BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

LAMPIRAN. : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi. 1. Bagaimana sistem penghitungan risiko kredit yang ada saat ini?

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + (STUDI KASUS BNI SYARIAH) TESIS

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

PROSPEK USAHA Kurang Lancar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

Lampiran 1. Daftar istilah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. penafsiran semua data yang berkaitan dengan apa yang menjadi obyek di dalam

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT MENGGUNAKAN METODE CREDIT RISK + DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL MAKRO EKONOMI (STUDI KASUS DI BANK X)

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

THE COMPARISON ANALYSIS WITHIN RISK OF MURABAHAH FINANCING AND MUDHARABAH AT PT BANK SYARIAH X (RISK ANALYSIS BY USING INTERNAL METHOD CREDITRISK+)

PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X )

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/ 11 /PBI/2002 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT BANK UMUM PASCATRAGEDI BALI GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO KREDIT KONSUMTIF DENGAN METODE CREDIT RISK + PADA BANK X TESIS LYDIA RETNO GUNARSIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian setiap Negara, Bank berfungsi sebagai penghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihakpihak

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. atas dana yang diterima dari nasabah. Sesuai dengan Undang undang RI nomor

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ( Taswan (2006: 6) Lukman

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan intermediasi (Maretha, 2015). Menyalurkan suatu dana

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

BAB IV ANALISIS PENERAPAN SISTEM ONE OBLIGOR TERHADAP KUALITAS PEMBIAYAAN. A. Analisis Operasional Sistem Informasi Debitur (SID) di PT BPRS

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan bank dalam sebuah negara akan memberikan dukungan. ekonomi dan hingga kondisi perbankan pada saat sekarang ini..

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Dalam suatu sistem perekonomian suatu negara, perbankan memiliki fungsi

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Perbankan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang

Transkripsi:

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam karya akhir ini pengukuran risiko yang ditunjukan terhadap pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan menggunakan Metode CreditRisk +, Dalam penerapan metode pengukuran tingkat risiko pembiayaan murabahah hanya menggunakan data outstanding pembiayaan nasabah dan tidak ada korelasinya dengan data tingkat suku bunga pasar. Sehingga penggunaan metode CreditRisk + lebih tepat digunakan untuk mengukur risiko pada pembiayaan syariah. Perhitungan risiko pembiayaan dengan menggunakan Metode CreditRisk+, dimana akan diketahui besarnya nilai probabilitas default dengan menggunakan model distribusi Poisson, besarnya potensial kerugian yang akan ditanggung oleh BNI Syariah termasuk didalamnya besarnya kerugian yang dapat diperkirakan (expected loss) dan kerugian yang tidak dapat diperkirakan (unexpected loss) oleh BNI Syariah, serta berapa besarnya economic capital yang harus disediakan oleh BNI Syariah untuk meng-cover unexpected loss 4.1 Komposisi Portfolio Pembiyaan Data pembiayaan murabahah yang digunakan sebagai bahan analisis dimulai dari Bulan Januari 2007 sampai dengan Bulan Desember 2009 dengan nilai outstanding pembiayaan murabahah sampai dengan Rp. 1.050.000.000,- (data per bulan Desember 2009). Portfolio eksposur pembiayaan murabahah pada BNI Syariah selama Bulan Januari 2007 sampai dengan Bulan Desember 2009 yang terdiri dari pembiayaan murabahah dengan kolektibiltas 1 sampai dengan kolektibilitas 5 dapat dilihat pada tabel 4.1. Metode yang akan digunakan dalam pengukuran risiko pembiayaan ini adalah CreditRisk + yang merupakan pendekatan Default Mode, maka data pembiayaan murabahah dikelompokan dalam kategori Non Default dan Default, Pembiayaan dengan kategori Non Default (Performing Loan) terdiri dari eksposur dengan pembiayaan yang memiliki kolektibilitas lancar dan dalam perhatian khusus. 45

46 Sedangkan untuk pembiayaan yang dikategorikan Default terdiri dari eksposur dengan pembiayaan yang memiliki kolektibiltas kurang lancar, diragukan dan macet. Tabel 4.1. Daftar Pembiayaan Murabahah BNI Syariah Kolektibikitas 2009 2008 2007 1 3,534,591,778,221 3,537,083,973,893 2,087,375,929,293 2 623,895,698,441 406,224,242,867 198,573,326,509 3 26,362,059,386 12,352,881,011 18,798,970,394 4 24,708,519,023 14,330,639,297 10,483,175,057 5 2,517,641,143 40,286,836,403 32,748,867,401 Jumlah 4,212,075,696,215 4,010,278,573,471 2,347,980,268,655 Prosentasi pembiayaan murabahah BNI Syariah yang masuk dalam kategori default pada tahun 2009, 2008, dan 2007 adalah masing-masing sebesar 1,27%, 1,67% dan 2,64%. Pembiayaan murabahah mengalami pertumbuhan dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 70,80% dan dari tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar 5,03%. Pertumbuhan pembiayaan dari tahun 2008 ke 2009 menunjukan pertumbuhan yang relatif kecil, hal ini disebabkan prinsip kehati-hatian BNI Syariah dalam menyalurkan pembiayaan menjelang adanya spin off. 4.2 Pengukuran Risiko Pembiayaan dengan CreditRisk + Model Pembiayaan murabahah merupakan produk pembiayaan syariah dengan jumlah debitur yang sangat banyak dan bersifat individual dengan nilai pembiayaan masingmasing nasabah relatif kecil, karena bersifat pembiayaan konsumtif sehingga pengukuran risiko pembiayaan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode CreditRisk +. Data pembiayaan nasabah yang masuk dalam kategori default akan digunakan sebagai fokus dalam pengukuran nilai expected loss dan unexpected losses. Data input yang digunakan adalah sebagai berikut : Credit exposure at default, suatu portfolio kewajiban debitur yang kondisinya dinyatakan default (gagal memenuhi kewajiban pembayaran)

47 Default Rate Volatilities, merupakan standar deviasi dari Default Rate, Berdasarkan distribusi Poisson, maka standar deviasi adalah akar dari rata-rata default per periode, dengan asumsi default rates adalah konstan. Default rate, yaitu banyaknya kejadian default (default events) pada periode waktu tertentu di masing-masing band Recovery rate, prosentase dari nilai kewajiban pembayaran nasabah yang dapat diterima kembali oleh bank setelah dilakukan penghapus-bukuan (write off) 4.2.1 Exposure at Default Penyusunan exposure at default dilakukan dengan menyajikan data nasabah pembiayaan syariah pada BNI Syariah yang status pembiayaannya dinyatakan default tiap akhir periode. Perhitungan default dinyatakan pada saat tunggakan pembayaran kewajiban sudah melebihi 90 hari dari tanggal jatuh tempo angsuran. Tabel 4.2. Total Credit Exposure at Default (2007 2009) Hari Tunggakan Kolektibilitas 2009 2008 2007 > 90 sd 120 3 26,362,059,386 12,352,881,011 18,798,970,394 >120 sd 180 4 24,708,519,023 14,330,639,297 10,483,175,057 > 180 5 2,517,641,143 40,286,836,403 32,748,867,401 Jumlah 53,588,219,553 66,970,356,711 62,031,012,853 Berdasarkan tabel 4.2 tersebut diatas, pembiayaan murabahah untuk tahun 2009, 2008 dan 2007 dengan tunggakan pembayaran angsuran lebih dari 90 hari sampai dengan 120 hari masing-masing sebesar 49,19%, 18,45% dan 30,31%. Untuk tunggakan pembayaran angsuran lebih dari 120 hari sampai dengan 180 hari untuk tahun 2009, 2008 dan 2008 masing-masing sebesar 46,11%, 21,40% dan 16,90%. Sedangkan untuk tunggakan pembayaran angsuran yang melebihi 180 untuk tahun 2009, 2008 dan 2007 adalah masing-masing sebesar 4,70%, 60,16% dan 52,79%. Hal ini menunjukan BNI Syariah menjaga kualitas aktiva pembiayaan murabahah dengan turunnya pembiayaan pada kolektibilitas macet pada tahun 2009. Penurunan pembiayaan murabahah untuk tahun 2009 pada kolektibiltas macet disebabkan karena kebijakan manajemen PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang telah melakukan hapus buku untuk pembiayaan murabahah yang masuk dalam kategori

48 macet, hal ini diperlukan untuk persiapan beroperasinya BNI Syariah menjadi bank umum syariah. Dengan kebijakan manajemen untuk melakukan hapus buku pada pembiayaan murabahah yang masuk dalam kolektibiltas macet diharapkan pada saat BNI Syariah telah melakukan spin off kinerja bank akan menjadi bagus karena tidak terbebani dengan beban pencadangan aktiva produktif (PPAP). 4.2.2 Pembuatan Band Langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan pengukuran risiko pembiayaan dengan pendekatan CreditRisk + adalah mengelompokan masing-masing debitur pembiayaan syariah atas dasar eksposur pembiayaan kedalam masing-masing band sesuai dengan besaran eksposur pembiayaan. Penyusunan band dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah proses pengukuran risiko pembiayaan karena dalam pendekatan CreditRisk + jumlah debitur yang diteliti sangat banyak dengan jumlah pembiayaan yang bervariasi. Dalam penyusunan karya akhir ini, eksposur pembiayaan syariah yang digunakan adalah pembiayaan yang telah default sehingga credit exposure at default per band pada pembiayaan syariah periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2009, dengan unit of exposure masing-masing sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Pembagian band atas pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dilakukan untuk semua pembiayaan dengan kategori default dengan menggunakan data dari Bulan Januari Tahun 2007 sampai dengan Bulan Desember Tahun 2009 yang dilakukan setiap bulan. Adapaun pembagian band untuk tahun 2009, 2008 dan 2007 masing-masing disajikan pada lampiran 4.1, 4.2, 4.3. Masing-masing eksposur dari tiap band akan diklasifikasikan dalam kelompok band menjadi 10 bagian. Dalam pemberian pembiayaan murabahah BNI Syariah, jumlah debitur dibagi dalam band sesuai dengan besaran eksposur pembiayaan. Nilai exposure at default per band dan kelompok band dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 disajikan pada lampiran 4.4, 4.5, 4.6, dan 4.7. penyusunan band dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah proses pengukuran risiko pembiayaan karena jumlah debitur yang diteliti sangat banyak dengan nilai pembiayaan yang bervariasi. Langkah-langkah

49 yang harus dilakukan untuk menyusun band adalah seperti yang telah disebutkan dalam Bab 3. Dalam penelitian ini, kredit eksposur yang digunakan adalah pembiayaan murabahah yang default sehingga diperoleh credit exposure at default per band BNI Syariah periode Bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2009 seperti terlihat pada tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.3. Komposisi Credit exposure at default per band (2007 2009) 2009 2008 2007 1,000,000 735,326,189 1,158,452,499 906,757,683 10,000,000 9,184,565,704 11,536,700,775 9,158,114,636 100,000,000 43,668,327,660 54,275,203,437 51,966,140,534 53,588,219,553 66,970,356,711 62,031,012,853 Pada tabel 4.3 tersebut diatas, terlihat bahwa exposure at default untuk seluruh tahun penelitian menunjukan pada kelompok band Rp. 100.000.000,- memiliki nilai persentasi diatas 80% dari total Credit exposure at default. Ini menunjukan pembiayaan murabahah BNI Syariah yang mengalami default terkonsentrasi pada kelompok band Rp. 100.000.000,-. Berdasarkan pembagian band atas pembiayaan syariah yang masuk dalam kategori default diperoleh data sebagai berikut : a. Pembiayaan Syariah pada tahun 2009 Kelompok band Rp. 1.000.000,- sebesar 1,37%. Kelompok band Rp. 10.000.000,- sebesar 17,14%. Kelompok band Rp. 100.000.000,- sebesar 81,49%. b. Pembiayaan Syariah pada tahun 2008 Kelompok band Rp. 1.000.000,- sebesar 1,73%. Kelompok band Rp. 10.000.000,- sebesar 17,23%. Kelompok band Rp. 100.000.000,- sebesar 81,04%. c. Pembiayaan Syariah pada tahun 2007 Kelompok band Rp. 1.000.000,- sebesar 1,46%. Kelompok band Rp. 10.000.000,- sebesar 14,76%. Kelompok band Rp. 100.000.000,- sebesar 83,77%.

50 4.2.3 Recovery Rate Recovery rate merupakan besarnya jumlah pengembalian atas tunggakan pembiayaan murabahah yang telah dinyatakan default. Pada saat debitur dinyatakan default, maka BNI Syariah akan mendapatkan kerugian sebesar jumlah yang diberikan kepada debitur dikurangi dengan nilai dari recovery atas pembiayaan tersebut. Pada saat pembiayaan murabahah dinyatakan default, terdapat 2 sumber pelunasan yang digunakan dalam perhitungan recovery rate, yaitu recovery rate pinjaman default yang berasal dari nilai likuidasi agunan (recovery rate agunan) dan recovery rate yang bersumber dari angsuran pinjaman macet (recovery rate angsuran). Recovery rate untuk pembiayaan murabahah diperoleh dari penjumlahan nilai recovery agunan dan recovery angsuran dibagi dengan tagihan bank (outstanding pembiayaan/baki debet) masing-masing nasabah. Dalam penyusunan karya akhir ini digunakan nilai recovery rate rata-rata debitur dari BNI Syariah, nilai recovery rate diperoleh dari BNI Syariah untuk tahun 2009 dan 2007 sebesar 65%, sedangkan untuk tahun 2008 sebesar 40%. Berdasarkan informasi dari BNI Syariah dijelaskan bahwa dalam pengelolaan pembiayaan yang masuk dalam kategori default akan dilakukan maintenance nasabah dengan baik. Untuk pembiayaan murabahah hampir sebagian besar dari recovery rate agunan nasabah dapat ditagih dengan baik. Hal ini dikarenakan pemberian pembiayaan murabahah kebanyakan diberikan kepada nasabah yang sudah memiliki catatan yang baik. Kebijakan manajemen BNI Syariah yang melakukan restrukturisasi atas pembiayaan murabahah yang masuk dalam kategori macet dirasa cukup efektif untuk membantu debitur dalam melakukan pembayaran angsuran pembiayaan yang telah diberikannya. Besarnya nilai recovery dari pembiayaan murabahah yang dinyatakan default per bulan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada lampiran 4.8, Sedangkan nilai recovery per band masing-masing tahun 2009, 2008, 2007 dapat dilihat pada lampiran 4.9, 4.10 dan 4.11. Ringkasan per tahunnya disajikan dalam grafik 4.1 sebagai berikut :

51 60,000,000,000 Nilai Recovery 50,000,000,000 40,000,000,000 30,000,000,000 20,000,000,000 Nilai Recovery 10,000,000,000-2009 2008 2007 Grafik 4.1. Nilai Recovery atas Pembiayaan Murabahah BNI Syariah 4.2.4 Loss Given Default Loss Given Default atau Severity of Loss merupakan jumlah yang digunakan sebagai ukuran kerugian pihak bank atas pembiayaan yang diberikan pada saat debitur mengalami default. Loss Given Default diperoleh dengan mengurangkan nilai Exposure at default dengan nilai Recovery. Besarnya nilai Loss Given Default dari pembiayaan murabahah per bulan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada lampiran 4.12, Sedangkan nilai Loss Given Default per band masing-masing tahun 2009, 2008, 2007 dapat dilihat pada lampiran 4.13, 4.14 dan 4.15. Ringkasan per tahunnya disajikan dalam grafik 4.2. Berdasarkan grafik 4.2 dapat disampaikan bahwa prosentasi besarnya nilai loss given default (actual loss) dengan exposure at default untuk masing-masing tahun 2009, 2008 dan 2007 adalah 36,42%, 40,14% dan 36,59%. Periode tahun 2008 mengalami nilai loss given default yang paling tinggi bila dibandingkan dengan nilai tahun 2009 dan 2007. Nilai loss given default yang tinggi pada tahun 2008 selaras dengan kondisi perekonomian pada tahun 2008 terjadi krisis yang melanda bangsa Indonesia namun dapat segera diatasi pada tahun 2009.

52 Loss Given Default 30,000,000,000 25,000,000,000 20,000,000,000 15,000,000,000 10,000,000,000 5,000,000,000-2009 2008 2007 Loss Given Default Grafik 4.2. Loss Given Default pada Pembiayaan Murabahah BNI Syariah 4.2.5 Number of Default Number of Default merupakan jumlah peristiwa terjadinya default dari debitur pembiayaan murabahah BNI Syariah pada suatu periode. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh besarnya debitur pembiayaan murabahah BNI Syariah yang default untuk tahun 2009, 2008 dan 2007 masing-masing adalah sebesar 516, 637 dan 523 nasabah. Banyaknya jumlah debitur pembiayaan murabahah yang default jika dibandingkan dengan total debitur pembiayaan murabahah secara keseluruhan adalah masing-masing sebesar 1,76%, 2,14% dan 2,41%. Dengan melihat pada tabel 4.4 debitur yang masuk dalam band Rp. 10.000.000,- paling banyak mengalami default. Tabel 4.4. Daftar Debitur yang Default per Band Band 2009 2008 2007 1,000,000 133 175 161 10,000,000 237 273 189 100,000,000 146 189 173 516 637 523 Pada tahun 2009, 2008 dan 2007 jumlah prosentasi komposisi jumlah nasabah yang default untuk band Rp. 1.000.000,- adalah masing-masing sebesar 25,78%, 27,47% dan 30,78%. Untuk band Rp. 10.000.000,- adalah masing-masing sebesar 45,93%, 42,86% dan 36,14% dan untuk band Rp. 100.000.000,- adalah masing-

53 masing sebesar 28,29%, 29,67% dan 33,08%. Pada tahun 2008 merupakan tahun yang paling tinggi jumlah pembiayaan murabahah yang mengalami default. Kondisi ini selaras dengan kondisi perekonomian bangsa yang mengalami dampak dari adanya krisis yang melanda, sektor riil yang merupakan sektor untuk pembiayaan murabahah terkena dampak krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008, secara tidak langsung berpengaruh pada pembayaran angsuran debitur ke BNI Syariah sehingga pembiayaanya banyak terjadi default, 4.2.6 Cumulative Probability of Default Perhitungan number of default terjadi pada jumlah kerugian yang memiliki probability of default tertinggi, yaitu jumlah kejadian kerugian (n) = lambda (λ). Nilai unexpected default number terjadi pada saat cumulative probability of default mencapai nilai 95%. Besarnya cumulative probability of default diperoleh dengan menjumlahkan masing-masing nilai probabilitas pada n = 0, 1, 2, 3, 4 n, sehingga secara kumulatif nilainya mencapai 100%. Dengan mengalikan nilai n (cumulative PD 95%). Dengan exposure pada setiap kelompok Band, didapatkan nilai unexpected loss atau Value at Risk (VaR), yaitu maksimum kerugian yang bisa terjadi pada tingkat keyakinan tertentu sebesar 95%. Besarnya nilai cumulative probability of default untuk kelompok band dari Bulan Januari sampai dengan Bulan Desember untuk tahun 2009, 2008 dan 2007 masing-masing dapat dilihat pada lampiran 4.16, 4.17 dan 4.18. 4.2.7 Expected Loss, Unexpected Loss dan Economic Capital Berdasarkan perhitungan sebelumnya, tahap selanjutnya adalah menghitung berapa besar modal yang harus dipersiapkan BNI Syariah dalam mengantisipasi expected loss dan unexpected loss. Nilai expected loss dapat dihitung dari nilai probability of default tertinggi. Sedangkan nilai unexpected loss diperoleh dari nilai cumulative probability of default yang dalam penyusunan karya akhir ini menggunakan significance level sebesar 95% yang biasanya lazim digunakan dalam perhitungan bisnis. Berdasarkan nilai expected loss dan unexpected loss tersebut, kemudian dicari economic capital, yaitu besarnya modal untuk melindungi risiko bank dari unexpected loss yang akan terjadi. Apabila terdapat pembiayaan yang mengalami default, maka

54 besarnya nilai expected loss akan di cover dengan pembentukan pencadangan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang telah dibentuk BNI Syariah. Perhitungan besarnya nilai expected loss dan unexpected loss per band untuk masing-masing bulan pada tahun 2009, 2008 dan 2007 dapat dilihat pada lampiran 4.16, 4.17 dan 4.18 Besarnya nilai expected loss atas pembiayaan murabahah BNI Syariah per tahun dapat disajikan pada grafik 4.3, sedangkan perincian setiap bulan dari Bulan Januari 2007 sampai dengan dengan Bulan Desember 2009 dapat dilihat pada lampiran 4.19. Secara ringkas besarnya nilai expected loss per band untuk tahun 2009, 2008 dan 2007 pada tabel 4.5 dibawah ini ; Tabel 4.5. Nilai Expected Loss Per Band (Rp. 1.000.000,-) Band 2009 2008 2007 1,000,000 257,364,166 695,071,499 317,365,189 10,000,000 3,214,597,996 6,922,020,465 3,205,340,123 100,000,000 15,283,914,681 32,565,122,062 18,188,149,187 Besarnya nilai expected loss atas pembiayaan murabahah pada BNI Syariah untuk dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 terkonsentrasi pada band Rp. 100.000.000,-. Penurunan nilai expected loss pada tahun 2009 menunjukan keberhasilan dari manajemen BNI Syariah untuk mengelola pembiayaan yang bermasalah. Nilai expected loss dari pembiayaan yang bersifat default menunjukan bahwa terdapat peningkatan terhadap kinerja BNI Syariah atas pembiayaan murabahah. Peningkatan kualitas pembiayaan dari BNI Syariah dipicu dengan adanya keinginan dari BNI Syariah untuk menjadikan suatu bank umum syariah, bukan merupakan bagian dari Divisi Usaha Syariah BNI. Kerugian unexpected loss harus ditutup dengan modal BNI Syariah sendiri. Sebagai akibatnya semakin tinggi nilai unexpected loss dari kerugian pembiayaan murabahah yang default maka akan semakin besar pula nilai modal yang harus disediakan untuk dapat meng-cover kerugian yang kemungkinan akan terjadi selama satu bulan ke depan. Dengan semakin besarnya nilai modal yang harus digunakan untuk meng-cover kerugian yang default, maka bank akan mengalami kesulitan untuk dapat melakukan ekspansi atas bisnis perbankan tersebut.

55 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000-2009 2008 2007 Grafik 4.3. Nilai Expected Loss atas Pembiayaan Murabahah BNI Syariah (Rp.1.000.000,-) Besarnya nilai unexpected loss atas pembiayaan murabahah BNI Syariah per tahun dapat disajikan pada grafik 4.4, sedangkan perincian setiap bulan dari Bulan Januari 2007 sampai dengan dengan Bulan Desember 2009 dapat dilihat pada lampiran 4.19. Besarnya nilai unexpected loss per band untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Nilai Unexpected Loss Per Band (Rp. 1.000.000,-) Band 2009 2008 2007 1,000,000 374,150,000 952,200,000 455,700,000 10,000,000 4,511,500,000 9,474,000,000 4,539,500,000 100,000,000 22,820,000,000 48,120,000,000 27,055,000,000 Besarnya nilai economic capital atas pembiayaan syariah pada BNI Syariah dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada grafik 4.5, sedangkan untuk perincian besarnya nilai economic capital dari Bulan Januari 2007 sampai dengan Bulan Desember 2009 dapat dilihat pada lampiran 4.19. Secara ringkas besarnya nilai economic capital per band dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Nilai Economic Capital Per Band (Rp. 1.000.000,-) Band 2009 2008 2007 1,000,000 116,785,834 257,128,501 138,334,811 10,000,000 1,296,902,004 2,551,979,535 1,334,159,877 100,000,000 7,536,085,319 15,554,877,938 8,866,850,813

56 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000-2009 2008 2007 Grafik 4.4. Nilai Unexpected Loss atas Pembiayaan Murabahah BNI Syariah (Rp. 1.000.000). Atas Pembiayaan murabahah BNI Syariah yang mengalami default, maka BNI Syariah harus menggunakan nilai modal yang dimilikinya untuk dapat mengcover nilai Unexpected loss tersebut. Dari ketiga tahun sampel penelitian diketahui bahwa untuk tahun 2008, BNI Syariah harus mencadangkan nilai modal yang dimilikinya untuk meg-cover unexpected loss lebih tinggi dibandingkan dengan nilainilai pada tahun 2009 dan 2007. Besarnya nilai unexpected loss untuk pembiayaan murabahah yang default di tahun 2008 besar kemungkinan disebabkan karena kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang mengalami krisis ekonomi pada tahun tersebut 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000-2009 2008 2007 Grafik 4.5. Economic Capital Pembiayaan Murabahah BNI Syariah

57 4.3 Backtesting dengan Loglikelihood Ratio Test Dalam penggunaan CreditRisk + Model untuk mengukur tingkat risiko pembiayaan murabahah BNI Syariah, harus dilakukan pengujian keakuratan model yang digunakan. Pengujian model dengan menggunakan proses backtesting dan validasi model dilakukan secara berkala dengan cara membandingkan nilai risiko kredit yang dihitung denggan menggunakan CreditRisk + dengan nilai aktual kerugian yang dialami. Dalam pengujian backtesting, jika nilai unexpected loss lebih besar dari pada kerugian actual loss, maka nilai binary indicator adalah 0 dan jika sebaliknya nilai binary indicator adalah 1. Total binary indicator ini merupakan failure rate atas kesalahan penggunaan metode pengukuran nilai risiko pembiayaan. Jika nilai failure rate dibandingkan dengan tingkat failure rate yang diharapkan ternyata lebih kecil maka penggunaan metode CreditRisk + adalah valid untuk dapat digunakan dalam pengukuran risiko kredit pada periode berikutnya. Perhitungan nilai indicator binary pada pembiayaan murabahah BNI syariah dengan menggunakan CreditRisk + dapat dilihat pada lampiran 4.20. Loglikelihood Ratio (LR) Test digunakan untuk mengukur tingkat akurasi model CreditRisk + dalam memperkirakan nilai risiko kredit yang tercermin pada nilai unexpected loss. Pengujian Loglikelihood Ratio dilakukakan dengan tingkat kenyakinan sebesar 99% dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut Uji hipotesis sebagai berikut : Ho : Metode CreditRisk + cocok digunakan untuk mengukur risiko pembiayaan murabahah H 1 : Metode CreditRisk + tidak cocok digunakan untuk mengukur risiko pembiayaan murabahah Uji Statistik : LR < Chi-Squared Model CreditRisk + diterima LR > Chi=Squared Model CreditRisk + ditolak

58 Tabel 4.8. Hasil Pengukuran Loglikelihood Ratio Test T (Jumlah Data) 36 V (Jumlah Kesalahan) 1 α (Probabilitas Kesalahan) 1% LR (Loglikelihood Ratio) 0.774864617 Chi-squared 6.634896712 Sumber : diolah sendiri Berdasarkan pengujian nilai Loglikelihood Test, nilai Loglikelihood Ratio lebih kecil dari pada Chi-squared, maka Ho diterima. Dengan demikian bahwa metode pengukuran risiko pembiayaan murabahah dengan CreditRisk + dapat diterima dan cukup akurat untuk mengukur nilai unexpected loss untuk pembiayaan murabahah pada BNI Syariah.