Laporan Status Penerapan Upaya Perlindungan Lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
Kebijakan Safeguard Sosial dan Lingkungan di dalam PNPM MP

Oleh : Kepala PMU P2KP. Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4IP Tahun 2013 Denpasar, Agustus 2013

Oleh : Kepala PMU P2KP Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II K E L U R A H A N

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

PRESS RELEASE JAYAPURA, PAPUA 15 MARET 2011

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

DESKRIPSI PROGRAM AIR LIMBAH

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2017

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

STRATEGI MONEV SETRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN PELALAWAN

Pedoman Pengelolaan Lingkungan

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

KEY PERFORMANCE INDIKATOR NSUP IDB

DESKRIPSI PROGRAM AIR LIMBAH

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

PENGAMANAN SOSIAL & LINGKUNGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-4 OKTOBER-DESEMBER 2013

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-3 JULI-SEPTEMBER 2014

PRIORITAS 4 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 WILAYAH SULAWESI DALAM JUTA RUPIAH

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-4 OKTOBER-DESEMBER 2014

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Evaluasi Capaian Pelaksanaan Pamsimas Komponen B

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

-1- BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Tahun 2015

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

Deskripsi Program / Kegiatan

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK

Monitoring dan Evaluasi Capaian SSK

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

Kebijakan BLHD Kota Tangerang Selatan dalam Pengelolaan Limbah. Oleh : DR. RAHMAT SALAM, M.Si

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK LANJUTAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN SIDOARJO. Provinsi Jawa Timur

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

Thn Thn Thn Thn JUMLAH 91

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

Di dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi terdiri dari 5 Proses : Proses 1 : Internalisasi dan Penyamaan Persepsi (output Bab I) Proses 2 : Penyiapan Pr

Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah

BAB 5 RENCANA IMPLEMENTASI

JUSTIFIKASI TEKNIS PENAMBAHAN TENAGA ASISTEN MANAJEMEN DATA DI KMW DAN KOORDINATOR KOTA UPP2-2

Tabel 4.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Aturan Bersama. DOKUMEN ATURAN BERSAMA ( AB ) Kelurahan Karatuang, KEC. Bantaeng, KAB. Bantaeng

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

KAMARUDDIN HASAN TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

BAB V RENCANA IMPLEMENTASI

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

LAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( )

BAB 4. PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT

Bab IV Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan Yang Direncanakan

Transkripsi:

Laporan Status Penerapan Upaya Perlindungan Lingkungan Di dalam perjanjian pinjaman antara Pemerintah Indonesia dan pihak Donor (Bank Dunia) disepakati adanya kewajiban bagi pihak pemerintah Indonesia untuk menerapkan aspek pengamanan sosial dan lingkungan pada saat pelaksanaan program. Sejalan dengan hasil kesepakatan tersebut, program PNPM Mandiri Perkotaan telah mencantumkan aspek pengamanan tersebut di dalam buku pedoman pelaksanaan program, dengan demikian penerapan kebijakan ini bukan merupakan hal yang baru atau sebagai tambahan prasyarat dalam pelaksanaan program, kebijakan ini telah tertanam di dalam desain pelaksanaan dan tahapan program dari sejak awal. Terkait dengan penerapan safeguard lingkungan di dalam PNPM, maka pelaksanaan kegiatan yang didanai oleh dana BLM harus didasarkan pada prinsip kelestarian dan keberlanjutan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, kemanfaatan, kehati hatian, partisipatif, kearifan lokal dan tata kelola pemerintahan yang baik. Seperti diketahui bersama, alam pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk memulihkan diri secara alamiah, akan tetapi yang sering terjadi adalah bahwa kecepatan pemulihan alamiah tersebut lebih sering kalah jika dibandingkan dengan kecepatan aktifitas manusia dalam mengekplorasi dan mengekploitasi lingkungan dan sebagai akibatnya secara perlahan alam atau lingkungan mengalami perubahan atau penurunan kualitas. Jika perubahan atau penurunan kualitas lingkungan yang terjadi semakin besar dan dalam tempo yang singkat maka tentunya akan menimbulkan dampak negatif bagi manusia. Dalam rangka menghindari atau mengatasi dampak negatif lingkungan yang akan terjadi atau tidak dapat ditoleransi maka perlu direncanakan pengendalian dampak negatif untuk pengamanan atau perlindungan lingkungan dari sejak tahap awal perencanaan, tahap pelaksanaan konstruksi dan tahap paska konstruksi (operasionalisasi dan pemeliharaan) infrastruktur terbangun. Kenyataan yang terjadi, seringkali upaya perlindungan lingkungan menjadi hal terakhir yang diperhatikan. Masih terdapat anggapan, bahkan di tingkat konsultan pendamping bahwa upaya perlindungan lingkungan hanya bersifat normatif (sekedar menggugurkan kewajiban/ketentuan), membuang buang waktu dan biaya yang relatif besar (tidak ekonomis) atau sebagai beban tambahan. Sepertinya penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan hanya sekedar normatif dan belum dilaksanakan dengan kesadaran dan keyakinan penuh. Di dalam pedoman pelaksanaan PNPM Perkotaan (lampiran 5 tentang pedoman pengelolaan lingkungan) telah dijelaskan prinsip dasar, kriteria pemeriksaan lingkungan dan kewajiban pelaporan oleh konsultan pendamping. Prinsip dasar yang melandasi penerapan safeguard lingkungan adalah meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif dari setiap kegiatan konstruksi, dalam hal ini tugas tim fasilitator di tingkat kelurahan sangat penting untuk dapat memastikan bahwa dalam setiap proposal kegiatan yang diajukan oleh KSM telah memenuhi prinsip dasar tersebut. Menyinggung mengenai kewajiban pelaporan penerapan safeguard lingkungan, sampai dengan saat ini KMP telah menerima laporan hasil pengecekan penerapan safeguard lingkungan infrastruktur terbangun hasil pemanfaatan BLM TA 2010, meskipun belum seluruh KMW mengirimkannya secara rutin setiap bulan. Format data laporan berupa tabel ceklist status penerapan aspek safeguard lingkungan (hasil post review) seperti: apakah kegiatan membutuhkan amdal/ukl/upl, hasil cek usulan kegiatan terhadap negatif list, kepatuhan terhadap standar teknis bangunan serta dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat pembangunan prasarana/sarana. Ceklist tersebut dikirimkan dan diolah secara manual, dengan melibatkan fasilitator teknik, askorkot infrastruktur dan tenaga ahli infrastruktur KMW. 1

A. Pengumpulan data Berikut disampaikan perkembangan pengumpulan data pengamanan lingkungan infrastruktur terbangun hasil pemanfaatan BLM TA 2010 sampai dengan akhir bulan September 2011. Tabel 1.1 Status Penerimaan Data Pengendalian Penerapan Safeguard Lingkungan per provinsi No 1 Propinsi NUSA TENGGARA BARAT Kelurahan dampingan Kegiatan Lingkungan (Data SIM) lokasi kelurahan % kelurahan Status keg. Lingkungan % keg. lingkungan 189 1.401 188 99,47% 1.432 102% 2 BALI 130 779 130 100,00% 686 88% 3 4 TENGAH SELATAN 55 493 48 87,27% 875 177% 235 1.129 197 83,83% 1.040 92% 5 GORONTALO 70 258 50 71,43% 248 96% 6 MALUKU UTARA 146 523 146 100,00% 345 66% 7 MALUKU 84 426 50 59,52% 481 113% 8 DI YOGYAKARTA 178 1.490 138 77,53% 1.155 78% 9 10 11 NUSA TENGGARAN TIMUR TENGAH TENGGARA 124 831 80 64,52% 678 82% 38 286 38 100,00% 181 63% 127 573 94 74,02% 365 64% 12 PAPUA BARAT 32 482 20 62,50% 332 69% 13 BARAT 13 207 13 100,00% 62 30% 14 JAWA TENGAH 2.003 12.065 1.549 77,33% 5.934 49% 15 PAPUA 39 255 39 100,00% 45 18% 16 JAWA TIMUR 1.875 12.113 1.512 80,64% 3.857 32% 17 UTARA 297 421 150 50,51% 204 48% 18 19 TIMUR 173 774 154 89,02% 64 8% SELATAN 321 2.324 257 80,06% 175 8% 19 6.129 36.830 4.855 82,26% 18.159 67,51% Catatan: Data jumlah KSM di SIM dengan data yang dikirimkan oleh KMW secara manual kerap berbeda 2

Analisis data Analisis data dilakukan di tingkat provinsi dan nasional, didasarkan pada aspek kepatuhan penerapan standar pengamanan lingkungan d, meliputi: 1. kepatuhan pada pengecekan/identifikasi jenis kegiatan yang diusulkan dengan daftar negatif kegiatan 2. kepatuhan pada pengecekan/identifikasi kebutuhan analisis dampak lingkungan (AMDAL dan UKL/UPL) pada usulan jenis kegiatan 3. kepatuhan pada standar spesifikasi teknis dan kelengkapan infrastruktur terbangun. 4. dampak negatif yang muncul dan langkah mitigasi yang dilakukan Hasil analisis data di tiap provinsi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 1.2 Rata rata infrastruktur terbangun yang berpotensi menimbulkan dampak negatif pada lingkungan per provinsi No Propinsi % rata rata infrastruktur terbangun yang berpotensi menimbulkan dampak negatif 1 NUSA TENGGARA BARAT 11,2 2 BALI 3,7 3 TENGAH 35,1 4 SELATAN 70,5 5 GORONTALO 2,8 6 MALUKU UTARA 48,4 7 MALUKU 24,6 8 DI YOGYAKARTA 5,1 9 NUSA TENGGARAN TIMUR 23,4 10 TENGAH 4,6 11 TENGGARA 38,2 12 PAPUA BARAT 38,3 13 BARAT 7,6 14 JAWA TENGAH 11,7 15 PAPUA 63,5 16 JAWA TIMUR 1,2 17 UTARA 6,7 18 TIMUR 43,7 19 SELATAN 24,1 Catatan: Sumber data berasal dari laporan KMW Propinsi s.d Agustus 2011 Validasi data tersebut sangat tergantung pada pemahaman, ketepatan dan ketelitian dalam pengisian ceklist laporan 3

Hasil analisis jenis infrastruktur terbangun yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan secara nasional dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 1.3 Rata rata nasional jenis infrastruktur terbangun yang berpotensi menimbulkan dampak negatif (data pemanfaatan BLM TA 2010) No. Jenis Infrastruktur % Infrast. bermasalah thd.jenis infrast. terbangun % Infrast bermasalah thd. total infrast. terbangun Keterangan 1. Jalan, Jembatan, 13,27% 4,41% jalan/jembatan belum dilengkapi drainase Gorong gorong, tambatan perahu 0,12% 0,04% menimbulkan genangan/longsor 2. Sarana perumahan/kesehatan 1,28% 0,16% belum dilengkapi sirkulasi udara/cahaya 3. Sanitasi (MCK, Jamban, Saluran 4,71% 0,45% belum dilengkapi dengan TS Limbah) 4,81% 0,47% belum dilengkapi BR 5. Persampahan 6. Air bersih 7. Sarana Perdagangan 8. Irigasi 5,88% 0,55% 0,00% 0,00% 20,30% 0,57% jarak TS dan BR <10m dari sumber air bersih belum menyatu dengan sistem sampah induk jarak dari sumber air bersih dari sumber pencemaran <10 m 70% 1,20% belum dilakukan uji lab kualitas air 76,12% 0,15% 9. Drainase Permukiman 0% 0,00% 10. Prasarana Penerangan 0% 0,00% belum dilengkapi penampungan limbah padat/cair 0,44% 1,35% menimbulkan longsor/erosi 0,26% 1,15% menimbulkan sedimentasi/sumbatan aliran Rata rata nasional 10,5% infrastruktur terbangun yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan Di dalam Key Perfomance Indicator PNPM untuk safeguard lingkungan belum secara jelas di cantumkan, akan tetapi ada satu indikator pada komponen dua, yang dapat dijadikan acuan kinerja safeguard yaitu bahwa 70% infrastruktur terbangun mempunyai kualitas baik, dalam hal ini dapat diartikan bahwa infrastruktur berkualitas baik tentunya juga tidak mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial, seperti mencemari, merusak bentang alam, menimbulkan konflik dll. B. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Sampai dengan akhir bulan September sebesar 4.855 (82.3%) data kelurahan dan 18.159 (67.5%) data kegiatan infrastruktur terbangun telah oleh KMW. Variasi nilai rata rata infrastruktur terbangun yang berpotensi menimbulkan dampak di tingkat provinsi sangat tinggi, hal ini dapat disebabkan: (i) lemahnya pemahaman mengenai ketentuan pengamanan lingkungan; (ii) masih lemahnya validasi dan verifikasi data; (iii) lemahnya pemahaman tata cara pengisian format laporan. Secara umum hasil analisis sementara pada data hasil pengumpulan sampai dengan bulan September 2011, menunjukkan bahwa sebesar 10.5% dari total infrastruktur terbangun hasil pemanfaatan dana BLM TA 2010 berpotensi menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dikarenakan sebagian besar bangunan kurang lengkap atau tidak memenuhi standar baku yang telah ditetapkan. Jenis infrastruktur yang 4

berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan adalah sebagai sebagai berikut: Sebesar 13% dari pembangunan infrastruktur jalan belum dilengkapi dengan saluran drainase alami atau buatan; Sebesar 4.7% dari pembangunan sanitasi belum dilengkapi dengan tangki septik; Sebesar 4.81% dari pembangunan sanitasi belum dilengkapi dengan bidang resapan; Sebesar 20.3% dari pembangunan sarana air bersih memiliki jarak < dari 10m dari sumber pencemaran; Sebesar 70% dari pembangunan sarana air bersih belum dilakukan uji tes laboratorium kualitas air; C. Rekomendasi Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahan pada upaya pengendalian dan penerapan pengamanan lingkungan, beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki hal tersebut antara lain: 1. Dilakukan penyamaan persepsi dan pemahaman tentang pentingnya penjaminan kepatuhan terhadap ketentuan pengamanan lingkungan didalam program PNPM. 2. Ditingkatnya efektifitas pelaksanaan verifikasi proposal, pemantauan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta penguatan kegiatan operasionalisasi dan pemeliharaan prasarana, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap langkap pencegahan dan penanggulangan dampak negatif. 3. Dilakukan penyempurnaan format ceklist penerapan safeguard lingkungan, sehingga lebih mudah dipahami oleh fasilitator teknik dan penanggung jawab laporan lainnya. 5