MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) Oleh: Dr.rer.biol.hum. dr. Erma Sulistyaningsih, M.Si NAMA :... NIM :... FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2016
Praktikum Parasit Darah dan Jaringan Parasitologi Blok 14 Semester V Tahun Akademik 2016-2017 Dr.rer.biol.hum. dr. Erma Sulistyaningsih, M.Si Tujuan: mahasiswa mampu membuat sediaan hapusan darah tetes tebal dan hapusan tetes tipis serta mampu melakukan pemeriksaan mikroskopis yang penting guna mendiagnosis infeksi parasit di darah maupun jaringan. 1. Pembuatan preparat hapusan darah 1.1 Preparat tetes darah tebal Langkah-langkah: a. Teteskan darah yang diambil dari ujung jari/vacutainer pada sebuah slide bersih. b. Perluas tetesan darah tersebut sampai kira-kira berdiameter 1 cm dengan menggunakan jarum atau ujung dari cover slip. c. Biarkan mengering di udara atau pada suhu 37 o C. d. Pewarnaan dengan Giemsa. Siapkan bahan pewarna konsentrasi 2% dengan jalan mencampur 35 tetes stock Giemsa dengan 100 ml buffer fosfat. Teteskan larutan pewarna di atas pada sediaan dan biarkan selama 1 jam. Jangan difiksasi. Keringkan di udara tanpa menghisap cairannya dengan kertas penghisap. Cuci dengan air perlahan dan hati-hati. Jangan berikan air langsung pada titik sediaan darah. Keringkan dengan posisi slide berdiri. e. Periksa preparat anda dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 40x dan 100x. f. Menghitung jumlah parasit pada sediaan darah tetes tebal (jumlah leukosit rata-rata 8000/ul darah) Jumlah parasit/ul darah = Jumlah parasit dalam 200 leukosit x 40 Uraian Sediaan tetes darah tebal Gambar 2
Jumlah parasit 1.2 Preparat hapus darah tipis Langkah-langkah: a. Teteskan darah yang diambil dari ujung jari/vacutainer pada sebuah slide bersih. b. Letakkan sisi pendek satu slide bersih yang lain pada slide pertama dengan membentuk sudut 30 o C (Gambar 1). c. Geserlah sisi pendek slide sampai menyentuh tetesan darah yang ada di ujung slide pertama. d. Doronglah slide tadi ke depan dengan membawa tetesan darah, dan tetap mempertahankan sudut 30 o C. Makin besar sudut antara kedua slide dan makin cepat menggeser slide tadi maka makin pendek dan makin tebal hapusan darah yang didapatkan, dan sebaliknya. e. Biarkan mengering di udara atau pada suhu 37 o C. f. Jangan lupa untuk melabel slide. g. Pewarnaan slide dengan Giemsa: Fiksasi slide hapus darah tipis dengan methyl alcohol selama minimal 30 detik (biasanya 3-5 menit). Selanjutnya buang methyl alcohol yang tersisa. Siapkan larutan Giemsa 10% dengan cara mengencerkan 10 ml stock Giemsa dengan 90 ml buffer fosfat. Genangi slide dengan larutan di atas selama 20-30 menit. Cuci dengan air mengalir dan biarkan mengering di udara. Jangan sekali-kali menghisap sisa cairan dengan kertas penghisap. Keringkan dengan posisi slide berdiri. h. Periksa preparat anda dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 40x dan 100x. i. Menghitung jumlah parasite pada hapus darah tipis: Jumlah parasit aseksual x jumlah eritrosit/mm3 darah 1000 eritrosit Derajat parasitemia: N x 100% 1000 eritrosit 3
Gambar 1. Teknik pembuatan hapusan darah tetes tipis Uraian Sediaan tetes darah tebal Gambar Jumlah parasit 2. Pengamatan morfologi protozoa darah dan jaringan 2.1 Morfologi berbagai stadium Plasmodium spp dalam sediaan darah tetes tebal a. Plasmodium falciparum 4
Di dalam sediaan tetes tebal yang diberi pewarnaan dengan Giemsa, maka akan tampak: Biasanya hanya terdapat bentuk trofozoit muda saja atau trofozoit dan gametosit. Gambarannya tampak seragam terutama pada infeksi berat. Tidak tampak daerah merah di sekitar parasite. Parasite lebih kecil dari pada inti limfosit. b. Plasmodium vivax Di dalam sediaan tetes tebal yang diberi pewarnaan dengan Giemsa, maka akan tampak: stroma eritrosit yang sudah terhemolisis berwarna lembayung muda. Tampak sisa-sisa leukosit dengan inti berwarna biru lembayung Seringkali tampak semua bentuk P. vivax sehingga memberi gambaran tidak seragam. Di sekitar parasite-parasit ini (kecuali trofozoit muda), tampak daerah merah yang disebut titik Schueffner. Parasit lebih besar dari pada inti limfosit. c. Plasmodium malariae Di dalam sediaan tetes tebal yang diberi pewarnaan dengan Giemsa, maka akan tampak: Umumnya jumlah parasite hanya sedikit Tampak berbagai bentuk stadium, sehingga gambaran tidak seragam. Parasite tampak lebih tua warnanya dan padat. Tidak ada daerah merah di sekitar parasite. 2.2 Morfologi berbagai stadium Plasmodium spp dalam sediaan hapus tetes tipis a. Plasmodium falciparum Bentuk trofozoit bentuk cincin kecil 0,1 0,3 kali eritrosit sitoplasma halus kadang-kadang seperti cincin atau burung terbang di pinggir eritrosit (acole) inti terletak di pinggir eritrosit, 2 um, merah, lebih tipis disbanding P. vivax, kadang ada 2 inti pada 1 cincin. Skizon muda mengisi kira-kira separuh eritrosit bentuk agak membulat inti sudah membelah tetapi belum diikuti oleh sitoplasmanya pigmen malaria mulai tampak diantara inti titil maurer dalam eritrosit menghilang skizon masak sitoplasma tidak mengisi seluruh eritrosit, hanya ¾ saja. Inti sudah membelah menjadi 15-30 buah Masing-masing belahan inti diikuti pembelahan sitoplasma sehingga tampak merozoit-metozoit 5
Pigmen malaria sudah menggumpal di abgian tengah sebelum skizon masak Mikrogamet bentuk pisang atau ginjal, tampak lebih gemuk plasma berwarna merah muda inti lebih besar tersebar, pucat pigmen malaria tersebar diantara inti, ukuran 2-3 x 9-14 um Makrogamet bentuk langsing, seperti pisang ambon plasmaberwarna biru inti kecil padat, terletak di tengah-tengah pigmen malaria tersebar di sekitar inti b. Plasmodium vivax Bentuk trofozoit muda berbentuk cincin, inti merah, sitoplasma biru di dalamnya terdapat vakuola plasma yang berhadapan dengan ini menebal Plasmodium terletak di central eritrosit, hanya 1 dalam 1 eritrosit Trofozoit tua berbentuk amoeboid sitoplasma tampak tidak teratur tampak titik-titik Schueffner Skizon muda Bulat, mengisi hamper seluruh eritrosit, plasma padat, tidak bervakuola. Inti sudah membelah Antara inti-inti ada titik-titik berwarna coklat disebut butir hematin (pigmen malaria) Terdapat titik-titik Schueffner Skizon tua inti sudah membelah terbagi 12-24 tiap-tiap pembelahan inti diikuti pembelahan sitoplasma sehingga tampak 12-24 merozoit. Mengisi penuh eritrosit D tengah-tengah terdapat pigmen malaria Titik Schueffner tetap terlihat. Mikrogamet bulat besar, lebih kecil dari makrogamet inti besar pucat, tidak kompak dengan batas tidak tegas, terletak di sentral Plasma tampak pucat kelabua sampai merah muda Pigmen malaria tersebar Makrogamet bentuk lonjong atau bulat, lebih besar dari mikrogamet, mengisi hamper seluruh eritrosit inti tampak kecil, komak dan lertaknya sentris 6
plasa berwarna biru pigmen malaria tersebar. c. Plasmodium malariae Bentuk trofozoit Trofozoit muda bentuk cincin, inti merah, sitoplasma biru, dengan didalamnya terdapat vakuola sukar dibedakan dengan trofozoit P.vivax cincin lebih besar dari pada cincin pada P.falciparum Trofozoit tua eritrosit tidak membesar bentuk amoeboid tidak jelas disbanding P.vivax plasma sering tampak melintang, bentuk pita dengan plasma makin memadat, sering dengan vakuola. Inti memanjang mirip bnetuk pita Parasit tampak lebih nyata karena pigmen kasar dan plasma padat Skizon muda sitoplasam [padta hamper mengisi seluruh eritrosit inti sudah membelah terdapat pigmen malaria sekitar nucleus Skizon tua bentuk seperti bunga mawar (roset) mengisi seluruh eritrosit inti membelah menjadi 3-12, masing-masing akan menjadi inti merozoit tiap belahan inti diikuti belaha sitoplasma yang letaknya teratur pigmen berkumpul di pusat, dikelilingi merozoit yang letaknya teratur sehingga memberi gambaran seperti roset. Mikrogametosit bulat dan hamper mengisi seluruh eritrosit, plasma tampak merah muda inti besar, menyebar, pucat, terletak di pusat sitoplasma pigmen malaria kasar tersebar Makrogametosit lonjong atau bulat, lebih besar dari miktogametosit sitoplasma biru inti tampak kecil, kompak letaknya eksentris pigmen kasar tersebar. Uraian 1.a Plasmodium falciparum Bentuk trofozoit muda Gambar 7
b. Plasmodium falciparum c. Plasmodium falciparum d. Plasmodium falciparum Sediaan tetes tebal Bentuk trofozoit e. Plasmodium falciparum Sediaan tetes tebal 8
2.a Plasmodium vivax Bentuk trofozoit b. Plasmodium vivax c. Plasmodium vivax d. Plasmodium vivax Sediaan tetes tebal Bentuk trofozoit 9
e. Plasmodium vivax Sediaan tetes tebal f. Plasmodium vivax Sediaan tetes tebal 3. a Plasmodium malariae Bentuk trofozoit b. Plasmodium malariae 10
c. Plasmodium malariae d. Plasmodium malariae Sediaan tetes tebal Bentuk trofozoit e. Plasmodium malariae Sediaan tetes tebal f. Plasmodium malariae Sediaan tetes tebal 11
4.a Plasmodium ovale Bentuk trofozoit b. Plasmodium ovale c. Plasmodium ovale 2.3 Morfologi Trypanosoma spp dalam darah dan jaringan a. Trypanosoma cruzi dalam otot jantung Tampak dalam bentuk koloni di dalam sel otot Amastigot berukuran 2 um Bentuk bulat lonjong dengan 1 inti b. Trypanosoma evansi dalam darah 12
- bentuk trypomastigot dengan flagella c. Trypanosoma gambiense dalam darah - bentuk trypomastigote, dengan flagella Uraian a. Trypanosoma cruzi dalam otot jantung Gambar b. Trypanosoma evansi dalam darah c. Trypanosoma gambiense dalam darah 3. Pemeriksaan morfologi Nematoda darah a. Wuchereria bancrofti 13
Mikrofilaria berukuran 224 296 um ukuran panjang kepala panjang sama dengan lebar kepala mempunyai selubung inti tampak jelas teratur, ujung ekor tidak mengandung inti b. Brugia malayi Mikrofilaria berukuran 177 230 um ukuran panjang kepala = 2x lebar kepala mempunyai selubung, warna merah muda pada pengecatan giemsa inti berkelompok dan susunannya tidak teratur ujung ekor mempunyai 2 inti terpisah c. Brugia timori Mikrofilaria berukuran 265 323 um ukuran panjang kepala = 3x lebar kepalanya mempunyai selubung, warna pucat pada pengecatan giemsa inti tidak teratur, ujung ekor mempunyai 2 inti terpisah d. Onchocerca volvulus Mikrofilaria Perhatikan : Tidak ada selubung badan Inti tidak mencapai ujung ekor Panjang 360 µm e. Trichinella spiralis Stadium larva dalam otot Tampak larva yang melingkar terdapat dalam kista Perhatikan: Besar: 0,8-1 mm Reaksi jaringan hospes sekitar dinding kista Uraian a. Wuchereria bancrofti Gambar 14
b. Brugia malayi c. Brugia timori d. Onchocerca volvulus e. Trichinela spiralis (larva) 15
4. Pemeriksaan Parasit Jaringan lain Uraian a. Pneumococcus carinii Gambar b. Schistosoma japonicum Telur Perhatikan: Ukuran 70-80 µm Bentuk Warna Spina sukar dilihat, letak di lateral sangat kecil (rudimenter) c. Schistosoma japonicum Cacing Dewasa Kulit tubuhnya halus, tidak ada tuberkel Mempunyai oral sucker & ventral sucker Usus bercabang mulai dari oral sucker kemudian bersatu lagi di bagian posterior d. Schistosoma japonicum jantan: tubuh lebih besar, seperti daun terlipat caudal dari ventral sucker 16
membentuk canalis gynecophorus testis bentuk bulat, jumlah 6-8 buah e. Schistosoma japonicum betina : tubuhnya langsing panjang atau filiform ovarium terletak di bagian anterior tubuh cacing betina sering terdapat dalam canalis gynecophorus cacing jantan uterus terdapat telur 17