BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

dokumen-dokumen yang mirip
BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

CATATAN ATAS PRIORITAS PENDIDIKAN DALAM RKP 2013

Sertifikasi Guru di Indonesia: Peningkatan Pendapatan atau Cara untuk Meningkatkan Pembelajaran?

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

Tata Kelola Pemerintahan Daerah dan Kinerja Pendidikan: Survei Kualitas Tata Kelola Pendidikan pada 50 Pemerintah Daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Belanja lebih banyak atau Belanja lebih baik:

ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

Reformasi Guru di Indonesia. Ringkasan Eksekutif. Peran Politik dan Bukti dalam Pembuatan Kebijakan

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110

I. PENDAHULUAN. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP)

Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan. World Bank September 2014

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tamba

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA INSENTIF DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

KAJIAN ANGGARAN PENDIDIKAN. Oleh: KANTOR STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekspor

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

ANGGARAN PENDIDIKAN DAN PERMASALAHNNYA

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DIEMBARGO SAMPAI 9 APRIL (07:00 WIB) Pendidikan untuk Semua : Tujuan pendidikan global hanya dicapai oleh sepertiga negara peserta

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Indonesia National Health Accounts Dipaparkan dalam Kongres InaHEA Intercontinental Mid Plaza Hotel Jakarta Rabu, 8 April 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia melalui Pelatihan (bagi) UKM tentang Cara Sukses Mengekspor ke Kanada

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

KESEJAHTERAAN GURU. A. Pengertian Kesejahteraan. Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti.

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

i Indonesia pendidikan dikenal sebagai hak asasi manusia yang mendasar dan berkembang sebagai komponen yang

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Tujuan 4: Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak. memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Potensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

I. PENDAHULUAN. Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

Transkripsi:

Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Mendaki Tangga Pendidikan Pesan Pokok telah membuat kemajuan besar dalam memberikan akses pendidikan dasar, termasuk bagi penduduknya yang paling miskin. Agar berhasil dalam proses peralihannya menjadi negara berpenghasilan menengah dengan daya saing yang tinggi, penduduknya harus memiliki pendidikan dan keterampilan teknis untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan memperkuat peran dalam ekonomi global. Berdasarkan sasaran tersebut maka dibutuhkan upaya-upaya baru. 1. Reformasi yang efektif untuk meningkatkan pendidikan dasar sembilan tahun mensyaratkan sekolah dan daerah untuk bertanggung jawab atas pemberian layanan pendidikan yang berkualitas. Untuk menjamin akuntabilitas dibutuhkan: Keharusan menggunakan instrumen penilaian untuk secara terus-menerus memantau kemajuan individu siswa. Keharusan menggunakan Buku Rapor oleh daerah dan sekolah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pemberian layanan. Sekolah mendapat kewenangan dan anggaran untuk merekrut dan memberhentikan guru kontrak. Penilaian rutin kinerja guru di dalam kelas oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dan penggunaan supervisi klinis terhadap efektivitas pembelajaran di dalam kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pemerintah pusat harus menyediakan sarana bagi sekolah dan pemerintah daerah untuk menilai dan memberikan umpan balik mengenai kinerja siswa dan guru, melakukan reformasi formula susunan pegawai di tingkat sekolah, menyediakan dana untuk para guru melalui dana bantuan yang sebanding dengan jumlah siswa atau jumlah anak usia sekolah; mendukung pembelajaran kelas-rangkap oleh satu guru (multi-grade teaching) dan memberikan peluang bagi para guru untuk memperoleh sertifikasi untuk lebih dari satu mata pelajaran. 2. Melakukan investasi dalam pengembangan sistem pendidikan tingkat menengah atas dan pendidikan tinggi yang berkualitas tinggi sehingga dapat menghasilkan angkatan kerja terampil, termasuk para guru. Pembagian jalur pendidikan umum dan kejuruan harus ditunda hingga tahun kedua atau ketiga sekolah menengah atas agar para siswa dapat membangun dasar teori yang kokoh. Penggunaan voucher sekolah untuk membiayai pendidikan dapat meningkatkan jumlah murid sekolah menengah atas di daerah-daerah berpenghasilan rendah; mendorong kompetisi antar sekolah; dan merangsang pertumbuhan sekolah-sekolah swasta. Pendanaan pemerintah untuk pendidikan tinggi harus ditingkatkan sehingga dapat mengatasi rendahnya tingkat partisipasi anak-anak yang paling miskin. Bantuan dana langsung kepada siswa miskin yang berprestasi merupakan upaya yang lebih adil, mendorong persaingan antar lembaga dan secara khusus memberikan insentif bagi lembaga swasta untuk meningkatkan kualitas. Sumber-sumber pendanaan pemerintah untuk penelitian pada lembaga pendidikan tinggi dapat diperoleh dari berbagai sumber termasuk departemen kesehatan, kementerian riset dan teknologi, serta departemen lain yang berkepentingan di dalam sistem. Kurikulum dan program pendidikan tinggi keguruan harus ditingkatkan secara menyeluruh untuk mengidentifikasi, mempertahankan dan menyiapkan lulusan universitas berkaliber atas sebagai pendidik generasi berikutnya

2 BANGKITNYA INDONESIA Posisi Saat Ini Pemerintah telah menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan akses dan kualitas serta pengelolaan sistem pendidikannya pada beberapa tahun terakhir, menempatkan sumber daya keuangan yang berarti untuk sektor tersebut. Kemajuan telah dibuat di semua bidang tetapi masih banyak tantangan yang dihadapi, khususnya karena beralih menuju posisi yang lebih bersaing sebagai negara berpenghasilan menengah. Pencapaian dan Akses Sistem pendidikan belum menghasilkan angkatan kerja dengan tingkat produksi yang tinggi maupun jumlah kelas menengah yang cukup besar. Hanya tujuh persen dari penduduk berusia 25 hingga 64 tahun pernah mengecap pendidikan tinggi dan hanya satu dari lima orang pernah menerima pendidikan sekolah menengah atas. Angka-angka ini lebih rendah dari sebagian besar negara-negara dengan tingkat pendapatan yang sebanding. Peningkatan pendaftaran untuk pendidikan menengah atas merupakan tanda yang menjanjikan, tetapi pertumbuhan pendidikan tinggi berjalan lebih lambat dibanding laju yang diperlukan untuk negara yang baru mencapai tingkat penghasilan menengah. telah membuat langkah-langkah besar untuk meningkatkan akses pendidikan dan diperkirakan akan mencapai pendidikan dasar sembilan tahun secara universal dalam waktu dekat. Dorongan pemerintah untuk meningkatkan akses pendidikan berhasil meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) di tingkat sekolah dasar dari di bawah 70 persen pada tahun 1975 hingga hampir mencakup seluruhnya pada tahun 1995. berada pada jalurnya dalam menyediakan pendidikan dasar sembilan tahun secara universal, dengan APK siswa sekolah menengah pertama mencapai lebih dari 80 persen pada tahun 2007. 1 Dana Bantuan Operasional Sekolah yang berlaku nasional untuk sekolah dasar dan menengah pertama, yang dimulai sejak thn 2005 dan mendanai sekolah berdasarkan jumlah siswa menunjukkan komitmen pemerintah untuk meraih tonggak pencapaian utama ini. Di luar pendidikan dasar, masih tertinggal di belakang negara-negara tetangganya yang berpenghasilan menengah. Walaupun tingkat partisipasi siswa sekolah menengah atas makin meningkat, hingga tahun 2007 besarnya hanya mencapai 56 persen dan kesenjangan yang terjadi relatif terhadap dengan negaranegara berpenghasilan menengah lainnya. Kesenjangan ini Gambar 1. Tingkat pendidikan penduduk dewasa berusia 25-64 tahun Russia US Canada Korea New Zealand EU19 average OECD average Australia Chile Brazil Mexico 0% 25% 50% 75% 100% Gambar 3. Perbandingan antar negara atas hasil pengujian matematika standar TIMSS 90 43-5 -53-100 Korea Singapore Chinese Taipei Australia International Median Sumber: Hasil pengujian TIMSS tahun 2007 below upper secondary upper secondary post-upper secondary /tertiary Sumber: Tinjauan sekilas pendidikan OECD tahun 2008 (data tahun 2006); Data dari Sakernas 2008; tahun 2002 dari ILO; tahun 2003/04 dari ILO. Gambar 2. Perbandingan lintas negara atas Angka Partisipasi Kasar (APK) beberapa negara Asia Timur terpilih Primary Junior Secondary Senior Secondary Tertiary 0 37.5 75.0 112.5 150.0 Gross Enrollment Rate (2006) Sumber: EDSTATS database tahun 2006 Syria Morocco Colombia Ghana China Mongolia Philippines Vietnam Cambodia Lao PDR Advanced >625 High 550-624 Intermediate 475-549 Low 400-474 Under Low <400 1 Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2007.

Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya 3 makin melebar ketika terkait dengan tingkat partisipasi di pendidikan tinggi, yang selalu berada pada kisaran 20 persen pada tahun-tahun terakhir. Kendala pada sisi permintaan dan penawaran harus ditangani untuk mempercepat keikutsertaan siswa. Kendala-kendala utama pendaftaran ke pendidikan tingkat menengah atas dan tinggi meliputi biaya yang tinggi, terutama bagi kaum miskin, kesan akan buruknya kualitas pendidikan dan tidak adanya manfaat memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Kurangnya jumlah sekolah, terutama pada tingkat menengah, juga tetap menjadi masalah utama. Kualitas Kualitas pendidikan masih terus menjadi tantangan, terutama untuk pendidikan dasar. Walaupun akses pendidikan dasar telah meningkat, hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk kualitas pendidikan: masih menempati peringkat yang rendah dalam pengujian berstandar internasional. Sebagai contoh, pada Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2006 dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007, kemampuan matematika lebih dari setengah siswa yang diuji berada di bawah tingkat yang digariskan sebagai tingkat kemampuan dasar. Hasil tes siswa berada di bawah negara-negara lain, walaupun setelah dilakukan penyesuaian untuk status sosial dan ekonomi keluarga, menunjukkan kekurangan dalam sistem sekolah, bukan karena keadaan ekonomi rumah tangga sebagai kontributor utama terhadap rendahnya kinerja. tertarik untuk berkarir sebagai pengajar. Undang-Undang tersebut juga memicu penyempurnaan pelatihan prajabatan guru dan berbagai upaya saat ini sedang dilakukan untuk melengkapi para guru dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk memenuhi standar baru yang lebih tinggi. Tata Kelola dan Pendanaan Pemerintah telah menempatkan bagian yang makin meningkat dari anggarannya untuk pendidikan, tetapi masih terdapat masalah belanja pendidikan yang tidak mencukupi dan tidak seimbang, terutama pada tingkat pendidikan tinggi. Belanja pemerintah untuk pendidikan yang biasanya rendah telah meningkat, secara relatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dari 2,8 persen di tahun 2001 menjadi 3,1 persen di tahun 2006 dan 3,3 persen di tahun 2008, menempatkan sebanding, Gambar 4. Tren belanja nasional 2001-2009 Billion rupiah 300,000 225,000 150,000 75,000 % of education to total expenditure Total education spending (2006=100) Total education spending nominal percent 25 19 13 6 Terdapat bukti yang jelas bahwa para guru merupakan faktor yang paling penting dalam kualitas pendidikan. Pada beberapa tahun terakhir telah melaksanakan reformasi besar untuk meningkatkan kualitas guru. Pada tingkat pendidikan dasar dan menengah pertama, hanya 18 persen dan 67 persen guru yang memiliki kualifikasi pendidikan tinggi empat tahun dengan gelar. Sebagian besar guru sekolah dasar hanyalah lulusan sekolah menengah atas atau lulusan program Diploma 2. Dengan Undang-Undang Guru (UU 19/2005), memulai salah satu program reformasi guru yang terbesar dan paling ambisius di dunia, yang mencakup hampir 3 juta guru. Undang-Undang tersebut mengharuskan guru untuk setidaknya meraih gelar dari pendidikan tinggi 4 tahun, dan menetapkan penyelenggaraan sistem sertifikasi guru. Sebagai insentif tambahan, guru-guru yang telah mendapat sertifikasi berhak menerima tunjangan profesi yang sebanding dengan gaji dasar guru, dan terdapat bukti bahwa caloncalon dengan kaliber yang lebih tinggi sekarang mulai 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008* 2009** Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan proyeksi APBN dan APBD; **2009 berdasarkan proyeksi anggaran Gambar 5. Pengeluaran publik dan swasta untuk Pendidikan Tinggi sebagai persentase dari total PDB 2.1 0.0 Tunisia 1.8 0.0 OECD avearage 1.3 0.4 Jamaica 1.1 1.6 India Paraguay Argentina 1.0 0.9 0.2 0.4 1.0 0.8 Private Public Korea 0.6 3.4 Uruguay 0.6 0.0 Chile 0.5 2.7 Peru 0.3 0.4 0.3 0.9 0 1.25 2.50 3.75 5.00 percentage Sumber: UNESCO: Indikator Pendidikan Dunia (WEI, 2007). Angka-angka mencerminkan perkiraan untuk 2004-05. Angka-angka berasal dari anggaran tahun 2009 0

4 BANGKITNYA INDONESIA atau di depan sebagian besar negara-negara berpenghasilan menengah. Walaupun investasi pada layanan pendidikan dasar telah meningkat, belanja pemerintah untuk pendidikan tinggi tetaplah rendah (sekitar 0,3 persen dari PDB), dan itupun terpusat secara tidak seimbang pada lembaga-lembaga pendidikan tinggi negeri yang hanya merupakan sepertiga dari seluruh jumlah siswa pendidikan tinggi. Hal ini berlanjut pada sistem pembiayaan yang sangat tidak adil untuk pendidikan tinggi. Dua puluh persen kaum terkaya menikmati manfaat dari 60 persen belanja pemerintah yang ditujukan bagi pendidikan tinggi. Tujuh puluh lima persen dari keseluruhan pembiayaan di pendidikan tinggi bergantung pada biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga, menghasikan kesenjangan besar antara yang kaya dan yang miskin: kurang dari 2 persen dari anak-anak dari keluarga termiskin dapat mengecap pendidikan tinggi, dibanding dengan 60 persen dari keluarga terkaya. Sistem pengukuran prestasi dan penilaian yang handal merupakan hal yang vital untuk mendukung penggunaan yang efektif dan efisien dari meningkatnya ketersediaan dana. Makin banyaknya dana tidak akan secara otomatis menghasilkan sistem pendidikan yang lebih baik, dan tanpa penjagaan yang baik, akan cenderung terbuang percuma. Penggunaan dana harus memiliki sasaran yang tepat dan pihak yang berkepentingan utama yang meningkatkan sistem tersebut harus mendapatkan pengakuan dan imbalan yang sesuai. Langkah menuju penganggaran berbasis kinerja merupakan langkah yang penting dan menyiapkan suatu landasan untuk pengembangan sistem pengukuran dan pertanggungjawaban. Bidang-bidang yang mendapatkan penekanan utama termasuk pengelolaan dana pemerintah dan penilaian pemberian layanan, penggunaan kontrak Gambar 6. Perbandingan lintas negara Rasio Guru Murid Philippines India Cambodia Lao PDR World Low & middle income Vietnam Mongolia Primary Secondary Lower middle income Korea, Rep. Singapore China United Kingdom United States High income 0 17.5 35.0 52.5 70.0 Sumber: Data database EDSTATS tahun 2006 berdasar kinerja dan tolok ukur jaminan kualitas. Banyak dari sistem pengukuran berdasarkan kinerja harus difokuskan pada tingkat sekolah dan daerah. Dengan desentralisasi, banyak tanggung jawab pengelolaan pendidikan telah bergulir ke tingkat lokal, menjadikan pengelolaan sekolah dan daerah yang kuat sebagai hal yang utama untuk kualitas dan efisiensi dalam sistem pendidikan. Standar layanan minimum untuk pendidikan hanya dapat tercapai melalui pengelolaan yang kuat pada tingkat daerah disertai dengan suatu sistem yang mengukur dan memberi imbalan pada pemberian layanan yang baik. Sementara memperkuat kapasitas lokal merupakan kebutuhan yang sering diajukan, daerah juga harus diberdayakan melalui perangkat yang membantu pemberian layanan, termasuk perangkat untuk mengukur kinerja pemberian pelayanan. Kinerja dan pertanggungjawaban berjalan bersama-sama. Saat ini masyarakat tidak mengetahui apakah pemerintah daerah dan sekolah-sekolah telah memenuhi standar minimum atau memberikan layanan berkualitas tinggi. Informasi akan hal itulah yang harus dibuka secara luas kepada masyarakat. Meningkatnya keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan berbasis sekolah, yang dapat menjadi alat yang efektif dalam memastikan transparansi fiskal, harus terus didorong. Terlalu banyaknya jumlah dan penyebaran guru yang tidak merata merupakan masalah yang belum ditangani. Porsi gaji guru menelan lebih dari setengah dari seluruh pengeluaran pendidikan, sehingga pengelolaan tenaga yang tidak efisien sangatlah mahal. memiliki rasio guru-murid yang termasuk paling rendah di dunia, diperkirakan 21 persen kelebihan guru menghabiskan lebih dari 10 persen dari keseluruhan anggaran pendidikan. Tunjangan profesi yang baru untuk guru yang mendapat sertifikasi memperburuk keadaan ini. Ketidakseimbangan juga muncul dari distribusi guru yang tidak merata, dengan terlalu banyak guru yang ditugaskan ke sekolah tertentu dan terlalu sedikit ke sekolah yang lain. Hal ini sangat jelas terlihat pada ketersediaan guru-guru pada perkotaan, pedesaan dan daerah-daerah terpencil. Enam puluh delapan persen dari sekolah di daerah perkotaan dan 52 persen di pedesaan memiliki terlalu banyak guru, sementara dua per tiga dari sekolah-sekolah yang terletak di daerah terpencil memiliki terlalu sedikit guru. Masalah pendistribusian harus dipecahkan di tingkat daerah. Empat puluh tujuh persen sekolah-sekolah dasar di memiliki jumlah murid kurang dari 150 orang, sehingga melaksanakan pengajaran banyak tingkat (multigrade teaching) merupakan cara ideal untuk menangani masalah kualitas dan efisiensi di berbagai bidang. Hal serupa terjadi pada tingkat menengah, pelatihan guru untuk mengajar lebih dari satu mata pelajaran akan menghasilkan fleksibilitas dan efisiensi yang lebih besar.

Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya 5 Prioritas Kebijakan untuk yang sedang Bangkit Terdapat kesempatan bagi untuk membentuk sistem pendidikannya sehingga dapat mendukung kemajuannya menjadi negara berpenghasilan menengah. Berikut adalah bidang-bidang utama yang harus mendapatkan penekanan. Peningkatan kualitas dan pemberian layanan pendidikan dasar sembilan tahun adalah vital bagi pendidikan siswa, dan akan didorong pada tingkat daerah dan sekolah. Memenuhi standar layanan minimum pendidikan hanya dapat dilakukan melalui pengelolaan yang kuat pada tingkat daerah. Suatu sistem yang dapat dipertanggungjawabkan oleh daerah dan sekolah kepada masyarakat atas pemberian layanan pendidikan yang berkualitas merupakan pendorong utama reformasi. Bagian utama berikut harus disertakan ke dalam agenda kantor pendidikan di daerah dan manajemen sekolah: 1. Penggunaan wajib atas instrumen penilaian oleh sekolah untuk secara terus-menerus untuk memantau kemajuan proses belajar dari setiap siswa dan penggunaan upaya perbaikan untuk mendukung siswa dengan prestasi yang rendah. Suatu rencana penerapan yang rinci harus menjadi bagian yang wajib disertakan di dalam rencana dan anggaran tahunan sekolah (APBS) dan Memorandum Kesepakatan (MoU) antara pihak sekolah dan daerah. 2. Anggaran dan wewenang harus diberikan kepada sekolah-sekolah untuk mengangkat dan memberhentikan guru-guru kontrak. Guruguru kontrak harus dipandu oleh guru-guru yang mempunyai rekam jejak yang kuat dalam prestasi pengajaran. Pemutusan atau perpanjangan kontrak harus berdasarkan pada penilaian prestasi. 3. Sistem buku rapor harus digunakan oleh sekolah dan daerah untuk meningkatkan kesadaran publik atas pemberian layanan. Buku rapor tersebut harus menekankan pada pelaporan angka penilaian prestasi siswa dan prestasi guru di ruang kelas, untuk meningkatkan kesadaran dan keikutsertaan masyarakat di dalam sistem pendidikan dan menemukan bidangbidang yang dapat ditingkatkan lebih lanjut. 4. Penilaian prestasi guru harus dilaksanakan secara rutin oleh pengawas dan hasilnya dibicarakan bersama para guru. Upaya-upaya perbaikan seperti turut serta dalam supervise klinis terhadap efektivitas pembelajaran di dalam kelas harus dipertimbangkan. 5. Melakukan reformasi tenaga pengajar dan memberikan insentif bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan penempatan guru. Hal-hal utama dalam reformasi dimaksud mencakup: Lakukan revisi atas perumusan Dana Alokasi Umum (DAU) untuk menghilangkan anggapan bahwa makin banyak yang direkrut, makin besar alokasi anggaran yang didapat. Bagian gaji guru pada DAU harus diberikan kepada daerah sebagai dana hibah yang sebanding dengan jumlah penduduk usia sekolah. Daerah terpencil dan tidak beruntung bisa diberikan penempatan anggaran yang lebih banyak sebagai insentif. Gunakan angka pendaftaran siswa yang akurat sebagai dasar perumusan tenaga pengajar sekolah dibanding menggunakan jumlah ruang kelas, dengan pembobotan untuk sekolah-sekolah yang lebih kecil untuk menjamin tidak terjadi kekurangan tenaga pengajar. Terapkan pendekatan pembelajaran kelas-rangkap (Multi-grade teaching) di sekolah-sekolah kecil. Tingkatkan fleksibilitas pada tingkat sekolah menengah dengan menghilangkan persyaratan hanya mengajar satu mata pelajaran saja dan mengijinkan para guru untuk mendapatkan akreditasi untuk lebih dari satu mata pelajaran 6. Pemerintah pusat harus memainkan peranan penting dalam mendorong pemberian layanan melalui (i) penyusunan perangkat bagi sekolah-sekolah dan daerah untuk menilai prestasi guru dan murid, (ii) perumusan ulang norma tenaga pengajar untuk menjamin penempatan guru yang efisien dan adil, (iii) pemberian umpan balik yang tepat waktu melalui pengawasan dan evaluasi sekolah-sekolah dan daerah Membangun sistem pendidikan menengah atas dan pendidikan tinggi yang kokoh sangatlah penting untuk menghasilkan angkatan kerja yang berpendidikan tinggi dan terampil, dan juga guru-guru dengan kualitas terbaik. Untuk mencapai hal itu, prioritas harus diberikan kepada reformasi kebijakan berikut: 1. Reformasi pendidikan menengah atas dengan penekanan pada penguatan kurikulum, meningkatkan kualitas pendidikan, memenuhi peningkatan permintaan akan perluasan, dan memastikan keadilan. Pendidikan menengah atas adalah jembatan yang sangat penting antara pendidikan tingkat dasar dan tinggi. Pemisahan antara jalur pendidikan umum dan kejuruan harus ditunda sampai tahun kedua atau ketiga sekolah menengah atas. Ini akan memberikan kesempatan kepada semua murid untuk membangun dasar teori yang kuat yang akan meningkatkan fleksibilitas dan kemampuan penyesuaian diri dari angkatan kerja untuk menghadapi

6 BANGKITNYA INDONESIA pasar tenaga kerja yang cepat berubah. Sementara itu, untuk memenuhi peningkatan permintaan, sekolahsekolah swasta harus terus berperan penting, tetapi harus mengubah pandangan bahwa mereka adalah penyedia layanan pilihan kedua. Berpandangan ke depan, pemerintah harus terus menggali cara-cara yang inovatif untuk mendukung pendidikan swasta, seperti meningkatkan pembiayaan dari segi kebutuhan dengan menggunakan voucher sekolah. Voucher tersebut tidak hanya dapat memberi subsidi kepada pelajar miskin agar dapat mengecap pendidikan menengah atas, tetapi juga merupakan cara yang efektif untuk memicu persaingan antar sekolah, mendukung mereka untuk meningkatkan kualitas mengajar mereka untuk menarik siswa. 2. Reformasi pendidikan tinggi. Pendanaan pemerintah untuk pendidikan tinggi harus ditingkatkan, tetapi dalam bentuk yang adil untuk menangani rendahnya tingkat partisipasi dari kaum termiskin. Bantuan pembiayaan langsung kepada murid-murid miskin dengan prestasi yang baik, menawarkan manfaat berlipat, untuk meningkatkan keadilan dan juga memberikan insentif bagi lembaga pendidikan - baik negeri dan swasta - untuk saling bersaing. Jumlah sumber dana untuk pendidikan tinggi sangatlah terbatas dan terdapat kebutuhan untuk meragamkan sumber-sumber pendanaan dari badan-badan pemerintah yang berbeda, seperti kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mempercepat perluasan pendidikan tinggi, perlu dilakukan identifikasi hambatan-hambatan tambahan dalam hal masalah kelembagaan pasar tenaga kerja dan dampak dari pasar tenaga kerja informal. 3. Meningkatkan kualitas guru yang tidak hanya sebatas sertifikasi, melalui pendalaman reformasi prajabatan. Melalui Undang-Undang Guru (tahun 2005), upaya dan sumber daya yang cukup besar telah ditempatkan untuk meningkatkan guru-guru yang ada. Keberhasilan UU itu akan bergantung pada dampaknya terhadap karakteristik guru-guru baru yang mulai memasuki profesi ini. Dengan demikian, sekarang berada pada titik kritis dalam melaksanakan reformasi program pelatihan guru. Peningkatan kompensasi telah menarik lebih banyak calon dengan kualitas yang lebih baik masuk ke program-program pendidikan guru. Banyak program baru (seperti S1 untuk guru SD, dan pendidikan pasca program S1) yang bermunculan, membuka kesempatan peningkatan yang cukup besar dalam rancangan kurikulum dan penyampaiannya. Beban pendanaan bagi pemerintah juga dapat diatasi melalui angkatan pendidik yang lebih ramping, tapi dengan kualitas yang lebih tinggi, jika program-program tersebut direncanakan dengan baik. Program pelatihan prajabatan yang baik akan membantu pemilihan dan mempertahankan lulusan universitas berkualitas tinggi sebagai guru pengajar. Bagaimana Bank Dunia Dapat Membantu Bank Dunia mendukung program pendidikan anak usia dini, dasar dan tinggi. Keterlibatan saat ini lebih menekankan pada upaya pendidikan dasar sembilan tahun, meningkatkan kesiapan siswa pada saat masuk ke sekolah, belajar melalui program-program pengembangan anak usia dini yang dituju, meningkatkan kualifikasi guru, dan memperkuat manajemen berbasis sekolah. Bank Dunia juga telah mendukung pembangunan kapasitas penelitian dan pengajaran pada lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Bantuan lebih lanjut dari Bank Dunia akan bertumpu pada upaya-upaya yang ada untuk mendukung agenda reformasi pendidikan pemerintah pada bidang-bidang berikut: 1. Pertanggungjawaban yang lebih baik untuk peningkatan kualitas pendidikan dasar. Bank Dunia dapat membantu Pemerintah untuk memperkuat rancangan teknis dan meningkatkan penerapan program-program reformasi sekolah dan daerah yang bertujuan untuk membuat mereka bertanggung jawab kepada masyarakat untuk pendidikan yang berkualitas, termasuk melalui bantuan perancangan penilaian yang tepat dan perangkat pelaporan dan upaya perbaikan baik bagi pendidik dan murid; dan penyebaran praktik terbaik internasional. 2. Pendidikan guru prajabatan. Kepiawaian Bank Dunia dapat digunakan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan pelaksanaan bagi proses reformasi pemilihan dan pelatihan calon-calon peserta pelatihan guru. Juga dapat digunakan untuk mendukung pengembangan program pelatihan yang baru, memberikan nasihat kebutuhan kapasitas pelatihan prajabatan, dan memperkenalkan praktik-praktik internasional khusus yang dapat diterapkan pada lembaga pelatihan guru di. 3. Reformasi pendidikan menengah atas. Bantuan teknis dapat diberikan untuk merancang dan menerapkan restrukturisasi sistem pendidikan secara bertahap yang akan menunda pemisahan jalur umum dan kejuruan hingga tahun kedua atau ketiga dari sekolah menengah atas. Bank Dunia juga dapat memberikan model sistem voucher yang ditujukan/ dirancang dengan baik yang dilaksanakan dan dipantau secara efektif.

Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya 7 4. Kualitas dan akses terhadap pendidikan tinggi. Bank Dunia dapat melakukan pemeriksaan terhadap pendanaan pendidikan tinggi untuk meningkatkan kualitas dan akses yang adil; menunjukkan penghambat-penghambat utama yang membatasi perkembangan pendidikan tinggi, memberikan bantuan dalam perancangan dan penerapan program bantuan keuangan langsung kepada siswa miskin; dan menawarkan layanan konsultasi untuk diversifikasi pendanaan penelitian bagi lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Kantor Bank Dunia Jakarta Gedung Bursa Efek Menara 2, lantai 12 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190, ph. + 62 21 5299 3000 fax. + 62 21 5299 3111 http://www.worldbank.org/id untuk informasi, silakan hubungi: Ms. Mae Chu Chang Lead Education Specialist mchang@worldbank.org Mendukung Institusi yang Inklusif untuk Pembangunan yang Berkelanjutan