PENGARUH KONSENTRASI SIANIDA TERHADAP PRODUKSI EMAS

dokumen-dokumen yang mirip
DETOKSIFIKASI SIANIDA PADA TAILING TAMBANG EMAS DENGAN NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN HIDROGEN PEROKSIDA (H 2 O 2 )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

SILABUS. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan.

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS)

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

1. Pengertian Perubahan Materi

BAB III METODE PENELITIAN

PELEBURAN LANGSUNG KONSENTRAT EMAS SEBAGAI ALTERNATIF MERKURI AMALGAMASI DI TAMBANG EMAS SKALA KECIL

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

BAB 3 METODE PERCOBAAN

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

Titik Leleh dan Titik Didih

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia. Apabila air akan

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

BAB 1 PENDAHULUAN. energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

REKRISTALISASI REKRISTALISASI

PERUBAHAN MATERI. Materi dapat berwujud padat, cair, dan gas. Materi berwujud padat mempunyai bentuk tertent

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB III METODE PENELITIAN

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM (Aluminium Foil)

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

LATIHAN ULANGAN SEMESTER

PENGGUNAAN KARBON AKTIF SEBAGAI PENYERAP ION SIANIDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA

KAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK

Perubahan zat. Perubahan zat

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

METODE PENGUJIAN KADAR AIR DAN KADAR FRAKSI RINGAN DALAM CAMPURAN PERKERASAN BERASPAL

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODE PENELITIAN

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM

Transkripsi:

PENGARUH KONSENTRASI SIANIDA TERHADAP PRODUKSI EMAS Herling D. Tangkuman 1, Jemmy Abidjulu 1 dan Hendra Mukuan 1 1 Jurusan Kimia Fakultas MIPA UNSRAT Manado ABSTRACT Tangkuman, H. D., J. Abidjulu and H. Mukuan. 2008. The effect of cyanide concentration on gold production. The research has been done to study the effect of cyanide concentration on gold production. There are three step to produced gold. First is repulper, second is leaching and the last is burning. The result show that concentration of cyanide give effect in gold production. Cyanide with 100 ppm significantly different compared with cyanide with 200, 400 and 600 ppm in gold recovery. Based on statistical analysis, cyanide with 400 ppm is the best concentration in gold production. Key words : Cyanide, gold, concentration, production PENDAHULUAN Manusia sejak dahulu telah tertarik dengan keindahan warna, kilauan dan sifat emas yang tidak dapat rusak. Emas merupakan logam yang berwarna kuning yang khas, padat, sebagai penghantar listrik yang baik serta bersifat sangat tidak aktif. Selain itu juga, emas tidak mengalami korosi diudara dan merupakan logam transisi yang dapat ditemukan sebagai logam bebas (Arsyad, 2001). Seiring dengan perkembangan zaman dan pertambahan penduduk yang semakin meningkat, kebutuhan akan emas semakin meningkat pula. Emas yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi mendorong manusia untuk mencari dan mengembangkan beberapa metode untuk mengekstrak emas sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaannya. Sulawesi Utara terdapat beberapa tambang emas yang dikelola oleh perusahaan asing maupun penambang rakyat. Penambang rakyat mula-mula menggunakan merkuri untuk mengekstrak emas dari padatan, tetapi persen perolehan emas dengan cara in] rendah yaitu sekitar 40% (Tangkuman, 2001). Sehingga dikembangkan suatu metode ekstraksi emas dengan menggunakan sianida. Metode ini telah digunakan oleh perusahaan tambang besar dunia yaitu dengan memanfaatkan sianida dalam mengekstrak emas dari padatan lewat leaching. Leaching adalah proses dimana emas diekstraksi dari bijih lewat sianidasi Proses leaching dengan menggunakan sianida ini memiliki persen peroleham emas lebih besar dibandingkan proses pengambilan emas dengan menggunakan merkuri. Karena tingginya persen perolehan emas dengan menggunakan sianida yaitu hampir mencapai 99%, menyebabkan banyak penambang rakyat mulai beralih ke metode ini (Tangkuman, 2001),. Bahkan ada penambang rakyat yang menggunakan sianida untuk mengolah material sisa penambangan emas (tailing) dengan merkuri yang dikenal dengan metode carbon in pulp (CIP). Pada dasarnya metode CII' dikembangkan dengan melihat kemampuan karbon aktif yang mampu mengikat partikel emas yang bersenyawa kompleks dengan sianida. Konsentrasi sianida yang ditambahkan ke dalam proses leaching sangat berpengaruh pada perolehan emas yang didapatkan, karena sianida akan bersenyawa kompleks dengan emas. Dewasa ini masih banyak penambang yang belum mengetahui konsentrasi ideal dari sianida yang digunakan pada proses leaching. Dapat dilihat dari ketidakseragaman konsentrasi sianida yang digunakan pada proses leaching oleh para penambang, dimana ada yang menggunakan sianida dengan konsentrasi 200ppm, 400 ppm, bahkan ada juga yang menggunakan sianida dengan konsentrasi 600-1000 ppm. Sehingga masalah yang timbul dalam tulisan ini adalah belum diketahui konsentrasi sianida yang ideal Tangkuman et al... 25

untuk diterapkan pada proses produksi emas. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui berapa konsentrasi sianida(cn) yang ideal untuk diterapkan pada proses produksi emas. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ore (material yang akan diolah) diambil dari pertambangan rakyak di daerah Kotamobagu. Bahan kimia yang digunakan adalah Karbon Aktif, Kapur, NaCN dan Boraks berkualifikasi teknis. Alat-alat yang digunakan adalah atu set alat leaching dalam teknologi CIP, Timbangan Biasa, Timbangan Analitik, Termometer, Alat Pemanas, Wadah (Kana), Saringan (Screen) 30 mesh, PH-Meter (Kertas Lakmus). Metode Repulper Pada tahap ini ore (30 kg) yang telah dihaluskan dicampur dengan air (kurang lebih 90 liter) sampai terbentuk lumpur, kemudian disaring dengan menggunakan screen (saringan) dengan ukuran 30 mesh untuk menghilangkan pengotor/sampah (gangue) dan selanjutnya dimasukkan dalam tangki CIP. Sementara itu sejumlah kapur (± 50 gram dan dapat ditambahkan lagi apabila ph belum mencapai 9-10) dicampurkan dengan air kemudian disaring dengan menggunakan saringan (screen) supaya tidak ada gumpalan kapur ataupun kotoran lainnya. Kapur ini dimasukkan ke dalam tangki. Langkah selanjutnya dilakukan proses leaching. Leaching Pada tahap ini lumpur ditampung pada suatu wadah berbentuk silinder (tangki CIP) dimana tahap ini adalah proses untuk mendapatkan emas dengan menggunakan sianida. Di dalam tangki tersebut telah dipasang agitator dengan tiga impeller yang akan mengaduk terusmenerus guna menjaga agar lumpur dalam tangki tidak akan mengendap, serta buffle yang berbentuk pelat panjang dan ditempatkan pada empat sudut yang berbeda dalam tangki dan berfungsi untuk mengimbangi putaran impeller. Selain itu kedalam tangki dialirkan udara (aerasi) dengan bantuan kompresorlaereter agar supaya reaksi pembentukan kompleks dapat terus berlangsung. Lumpur yang ditampung dalam tangki tersebut harus dijaga tingkat keasamannya (ph) supaya tidak kurang dari 9 dengan cara penambahan kapur. Setelah tangki terisi penuh maka dimasukkan sianida dalam bentuk NaCN dengan variasi konsentrasi 100ppm, 200ppm, 400ppm dan 600ppm. Sianida yang digunakan adalah kristal NaCN sehingga untuk membuat larutan sianida dalam konsentrasi 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm, dan 600 ppm maka diperlukan NaCN 9 gram, 18gram, 36gram dan 54 gram (untuk tiap konsentrasi) untuk dimasukkan ke dalam tangki yang telah berisi 90 liter air. Masing - masing varian dilakukan tiga kali pengulangan guna analisa statistik sehingga dapat diketahui konsentrasi ideal dari CN untuk diguanakn pada proses leaching. Pada 4-6 jam kemudian dimasukkan karbon aktif sebanyak 1 kg, yang bertugas menangkap kompleks emassianida yang telah terbentuk pada tangki tersebut. Pembakaran Pembakaran Karbon. Karbon yang telah melewati proses leaching kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tangki pembakaran yang pada bagian tengahnya telah diletakkan screen (saringan) yang dibagian bawahnya terdapat saluran udara untuk mengalirkan udara. Udara yang dialirkan berguna agar proses pembakaran karbon yang diletakkan diatas screen dapat berlangsung terus-menerus dengan bantuan blower listrik. Untuk tahap awal digunakan tempurung kelapa kering yang disiram dengan minyak tanah kemudian dibakar, sehingga akan menghasilkan bara api yang akan terus menyala. Akhirnya setelah proses pembakaran ini selesai karbon akan berubah seperti abu. Pembakaran Abu Karbon yang telah menjadi abu ditambahkan dengan boraks sebanyak 1 kg dan dimasukkan ke dalam wadah yang disebut gerabah (kana) tertutup kemudian dibakar. Api ditembakkan secara terus- 26 Tangkuman et al...

menerus ke dalamnya sampai terbentuk cairan seperti lava. Pembakaran abu ini dilakukan sampai cairan tersebut terlihat mendidih. Setelah itu 'gerabah" didinginkan dengan cara dicelupkan kedalam air sampai menjadi dingin, kemudian kana yang telah dingin dipecahkan untuk mendapatkan sebuah lempengan emas. Uji kadar Lempengan emas yang dihasilkan kemudian di uji kadar emasnya. Untuk pengujian kadar emas, lempengan emas yang dihasilkan digosok-gosokan pada batu gosok hingga membentuk goresangoresan seperti jari jari. Kemudian goresan-goresan/jari jari tersebut diteteskan dengan HN03. Selanjutnya jarijar] tersebut dicocokkan dengan standar yang sudah ada (seperti kertas ph) untuk menentukan kadar dari emas tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi sianida terhadap banyaknya emas yang didapatkan dapat dilihat dalam Tabel 1. Gambar 1 memperlihatkan hubungan antara konsentrasi sianida dengan hasil emas yang didapatkan dalam penelitian yang dipresentasikan dalam bentuk diagram batang dan grafik berikut ini. Tabel 1. Data hasil pengamatan Konsentrasi CN (ppm) Ulangan ke-1 Ulangan ke-2 Ulangan ke-3 Rata-rata 100 0.3676 0.4010 0.3906 0.3864 200 0.5075 0.5189 0.5463 0.5242 400 0.9290 0.9251 0.9322 0.9288 600 0.9270 0.9310 0.9351 0.9310 Dari data diatas dapat dilihat bahwa sianida dengan konsentrasi 600 ppm memberikan hasil emas yang paling banyak, sedangkan sianida dengan konsentrasi 100 ppm memberikan hasil yang paling sedikit. Kenaikan yang signifikan teriihat pada konsentrasi sianida 200 ppm ke konsentrasi sianida 400 ppm, sedangkan konsentrasi sianida dari 400 ppm ke 600 ppm tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Hasil ini memperlihatkan bahwa semakin banyak sianida yang ditambahkan maka semakin banyak pula emas yang dihasilkan. Akan tetapi perolehan emas pada konsentrasi 400 ppm dan 600 ppm tidak berbeda secara signifikan. Dalam proses sianidasi dengan menggunakan metode CIP MI, emas akan membentuk kompleks dengan sianida dan diserap oleh karbon aktif. Sianida yang digunakan dalam proses sianidasi ini adalah NaCN yang berbentuk kristal berwarna putih. Menurut Smith et al.,(1991) pembentukan kompleks ini terjadi karena adanya proses oksidasi dalam larutan bersianida oleh oksigen terlarut. Aerator yang dipasang pada tangki CIP berfungsi untuk mengalirkan udara melalui selangselang kecil ke dalam tangki agar supaya ketersediaan oksigen selama proses leaching dapat dijaga. Karbon aktif yang ditambahkan kedalam tangki CIP berfungsi untuk menangkap kompleks emas sianida yang terbentuk dalam proses leaching. Kemampuan adsorpsi karbon aktif terhadap kompleks emas sianida disebabkan oleh adanya active site.karbon yang telah melawati proses leaching dengan durasi waktu tertentu dan telah terisi dengan kompleks emas-sianida dikeluarkan dari dalam tangki dan selanjutnya akan dibakar. Tangkuman et al... 27

Karbon tersebut dibakar sampai menjadi abu dengan menggunakan blower.abu yang telah dihasilkan selanjutnya ditambahkan dengan boraks kemudian dipanaskan dengan api yang panasnya melebihi 1063 C (merupakan titik leleh dari emas) hingga didapat lempengan emas.boraks berfungsi untuk menghilangkan logam-logam pengotor dari emas dengan cara rnengikat logam-logam tersebut. Lenahan dan Smith dalam Tangkuman(2005) mengemukakan bahwa proses pengikatan logam-logam pengotor dapat dijelaskan melalui dua tahapan reaksi Tahap pertama boraks akan meleleh dan terbentuk larutan seperti kaca yang merupakan campuran antara natrium metaborat dan borik anhidrit. Reaksinya yaitu: Borik anhidrik selanjutnya akan bereaksi dengan logam pengotor (misalnya Cu): Emas yang didapatkan dari hasil pembakaran tersebut diuji kadar emasnya dengan cara emas rtersebut digosokkan pada batu gosok hingga meninggalkan goresan berwarna kuning emas. Goresan- goresan tersebut kemudian diteteskan dengan HN03, apabila bekas goresan dari emas tersebut larut maka logam terebut bukan emas dan apabila tidak larut maka logam tersebut adalah emas. Setelah penentuan tersebut, goresan-geresan dalam bentuk jari-jari tersebut dicocokkan dengan standart vang sudah ada (seperti kertas ph) untuk menentukan kadar dari emas tersebut. Dalam proses leaching tingkat keasaman atau ph harus dijaga. Kapur digunakan untuk menjaga agar ph-nya mencapai 9-10 (suasana basa). Hal ini diperlukan untuk menghindari terserapnya logam lain oleh karbon aktif, selain itu bekerja pada suasana asam menyebabkan sianida akan bereaksi dengan air menjadi gas HCN sehingga menyebabkan berkurangnya konsentrasi sianida yang berada di dalam proses Ieaching.Gas HCN juga sangat berbahaya apabila dihirup oleh orang yang bekerja dalam proses ini Data hasil pengamatan yang telah ada kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Tabel 2. Data Pengaruh Konsentrasi Sianida Terhadap Produksi Emas Konsentrasi Ulangan ke- Rata-rata CN (ppm) 1 2 3 Perlakuan 100 0.3676 0.4010 0.3906 0.3864 3 200 0.5075 0.5189 0.5463 0.5242 3 400 0.9290 0.9251 0.9322 0.9288 3 600 0.9270 0.9310 0.9351 0.9310 3 Jumlah 2.7311 2.7760 2.8042 2.7704 12 Berdasarkan uji statistik diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi sianida yang paling ideal untuk diterapkan pada proses produksi emas adalah konsentrasi 400 ppm. Alasan mengapa konsentrasi sianida 400 ppm merupakan konsentrasi yang ideal, karena hasil perolehan emas pada konsentrasi sianida 400 ppm memperlihatkan perbedaan nyata dengan konsentrasi sianida 200 ppm, tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi sianida 600 ppm. Alasan mengapa tidak dipilih konsentrasi 600 ppm karena hasil perolehan emas pada konsentrasi 600 ppm tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 400 ppm. Selain hasil uji statistik diatas, alasan ekonomi juga merupakan salah satu alasan mengapa dipilih sianida dengan konsentrasi 400 ppm menjadi konsentrasi yang ideal untuk digunakan dalam proses produksi emas. Penggunaan sianida dengan konsentrasi yang lebih tinggi rnenyebabkan sianida yang dibutuhkan lebih banyak, 28 Tangkuman et al...

sehingga menambah biaya produksi. Selain itu konsentrasi sianida yang tinggi memiliki potensi yang lebih besar untuk menjadi polutan dan mencemari lingkungan di sekitarnya. Hasil yang telah didapatkan dan telah diolah secara statistik menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan dilanjutkan dengan uji Tuckey/BNJ, menunjukkan suatu konsentrasi yang ideal (400 ppm) untuk diterapkan pada proses produksi emas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini telah memenuhi tujuan diadakannya penelitian ini. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan :Perbedaan konsentrasi sianida dalam proses produksi emas (sianidasi) akan mempengaruhi hasil yang didapatkan. Konsentrasi sianida 100 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi 200 ppm,400 ppm, 600 ppm. Konsentrasi sianida 200 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi 400 ppm, 600 ppm. Sedangkan konsentrasi sianida 400 ppm tidak berbeda nyata dengan konsentrasi sianida 600 ppm. Konsentrasi sianida 400 ppm merupakan konsentrasi yang paling ideal untuk diterapkan pada proses produksi emas melalui metode sianidasi. DAFTAR PUSTA KA Arsyad, N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Tangkuman.H. Amalgamasi, Sianidasi dan Bioremediasi, (Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional Penambangan Emas Yang Akrab Lingkungan). Manado. Tangkuman et al... 29