restorer (BLR), dan gain atau penguatan. Praktikum ini dilakukan pada laboratorium Instrumentasi Nuklir STTN dengan cara simulasi memberi masukkan pulsa dari pulser. Dengan menggunakan modul diharapkan mahasiswa dapat mengenal, memahami dan mengetahui cara kerja dari linear amplifier dengan bentuk pulsa keluaran samigaussian dan tingga maksimum 10volt, sehingga mahasiswa dapat melakukan pemeliharaan alat dengan benar. Kata kunci: modul, linear Amplifier, pembelajaran dan instrumentasi abstrack LINEAR AMPLIFIER MODULE AS A MEANS OF LEARNING IN PRACTICUM MAINTENANCE NUCLEAR INSTRUMENTATION. Has made the manufacture of linear amplifier modules are part of the nuclear spectroscopy systems as a means of maintenance of nuclear instrumentation lab at the Polytecnic Institute of Nuclear Technology (STTN) Batan di Yogyakarta. This module is designed to facilitate the understanding and ways of working so that in some parts of given switch circuit breaker as the tracer signal. This amplifier module consists of a pole zero (Pz), pulse shaping (PS), a series of base line restorer (BLR), and the gain or reinforcement. This lab work done at the laboratory of nuclear Instrumentation STTN by giving input pulse of Pulser. By using the amplifier module students are expected to know, understand and know the workings of the amplifier so that it can perform maintenance tool correctly. Keywords : module, linear Amplifier, learning and instrumentation 129

PENDAHULUAN Instrumentasi Nuklir merupakan instrumentasi yang menggunaan detektor nuklir yang umumnya digunakan untuk pengukuran atau pendeteksian gejala radioaktivitas. Untuk dapat melakukan pengukuran radioaktivitas diperlukan detektor yang dapat berinteraksi secara efisien dengan sinar radioaktif yang diselidiki. Komponen dari keseluruhan sistem pengukur yang mendeteksi radiasi dan mengubahnya ke sinyal listrik adalah detektor radiasi, sedangkan unit yang mengolah dan mencatat sinyal dari detektor disebut sebagai alat ukur adalah Sistem spektroskopi nuklir. Sistem spektroskopi nuklir berfungsi untuk menyelidiki dan menganalisa suatu radioisotop, atau sumber radiasi dengan cara mengukur distribusi energi radiasi tersebut, serta varibel lainnya yang mempunyai ikatan kuat dengan sumber radiasi. Sistem terdiri dari dua kelompok yaitu bagian sensor pengolahan dan pengukuran data. Radiasi dan tranduster yang biasa dikenal sebagai detektor nuklir dan spektofotometer untuk pengukuran dan pengolahan data. Teknik ini telah dipakai secara luas dalam berbagai bidang, misalnya dalam menganalisis radiasi alfa, beta, gamma, sinar-x dan neutron. Spektroskopi nuklir berfungsi untuk analisis sumber radiasi atau radioisotop dengan mengukur distribusi energinya, sedangkan Linear Amplifier pada spektroskopi nuklir berfungsi sebagai pengolah pulsa keluaran dari detektor sehingga dapat dibaca oleh penganalisis tinggi pulsa. Spektroskopi nuklir mempunyai prinsip untuk mengetahui energi dari suatu sumber radiasi alpa, beta dan gamma. Pada spektroskopi nuklir terdiri dari : detektor, catu daya tegangan tinggi (HV), pre- Amplifier, linear Amplifier, single chanal analyser (SCA), pencacah (Counter dan Timer) (1). DASAR TEORI 1. Pole Zero Concellation (PZC) Pole Zero Cancellation adalah suatu rangkaian elektronik yang berfungsi untuk menghilangkan/menekan pulsa under shoot atau pulsa yang berada dibawah level ground agar apabila Linear Amplifier digunakan untuk keperluan spektroskopi dapat mempunyai tingkat akurasi yang tinggi (2). 2. Pulse Shaping Pada sistem spektrometer linear Amplifier adalah merupakan bagian dari system instrumentasi nuklir yang berfungsi sebagai penguat pulsa dan berfungsi sebagai pembentuk pulsa (pulse shaping). Untuk membentuk pulsa cepat keluaran detektor menjadi pulsa semigaussian seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Pada keluaran linear Amplifier prinsipnya diperoleh dengan melambatkan rise time dengan rangkaian integral dan mempercepat decay time dengan rangkaian differential. Gambar 1. Pulsa Semigaussian (1) 3 Base Line Restorer (BLR) Rangkaian BLR untuk cacah radiasi yang cukup besar, BLR masih mempunyai bagian pulsa negative sedikit dan juga ada efek penyearahan derau yang akan terkumpul sehingga mengurangi resolusi sistem spektroskopi. Untuk mengatasi hal ini digunakan rangkaian gate base line stabilization, yang mana kerjanya selalu mengembalikan garis aras ke level nol (3). 4 Rangkaian Penguat (Gain) Kemampuan suatu penguat untuk memperkuat pulsa disebut gain. Dalam rangkaian penguat ini terdiri dari sebuah rangkaian yang mampu melipatkan tegangan keluaran dengan tegangan maksimum 10 volt. TATA KERJA Dalam bidang teknologi nuklir banyak instrumen yang mendukung berbagai keperluan penelitian, keselamatan kerja dan 130

pendidikan. Salah satu instrumen itu adalah spektroskopi amplifier, yang berfungsi sebagai pengolahan pulsa dari keluaran detektor sehingga dapat dibaca oleh penganalisa tinggi pulsa.rangkaian ini terdiri dari Pole-zero Concelation dan Penguat Transresistance. 1. Rangkaian Pole-zero Concelation dan Penguat Transresistance Pada pembentukan pulsa, keluaran dari penguat awal yang berupa pulsa ekor akan menghasilkan suatu pulsa yang mempunyai bagian di bawah garis nol (zero cross over). Pergeseran ini jika terlalu besar tidak dikehendaki karena akan memberikan kesalahan dalam pengukuran tinggi pulsa yang datang dibelakangnya. Maka dari itu perlu sebuah rangkaian pole-zero concelation yang dapat mereduksi pergeseran tersebut, hasilnya seperti tampak pada Gambar 2. 2. Pembentukan Pulsa (Pulse Shapping) Pulsa berbentuk Gaussian adalah pulsa yang diharapkan dari linear amplifier maka diperlukan rangkaian differensiator yang akan mempercepat waktu meluruh pulsa ekor dan rangkaian integrator yang akan memperlambat waktu bangkit pulsa. Kedua rangkaian tersebut dapat dibuat dari komponen pasif C dan R. Rangkaian Differensiator Rangkaian differensiator terdiri dari komponen resistor dan kapasitor. Jika V i (t) adalah tegangan yang tergantung dari waktu yang diberikan suatu rangkaian seperti pada Gambar 4, maka hubungan dari nilai nilai tegangannya adalah terlihat pada persamaan : q ( t) q( t) dq( t) + RI C C dt v i (t)...(1) Sebelum waktu waktu sesudah Gambar 2 Kompensasi pole-zero (4) Dalam perancangan rangkaian polezero concelation dan penguat transresistence ini, nilai-nilai kapasitor dan resistornya dapat ditentukan sesuai dengan setting serta menyesuaikan dari timing pulsa keluaran penguat awal detektor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 Yang mana q(t) adalah muatan kapasitor pada saat t. jika sinyal masukan adalah fungsi undak, maka fungsi tegangan keluaran adalah : Seperti pers: 2 dq ( t) V o (t)=r V i e t/rc...(2) dt t=0 t=t Vi... RC=T t=0 RC=T/10 waktu Gambar 3. Pole zore concelation Gambar 4. Rangkaian CR differensiator 131

A. Rangkaian Integrator Rangkaian integrator juga terdiri dari resistor dan kapasitor, tetapi sinyal keluaran dari rangkaian ini melintang pada kapasitor seperti pada Gambar 3., untuk sinyal keluaran dari rangkaian pengintegral sebagai hasil dari masukan undak diberikan oleh persamaan (3) : V o (t)= q ( t) C V i (1-e -t/rc ) (3) Jika RC >T maka sinyal keluarannya tampak seperti integral dari masukannya. Dengan nilai untuk tegangan keluarannya seperti pers, V dq I = i maka dq = I dt R dt q= Idt (4) q 1 V o = Idt C C (5) 1 V o = CR dt i (6) T T=0 t=t waktu Gambar 5. Rangkaian Intregrator Gambar 6. Rangkaian pulse shapping 6. Rangkaian Base Line Restorer Gambar 7. Base Line Restorer (BLR) Bila radiasi yang datang cukup besar maka rangkaian BLR dapat dipergunakan untuk cacah, akan tetapi BLR masih mempunyai bagian pulsa negative sedikit dan juga ada efek penyearahan derau yang akan terkumpul sehingga mengurangi resolusi sistem spektroskopi. Untuk mengatasi hal ini digunakan rangkaian gate base line stabilization, yang mana kerjanya selalu mengembalikan garis aras ke level nol. Dalam modul ini, dibuat dengan cara merangkai seperti pada rangkaian BLR yang ada pada Gambar 7. Sebuah blok rangkaian dalam instrument Diskriminator Bias Modulation, yang mana prinsip kerjanya adalah sama dengan BLR yang terangkai dalam berbagai instrumen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 8 5. Perancangan Pulse Shapping Rangkaian pulse shapping sangat diperlukan agar pulsa dapat dibaca oleh penganalisa tinggi pulsa, maka haruslah pulsa tersebut dibentuk sesuai setting yang dikehendaki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 6 : 132

Gambar 8. Rangkaian BLR Untuk mendapatkan posisi pulsa pada aras nol, maka untuk keseimbangannya nilai V b harus setara dengan tegangan supply pada transistor. Yang mana dapat diselesaikan dengan persamaan (7) : V b = ( Vk. R R 9 ) ( Vl. R7 ) 7 R 9 (7) 7. Rangkaian Penguat Dalam rangkaian penguat ini terdiri dari sebuah IC Op-Amp dan resistor, dimana rangkaian tersebut dikonfigurasikan sebagai penguat. Tampak seperti pada Gambar. 9 adalah rangkaian penguat maka berlaku persamaan (8) sebagai berikut : Gambar 10. Rangkaian penguat HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui keluaran dari linear amplifier perlu adanya masukan dari pulser, agar tidak terjadi kejenuhan pada keluaran, yang perlu untuk diperhatikan adalah pulsa masukkan. Adapun hasil dari percobaan tersebut diharapkan seperti pada Gambar 11. Pengujian ini dilakukan dengan simulasi dengan pulser sebagai pulsa masukkan dan bertujuan untuk melihat bentuk keluaran dari linear amplifier. amp 90 % V o = - Rf R V i (8) FWHM τr τf waktu 10% τ Gambar 11. Pengukuran pulsa Gambar. 9. Rangkaian penguat Untuk rangkain lengkap dalam pembuatan rangakain penguat maka dapat dilihat dalam Gambar 10 : Keterangan gambar : Τr : rise time(waktu bangkit pulsa) τf : fall time (waktu jatuh pulsa) τ : lebar pulsa FWHM : Full wave half maximum(lebar pulsa dari setengahpulsa maksimum) 133

Gambar 12. Pulsa masukan dari pulser. Gambar 15. Bentuk pulsa Setelah melewati differensiator dan integrator Gambar 13. Bentuk pulsa ekor Gambar 14. Bentuk pulsa yang telah melewati rangkaian BLR Gambar 16. Pulsa keluaran PEMBAHASAN Modul linear amplifier ini adalah alat praktikum yang memberikan pengetahuan tentang prinsip kerja dari alat, dan mengetahui bagian dari amplifier serta dapat mengukur keluaran pulsa pada tiap bagian. Modul ini digunakan untuk mempermudah pemahaman tentang linear amplifier serta pulsa gaussian, kemudahan ini diberikan dengan cara menambahkan saklar pada tiap bagian sebagai penelusuran pulsa keluaran. Penelusuran yang dilakukan adalah jika ada pulsa masukkan dari detektor yang diganti dengan pulser dalam orde milivolt seperti pada Gambar 12 ditelusur pada tiap keluaran yang disiapkan pada modul tersebut. Dalam pembentukan pulsa keluaran dari penguat awal atau pulser yang berupa pulsa ekor akan menghasilkan suatu pulsa yang mempunyai bagian di bawah garis nol (zero cross over). Jika pergeseran ini terlalu besar tidak dikehendaki karena akan memberikan 134

kesalahan dalam pengukuran tinggi pulsa yang datang dibelakangnya. Maka dari itu perlu sebuah rangkaian pole-zero concelation yang dapat mereduksi pergeseran tersebut yang hasilnya untuk direduksi tampak pada Gambar 13. Sedangkan bentuk dan analisa pulsa adalah seperti Gambar 10. Agar pulsa tersebut menjadi pulsa berbentuk semigaussian diperlukan rangkaian differensiator yang akan mempercepat waktu meluruh pulsa ekor dan rangkaian integrator yang akan memperlambat waktu bangkit pulsa. Kedua rangkaian tersebut dapat dibuat dari komponen pasif yaitu C dan R seperti pada Gambar 15. Untuk cacah radiasi yang cukup besar, BLR masih mempunyai bagian pulsa negative sedikit dan juga ada efek penyearahan derau yang akan terkumpul sehingga mengurangi resolusi sistem spektroskopi. Untuk mengatasi hal ini digunakan rangkaian gate base line stabilization,rangkaian ini bekerja untuk mengembalikan garis aras ke level nol seperti pada Gambar 16. Dengan melewati pemrosesan sinyal melalui PZC,BLR dan Pulseshaping serta penguat yang terdiri dari sebuah IC Op-Amp dan resistor, dari pulsa masukkan dengan orde millivolt dan bentuk pulsa keluaran adalah pulsa semigaussian dengan yang dapat diatur seperti yang diharapkan. KESIMPULAN 1. Modul linear amplifier bagi mahasiswa adalah dapat untuk mengetahui bagian bagian alat serta prinsip kerja sehingga dapat merawat alat dengan baik. 2. Pole-zero concelation dapat mereduksi pergeseran, pulsa berbentuk semigaussian serta diperlukan rangkaian differensiator yang akan mempercepat waktu meluruh pulsa ekor dan rangkaian integrator yang akan memperlambat waktu bangkit pulsa. Dengan pemrosesan sinyal melalui, BLR dan penguat yang terdiri dari sebuah IC Op- Amp dan resistor, dari pulsa masukkan dengan orde millivolt dengan bentuk pulsa keluaran adalah semigaussian dengan yang dapat diatur. DAFTAR PUSTAKA 1. Setiawan, W., Santoso, W., 2002, Petunjuk Praktikum Elektronika Nuklir, Laboratorium Elektronika Nuklir Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2. Tsoulfanidis, N., 1983, Measurement and Detection of Radiation, Hemisphere Publishing Corporation, New York. 3. Darsono, Santoso, A, Irianto, 2003, Petunjuk Praktikum Instrumentasi Nuklir, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Yogyakarta. 4. Susetyo, Wisnu, 1988, Spektrometri Gamma Dan Penerapannya Dalam Analisis Pengaktifan Neutron, Gajah Mada Unifersity Press, Yogyakarta. 135