STUDI ARTHROPODA PREDATOR PADA EKOSISTEM TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA DI LOMBOK TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

KOlONISASI DAN SUKSESILABA-LABA (Araneae) PADA PERTANAMAN PADI 1)

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

Kelimpahan Laba-Laba Pada Padi Ratun Yang Diaplikasikan BioinsektisidaMetarhizium anisopliae dan Bacillus thuringiensis di Sawah Lebak

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perbandingan Keanekaragaman Spesies dan Kelimpahan Arthropoda Predator Penghuni Tanah di Sawah Lebak yang Diaplikasi dan Tanpa Aplikasi Insektisida

DIVERSITY OF SPIDERS (Araneae) ON WETLAND ECOSYSTEM WITH SOME PLANTING PATTERN IN PADANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

Keragaman predator dan parasitoid pada pertanaman bawang merah: Studi kasus di Daerah Alahan Panjang, Sumatera Barat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL

PENGARUH KERAPATAN PREDATOR TERHADAP PEMANGSAAN LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Triana Aprilizah A

J. Agroland 22 (2) : , Agustus 2015 ISSN : X E-ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut

Artropoda Predator Penghuni Ekosistem Persawahan Lebak dan Pasang Surut Sumatera Selatan

KELIMPAHAN POPULASI ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI TAJUK PERTANAMAN KEDELAI. Luice A. Taulu dan A. L. Polakitan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT)

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

KOMUNITAS LABA-LABA PADA PERSAWAHAN IRIGASI DI KALIMANTAN SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DI GUDANG BERAS

Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah di Lahan Persawahan Padi Organik dan Anorganik, Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Rani Armadiah, Fatchur Rohman, dan Agus Dharmawan Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA FASE VEGETATIF DAN GENERATIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL DI KABUPATEN NGAWI, JAWA TIMUR RETNO ANGGRAENI

TEKNIK PENGELOLAAN HAMA OLEH SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOI FPMIPA UPI

Keanekaragaman dan Parasitasi Parasitoid Telur Walang Sangit pada Lanskap Pertanian Berbeda di Lombok Timur

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota, berupa kawasan

ANALISIS KEMIRIPAN KOMUNITAS ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI PERMUKAAN TANAH SAWAH RAWA LEBAK DI SUMATERA SELATAN DENGAN LAHAN PINGGIR DI SEKITARNYA

MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA ABSTRAK

Keanekaragaman Arthropoda pada Varietas Padi di Lahan Organik di Desa Tegal Binangun Kecamatan Plaju Kelurahan Plaju Darat Palembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

Keanekaragaman Komunitas Artropoda Predator Tanaman Padi yang Aplikasi Boinsektisida Berbasis Jamur Entomopatogen Daerah Rawa Lebak Sumatera Selatan

STRUKTUR KOMUNITAS DAN POTENSI KUMBANG CARABIDAE DAN LABA- LABA PENGHUNI EKOSISTEM SAWAH DATARAN TINGGI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

VI. PEMBAHASAN UMUM Strategi pengendalian B. tabaci dengan Perpaduan Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggir dan Predator

Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan Sawah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan

Seminar Nasional PEI, Jogjakarta 2 Oktober 2010

Gulma... Tak Selamanya Merugikan

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KECAMATAN PALOLO KABUPATEN SIGI

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERSAWAHAN IRIGASI DI KALIMANTAN SELATAN STUDI KASUS DI DESA SUNGAI RANGAS

ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITAN

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

MENGELOLA LEDAKAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH PADA AGROEKOSISTEM YANG FRAGIL DENGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU BIOINTENSIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

KLOROFIL X - 2 : , Desember 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Biodiversitas Hewan Permukaan Tanah Pada Berbagai Tegakan Hutan di Sekitar Goa Jepang, BKPH Nglerak, Lawu Utara, Kabupaten Karanganyar

ABSTRACT. PENDAHULUAN Apel merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi secara ekonomi dan. Jurnal Biotropika Vol. 1 No.

IV. PENGARUH TANAMAN PEMBATAS PINGGIR DI PERTANAMAN CABAI MERAH TERHADAP KELIMPAHAN SERANGGA PREDATOR

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

PENDAHULUAN. dibawa oleh Bangsa Portugis dan Spanyol pada abad ke XVI. Menurut Rumphius,

Efek Refugia terhadap Arthropoda Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Pasang Surut

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

POKOK BAHASAN KERUSAKAN AKIBAT HAMA

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel,

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA KUBIS TERHADAP DIVERSITAS ARTHROPODA DAN INTENSITAS SERANGAN Plutella xylostella L. (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) Oleh:

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTROPODA PADA PERTANAMAN BAWANG DAUN DAN WORTEL YANG DITANAM SECARA MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI NUR AFNI FUTRI

PENINGKATAN KERAGAMAN TUMBUHAN BERBUNGA SEBAGAI DAYA TARIK PREDATOR HAMA PADI SKRIPSI

Transkripsi:

STUDI ARTHROPODA PREDATOR PADA EKOSISTEM TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA DI LOMBOK TENGAH 92 THE STUDY OF PREDATORY ARTHROPODS ON ECOSYSTEM OF VIRGINIA TOBACCO PLANT IN CENTRAL LOMBOK Meidiwarman Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UniversitasMataram ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengamati tingkat keragaman dan kelim beberapa predator yang tergolong dalam phylum Arthropoda pada ekositem tanaman tembakau Virginia di Lombok Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan pengambilan sampel predator menggunakan perangkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arthropoda predator pada ekositem tanaman tembakau Virginia di Lombok Tengah. yang umum ditemukan adalah dari kelas Insekta (7 familia ) dan Arachnida (4 familia) dengan populasi 457 ekor. Secara keseluruhan kelim tertinggi pada familia Formicidae sebanyak 134 ekor dengan kelim 29,32 %. Sedangkan Nilai Keragaman (H ) familia Predator Arthropoda penghuni ekosistem tanaman embakau Virginia di Lombok Tengah termasuk dalam kategori rendah yaitu 0,53. Dari hasil penelitian tersebut maka kegiatan konservasi agen hayati pada habitat tersebut sangat penting untuk dilaksanakan, terutama agen hayati yang cukup potensial seperti famila pada ordo Coleoptera dan ordo Araneae. Kata kunci : Arthrpoda predator, tembakau virginia ABSTRACT The study of predatory arthropods on ecosystem of Virgina Tobacco Plant in Central Lombok with objectives to observe the diversity and abundance of predatory arthropods on the ecosystem of Virgina tobacco plant. The survey method had used in this srtudy and trapping had conducted for sample collection. The result of this study showed that predatory arthropods were dominated by insects with the total of 7 families and Arachnida with 4 families. Both two families had the total population about 457. The data indicated that the most abundant predators were Formicidae that was 29.32%, with the total population was about 134. In addition, the arthropod predators in this ecosystem of Virginia tobacco were low level of diversity with diversity value was 0.53. In order to improve the potential of biological agents, it is necessary to conserve the potensial biological agents such as the families from Coleopteran and Araneae order. Key words : Predatory arthropods, virginia tobacco PENDAHULUAN Dalam upaya peningkatan produksi tembakau Virginia di Pulau Lombok, tidak lepas dari berbagai kendala, seperti gangguan hama, penyakit dan gulma, yang dapat menurunkan produktivitas baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hama-hama utama yang sangat sering dijumpai pada tanaman tembakau Virginia secara umum antara lain Spodoptera litura (Fabricius), Agrotis ipsilon (Hufnagel), Helicoperva armigera (Hubner), Plusia signata, Aphis sp, Thrips tabacci dan Myzus persicae (Sulzer) (Sarjan, Rohyadi dan Meidiwarman, 1995). Upaya pengendalian yang telah banyak dilakukan oleh para petani tembakau adalah dengan menggunakan insektisida kimia organik sintetik bahkan sebagian besar petani menganggap bahwa insektisida kimia organik sintetik adalah satu-satunya cara pengendalian yang paling cepat, efisien, praktis, mudah, dan ampuh. Pengendalian secara biologi juga dilakukan yaitu dengan memanfaatkan predator dan parasitoid, secara mekanik dengan melakukan penangkapan hama secara langsung maupun dengan menggunakan perangkap (Rahardjo, 2005). Penggunaan pestisida kimia organik sintetis yang berlebihan dan secara kontinyu dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif tersebut seperti terjadinya ketahanan hama terhadap insektisida (resistensi), meningkatkan populasi hama yang semulanya tidak berbahaya bagi tanaman menjadi berbahaya karena matinya musuh

93 alami (resurgensi), munculnya hama sekunder, pencemaran lingkungan (air, tanah, dan udara), keracunan bagi manusia, hewan ternak dan satwasatwa lain merupakan beberapa fenomena alami yang menjadikan pestisida kurang efektif (Untung, 1993). Mengantisipasi dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia sintetik, pemerintah telah menerapkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Dasar konsep PHT tersebut sesuai dengan Inpres No. 3 tahun 1986 dengan meningkatkan peran pengendalian alami yaitu dengan menciptakan keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi perkembangan hama, tetapi menguntungkan bagi berfungsinya agensia pengendali alami (musuh alami). Di antara musuh alami yang berperan penting dalam menekan populasi hama adalah predator dari phyllum arthropoda. Beberapa predator generalis seperti araneae (laba-laba) dapat menekan populasi wereng coklat hingga ke tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi (Ooi dan Shepard, 1994) dan dapat juga menekan populasi hama tanaman kedelai (Winasa, Taulu and Rauf 1999, Taulu et al, 2000). Riechert dan Lockley (1984) menyatakan bahwa araneae (laba-laba) adalah agensia pengendalian hayati yang sangat potensial untuk berbagai spesies serangga hama karena araneae (laba-laba) bersifat polyfag. Sheykin (1990) melaporkan bahwa laba-laba mampu mengkonsumsi 40 50% biomassa serangga pada tanaman apel, dimana jumlah tersebut melebihi konsumsi burung maupun predator serangga lain. Potensi musuh alami arthropoda predator sampai saat ini masih menjadi bahan pembicaraan dan penelitian yang berkelanjutan. Namun pada dasarnya musuh alami ini sangat potensial untuk dikembangkan mengingat bahwa pengembangan dan penggunaan musuh alami merupakan jawaban dari permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh pestisida terutama pestisida organik sintetik. Oleh karena itu jenis-jenis predator terutama dari phyllum artropoda sebagai penghuni agroekosistem perlu diketahui agar dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian hayati yang merupakan komponen utama Pengendalian Hama Terpadu (PHT) METODE PENELITIAN Pengambilan sampel predator dilakukan di Puyung (Lombok Tengah) yang merupakan sentra penanaman tembakau virginia. Pada lokasi tersebut ditentukan 3 petak sampel dan tiap petak sampel ditentukan 4 titik pengambilan contoh. Pengambilan contoh predator yang aktif di permukaan tanah menggunakan perangkap/lubang jebakan (pitfall trap) mengikuti metode Price and Sherpard (1980), Whitcomb (1980), Niemella Halme and Haila (1990) dan Mc. Ewen (1997). Perangkap/lubang jebakan terbuat dari gelas plastik bekas air mineral diisi dengan larutan air sabun, kemudian ditanam di tanah hingga mulut gelas rata dengan permukaan tanah. Tiap petak sampel dipasang 4 perangkap jebakan yang ditetentukan secara sistematis, sehingga jumlah perangkap jebakan yang dibutuhkan 12 buah. Untuk predator yang tertarik warna kuning digunakan nampan kuning (yellow fan trap) yang dipasang di tempat terbuka agar mudah terlihat oleh predator. Nampan diisi larutan air sabun, sehingga predator yang datang mati di dalam nampan dan dibiarkan tetap terpasang selama 1 x 24 jam. Predator yang hidup pada habitat sekitarnya dikoleksi dengan farmcop atau aspirator. Predator yang terisap disimpan dalam botol yang berisi alkohol 75%, jumlah yellow fan trap yang dibutuhkan juga 12 buah. Sedangkan untuk predator yang tertarik cahaya lampu digunakan perangkap lampu (Lamp ) sebanyak 1 buah yang dipasang di tengah lokasi penelitian. Semua hasil tangkapan dan jebakan selama 8 kali pengamatan dikumpulkan dan diidentifikasi di Laboratorium dengan program CPC 2002 dan buku identifikasi lainnya. Waktu dan Cara Pengamatan Pengamatan dilakukan pada pagi hari mulai dari pukul 07.00-09.00 Wita, yang dilakukan pada tanaman berumur 1 sampai 35 hari setelah tanam dengan interval waktu pengamatan selama 3 hari. Arthropoda yang ditemukan di lapangan disimpan dalam botol aqua yang telah berisi alkohol 70% dan formalin 5%. Setelah itu dilakukan identifikasi di Laboratorium Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Analisis Data Perhitungan keanekaragaman Arthropoda dihitung dengan menggunakan rumus jumlah famili dibagi dengan akar jumlah total individu yang ada di lapangan (Michael, 1994). Keanekarag aman ( H') = Jumlah famili Jumlahtotal individu

Kriteria untuk nilai keanekaragaman Shannon H` menggunakan kriteria yang telah dimodifikasi oleh Suana dan Haryanto (2007) sebagai berikut: Nilai Keanekaragaman spesies (H`) H < 1 Tingkat Keanekaragaman Sangat Rendah 1 < H < 2 Rendah 2 < H < 3 Sedang 3 < H < 4 Tinggi H > 4 Sangat Tinggi Sedangkan perhitungan kelim masingmasing famili yang paling dominan di lapangan adalah dengan menghitung jumlah individu satu famili terkoleksi dibagi dengan jumlah total 94 individu seluruh famili selama pengamatan atau dapat ditulis dengan rumus (Michael, 1995) : Σ individu satu famili i (K) = x 100 Σ total individu seluruh famili HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan jumlah individu Arthopoda Predator yang terkoleksi pada ekosistem tanaman tembakau Virginia menunjukkan jumlah yang berbeda pula selama pengamatan. Jumlah rata-rata individu Arthopoda yang terkoleksi selama pengamatan pada masing-masing perangkap dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1. Jumlah Arthropoda Predator Yang Terkoleksi dan Presentase nya Selama 8 kali Pengamatan.Pada Ekosistem Tanaman Tembakau Virginia NO. Jumlah Individu (%) Jumlah Individu Terperangkap / (%) Yellow Pan Lamp Pit Fall 1 Coccinelidae 36 7,88 24 24,24 3 3,33 9 3,36 2 Reduviidae 36 7,88 7 7,07 4 4,45 25 9,33 3 Miridae 11 2,41 1 1,00 7 7,78 3 1,12 4 Formicidae 134 29,32 20 20,29 19 21,11 95 35,45 5 Dolichopodidae 88 19,25 34 34,36 44 48,89 10 3,73 6 Silphidae 28 6,13 - - - - 28 10,45 7 Tettigonidae 17 3,72 6 6,06 - - 11 4,10 8 Araneidae 14 3,06 - - 5 5,56 9 3,36 9 Salticidae 11 2,41 - - 3 3,33 8 2,98 10 Oxyopidae 18 3,94 - - 2 2,22 16 5,97 11 Lycosidae 64 14,00 7 7,08 3 3,33 54 20,15 TOTAL 457 100 99 100 90 100 268 100 ( /100) 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Keterangan : 1 Coccinelidae 6 Silphidae 2 Reduviidae 7 Tettigonidae 3 Miridae 8 Araneidae 4 Formicidae 9 Salticidae 5 Dolichopodidae 10 Oxyopidae 11 Lycosidae Gambar 1 : Presentase nya Arthropoda Predator Selama 8 kali Pengamatan Pada Ekosistem Tanaman Tembakau Virginia

95 Dari data Tabel 1 dan Gambar 1., diketahui jumlah individu Arthopoda Predator yang terkoleksi pada ekosistem tanaman tembakau Virginia adalah 457 ekor atau rata-rata 124,38 ekor. Pada penggunaan perangkap dengan Pit Fall menunjukkan jumlah predator yang tertinggi yaitu 268 ekor (11 familia), kemudian dengan perangkap Lamp sebesar 90 (9 familia) ekor dan terendah menggunakan perangkap Yellow Pan dijumpai sebanyak 99 ekor (6 familia). Hasil identifikasi dan hasil perhitungan kelim, arthropoda predator yang terperangkap lampu perangkap tertinggi yaitu 48,89 % dengan jumlah 44 ekor (Dolichopodidae), sedangkan kelim terendah yang tertangkap Yellow Pan yaitu 1,00% dengan jumlah 1 ekor (familia Miridae). namun secara keseluruhan kelim tertinggi pada familia Formicidae sebanyak 134 ekor dengan kelim 29,32 %. Bila dilihat dari alat perangkap, maka Pit Fall merupakan alat yang paling banyak menjebak predator Arthropoda. Hal ini berarti Arthropoda Predator yang aktif di permukaan tanah relatif lebih tinggi populasinya dibandingkan dengan di atas permukaan tanah. Variasi jumlah Arthropoda tersebut kemungkinan disebabkan oleh penggunaan agrokimia seperti pupuk anorganik dan pestisida nabati maupun sintetik terdekomposer. Konsisi ini yang banyak di huni oleh mikro dan makroarthropoda. Ketika agrokimia disebar di masing-masing petak tanaman tembakau, maka secara tidak langsung menginvestasikan sejumlah populasi Arthopoda. Jumlah Arthropoda Predator yang terkoleksi pada masing-masing alat perangkap selama 8 kali pengamatan di Ekosistem Tanaman Tembakau Virginia tertera pada Gambar 2. Dari hasil analisis data, diperoleh nilai keragaman (H ) familia termasuk dalam kategori Rendah yaitu 0,53 atau dengan kisaran 1 < H < 2. Hal ini diduga disebabkan oleh pemanfaatan habitat pinggir masih belum optimal. Altieri (1994) menyatakan bahwa vegetasi liar yang terdapat di sekitar lahan pertanaman dapat meningkatkan populasi musuh alami yang pada gilirannya dapat menekan populasi hama pada lahan pertanaman. Menurut Pratiwi et. al. (1991), ada berbagai faktor yang mempengaruhi keanekaragaman yaitu pola rantai makanan, macam sedimen, kompetisi antar dan intra jenis atau individu. Kesamaan faktor ini merupakan gabungan kompleksitas yang sulit dijabarkan. Jumlah individu (ekor) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Yellow Pan Lamp Pit Fall Gambar 2. Jumlah Individu Arthropoda Predator yang Terkoleksi Selama 8 kali Pengamatan pada Ekosistem Tanaman Tembakau Virginia. (Keterangan: seperti pada gambar 1)

Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN 1. Secara keseluruhan kelim tertinggi Arthropoda Predator Penghuni Ekosistem Tanaman Tembakau Virginia di Lombok Tengah terdapat pada familia Formicidae sebanyak 134 ekor dengan kelim 29,32 % 2. Nilai keragaman (H ) familia Predator Arthropoda Penghuni Ekosistem Tanaman Tembakau Virginia di Lombok Tengah termasuk dalam kategori rendah yaitu 0,53. Saran Untuk meningkatkan kelim dan Keragaman Arthropoda Predator maka perlu dilakukan pengelolaan lingkungan yang lebih intensif yaitu dengan kegiatan konservasi agen hayati pada habitat tersebut terutama agen hayati yang cukup potensial seperti famila-familia pada ordo Coleoptera dan ordo Araneae, misalnya dengan memanfaatkan lahan-lahan pinggir dengan tanaman-tanaman leguminoceae DAFTAR PUSTAKA Altieri, M.A., 1994. Biodiversity and Pest Management in Agroecosytem. Haworth Pr. New York. Ooi P.A.C. and B.M. Shepard, 1994. Predators and parasitoids of rice insect pests. In. E.A. Heinreich (Ed) Biology and Management of Rice Insect. Wiley Eastern Limited. New Delhi. Price, P.W., 1975. Insect Ecology. Departemen of Entomology University of Illion Urbana. Canada. 96 Price, J.F. and B.M. Shepard, 1980. Sampling ground predators in soybean fields. In M. Kogan and D.C. Herzog (Eds.). Sampling Methods in Soybean Entomology. New York. Rahardjo, S., 2005. Keberadaan Spodoptera litura (Febricus) Sebagai Hama utama Tanaman Tembakau Virginia Di Daerah Puyung. Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian. Universitas Mataram. Mataram Sarjan, M, Rohyadi, A, dan Meidiwarman., 1995. Prosiding Seminar Sehari Hasil-Hasil Penelitian Di Bidang Perlindungan Tanaman (AUSAID). Fakultas Pertanian. Unram. Suana, I. W. dan Haryanto, H., 2007. Keanekaragaman Laba-Laba Pada Ekosistem Sawah Monokultur Dan Polikultur Di Pulau Lombok. Jurnal Biologi FMIPA UNUD volume 11 No. 1 Juni 2007. Denpas Tarmizi, 2008. Pengelolaan Habitat Pada satu Siklus Pola Tanam Berbasis Padi Untuk Pengendalian Hama Spodoptera exigua Hubn. Di Ekosistem Bawang Merah. Disertasi Fakultas Pertanian: Universitas Brawijaya. Malang. Taulu, L.A., A. Rauf, S. Sosromarsono, F. Rumawas, H. Triwidodo and E.S. Ratna, 2000. Pekembangan populasi dan peranan Phaedorus fuscipes di pertanaman kedelai, Bogor. Untung, K., 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Whitcomb, W.H., 1980. Sampling spiders in soybean fields. In M. Kogan and D.C. Herzog (eds.). Sampling Methods in Soybean Entomology. New York Winasa, I.W., L. Taulu dan A. Rauf, 1999. Kajian peran predator penghuni tanah dan tajuk di ekosistemn kedelai. Prosiding Seminar Temu teknologi Hasil Penelitian Pendukung PHT, Cicarua 27 30 Junu 1999.