Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

dokumen-dokumen yang mirip
* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

GENDER, KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN. Topik diskusi

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

Teori Feminisme Dalam Kajian Komunikasi

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

RELASI GENDER DALAM TALKSHOW (ANALISIS WACANA KRITIS SARA MILLS MENGENAI RELASI GENDER DALAM TALKSHOW MARIO TEGUH GOLDEN WAYS)

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

RANCANGAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan yang diraih oleh perusahaan tentunya tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

Sejarah Muncul dan Berkembangnya Konsep dan Teori tentang Gender. Ida Rosyidah

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

WANITA DAN HUKUM (2 SKS) / semester gasal

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1. Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan

PEREMPUAN BALI DALAM PERWALIAN ANAK : SUATU STUDI GENDER DALAM HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

STRATEGI PEMBERDAYAAN SDM WANITA

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

Miskonsepsi terhadap RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, Perspektif Gender, dan Feminisme*

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

Kesetaraan Gender Pegawai Dinas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan posisi perempuan sebagai manusia tidak sejajar dengan posisi lakilaki.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

Penyebab dan Akar Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Gender, Interseksionalitas dan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

GENDER DALAM HUKUM ADAT Oleh Ni Nyoman Sukerti Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Asesmen Gender Indonesia

Peran Strategis Aisyiyah Di Tengah Dinamika Kehidupan Kontemporer Untuk Memperkuat Masyarakat Sipil

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

2015 PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Perempuan Diberdayakan Perempuan dalam Parlemen di Afrika Selatan 1

BAB VI PENUTUP. menyuarakan penolakannya. Penolakan yang didasari atas kearifan lokal terhadap

Symphony Dua Jiwa. Hilangkan Gender?!! Mana bisa

Transkripsi:

Issue Gender & gerakan Feminisme Rudy Wawolumaja

Feminsisme Kaum feminis berpandangan bahwa sejarah ditulis dari sudut pandang pria dan tidak menyuarakan peran wanita dalam membuat sejarah dan membentuk struktur masyarakat. Sejarah yang ditulis kaum pria telah menciptakan bias dalam konsep kodrat manusia, potensi & kemampuan gender, dan dalam pengaturan masyarakat. Bahasa, logika dan struktur hukum diciptakan oleh kaum pria dan memperkuat nilai ke pria-an.

Feminisme Dengan menyatakan ke- pria-an sebagai norma, maka ke wanita an adalah deviasi dari norma dan hal ini merupakan hegomoni dalam konsep dan penguatan hukum dan kekuasaan patriakal.

Feminisme : gerakan perlawanan & emansipatoris Kaum Feminists menantang dan membongkar kepercayaan atau mitos bahwa pria dan wanita begitu berbeda, sehingga perilaku tertentu bisa dibedakan atas dasar perbedaan gender. Gender menurut kaum feminist diciptakan atau dibentuk secara sosial bukan secara biologis. Sex menentukan penampilan fisik, kapasitas reproduksi, tetapi tidak menentukan ciri-ciri psikologis, moral atau sosial.

Dalam dokumen yang dikeluarkan Australian Law Reform Commission. (ALRC) dalam Equality before the Law di identifikasi bagaimana terjadi ketidaksetaraan gender (gender inequality), yaitu : Kontribusi wanita dalam komunitas yang kurang dihargai (Women's contribution to the community is undervalued) Wanita mempunyai akses ke sumber keuangan yang lebih sedikit dibandingkan pria (Women have less access to financial resources than men) Kaum wanita menderita diskriminasi di tempat kerja. (Women suffer inequality in the workplace). Pembatasan peran wanita di lembaga hukum dan politik (Women are restricted in contributing to legal and political institutions) Kaum wanita mendapat perlakuan kekerasan (Women experience violence)

Perjuangan lewat hukum : Feminist legal theory Feminist legal theory atau Feminist jurisprudence atau Pendekatan Hukum ber perspektif wanita adalah sebuah falsafah hukum yang didasarkan pada kesetaraan gender dibidang politik, ekonomi dan sosial. Feminist Legal Theory didasarkan pada pandangan gerakan feminist bahwa dalam sejarah, hukum merupakan instrumen untuk melanggengkan posisi wanita dibawah subordinasi kaum pria.(1) Feminist legal theory, biasa disebut juga feminist jurisprudence, mempelajari hukum dari sudut pandang teori-teori feminist.

Proyek garapan : 2 agenda Feminist legal theory Agenda yang pertama adalah membongkar dan menjelaskan bagaimana hukum memainkan peran untuk melegalkan status wanita dalam posisi subordinasi pria, dengan kata lain hukum menjadi sarana untuk me lestarikan status quo yaitu dominasi pria atas kaum wanita.

Proyek garapan : 2 agenda Feminist legal theory Agenda kedua adalah melakukan perubahan / transformasi merubah status kaum wanita dengan merubah hukum dan pendekatannya dan pandangannya terhadap issue gender menjadi lebih adil dan berimbang. Ini adalah proyek emansipatoris kaum wanita dibidang hukum.

Bidang & issue yang dipengaruhi Feminist jurisprudence : Feminist jurisprudence mempengaruhi pemikiran hukum dalam setiap bidang hukum, diantaranya hubungan rumah tangga (domestic relations) seperti perkawinan, perceraian dan keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, pekerjaan, pelecehan sexual, hak-hak sipil, perpajakan, hak asasi manusia dan hak-hak reproduksi.

Mazhab-mazhab pemikiran feminist juriprudence : Walaupun kaum feminis mempunyai komitment yang sama yaitu kesetaraan antara pria dan wanita, pendekatan perjuangan dalam jurisprudensi feminis tidak seragam. Terdapat setidaknya 3 mazhab pemikiran besar dalam jurisprudensi feminis: (3)

1. Mazhab tradisional atau liberal 1. Mazhab pemikiran tradisional atau liberal, yang berpandangan bahwa rasionalitas wanita adalah sama dengan kaum pria, sehingga mereka seharusnya mempunyai kesempatan yang sama untuk menentukan pilihannya. Liberal feminist menantang dan mempertanyakan asumsi otoritas kaum pria dan memperjuangkan untuk menghapus perbedaan yang didasarkan pada perbedaan gender yang terdapat dalam hukum sehingga kaum wanita lebih diberdayakan untuk bersaing dalam persaingan di masyarakat.

2. Mazhab cultural feminist 1. Mazhab pemikiran kedua adalah cultural feminist, yang mem fokuskan diri pada perbedaan antara kaum pria dan wanita dan merayakan perbedaan tersebut. Mendasarkan pemikiran pada hasil riset psikolog Carol Gilligan, yang menyatakan bahwa kaum wanita mementingkan hubungan (relationship), context dan rekonsiliasi antar pribadi yang berkonflik, sedangkan kaum pria menekankan pada prinsipprinsip abstrak tentang hak-hak dan logika. Sasaran dari mazhab pemikiran ini adalah untuk memberikan pengakuan yang setara pada suara moral kaum wanita dalam nilai-nilai kepedulian dan komunal (caring and communal values).

3. Mazhab radikal atau dominant. 1. Mazhab ketiga disebut mazhab radikal atau Dominant feminism. Yang menyatakan bahwa kaum pria sebagai suatu kelas dalam masyarakat, telah mendominasi kelas kaum wanita, sehingga menciptakan ketidak setaraan gender. Bagi radical feminist, masalah gender adalah masalah kekuasaan. Radical feminist menolak pendekatan tradisional, yang mengambil titik referensi ke pria-an. Mereka bersikeras bahwa kesetaraan gender harus di konstruksi atas dasar perbedaan wanita dari pria dan tidak hanya mengakomodir perbedaan tersebut.

Issue dan ciri mazhab Feminisme liberal adalah ketimpangan gender, pada feminisme kultural adalah perbedaan gender, dan pada feminisme radikal adalah penindasan gender.

Proyek emansipatoris kaum wanita dibidang hukum di Indonesia : Usaha usaha melakukan perubahan kearah kesetaraan gender di Indonesia telah mulai terasa dengan segala polemiknya. Usaha pembuatan Rancangan Undang- Undang seperti perlindungan kekerasan rumah tangga, perlindungan pekerja wanita migran, perlindungan anakanak sudah di mulai. Dengan tumbuhnya LSM-LSM proses penyadaran atas adanya struktur dominasi kaum pria yang tertanam pikiran, struktur dan budaya dengan melakukan dengan melakukan kajian kritis terhadap berbagai produk kebijakan yang merugikan perempuan serta melakukan berbagai upaya untuk mengkampanyekan usulan-usulan perubahan kebijakannya dalam berbagai bentuk, seperti lokakarya, dialog publik, talkshow, seminar dan lain-lain.

Membongkar hukum yang mengsubordinasi kaum wanita (kasus Indonesia) : Di Indonesia terdapat kasus kasus yang menarik dalam kacamata pendekatan hukum berperspektif wanita atau Feminist jurisprudence. Dalam kasus Rancangan Undang undang Anti Pornografi dan Porno Aksi, terjadi polemik yang cukup keras antara pendukung RUU tersebut dengan penentang RUU tersebut. Yang menarik pendukung kuat dan penentang kuat RUU tersebut bagian besarnya adalah dari kalangan wanita sendiri.

Umumnya para pendukung RUU tersebut adalah dari kalangan agamis tradisional yang melihat Undang-undang tersebut sebagai sarana perlindungan martabat kaum wanita, dipihak lain bagi penentang, RUU tersebut justru banyak merugikan kaum wanita, dalam hampir semua penerapannya yang menjadi korban atau mendapat getah nya selalu kaum wanita, sehingga tidaklah berlebihan bila mereka meng klaim, bahwa RUU ini justru melanggengkan hegomini dan dominasi kaum pria atas wanita.

Rupanya di Indonesia sikap kritis akan adanya dominasi gender yang kemungkinan terselip dalam konsep keagamaan masih sangat tabu untuk di ungkapkan. Penyadaran dan pembongkaran atas struktur dominasi dalam pikiran yang ditanamkan melalui budaya, pendidikan, agama masih perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. (4)