BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. Pada Bab IV ini penulis memaparkan kesimpulan dan relevansi tentang

KONSEP KEHENDAK BEBAS MENURUT HENRI BERGSON DALAM TIME AND FREE WILL ANDREAS ARDHATAMA WIKANARKO ( )

BAB I PENDAHULUAN. Jürgen Habermas dalam bukunya Faktizitat und Geltung mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau tepat. Kecakapan berpikir adalah ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum

BAB I PENDAHULUAN. diri. Sebagai person manusia memiliki keunikan yang membedakan dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dianggapnya bebas, misalnya mengutarakan pendapat di depan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya selalu menjalin relasi dengan orang lain. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang sangat. kompleks karena ada banyak aspek yang bisa diulas,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang misterius dan kompleks. Keberadaan dan

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai persona pertama-tama karena ke-diri-annya (self). Artinya, self

Oleh: Achmad Dardiri. (Dosen FIP IKIP YOGYAKARTA) A. Pendahuluan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pendidikan adalah fenomena universal.

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles pada kalimat pertama dalam bukunya, Metaphysics,

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

RESPONS - DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebuah proses yang terus menerus dialami oleh manusia

HAKIKAT DAN MAKNA NILAI

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan

SOSIOLOGI POLITIK. oleh : Yesi Marince, M.Si. 4 October 2012 yesimarince-materi-01 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Clarry Sadadalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini

Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

2014 PEMIKIRAN MUBYARTO TENTANG EKONOMI INDONESIA

Penelitian di Bidang Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

PERAN PARTAI POLITIK DALAM MEWUJUDKAN DEMOKRASI YANG SANTUN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Oleh I Gde Made Metera 1

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

Pertemuan 1. Pembahasan. 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar belakang masalah

A. Filasafat Ilmu sebagai Akar Metodologi Penelitian

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. motivation. Motif adalah dorongan atau stimulus yang datang dari dalam batin

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEHENDAK & KEBEBASAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari hal-hal yang bersentuhan dengan lingkungan masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Latar belakang C.G. Jung

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. diajukan dalam rumusan masalah skripsi. Dalam rumusan masalah skripsi ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. berusaha untuk membuat sejarah sebagai kenangan berusaha menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

Pendahuluan BAB I. A. Pengertian

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar peran minat terhadap perilaku pembelajaran budaya Korea.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini.

TEORI BELAJAR KLASIK Oleh : Habibi FKIP Universitas Wiraraja Sumenep

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa

Bab 1 Pendahuluan. sekarang. Sifat seperti itu dapat dikatakan sebagai salah satu sifat khas dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman

Penelitian adalah suatu kerja ilmiah, maka laporan yang harus dibuat harus mengikuti kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah. 1. Penulis laporan harus ta

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT DOKUMEN GRAVISSIMUM EDUCATIONIS ART.8 DAN KURIKULUM 2013 SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Filsafat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

Dasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

M PERANAN HASAN SADIKIN DALAM BIDANG KESEHATAN DI JAWA BARAT TAHUN

PSIKOLOGI UMUM 1. Pertemuan II: Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebebasan adalah salah satu tema yang sering muncul dalam sejarah filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing tentang kebebasan. Kebebasan juga menjadi salah satu hal yang diperjuangkan oleh banyak orang, misalnya: perjuangan para budak untuk memperoleh kebebasan atau perjuangan bangsa terjajah untuk memperoleh kemerdekaan bangsanya. Acap kali kebebasan dibahas dalam kaitannya dengan kehendak, sehingga kata kebebasan selalu mengacu pada kehendak bebas. Kehendak bebas adalah dimensi khas dari kehidupan manusia, sebagai salah satu prinsip suatu tindakan. Hanya manusia yang dapat menghendaki, sedangkan dalam makhluk lain (binatang) lebih cenderung menggunakan insting dalam bertindak. Karena itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kehendak bebas selalu berkaitan dengan manusia. Lorens Bagus, dalam kamus filsafat, mendefinisikan kebebasan sebagai kualitas tidak adanya rintangan nasib, keharusan atau keadaan di dalam keputusan atau tindakan seseorang. 1 Selain itu, Lorens Bagus juga membedakan empat macam kebebasan dalam sejarah filsafat. Yang pertama adalah daya seleksi salah 1 LORENS BAGUS, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 2002, 406. 1

satu dari dua atau lebih alternatif (kemungkinan). 2 Arti kedua menempatkan kebebasan secara konsisten seturut dengan ajaran-ajaran determinisme, mengidentikkan kebebasaan dengan berbuat seturut kemauan kita, meskipun kemauan kita ditentukan oleh seperangkat sebab. 3 Arti ketiga adalah kebebasan berpusat dari motif-motif internal manusia. 4 Arti keempat, kebebasan menuntut suatu konotasi normatif, sehingga kebebasan berarti berbuat apa yang harus diperbuat. 5 Henri Bergson, filsuf Perancis, menentang determinisme dalam bentuk assosiasionisme dalam kebebasan. Determinisme adalah pandangan yang menganggap manusia seluruhnya ditentukan oleh faktor-faktor tertentu, sehingga tidak ada tempat untuk kebebasan. 6 Assosiasionisme melihat asosiasi sebagai prinsip utama yang menguasai hidup psikis manusia, seperti dalam hukum alam, dalam mencapai kesadaran. 7 Bergson mengkritik determinisme dan assosiasionisme sebagai hal yang meniadakan peran kebebasan dalam tindakan manusia. Henri Bergson mengusulkan pengalaman langsung, dari pengalaman sejati, untuk mengkritik determinisme dan assosiasionisme. Pengajuan pengalaman langsung untuk melawan determinisme dan assosiasionisme menimbulkan suatu gagasan tentang hakekat kesadaran. Hakekat kesadaran manusia menjadi kunci untuk mencapai kebebasan. Kesadaran ini tidak ditemukan dalam pikiran atau 2 Ibid., 408. 3 Ibid., 410. 4 Ibid. 5 LORENS BAGUS, Kamus Filsafat, 411. 6 KEES BERTENS, Filsafat Barat kontemporer Perancis, Gramedia, Jakarta, 2001, 12. 7 Ibid. 2

intelek, melainkan pada intuisi. Bagi Bergson, intuisi adalah naluri yang menjadi tak terpengaruh, sadar diri, mampu merenungkan obyeknya dan memperluasnya secara tak terbatas. 8 Pikiran atau intelek lebih pada bentuk kontemplatif murni, dimana intelek cenderung membagi pengalaman, yang melampaui ruang-spasial, dalam bentuk ruang-spasial. 9 Karenanya intelek berkaitan dengan ruang sedangkan intuisi berkaitan dengan waktu. 10 Bergson menyebut waktu dengan istilah durée. Dalam bahasa Perancis durée diartikan sebagai lamanya. 11 Pemahaman umum menganggap bahwa waktu selalu dikuasai oleh pemahaman tentang ruang. Namun bagi Bergson ruang dan waktu adalah hal yang berbeda. Baginya, waktu atau yang ia sebut sebagai durée merupakan suatu keutuhan yang tak terbagi. Sifat dari durée adalah berkelanjutan, kualitatif dan tidak terbagi-bagi. Keberlanjutan atau kontinuitas itu mengalir terusmenerus dan dialami secara langsung dan bersifat subyektif-psikologis. 12 Dalam pemahaman ini kesadaran itu sendirilah durée. Sedangkan ruang merupakan karakteristik materi, di mana materi tidak memiliki gerak, sebagaimana yang menjadi ciri kehidupan. Kebebasan manusia akan dapat diraih ketika menghayati durée sebagai kesadaran. Perbuatan bebas adalah perbuatan yang didasarkan oleh intensitas kesadaran yang memancar dari ego kita. 13 Intensitas kesadaran ini harus dinilai secara kualitatif, sebagaimana dalam durée yang dibedakan dengan konsep ruang 8 RUSSELL, BETRAND, Sejarah Filsafat Barat Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang, terj. Sigit Jatmiko, dkk., Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, 1032. 9 Ibid., 1034. 10 Ibid., 1035. 11 KEES BERTENS, Filsafat Barat kontemporer Perancis, 13. 12 Ibid. 13 Ibid., 14. 3

yang menguasai intelek. Kebebasan bukanlah konsep abstrak, melainkan fakta paling jelas yang tak dipungkiri dalam pengalaman langsung. 14 Pemahaman tentang kebebasan menurut Bergson inilah yang menarik penulis untuk mengerjakan karya tulis dalam bentuk skripsi yang berjudul Konsep Kehendak Bebas Menurut Henri Bergson dalam Time And Free Will. 1.2. RUMUSAN MASALAH Untuk mengetahui konsep kehendak bebas dari Henri Bergson penulis akan mengajukan dua pertanyaan, yaitu: 1. Apa itu konsep kehendak bebas menurut Henri Bergson? 2. Unsur-unsur apa saja yang membentuk konsep kehendak bebas menurut Henri Bergson? Dua pertanyaan tersebut akan menjadi garis besar dalam proses penulisan skripsi ini. 1.3. TUJUAN PENULISAN Skrispi yang berjudul Konsep Kehendak Bebas Menurut Henri Bergson dalam Time And Free Will ditulis dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk memenuhi persyaratan kelulusan program studi strata satu di Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 2. Untuk mendalami dan memahami konsep kehendak bebas menurut Henri Bergson. 14 HENRI BERGSON, Time And Free Will: An Eassay On The Immediate Data Of Cosciousnees, diterjemahkan oleh F. L. Pogson, Dover Publications, Inc., Mineola, New York, 2001, viii. 4

3. Untuk memberi gambaran pemikiran tentang kehendak bebas yang relevan dengan konteks masyarakat saat ini. 1.4. METODE PENELITIAN Dalam karya tulis ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan. Penulis akan mempelajari dan membahas pemikiran Henri Bergson dari karyakarya yang dibuatnya, yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, secara khusus dalam Time and Free Will. Penulis juga menggunakan pemikiran tokohtokoh lain yang melakukan pembelajaran yang mendalam atas karya Henri Bergson, dalam karya tulis ini. 1.5. SKEMA PENULISAN Skripsi yang berjudul Konsep Kehendak Bebas Menurut Henri Bergson dalam Time And Free Will dibagi menjadi empat bab, antara lain: Bab I Pendahuluan, Bab II Riwayat Hidup Dan Latar Belakang Pemikiran, Bab III Konsep Kehendak Bebas Menurut Henri Bergson, Bab IV. Penutup. Bab I terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan skema penulisan. Dalam bab I penulis memaparkan latar belakang mengenai pemilihan tema kehendak bebas terutama dalam pemikiran Henri Bergson. Dalam bab I pula penulis merumuskan satu rumusan masalah yang akan menjadi benang merah dalam penulisan skripsi ini. Tidak lupa pula penulis menyertakan metode penelitian dan skema penulisan dalam bab satu. 5

Bab II membahas tentang riwayat hidup Henri Bergson dan latar belakang pemikirannya. Selain hal tersebut penulis juga memaparkan sejarah konsep kehendak bebas dalam kaitannya dengan filsafat. Beberapa aliran filsafat seperti positivisme, psychophysic dan juga spiritualisme yang mempengaruhi pemikiran Henri Bergson juga penulis sertakan dalam bab tersebut. Dalam bab II pula penulis memaparkan juga beberapa pemikir positivisme seperti Auguste Comte, John Stuart Mill dan Hebert Spencer. Pemikir psychophysic yang penulis paparkan dalam bab tersebut adalah Gustav Theodore Fecnher. Bab III membahas tentang intensitas, intuisi, durée dan kehendak bebas. Tema ini mendapat porsi yang besar, karena Bab III merupakan inti pembahasan dari skripsi ini. Pembahasan mengenai intensitas mencakup aktivitas kondisi batin, aktivitas kondisi fisik dan sensasi. Dalam kaitannya dengan tiga pembahasan tersebut intensitas merupakan bagian dari aktivitas kondisi batin. Kebanyakan orang sering menilai intensitas sebagai bagian dari aktivitas kondisi fisik. Intensitas dapat dirasakan dalam penilaian sensasi. Dalam pembahasan tentang intuisi akan penulis paparkan tentang pembedaan antara kerja intelek dan intuisi. Dari pemahaman tentang intuisi tersebut akan ditemui konsep tentang durée. Di sub sub-bab terakhir bab III tersebut penulis memaparkan konsep kehendak bebas yang memiliki kaitan dengan konsep intensitas, intuisi dan durée. Bab IV berisi tentang kesimpulan, tinjauan kritis dan relevansi konsep kehendak bebas menurut Henri Bergson. Pada bagian ini penulis akan menyimpulkan dan menjawab pertanyaan apa itu konsep kehendak bebas menurut Henri Bergson? dan Unsur-unsur apa saja yang membentuk konsep 6

kehendak bebas menurut Henri Bergson?. Selain itu penulis memberikan relevansi pemikiran Henri Bergson tentang konsep kehendak bebas dalam etika. Konsep kehendak bebas dari Henri Bergson memiliki kaitan antara intensitas, intuisi dan durée. Dari keterkaitan tersebut perumusan konsep kehendak bebas menurut Henri Bergson akan penulis paparkan dalam sub bab pertama dalam bab IV. Pada sub bab berikutnya penulis memaparkan tinjauan kritis terhadap konsep kehendak bebas menurut Henri Bergson. Pada sub bab terakhir dalam bab IV penulis mengambil relevansi konsep kehendak menurut Henri Bergson dalam etika. Penulis mengambil dua aliran besar dalam etika yaitu etika keutamaan dan etika kewajiban. Dari dua aliran tersebut penulis akan menunjukan dalam aliran etika yang mana konsep kehendak bebas menurut Henri Bergson tersebut relevan. 7