BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hamzah, Nyorong, 2013). Sebagai instansi yang berorientasi pada pelanggan (consumeroriented),

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BABI PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dilahirkan dengan suatu keinginan untuk beragama.

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triyana, (2006:2) Mangkunegara (2008 : 67), Rivai dan Basri (2005:50)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. individualnya masing-masing (gaji, kepuasan kerja, dll) yang bekerjasama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. tertutup bagi dunia luar, tekhnologi informasi dan komunikasi telah merangsang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan dengan tenaga sumber daya manusia yang dominan, kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. yang menggerakkan dinamika organisasi, semakin besar organisasi, masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik tidak akan pernah mengabaikan sumber daya manusia mereka, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/korporat (corporate social responsibilities ), workforce diversities,

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dari perusahaan. Akan sangat menguntungkan perusahaan, jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA


BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. agara diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Fungsi MSDM. dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu (Husein, 2002) :

BAB I PENDAHULUAN. 2001), bahkan dijaman sekarang ini bukan lagi perusahaan besar mengalahkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor

BAB I PENDAHULUAN. sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Rumah Sakit sebagai tempat layanan kesehatan publik makin dituntut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia. dikatakan makhluk sosial, karena kehidupannya selalu bergantung kepada

BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga. kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior (OCB) individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan dihargai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dan karyawan merupakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. kontra prestasi berupa upah atau gaji yang memadai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai sumber daya dalam perusahaan sangat

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PT. TYFOUNTEX INDONESIA GUMPANG - KARTASURA ABSTRAKSI. Derajat Sarjana S-1

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini, membawa dampak timbulnya persaingan di dunia usaha yang semakin ketat.

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. selalu berubah sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. peletakan batu pertama (ground breaking) dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah H.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan sistem manajamen yang dapat mendorong organisasi agar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset utama suatu perusahaan,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. penting, karena terbukti besar manfaatnya baik bagi kepentingan individu, industri,

BAB I PENDAHULUAN. Adapun nilai tersebut adalah unik, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya adalah tersedianya karyawan/sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tertinggal dari masyarakat lainnya, pembangunan di. berdampak positif bagi peningkatan berbagai aspek kehidupan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. muda. Berdasarkan laporan yang dirilis NBL Indonesia, untuk tahun ini NBL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia memegang peran bagi oraganisasi dalam mencapai tujuanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi maupun industri. Dengan adanya globalisasi maka dunia usaha mau

Kuesioner (Job Insecurity) A. Arti Penting Aspek Kerja 1. Sangat Tidak Penting (STP) 2. Tidak Penting (TP) 3. Tidak Tahu, Apakah penting atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era Globalisasi membawa dampak pada perubahan-perubahan yang

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

PENDAHULUAN. Setiap perusahaan mengharapkan produktivitas kinerja yang optimal dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dasar suatu organisasi adalah manusia (individu). Sumber daya manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan organisasi pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena merupakan salah satu sarana penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus tempat anggota masyarakat mencari nafkah serta tempat menyalurkan bakat dan potensinya dalam kegiatan kerja. Menurut Allen dalam (As ad,1982:100) mengatakan betapapun sempurnanya rencana-rencana organisasi dan pengawasan serta penelitiannnya, bila mereka tidak dapat menjalankan tugasnya dengan minat dan gembira, maka suatu organisasi tidak akan mencapai hasil sebanyak yang sebenarnya dapat dicapainya. Kunci keberhasilan organisasi dapat dikatakan tergantung pada bagaimana kerjasama para anggota dalam organisasi dalam mencapai tujuan organisasi, dimana diharapkan individu tersebut dapat tetap bergabung dan berpatisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan organisasinya. Sama dengan halnya didalam organisasi di Gereja, tidak lepas juga dari individu-individu yang ingin mengembangkan potensinya masuk kedalam kepengurusan Gerejawi dimana bertujuan untuk mencapai visi, misi, dan nilai yang sama dengan Gerejawi, walaupun mereka tanpa mendapatkan bayaran. Di dalam struktur ada dua kategori dalam pembagian karyawan di gereja, yang pertama adalah karyawankaryawan yang bekerja di gereja dan mendapatkan bayaran atas apa yang mereka kerjakan untuk gereja, dan yang kedua adalah

sukarelawan dimana mereka melakukan suatu pekerjaan tanpa mendapatkan bayaran atas segala sesuatu yang telah mereka kerjakan. Karyawan sukarelawan salah satunya adalah komisi pelayanan anak yaitu komisi yang merupakan badan pembantu majelis jemaat yang melaksanakan bidang pelayanan pada anak-anak sekolah minggu. Karyawan sukarelawan itu adalah guru-guru sekolah minggu dimana mereka bekerja tanpa mendapatkan bayaran. Meskipun para guru-guru sekolah minggu tidak mendapatkan bayaran atas kinerja yang telah mereka berikan, Gereja tetap mengharapkan para guru-guru tetap aktif dan selalu berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan yang telah direncanakan untuk anak-anak sekolah minggu. Menyadari begitu pentingnya partisifasi aktif dari setiap anggota organisasi, maka tidak lepas dari suatu komitmen yang harus dimiliki oleh tiap-tiap guru sekolah minggu yang berada di dalam komisi pelayanan anak, karena apabila tiap individu memiliki komitmen yang tinggi maka dapat membantu dalam menciptakan intensitas dan stabilitas dedikasi karyawan terhadap organisasi serta dalam membantu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan akibat kurangnya komitmen pada organisasi, seperti absent dan turnover, oleh karena itu penting untuk menciptakan komitmen anggota pada organisasi karena merekalah yang menentukan sebagian besar keberhasilan suatu organisasi. Komitmen merupakan segala daya upaya individu yang optimal bagi pencapian tujuan dan sasaran organisasi, dan akan menyebabkan pengembangan dan kemajuan organisasi yang merupakan tempat

individu bekerja. Perlu bagi setiap organisasi untuk mengusahakan agar semua karyawannya dalam organisasi bersedia membuat komitmen sehingga keberhasilan organisasi dapat dilihat sebagai keberhasilan individu. Robbins (1989) mengatakan komitmen terhadap organisasi di definisikan sebagai unsur orientasi hubungan (aktif) antara individu dan organisasinya. Orientasi hubungan tersebut mengakibatkan individu (karyawan) atas kehendaknya sendiri bersedia memberikan sesuatu, dan sesuatu yang diberikan itu demi merefleksikan dukungannya bagi tercapainya tujuan organisasi. Menurut Meyer dan Allen (dalam Iruing & Coleman, 1997:273) komitmen organisasi tersebut menjadi tiga yaitu komitmen affective, komitmen continuance, dan komitmen normative, penyebab dari ketiga komitmen ini berbeda-beda. Komitmen affective di definisikan sebagai kekuatan seseorang untuk bekerja didalam sebuah organisasi, karena mereka menyetujui dan berkeinginan untuk melakukan pekerjaan tersebut (Greenberg, Baron, 1997 :191). Komitmen continuance sebagai komitmen dari karyawan untuk tetap bertahan di organisasinya karena adanya pertimbangan pengorbanan yang telah diberikan kepada organisasi, dan komitmen normative adalah komitmen dari karyawan untuk tetap mempertahankan keanggotaannya didalam organisasi, karena adanya tuntutan kewajiban pekerjaan, baik terhadap organisasi maupun terhadap orang-orang yang ada didalamnya, atau individu tersebut menghadapi tekanan dari yang lain untuk melaksanakan kewajiban atau tanggung jawab atas pekerjaannya.

Ada banyak faktor yang menentukan komitmen salah satunya adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja inilah yang mempengaruhi tingginya komitmen karyawan, jadi apabila karyawan merasa puas dengan apa yang diperolehnya dari pekerjaan maupun tempat kerjanya, maka ia cenderung untuk menunjukan komitmen yang tinggi pada organisasi tempat ia bekerja tersebut. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi maka ia akan memiliki keinginan kuat untuk tetap bekerja pada organisasi agar dapat terus memberikan sumbangan bagi pencapaian suatu tujuan organisasi. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan salah satu faktor penting untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang optimal. Apabila seseorang merasakan kepuasan dalam bekerja, maka ia akan berupaya maksimal untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan benar. Menurut Hasibuan (2002:202) kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja merupakan salah satu bentuk sikap yang paling mempengaruhi perilaku individu ditempatnya bekerja. Kepuasan kerja harus diciptakan sebaik-baiknya agar dedikasi serta kedisplinan meningkat. Keyakinan bahwa kepuasan kerja karyawan dapat terpenuhi, maka produktivitas dan kinerja karyawan akan semakin meningkat. Menurut Mangkunegara (2000:117) kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya.

Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan ini salah satu aspeknya adalah upah atau gaji yang diterima para pegawainya. Namun dalam hal ini para guru-guru sekolah minggu tidak mendapatkan gaji dalam pekerjaannya, mereka bekerja di organisasi ini secara sukarela tanpa bayaran atas segala sesuatu yang telah mereka kerjakan. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan suatu hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya. (As ad, 1982:101). Kepuasan kerja merupakan suatu kondisi yang bersifat sangat situasional. Setiap perubahan dalam situasi dan kondisi kerja, baik sebagian maupun seluruhnya, membawa akibat langsung terhadap kepuasan kerja. Akibat dari kepuasan kerja yang berubah-ubah menurut situasi ini berakibat langsung terhadap berbagai hal seperti motivasi, turnover, absenteism, produktifitas, dan sebagainya ( Sjabadhayani, Graito, & Wutun 2001:453). Hal tersebut terjadi juga pada guru-guru sekolah minggu di GKI Ngagel, dimana kebanyakan guru sekolah minggu sering absensi atau sering tidak hadir dalam hal mengajar maupun dalam pertemuan atau rapat para guru, kedisplinan karena kurangnya tanggung jawab terhadap pekerjaannya, pengunduran diri dan tidak pernah bergabung

lagi di komisi pelayanan anak (turnover) sehingga untuk saat ini GKI Ngagel banyak kekurangan guru sekolah minggu. Beberapa kasus yang ditemukan dalam observasi ternyata banyak guru yang tidak hadir dalam mengajar anak-anak, dimana jumlah guruguru sekolah minggu sekitar 50 orang, akan tetapi yang aktif untuk mengajar sekitar 30 orang, hal inilah yang menyebabkan banyak guru yang merasa pekerjaan mereka sangat berat karena kekurangan guru sehingga tidak ada yang membantu atau saling berbagi tugas. Kurang adanya kepekaan untuk saling membantu antara rekan kerja yaitu guru satu dengan guru yang lain seperti kasus dimana didalam satu kelas ada dua sampai empat guru yang diberi tanggung jawab untuk membimbing anak-anak sekolah minggu, tetapi yang mengajar maupun yang bercerita hanya satu guru sedangkan guru lainnya tidak membantu dan sibuk sendiri. Ketidakhadiran, turn over, dan kurangnya kerjasama antar guru dalam mengajar sekolah minggu dikarenakan rendahnya komitmen yang dimiliki guru sekolah minggu tersebut, oleh karena itu jika komitmen para guru sekolah minggu rendah, maka tentunya dapat mempengaruhi kualitas kerjanya baik itu dalam mengajar anak-anak sekolah minggu maupun dalam kerjasama untuk meningkatkan tujuan dan nilai komisi pelayanan anak untuk lebih maju. Menurut Mowday, Poter, dan Steers (dalam Sjabadhyani, Graito, dan Wutun 2001:304) bahwa ada beberapa alasan mengapa organisasi harus melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan derajat komitmen organisasi dalam diri karyawan. Pertama, semakin tinggi komitmen karyawan semakin

tinggi pula usaha yang dikeluarkan karyawan dalam menjalankan pekerjaannya. Kedua, semakin tinggi komitmen karyawan semakin lama ia ingin tetap berada dalam organisasi dan semakin tinggi pula produktifitasnya kepada organisasi. Tempat yang akan digunakan sebagai penelitian adalah GKI Ngagel Surabaya. Alasan menggunakan tempat tersebut sebagai penelitian karena GKI ada dibeberapa wilayah Surabaya selain itu GKI ngagel juga mempunyai struktur atau program pengajaran yang bagus dibandingkan dari beberapa sekolah minggu yang ada di Surabaya, dan alasan peneliti menggunakan sekolah minggu karena sekolah minggu biasanya hanya mengajar seminggu sekali atau dalam 1 bulan hanya mengajar 4 kali. Apalagi guru-guru sekolah minggu mengajar tanpa dibayar atau sukarela dalam mengajar para anak-anak. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian ini ingin mengetahui sejauhmana hubungan antara kepuasan kerja terhadap komitmen para guru sekolah minggu di GKI Ngagel. 1.2 Batasan Masalah Agar cakupan wilayah penelitian tidak terlalu luas maka perlu adanya batasan-batasan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi seseorang, tapi dalam penelitian ini hanya ingin meneliti faktor kepuasan kerja yang diperkirakan dapat mempengaruhi komitmen organisasi.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kedua variabel tersebut maka dilakukan penelitian yang bersifat korelasional. 3. Yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru sekolah minggu yang aktif mengajar di GKI Ngagel Surabaya 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan latar belakang masalah dan batasan masalah, maka peneliti menetapkan rumusan masalah sebagai berikut, dimana peneliti ingin mengetahui Apakah ada hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi pada guru-guru sekolah minggu GKI Ngagel? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi pada guru sekolah minggu GKI Ngagel. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi teori psikologi terutama pada bidang psikologi industri dan organisasi, mengenai masalah kepuasan kerja yang dikaitkan dengan komitmen terhadap organisasi.

1.5.2 Manfaat Praktis 1) Bagi komisi pelayanan anak GKI Ngagel Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperoleh pengetahuan mengenai faktor utama yang mendasari peningkatan komitmen guru sekolah minggu, dan juga memberikan sumbangan dalam menjelaskan hubungan komitmen ditinjau dari kepuasan kerja pada guru-guru sekolah minggu. Dan juga dari penelitian ini diharapkan adanya acuan untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi komitmen guru sekolah minggu. 2) Bagi guru-guru sekolah minggu Sebagai informasi dimana untuk dapat meningkatkan komitmen para guru-guru sekolah minggu maka perlunya kepuasan kerja pada tiap individu.