AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH PENDAMPING : PARALEL B KARAKTERISASI LIMBAH FLY ASH BATUBARA SEBAGAI MATERIAL KONVERSI ADSORBEN DAN UJI KETAHANAN PANAS STRUKTURPADATAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AKTIVASI DAN KARAKTERISASI FLY ASH SEBAGAI MATERIAL ADSORBEN LIMBAH TIMBAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

Bab III Metodologi Penelitian

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

Sintesis Zeolit Dari Abu Layang Dengan Metode Hidrotermal dan Uji Adsorptivitas Terhadap Logam Timbal (Pb)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

Hariadi Aziz E.K

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

Indonesian Journal of Chemical Science

Metodologi Penelitian

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

Pengaruh Ukuran Partikel, Zat Aktivator, Waktu Aktivasi Dan Waktu Serap Adsorben Fly Ash Untuk Mendegradasi Logam Timbal (Pb) Pada Air Lindi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN PENGGUNAAN NAOH-NAH DENGAN NAOH-NA 2 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT IMPURITIES PADA PEMURNIAN GARAM DAPUR

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODE PENELITIAN

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PREPARASI DAN APLIKASI SILIKA GEL YANG BERSUMBER DARI BIOMASSA UNTUK ADSORPSI LOGAM BERAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab III Metodologi Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur di tiap-tiap wilayah semakin meningkat, seiring dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

3. Metodologi Penelitian

KARAKTERISASI FLY ASH BATUBARA SEBAGAI BAHAN KATALITIK KONVERTER DALAM MEREDUKSI GAS BUANG HC DAN CO KENDARAAN BERMOTOR

BAB III METODE PENELITIAN

Indo. J. Chem. Sci. 6 (1) (2017) Indonesian Journal of Chemical Science

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

Pemanfaatan Fly Ash Batubara sebagai Adsorben Emisi Gas CO pada Kendaraan Bermotor

DAYA ADSORPSI METANIL YELLOW DENGAN MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM TERAKTIVASI HCl

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

4 Hasil dan Pembahasan

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,

3 Metodologi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

Jurnal MIPA 37 (1): (2014) Jurnal MIPA.

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

Transkripsi:

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING Widi Astuti 1, F. Widhi Mahatmanti 2 1 Fakultas Teknik, 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang Abstrak. Masalah utama pada pembangkit listrik tenaga uap yang menggunakan batubara sebagai sumber energi adalah adanya limbah padat berupa abu layang batubara. Abu ini belum termanfaatkan dengan baik dan hanya ditumpuk dalam landfill sehingga menyebabkan masalah lingkungan. Abu layang tersusun atas beberapa oksida berpori (terutaman silika) dan unburned carbon yang mempunyai potensi baik sebagai adsorben. Namun,tingginya tingkat kristalinitas silika dan kandungan unburned carbon dapat menyebabkan turunnya kapasitas adsorpsi. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh kristalinitas silika dan unburned carbon terhadap kapasitas adsorpsi timbal. Penurunan kristalinitas dilakukan dengan larutan NaOH sedangkan penurunan kadar unburned carbon menggunakan larutan H 2 SO 4. Hasilnya, perlakuan dengan H 2 SO 4 40% vol. selama 2 jam dengan suhu 40 o C mampu menurunkan kandungan karbon sebesar 63%, dan meningkatkan kapasitas adsorpsi sebesar 65,28%. Sementara perlakuan dengan NaOH dapat menurunkan tingkat kristalinitas dan meningkatkan kapasitas adsorpsi hingga hampir 100%. Kata kunci : abu layang batubara, adsorben, timbal PENDAHULUAN Pembangkit listrik tenaga uap yang menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya menghasilkan limbah padat berupa abu layang dalam jumlah yang cukup besar, mencapai 7,87% dari batubara yang digunakan (Herry, 1993). Bila hal ini dibiarkan terus menerus maka abu layang tidak mempunyai nilai ekonomi dan justru akan menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitarnya, seperti yang terjadi di Dukuh Ngelo, Desa Tubanan, Kecamatan Kembang Jepara, dimana PLTU Tanjung Jati B didirikan. Sejak PLTU tersebut berdiri, 95% warga Dukuh Ngelo mengalami infeksi pernafasan, dan semua perkakas, jemuran pakaian kotor terkena abu (Cahyono, 2007). Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha nyata untuk mengolah dan memanfaatkan abu layang ini sebanyak-banyaknya dan seefektif mungkin. Di sisi lain sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk, kebutuhan air untuk berbagai keperluan semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan air bersih saat ini sudah mulai menjadi masalah yang cukup serius. Hal ini diperburuk lagi dengan makin meningkatnya pencemaran air oleh limbah industri, terutama industri-industri yang banyak menggunakan logam berat seperti elektroplating yang seringkali tidak memperhatikan kualitas limbah cair yang dibuang. Komposisi kimia abu layang menunjukkan bahwa sebagian besar tersusun atas oksida logam, terutama SiO 2 dan Al 2 O 3 yang mempunyai situs aktif sehingga dimungkinkan abu dapat digunakan sebagai adsorbent logam berat (Mattigold et al., 1990). Namun, pembakaran batu bara untuk keperluan pembangkit tenaga listrik yang memerlukan suhu tinggi seringkali menghasilkan abu layang dengan kandungan SiO 2 dalam fase kristalin, dan kandungan unburned carbon tinggi dimana hal ini akan menurunkan kapasitas adsorpsi abu terhadap logam berat. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh 112

unburned carbon dan kristalinitas SiO 2 terhadap kemampuan adsorpsi logam timbal dalam limbah cair elektroplating. METODE PENELITIAN Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat alat refluks, seperangkat alat spektrofotometer serapan atom merk Perkin Elmer, seperangkat alat XRD 6000 merk Shimadzu, shaker mekanik, oven pemanas merk Memmert, furnace tube merk Thermoline, penggerus agat, pemanas, ph meter dan alat-alat gelas. Bahan baku penelitian ini berupa abu layang batubara yang diambil dari PLTU tanjungjati sebagai material utama sintesis dan bahan-bahan kimia yang meliputi NaOH, H 2 SO 4, larutan Pb 2+. Abu layang batubara yang diambil dari PLTU Tanjungjati B, dicuci dengan aquades, kemudian dikeringkan. Padatan yang dihasilkan dihaluskan menggunakan agat dan diayak dengan ayakan 170 mesh (90 m). Abu layang hasil perlakuan ini disebut sebagai FA-A. Abu kemudian dibagi menjadi tiga perlakuan. Perlakuan pertama, 300 ml H 2 SO 4 dengan konsentrasi asam sulfat 20 dan 40% ditambahkan ke dalam 50 g abu layang kemudian direfluks pada suhu 40 o C selama 2 jam. Abu kemudian dicuci aquades beberapa kali hingga netral. Abu hasil perlakuan ini disebut sebagai FA-B. Perlakuan kedua terhadap abu dilakukan dengan cara merefluks 50 g abu dengan 300 ml larutan NaOH dengan konsentrasi 1 dan 3M pada temperatur 40 o C selama 2 jam. Selanjutnya, abu disaring dan dicuci dengan aquades dan dikeringkan. Abu hasil perlakuan ini disebut sebagai FA-C. Abu hasil perlakuan ini kemudian dianalisis kandungan karbon dan kristalinitasnya. Secara umum, tahap uji kapasitas adsorpsi dilakukan dengan cara mengontakkan langsung antara adsorben dan adsorbat dalam suatu batch adsorpsi. Abu layang (FA-A, FA-B, FA-C) 0,05 g dicampur dengan berbagai konsentrasi (sebagai variabel) larutan Pb 2+ sebanyak 50 ml pada ph 5 di erlenmeyer. Erlenmeyer tersebut kemudian dimasukkan dalam alat penggoncang (shaker termostat) dengan kecepatan konstan 20 rpm selama 2 jam. Adsorben dan adsorbat dipisahkan dengan cara sentrifugasi dan larutan kemudian dianalisis menggunakan AAS. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis sesuai dengan jenis datanya. Difraktogram dari XRD dicocokkan melalui data JCPDS yang ada dalam alat tersebut, melalui program search and match kemudian dianalisis secara deskriptif. Sedangkan data konsentrasi timbal pada sampel limbah elektroplating dianalisis dengan AAS. Adsorbansi yang terbaca pada AAS kemudian dikonversi ke dalam konsentrasi yang dapat dibaca melalui kurva adsorbansi yang harus dibuat terlebih dahulu dari larutan standar timbal, agar dapat diketahui hubungan antara data adsorbansi yang ditunjukkan pada AAS dengan konsentrasi timbal dalam larutan sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Abu Layang Batubara PLTU Tanjungjati Tiga kandungan utama pada abu layang Tanjungjati yaitu SiO 2 sebesar 42, 27 %, Al 2 O 3 sebesar 22, 33% dan Fe 2 O 3 sebesar 12, 45% (Tabel 1).Kondisi silika dan alumina dalam abu layang cukup besar yang memungkinkan abu layang digunakan sebagai adsorben yang potensial. Dengan besarnya kadar kedua komponen tersebut dalam abu layang berarti banyak pusat-pusat aktif dari permukaan padatan yang dapat berinteraksi dengan adsorbat, misalnya ion-ion logam (Jumaeri, 1995:11).Proses adsorpsi dapat berlangsung secara efektif apabila ada kesesuaian sifat antara adsorben dengan adsorbat. Bila sisi aktif bersifat basa atau berupa anion maka adsorpsi maksimal terjadi pada spesies adsorbat yang bersifat asam atau kation, demikian juga sebaliknya. Analisis difraksi sinar X dilakukan menggunakan alat XRD merk Shimadsu XD-160 dengan panjang gelombang 1,54060 Å menggunakan radiasi dari tabung terget Cu, tegangan 40, 0 kv, arus 30, 0 ma dan daerah pengamatan antara 3,000-90,00 derajat (Gambar 4.2). Identifikasi 113

dilakukan dengan mencocokan pola difraksi sinar X dengan difraksi menurut standar JCPDS ( Joint Commite of Powder Difraction Standar). Pola difraksi sinar X abu layang batubara menunjukan adanya puncak-puncak tajam pada 2 θ: 26,7687 0 ; 2 θ: 20,9787 ; 2 θ : 35,8400 ; 2 θ : 32, 2950 ; 2 θ : 36,4800 ;2 θ : 24,1300. Puncak tajam pada 2 θ: 26,7687 0 ; 2 θ: 20,9787; 2 θ : 36,4800, menunjukan adanya kuarsa, (JCPDS, kode: 82-0511), ( JCPDS, kode: 78-2315), ( JCPDS kode : 83-0539), sedangkan pada puncak 2 θ : 32, 2950 menunjukan adanya mineral Lime, (JCPDS, kode: 43-1001), pada puncak, 2 θ: 35,8400 menunjukan adanya mineral magnetite (Fe 3 O 4 ), (JCPDS, kode : 24-0072 ), dan pada puncak, 2 θ : 24,1300 menunjukan adanya mineral hematite ( JCPDS, kode : 24-0072 ).Dari data tersebut maka dapat diketahui bahwa SiO 2 dan Fe 2 O 3, Fe 3 O 4, CaO, dalam abu berada pada fase kristal sedangkan Al 2 O 3 berada dalam fase amorf. Tabel 1. Komposisi Kimia Abu Layang Tanjungjati No Komponen Kandungan (% berat) 1. SiO 2 42,27 2. Al 2 O 3 22,33 3. CaO 7,60 4. MgO 3,41 5. Fe 2 O 3 12,45 6. MnO 0,0855 7. Na 2 O 2,04 8. K 2 O 2,05 9. CuO 0,0098 10. As 2 O 3 0,0038 11. P 2 O 5 0,294 12. SO 3 1,21 13. Unburned carbon 19,11 H M Gambar.1 Difraktrogram Abu layang Tanjungjati ( : kuarsa, H: Hematit, M : Magnetite ) Uji Kuantitatif Abu Layang Batubara Teraktivasi a. Abu Layang yang diaktivasi dengan H 2 SO 4 Fungsi H 2 SO 4 dalam proses aktivasi adalah untuk menghilangkan karbon yang tidak terbakar (unburned carbon) yang dapat bersifat sebagai pengotor dan menganggu dalam proses adsorpsi. Dengan adanya perlakuan menggunakan H 2 SO 4 ini terlihat adanya penurunan karbon ( Lihat tabel 2) yang lebih besar dibandingkan jika aktivasi dilakukan menggunakan NaOH. 114

Tabel.2 Kandungan karbon sebelum dan sesudah aktivasi Jenis perlakuan Konsentrasi reagen Kandungan karbon (%) Tanpa perlakuan 19,11 H 2 SO 4 (B) 20 % 12,34 40 % 7,04 NaOH (C) 1 M 15,38 3 M 10,80 Dengan semakin berkurangnya karbon maka proses adsorpsi seharusnya dapat lebih efektif tapi ternyata dengan pada perlakuan dengan H 2 SO 4, kemampuan penyerapan logam Pb justru lebih rendah daripada jika menggunakan NaOH ( lihat tabel 2), keadaan ini disebabkan oksida Al ikut bereaksi sehingga mengurangi keberadaan situs aktif yang mempunyai peranan penting dalam proses adsorpsi. Pada perlakuan yang sama, semakin kecil kandungan karbon, proses adsorpsi semakin efektif sehingga dapat disimpulkan bahwa unburned carbon mengganggu proses adsorpsi. Hal ini dimungkinkan, peran situs aktif silica dan alumina dalam proses adsorpsi lebih besar daripada pori unburned carbon. Jika kadar karbon terlalu tinggi maka situs aktif akan tertutup dengan karbon dan menurunkan kemampuan adsorpsi timal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa unburned carbon merukana pengotor dalam proses adsorpsi timbal. Konsentrasi awal larutan berpengaruh terhadap kemampuan adsorpsi. Dalam range penelitian yang dilakukan, yaitu untuk konsentrasi Pb awal 0,001-0,01 M, semakin tinggi konsentrasi, Pb yang terserap semakin besar. Namun demikian, diduga kemampuan adsorpsi ini mempunyai batas maksimal, sehingga pada konsentrasi tertentu, semakin tinggi konsentrasi Pb awal tidak akan meningkatkan kemampuan adsorpsi. Hal ini disebabkan telah jenuhnya situs aktif. Tabel 3. Pb teradsorp (%) pada perlakuan abu layang dengan H 2 SO 4 Perlakuan dengan H 2 SO 4 suhu 40 o C waktu 2 jam Konsentrasi H 2 SO 4 40% Kadar karbon 7,04% Aplikasi untuk adsorpsi Pb Konsentrasi awal Pb % Pb teradsorpsi 0,0010 55,73 0,0025 60,24 0,0050 67,37 0,0075 68,45 0,0100 70,08 Perlakuan dengan H 2 SO 4 suhu 40 o C waktu 2 jam Konsentrasi H 2 SO 4 20% Kadar karbon 12,34% Aplikasi untuk adsorpsi Pb Konsentrasi awal Pb % Pb teradsorpsi 0,0010 43,94 0,0025 54,03 0,0050 61,64 0,0075 65,35 0,0100 67,92 115

b.abu Layang yang diaktivasi dengan NaOH 3M Fungsi dari NaOH didalam proses ini untuk menurunkan kristalinitas SiO 2. Berkurangnya kekristalan SiO 2 ternyata mampu menurunkan kadar Pb dalam sampel limbah lebih banyak daripada perlakuan aktivasi dengan H 2 SO 4, sebesar 81,18 %. Hal ini menunjukan pada fase amorf lebih efektif sebagai adsorben. Tabel 4. Pb teradsorp (%) pada perlakuan abu layang dengan NaOH Perlakuan dengan NaOH suhu 40 o C waktu 2 jam Konsentrasi H 2 SO 4 3 M Kadar karbon 10,8 % Aplikasi untuk adsorpsi Pb Konsentrasi awal Pb % Pb teradsorpsi 0,0010 58,24 0,0025 66,30 0,0050 79,60 0,0075 80,55 0,0100 81,18 Uji Kualitatif Abu Layang Batubara Teraktivasi Penentuan jenis mineral dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar x, mineral penyusun sampel ditunjukan oleh daerah munculnya puncak 2 θ spectra hasil analisis difraksi sinar x dicocokan dengan data JCPDS ( Joint Commite on Powder Diffraction Standars ), sehingga jenis mineral akan diketahui. Metode difraksi sinar X dilakukan untuk mengamati mineral yang terdapat pada abu layang sebelum dan sesudah perlakuan dengan H 2 SO 4 dan NaOH. Difraktrogram abu layang sebelum diaktivasi dan sesudah diaktivasi dapat dilihat pada gambar 2. H 116

H Gambar.2 Difraktrogram Abu layang setelah perlakuan : 1) dengan H 2 SO 4, 2) dengan NaOH ( : kuarsa, H: Hematit, M : Magnetite ) Pada abu layang yang diaktivasi dengan H 2 SO 4 40%, memperlihatkan puncak- puncak tajam pada harga 2θ :26, 6254 0 ; 2θ: 25,5039 0 ; 2θ : 24,0146 0 ; 20,8276 0 ; 2θ : 22,9950 0 ; 2 θ : 35,6400 0. Pada puncak-puncak 2θ :26, 6254 0 ; 2θ: 25,5039 0 ; 2θ : 20,8276 0 ; 2θ : 22,9950 0 ; 2 θ : 35,6400 0 menunjukan adanya mineral kuarsa (JCPDS: 79-1910), (JCPDS: 81-1665), (JCPDS:83-0539 ), (JCPDS:79-1913 ), (JCPDS: 80-2157), sedangkan pada puncak 2θ : 24,0146 0 menunjukan adanya mineral hematite ( Fe 2 O 3 ), (JCPDS:83-0539 ). Abu layang yang diaktivasi dengan NaOH 3 M memperlihatkan puncak-puncak tajam pada harga 2θ : 26,6113 0 ; 2θ: 24,0004 0 ; 2θ: 29,9500 0 ; 2θ: 27,1350 ; 2θ : 7,1655 0 ; 2θ : 21, 6525 0, pada puncak 2θ : 26,6113 0 ; 2θ: 24,0004 0 ; 2θ: 27,1350 0 ; 21, 6525 0, menunjukan adanya mineral kuarsa (JCPDS: 83-0539), (JCPDS: 72-0469), (JCPDS: 83-0541), (JCPDS: 79-0957), sedangkan pada puncak 2θ: 29,9500 0 ; 2θ : 7,1655 0 menunjukan adanya mineral magnetite (JCPDS: 76-0957). Puncak utama pada abu layang sebelum dan sesudah perlakuan didominasi dengan mineral kuarsa yang merupakan komponen utama abu layang, puncak kuarsa dan hematite pada abu layang yang diaktivasi dengan H 2 SO 4 40% menunjukan peningkatan intensitas, yang berarti terjadi peningkatan kristalinitas, sedangkan abu layang yang diaktivasi dengan NaOH terjadi penurunan intensitas pada puncak kuarsa.hal ini menunjukan terjadinya perubahan fase kristalin menjadi amorf. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pertama, perlakuan dengan H 2 SO 4 akan menurunkan kandungan unburned carbon dalam abu layang. Semakin besar konsentrasi H 2 SO 4 maka kadar carbon semakin berkurang. Dalam uji kemampuan adsorpsi Pb, adanya karbon dapat menurunkan kemampuan adsorpsi. Kedua, perlakuan dengan NaOH akan menurunkan tingkat kristalinitas abu layang. Abu layang yang semakin amorf ini (tingkat kristalinitasnya rendah) mempunyai kemampuan adsorpsi Pb yang semakin tinggi. 117

DAFTAR PUSTAKA Cahyono, B. 2007. Warga Sekitar PLTU, 95 Persen Alami Infeksi Pernafasan. Harian Suara Merdeka. 4 Desember 2007. Herry P. 1993. Abu Terbang dan Pemanfaatannya. Makalah Seminar Nasional Batu Bara Indonesia. UGM Yogyakarta. 7-8 September 1993 Jumaeri. 1995. Studi Tentang Pemanfaatan Abu Layang Sebagai Adsorben Zat Warna dalam Larutan Air. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Mattigold, S. V., et.al. 1990. Geochemichal factors controlling the mobilization of inorganic constituents from fossil fuel combustion residues: 118