Produksi Susu Sapi Keturunan Pejantan Impor....Deden Dzul Fadil UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN MILK PRODUCTION TEST OF FRIESIEN HOLSTEIN DAIRY CATTLE IMPORT BULL OFFSPRING AT BBPTU-HPT BATURRADEN Deden Dzul Fadil*, Asep Anang**, dan Heni Indrijani** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jl. Bandung-Sumedang Km. 21, Sumedang 45362 *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 **Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : denzfadil@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 10-24 Mei 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi susu 305 hari sapi FH keturunan pejantan impor yang ada di BBPTU-HPT Baturraden pada periode laktasi 1 dan 2. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan catatan produksi susu lengkap dari laktasi 1 dan 2 dari tahun 2008 Maret 2015. Data yang digunakan adalah catatan produksi susu harian pada laktasi 1 sebanyak 140.810 catatan dan laktasi 2 sebanyak 73.244 catatan. Data produksi susu distandarisasi ke 305 hari menggunakan model persamaan regresi Vapor Pressure. Hasil standarisasi menunjukan bahwa rataan produksi susu sapi FH periode laktasi 1 sebesar 4.122,14 kg, dan periode laktasi 2 sebesar 3.958,38 kg. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara rataan produksi susu periode laktasi 1 ataupun 2, demikian pula asal impor pejantan yaitu Australia (AUS), Kanada (CAN), Jerman (DEU), Perancis (FRA), Belanda (NLD), New Zealand (NZL), dan Amerika Serikat (USA) tidak menunjukkan perbedaan produksi susu pada keturunannya. Kata Kunci : Produksi Susu, Sapi Perah, Standarisasi 305 Hari, Pejantan Impor, BBPTU- HPT Baturraden ABSTRACT This research was conducted at BBPTU-HPT Baturraden, Purwokerto, Central Java on May 10 th until 24 th, 2015. The purpose of this research was to study the of milk yield of 305 days of offspring imports in BBPTU-HPT Baturraden at first and second lactation. This study was a descriptive study used full milk production records at first and second lactation from 2008 to March 2015. The data used was record daily milk production in lactation 1 are 140.810 records and lactation 2 are 73.244 records. Data standardized 305-day milk production using regression model Vapor Pressure. Results of the analysis showed that milk Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1
Produksi Susu Sapi Keturunan Pejantan Impor....Deden Dzul Fadil production in first lactation period amounted to 4.122,14 kg, while the second lactation period amounted to 3.958,38 kg. The analysis showed that there was no difference between the average milk yield lactation period 1 or 2, as well as imported bull, from Australia (AUS), Canada (CAN), Germany (DEU), France (FRA), Netherlands (NLD), New Zealand (NZL), and the United States of America (USA) showed no difference in milk production in offspring. Keywords : Milk Production, Dairy Cattle, 305 Standards Day, Bull Import, BBPTU-HPT Baturraden PENDAHULUAN Produksi susu sapi perah di Indonesia sampai saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan susu nasional, sehingga masih mengimpor susu sebanyak 60 70%. Susu segar yang diproduksi oleh sekitar 495.089 ekor sapi FH dengan kegiatan budidaya di Indonesia sebagian besar berada di pulau Jawa. Populasi sapi FH terkonsentrasi terutama di Provinsi Jawa Timur (46,8%), Jawa Barat (25,2%), dan Jawa Tengah (24,9%) sedangkan sisanya dalam jumlah sangat kecil berada di luar pulau Jawa (Ditjen PKH, 2011). Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas sapi perah di dalam negeri yaitu dengan mengimpor semen beku dari sapi pejantan Friesien Holstein (FH) yang unggul sebagai sumber materi perbaikan genetik pada perkawinan Inseminasi Buatan (IB). Kegiatan impor semen beku ini memerlukan kajian efektivitas penggunaan semen beku sapi pejantan FH impor dalam mewariskan sifat produksi susu kepada keturunannya pada kondisi tropis di Indonesia, sehingga dapat meminimalisir pengaruh perbedaan lingkungan. Salah satu kajian yang perlu dilakukan adalah melalui Uji Performa terhadap kemampuan produksi susu yang dimiliki sapi perah betina keturunan dari sapi pejantan FH yang semen bekunya diimpor ke Indonesia. Sapi jantan tidak dapat mengekspresikan secara langsung produksi susu, untuk mengetahui potensi genetiknya sangat umum diestimasi melalui uji progeni dengan membandingkan produksi susu keturunannya terhadap produksi susu sapi perah betina keturunan pejantan lain (Anggraeni, 2006). Uji Performa adalah pengujian yang dilakukan untuk memilih ternak bibit unggul berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif meliputi pengukuran, penimbangan dan penilaian. Adapun beberapa parameter yang diamati pada Uji Performa yaitu produksi susu total 305 hari, umur ternak, frekuensi pemerahan, lama (hari) laktasi, dan masa kering (Anggraeni dkk., 1998). Pentingnya kajian kemampuan sapi pejantan FH impor dalam mewariskan kemampuan produksi susu kepada keturunannya, membuat penulis ingin melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan Uji Produksi Susu Sapi FH Keturunan Pejantan Impor di (BBPTU-HPT) Baturraden. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi susu 305 hari sapi FH Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2
keturunan pejantan impor yang ada di BBPTU-HPT Baturraden berdasarkan produksi total 305 hari, masa kering, dan frekuensi pemerahan pagi sore pada periode laktasi 1 dan 2. BAHAN DAN METODE 1. Objek Penelitian Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu total 305 hari ternak sapi perah yang terdapat di BBPTU-HPT Baturraden, Jawa Tengah. Data sapi perah yang digunakan pada penelitian ini adalah yang memiliki catatan produksi susu lengkap dari laktasi 1 dan 2 dari tahun 2008 Maret 2015. 2. Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Software Ms. Excel dan Statistical Analysis System (SAS). 3. Prosedur Pengambilan Data (1) Pengumpulan data Data yang dikumpulkan berupa informasi identitas pejantan impor bersumber dari katalog pejantan yang ada di BBPTU-HPT Baturraden. Selain itu dikumpulkan pula data anak betina keturunan dari pejantan impor yang meliputi tanggal lahir, tanggal beranak, catatan produksi susu harian pada laktasi 1 dan 2, dan tanggal kering selama periode produksi tahun 2008 sampai bulan maret 2015. Beberapa faktor lingkungan diambil sebagai data pendukung yaitu formulasi pakan dan suhu kandang. (2) Tabulasi data Data ditabulasi dalam bentuk Tabel yang terdiri dari nomor ternak, tanggal melahirkan, umur ternak, catatan produksi susu harian, catatan total produksi susu 305 hari untuk masing masing laktasi. (3) Screening data Data yang telah dikumpulkan kemudian diperiksa kembali sehingga diperoleh data produksi susu total 305 hari periode laktasi 1 dan 2 yang tidak menyimpang. (4) Analisis data Analisis data yang dilakukan adalah dengan melakukan standarisasi produksi susu ke 305 hari dilanjutkan dengan membandingkan produksi sapi perah keturunan pejantan impor dari masing-masing negara. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3
4. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan data produksi susu laktasi 1 dan 2 dari setiap individu sapi FH keturunan pejantan impor yang ada di BBPTU-HPT Baturraden. Data pendukung yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah silsilah ternak, tanggal lahir, tanggal kering kandang, nomor identitas ternak dan umur laktasi. Adapun hal lain yang diamati meliputi pemeliharaan, pemberian pakan, suhu kandang dan penerapan sistem pencatatan. 5. Analisis Statistik Produksi susu total diperoleh dengan menjumlahkan produksi susu pagi dan sore selama satu masa laktasi (kg). Data produksi susu distandarisasi ke lama laktasi 305 hari dan dihitung produksi sapi perah berdasarkan keturunan pejantan impor dari masing-masing negara. Data yang diperoleh dilakukan perhitungan sebagai berikut : 1) Deskripsi Statistik terdiri dari: Kondisi data produksi susu pada periode laktasi I dan II disajikan secara deskriptif, (1). Total Produksi y i : Produksi susu hari ke-i (i = 1, 2, 3,...) (2). Rataan Produksi : Rataan produksi : Produksi susu hari ke-i (i = 1, 2, 3,...) n: Jumlah sampel (3). Nilai Maksimum, Minimum, dan Rentang Nilai Maksimum adalah nilai tertinggi dari data yang diamati. Nilai minimum adalah nilai terendah dari data yang diamati. Rentang data adalah selisih antara nilai maksimum dengan nilai minimum. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 4
(4). Varian : Varian : Rataan produksi : Produksi susu hari ke-i (i = 1, 2, 3,...) n : Jumlah sampel s 2 (5). Standar Deviasi Keterangan: s : Standar Deviasi s 2 : Varian (6). Koefisien Variasi (KV) s : Standar deviasi : Rataan produksi susu (7). Standar Eror SE : Standar Eror s : Standar deviasi n : Jumlah sampel 2) Standarisasi produksi susu 305 hari (produksi susu terkoreksi) Standarisasi produksi susu 305 hari dihitung dengan menggunakan faktor koreksi dari persamaan regresi dengan model Vapor Pressure : y = e a + b x + clnx Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 5
Y : faktor koreksi a,b,c : koefisien persamaan Vapor Pressure x : lama laktasi (hari) e : bilangan eksponen 2,718 Koefisien persamaan regresi Vapor Pressure untuk menduga faktor koreksi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Koefisien pada persamaan Vapor Pressure, Se (standar error), dan r (korelasi) pada berbagai periode laktasi. Laktasi 1 2 3 Koefisien A B C Se r 3,489 3,229 3,653 Sumber: Anang dan Indrijani, 2012. 27,055 29,892 22,605-0,626-0,582-0,652 0,00377 0,00397 0,00314 Kemudian dilakukan pengkoreksian dengan rumus sebagai berikut: Produksi susu terkoreksi = Produksi susu total x Faktor Koreksi Perhitungan dilakukan dengan menggunakan software SAS. 0,99998 0,99998 0,99998 3) Analisis of Variance (ANOVA) Produksi susu yang telah distandarisasi kemudian dilanjutkan dengan uji varian untuk mengetahui apakah asal negara pejantan memberikan pengaruh terhadap produksi susu keturunannya. Adapun langkah-langkah perhitungan pada uji varian diantaranya : a. Menghitung Faktor Koreksi (FK) Y.. FK tr b. Menghitung Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) JKP 2 i r 2 Y i. Y.. i 1 j 1 Yi. r 2 FK c. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT) JKT i r i 1 j 1 Y 2 ij FK Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6
d. Menghitung Jumlah Kuadrat Galat (JKG) JKG i r 2 Y ij Yi. JKT JKP i 1 j 1 e. Membuat Tabel Sidik Ragam Sumber keragaman Db JK KT F Hitung Perlakuan (P) p-1 JKP JKP KTP KTP Galat (G) p(r-1) JKG t 1 KTG JKG Total pr-1 JKT KTG t ( r 1) 4) Uji Wilayah Berganda Duncan Digunakan untuk menguji perbedaan diantara semua pasangan perlakuan yang mungkin tanpa memperhatikan jumlah perlakuan yang ada dari percobaan tersebut serta masih dapat mempertahankan tingkat nyata yang ditetapkan. Adapun langkah-langkah perhitungan dalam uji Duncan diantaranya : Susun nilai tengah perlakuan dalam urutan menaik Hitung galat baku dari nilai tengah perlakuan dengan rumus KTG = kuadrat tengah galat r = jumlah ulangan (untuk r sama) Hitung wilayah nyata terpendek untuk berbagai wilayah dari nilai tengah sbb : Rp = rp S Ӯ = rα : p : dbg. Sy p = jumlah perlakuan dbg = derajat bebas galat Kelompokkan nilai tengah perlakuan menurut nyata secara statistik. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Baturraden berlokasi di Kecamatan Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah. BBPTU Baturraden terdiri dari 4 area, yaitu; Area Limpakuwus, Tegalsari, Manggala, dan Munggangsari. Limpakuwus (96,79 Ha) dan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7
Tegalsari (34,18 Ha) berfungsi sebagai tempat pemeliharaan induk, pedet, dan dara. Manggala (±100 Ha) berfungsi sebagai tempat pemeliharaan pedet hingga dewasa dan sapi jantan dengan sistem rearing farm. Munggangsari (10,09 Ha) dimanfaatkan sebagai pusat pelatihan peternak dan perumahan dinas. BBPTU-HPT Baturraden berada pada ketinggian 600-750 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah yaitu coklat kekuningan serta lempung berpasir. BBPTU-HPT Baturraden memiliki keadaan iklim, yaitu : temperatur berkisar 18-30 C dengan rata-rata temperatur 24 C, kelembaban berkisar 70-80% dan curah hujan 3.000-3.500 mm/tahun. Kondisi rata-rata temperatur tersebut masih baik untuk sapi-sapi di BBPTU, sesuai dengan pernyataan Hadisutanto (2008) bahwa suhu kritis untuk ternak sapi Fries Holland adalah 27 C. Kelembaban yang optimal berkisar 70-80% dan apabila kelembabannya terlalu tinggi akan mengakibatkan cekaman panas karena proses penguapan dari tubuh sapi perah dapat terhambat. Perkandangan merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi produksi susu sapi perah. Kandang tidak hanya digunakan sebagai tempat berlindung ternak, tetapi juga harus mampu memberi kenyamanan pada ternak. Jenis kandang freestall adalah jenis kandang yang digunakan di BBPTU Baturraden di area Limpakuwus dan Tegalsari. Jenis kandang ini digunakan karena memungkinkan ternak bergerak atau beraktifitas dengan bebas, dan mampu menjaga kestabilan temperatur dan kelembaban kandang agar tidak menyebabkan stress pada ternak. Jika dilihat dari sistem perkandangan yang diterapkan dan kondisi iklim di BBPTU, maka dapat dinyatakan bahwa situasi tersebut sudah memenuhi kenyamanan sapi-sapi yang ada. 2. Tatalaksana Pemberian Pakan Pakan dengan kandungan nutrisi yang baik akan meningkatkan produksi susu sapi perah, sedangkan pakan dengan kandungan nutrisi yang tidak baik akan menurunkan produksi susu sapi perah tersebut. Oleh karena itu pemberian pakan harus diperhatikan baik dari jumlah maupun kandungan nutrisinya sehingga dapat memenuhi untuk kebutuhan pokok (maintenance), produksi maupun reproduksi. Adapun pakan yang diberikan kepada sapi-sapi di BBPTU-HPT Baturraden terdiri dari pakan hijauan dan konsentrat dengan perbandingan hijauan dan konsentrat sebanyak 70 : 30. Perbandingan pakan hijauan dan konsentrat yang baik pada sapi perah adalah 60 : 40 (Sudono, 2003; Anggraeni, dkk., 2008). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 8
Pemberian pakan untuk sapi-sapi di BBPTU-HPT Baturraden diberikan 2 kali yaitu pukul 09.00 atau setelah pemerahan pagi dan 15.00 WIB. Formulasi konsentrat yang diberikan berbeda pada setiap kategori sapi perah seperti yang tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Nutrisi Konsentrat Sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden No. Jenis Konsentrat Protein Kasar Bahan Kering TDN...%... 1. F1 18,1 83 75 2. F2 15,4 83 73 3. Pedet 18,1 84 74 4. Calf Starter 20,3 84 74 F1 : untuk sapi perah laktasi dengan produksi tinggi (> 20 kg) F2 : untuk sapi perah laktasi dengan produksi sedang (<20 kg) Pedet : untuk anak sapi umur 4 6 bulan C.S : untuk anak sapi umur 8 hari s/d 4 bulan. Kandungan protein kasar (PK) pada ransum F1 sudah mencukupi kebutuhan sapi perah berproduksi tinggi seperti yang tercantum pada Tabel 2. Kebutuhan ideal PK pada sapi perah berproduksi tinggi yaitu minimal 17% dari bahan kering (Anggraeni, dkk., 2008), sedangkan kandungan PK pada ransum sapi perah berproduksi tinggi di BBPTU-HPT Baturraden adalah 18,1%. Kebutuhan minimum TDN konsentrat yang harus dipenuhi untuk sapi perah berproduksi tinggi adalah 75% dan untuk sapi perah berproduksi sedang adalah 70%. Berdasarkan Tabel 2, kandungan TDN konsentrat dalam ransum F1 dan F2 masing-masing adalah 75% dan 73% sehingga kebutuhan TDN untuk sapi-sapi di BBPTU-HPT Baturraden sudah dapat terpenuhi dengan baik. 3. Produksi Susu Sapi Perah di BBPTU-HPT Baturraden Data yang diambil berasal dari catatan produksi susu harian yang dijumlahkan dari pemerahan pagi dan malam dengan selang waktu pemerahan 12 jam pada laktasi 1 dan 2 periode produksi tahun 2008 sampai bulan maret 2015. Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh data sapi perah laktasi 1 sebanyak 504 ekor dengan catatan produksi susu harian sebanyak 140.810 catatan dan sapi perah laktasi 2 sebanyak 362 ekor dengan catatan produksi susu harian sebanyak 73.244 catatan. Produksi susu sebelum dan setelah distandarisasi dapat dilihat pada Tabel 3. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 9
Tabel 3. Produksi Susu Sapi FH Periode Laktasi 1 dan 2 Sebelum dan Setelah di Standarisasi di BBPTU-HPT Baturraden Laktasi 1 Laktasi 2 Parameter Sebelum Standarisasi Setelah Standarisasi Sebelum Standarisasi Setelah Standarisasi Jumlah ternak (ekor) 504 504 362 362 Rataan produksi susu (kg) 4.073,79 4.122,14 3.052,83 3.958,38 Panjang laktasi (hari) 288 305 210 305 Standar deviasi 1.779,06 1.143,46 1.456,87 1.062,75 Koefisien variasi 43,68 27,74 47,72 26,85 Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa rataan produksi susu sapi perah di BBPTU- HPT Baturraden sebelum distandarisasi dari laktasi 1 ke laktasi 2 terjadi penurunan yaitu dari 4.073,79 kg menjadi 3.052,83 kg juga diikuti dengan penurunan jumlah populasi sapi perah dari 504 ekor menjadi 362. Menurut Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang diperoleh di BBPTU-HPT Baturraden, penurunan jumlah populasi tersebut disebabkan oleh banyaknya sapi yang mati pasca melahirkan. Setelah dilakukan standarisasi 305 hari dengan menggunakan faktor koreksi yang ada pada persamaan regresi Vapor Pressure, rataan produksi susu sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden menunjukkan peningkatan, seperti yang tercantum pada Tabel 3. Rataan produksi susu sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden setelah dilakukan standarisasi mengalami peningkatan, pada periode laktasi 1 rataannya adalah 4.122,14 kg dan laktasi 2 adalah 3.958,38 kg. Rataan produksi susu ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan rataan produksi susu di tempat yang sama pada tahun 2013 yaitu sebesar 3.354,7 kg pada laktasi 1 dan 3.367,4 kg pada laktasi 2. Penurunan produksi susu dari periode laktasi 1 ke laktasi 2 yang terjadi di BBPTU-HPT Baturraden ini dapat disebabkan oleh kandungan nutrisi pakan yang diberikan belum dapat memenuhi untuk kebutuhan pokok (maintenance), produksi maupun reproduksi. Karena tatalaksana pemberian pakan sapi-sapi di BBPTU lebih terfokus kepada pemenuhan kebutuhan produksi susu. Hal ini menyebabkan sapi-sapi yang berproduksi tinggi pada periode laktasi 1, tidak dapat meneruskan potensinya untuk berproduksi tinggi pada periode laktasi 2 dikarenakan nutrisi pakan yang diperoleh hanya dapat memenuhi kebutuhan produksinya saja tanpa diperhatikan kebutuhan pokok untuk pertumbuhan organ-organ tubuh dan reproduksinya. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 10
4. Produksi Susu Sapi Keturunan Pejantan Impor di BBPTU-HPT Baturraden Data produksi susu harian setelah dilakukan standarisasi lalu dilakukan sinkronisasi dengan data silsilah asal negara tetuanya. Dari 504 ekor sapi pada laktasi 1 dan 362 ekor sapi pada laktasi 2, dilakukan screening data yang menghapus catatan sapi-sapi keturunan pejantan lokal maupun impor yang tidak mempunyai catatan lengkap produksi total 305 hari pada laktasi 1 dan 2. Pada akhirnya didapatkan sebanyak 128 ekor sapi yang terbagi atas 7 negara asal pejantan dan mempunyai catatan lengkap produksi total 305 hari pada laktasi 1 dan 2 seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4. Semen pejantan FH yang dipergunakan untuk evaluasi produksi susu sapi perah keturunannya berasal dari 7 negara, yaitu Amerika Serikat (USA), Australia (AUS), Jerman (DEU), Perancis (FRA), Kanada (CAN), Belanda (NLD), dan NewZealand (NZL). Tabel 4. Produksi Susu Keseluruhan Sapi FH Keturunan Pejantan Impor di BBPTU-HPT Baturraden Periode Laktasi N Rataan Total Rataan Harian Standar Deviasi Koefisien Variasi 1 128 4.785,77 15,70 1.041,88 21,77 2 128 4.196,73 13,76 867,11 20,66 Rataan 4.491,25 14,73 954,49 21,21 Berdasarkan data yang tercantum pada Tabel 4, rataan produksi susu sapi FH keturunan impor pada periode laktasi 1 sebesar 4.785,77 kg dan pada periode laktasi 2 sebesar 4.196,73 kg. Terlihat bahwa rataan produksi susu sapi FH keturunan pejantan impor yang ada di BBPTU-HPT Baturraden lebih tinggi sekitar ± 500 kg setiap laktasinya dibandingkan rataan produksi susu sapi FH laktasi 1 dan 2 pada Tabel 3. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai tampilan produksi susu sapi FH keturunan pejantan impor di BBPTU-HPT Baturraden dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tampilan Produksi Susu Sapi FH Keturunan Pejantan Impor Masing-masing Negara di BBPTU-HPT Baturraden Periode Laktasi Asal Pejantan N Rataan Standar Deviasi Koefisien Variasi 1 AUS 75 4.848,33 1.110,82 22,91 CAN 3 4.904,59 1.101,47 22,46 DEU 7 4.482,34 1.094,19 24,41 FRA 5 4.986,77 606,34 12,16 NLD 2 5.271,47 353,94 6,71 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 11
NZL 1 6.520,58 - - USA 35 4.596,20 930,24 20,24 2 AUS 75 4.181,34 857,74 20,51 CAN 3 4.403,54 1.035,50 23,51 DEU 7 4.459,00 499,64 11,20 FRA 5 4.502,06 452,13 10,04 NLD 2 4.567,62 486,89 10,66 NZL 1 4.534,88 - - USA 35 4.085,05 1.006,28 24,63 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan produksi susu sapi FH keturunan pejantan impor pada periode laktasi 1 berturut-turut dari yang tertinggi adalah 6.520,58 kg (NZL); 5.271,47 kg (NLD); 4.986,77 kg (FRA); 4.904,59 kg (CAN); 4.848,33 kg (AUS); 4.482,34 kg (DEU) dan 4.596,20 kg (USA). Sedangkan rataan produksi susu pada periode laktasi 2 berturut-turut dari yang tertinggi adalah 4.567,62 kg (NLD); 4.534,88 kg (NZL); 4.502,06 kg (FRA); 4.459,00 kg (DEU); 4.403,54 kg (CAN); 4.181,34 kg (AUS) dan 4.085,05 kg (USA). Produksi susu sapi FH keturunan pejantan impor pada Tabel 5 kemudian dilakukan uji varian untuk mengetahui apakah asal negara memberikan pengaruh terhadap produksi susu. Hasil analisis varian disajikan ke dalam Tabel sidik ragam yang dipisahkan pada masing-masing periode laktasi, dapat dilihat di lampiran 3. Selanjutnya dilakukan uji wilayah berganda Duncan untuk menguji perbedaan diantara semua negara asal pejantan tersebut. Pejantan asal New Zealand (NZL) tidak dapat diikutsertakan pada analisis varian karena tidak memiliki ulangan. Seperti yang dikatakan Gaspersz (1995), bahwa uji Duncan didasarkan pada sekumpulan nilai beda nyata yang ukurannya semakin besar tergantung pada jarak diantara pangkat-pangkat dari dua nilai tengah yang dibandingkan. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa meskipun sapi FH keturunan pejantan impor berasal dari negara yang berbeda tetapi menunjukan produksi susu yang sama atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa negara asal impor pejantan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi susu keturunannya. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan : (1) Hasil standarisasi produksi susu sapi FH di BBPTU-HPT Baturraden menunjukan bahwa produksi susu sapi FH periode laktasi 1 sebesar 4.122,14 kg, dan periode laktasi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 12
2 sebesar 3.958,38 kg sehingga dapat dinyatakan terjadi penurunan produksi susu dari laktasi 1 ke laktasi 2. (2) Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara produksi susu periode laktasi 1 ataupun 2, demikian pula asal impor pejantan yaitu Australia (AUS), Kanada (CAN), Jerman (DEU), Perancis (FRA), Belanda (NLD), New Zealand (NZL), dan Amerika Serikat (USA) tidak menunjukkan perbedaan produksi susu pada keturunannya. 2. Saran Berdasarkan data kandungan nutrisi konsentrat di BBPTU-HPT Baturraden, penulis menyarankan agar kandungan PK untuk kategori F2 lebih ditingkatkan lagi agar sapi-sapi yang berproduksi sedang dapat mempertahankan bahkan meningkatkan produksi susunya. DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, A. and S. Iskandar. 2008. Peran budidaya sapi perah dalam mendorong berkembangnya industry persusuan nasional. Wartazoa (18) 2: 57 67.. 2006. Pengaruh pejantan pada produksi susu keturunannya : Studi kasus pada sapi perah FH di BPTU Baturraden. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Perah. Puslitbang Peternakan. Ciawi, Bogor. hlm : 113-119., A. Sudono, Palawarukka, and Subandriyo. 1998. Faktor-faktor koreksi hari laktasi dan umur untuk produksi susu sapi Fries Holland. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. 1-2 Desember 1998. hat : 295-309. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Buku Statistik Peternakan 2011. Departemen Pertanian. Jakarta. Hadisutanto, B. 2008. Studi tentang Beberapa Performan Reproduksi Pada Berbagai Paritas Induk dalam Formulasi Masa Kosong (Days Open) Sapi FH. Disertasi. Bandung. Sudono, A., R. F. Rosdiana., and B. Setiawan. 2003. Petunjuk Praktis Beternak Sapi perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 13