ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

ISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JOMBANG

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jombang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Kabupaten Jombang. Secara geografis Kabupaten Jombang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JO MBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG


DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

EVALUASI KINERJA TRIBULAN DINAS PETERNAKAN KABUPATEN JOMBANG

ANALISIS TINGKAT KETAHANAN PANGAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN DI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 PUBLIKASI ILMIAH

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011

KAJIAN HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN FISIK WILAYAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN JOMBANG

Deskripsi Aplikasi Media Pembelajaran dalam Praktik Pembelajaran

BAB II TINJAUAN TEORI...

PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2012 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Kajian Karakteristik Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Keluarga Miskin di Desa Mundusewu dan Desa Nggrimbi Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

DEDIARTA BINTORO ( ) Dosen Pembimbing : Ir. PUTU RUDY SETIAWAN, Msc

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH Tahun Anggaran 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Bahan Baku Bangunan / Pengecatan Pohon, Kanstein, bak/pot taman dan pagar taman.

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL HABITAT ISSN: (p); (e), Volume 27, No. 2, Agustus 2016, Hal DOI: /ub.habitat

Tabel 13 RUMUSAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

EVALUASI TERHADAP HASIL PELAKSANAAN RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PETERNAKAN KABUPATEN JOMBANG PERIODE PELAKSANAAN TRIWULAN I 2017

PENDAHULUAN Latar Belakang

IMPLEMENTASI ( S A K I P ) DINAS PETERNAKAN KABUPATEN JOMBANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PETERNAKAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2017

Pengembangan Kawasan Industri Alas Kaki di Kabupaten Mojokerto

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN DUKUNGAN SEKTOR BASIS UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN JOMBANG TAHUN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KESEIMBANGAN SUMBERDAYA AIR

DAFTAR ISI. BAB I Pendahuluan... I Latarbelakang... I Landasan Hukum... I Maksud dan tujuan penyusunan Renstra...

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Kriteria Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR : RESPON RISIKO TERHADAP KINERJA MUTU DALAM PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PROVINSI DKI JAKARTA

PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI

BAB 5 RTRW KABUPATEN

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG SURAT EDARAN

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG DINAS PERTANIAN PERATURAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG NOMOR : 188/ /415.27/2016 TENTANG

Arahan Pengembangan Kawasan Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Melalui Konsep Minapolitan

METODOLOGI PENELITIAN

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG SURAT EDARAN

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) C-134

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

Oleh : Nanda Gayuk Candy DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANTAPAN KUALITAS INFRASTRUKTUR DASAR DAN INFRASTRUKTUR PENUNJANG PERTUMBUHAN KAWASAN

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 SUB BAGIAN UMUM, KEPEGAWAIAN, KEUANGAN DAN ASET DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

Transkripsi:

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG Oleh : RIZKY KHAIRUNNISA Nrp : 3607 1000 41 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

LATAR BELAKANG RTRW Jawa Timur 2009 2029 Peningkatan produksi pertanian (agroindustri) di Kabupaten Jombang Surplus beras tahun 2010 sebesar 162.862 ton diprediksi pada tahun 2011 mengalami peningkatan RTRW Jombang2009 2029 Rencana kegiatan agroindustri Jenis penggunaan tanah didominasi oleh sawah di 18 dari 21 kecamatan RPJPD Jombang2005 2025 Membangun agroindutri Penurunan presentase sumbangan PDRB sektor pertanian dan peningkatan sektor industri Lokasi kegiatan industri tidak diperbolehkan terletak pada daerah pertanian Belum terdapat lokasi agroindustri khusunya beras di Kabupaten Jombang Penetuan Lokasi Agroindustri Kabupaten Jombang

RUMUSAN MASALAH Untuk mengidentifikasi desa agroindustri maka pertanyaan dalam penelitian Penentuan Lokasi Agroindustri Kabupaten Jombang adalah apasajakah faktor lokasi agroindustri Kabupaten Jombang? TUJUAN dan SASARAN Tujuan : menentukan lokasi agroindustri di Kabupaten Jombang. Sasaran : 1. Mengidentifikasi faktor faktor lokasi agroindustri. 2. Mengidentifikasi prioritas faktor lokasi agroindustri. 3. Mengidentifikasi lokasi agroindustri.

RUANG LINGKUP

RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Pembahasan : sebatas menentukan lokasi agroindustri pengolahan beras dengan unit analisis yang berbatas kecamatan di Kabupaten Jombang. Ruang Lingkup Substansi : membahas pengertian agroindustri, fungsi agroindustri, karakteristik agroindustri, pengembangan agroindustri, dan teori lokasi dan faktor faktor yang memperngaruhi penentuan lokasi industri oleh para ahli.

MANFAAT PENELITIAN Manfaat Teoritis : memberikan masukan mengenai penentuan lokasi agroindustri Kabupaten Jombang dalam bidang ilmu teori lokasi perencanaan wilayah dan kota. Manfaat Praktis : 1. Memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Jombang terkait dengan pengembangan sektor pertanian. 2. Memberikan rekomendasi lokasi pengembangan agroindustri di Kabupaten Jombang kepada pemerintah, yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Jombang serta Dinas Pertanian.

KERANGKA BERFIKIR PENELITIAN

PENDEKATAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional studies atau penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Paham yang dianut dalam penyusunan penelitian adalah paham positivisme. Arti positif adalah nyata, tidak khayal. Dalam menyusun penelitian bertitik tolak dari konsep, teori dan hukum yang sudah mapan. JENIS PENELITIAN Berdasarkan hasil yang ingin diperoleh, jenis penelitian ini adalah gabungan antara Basic Research (Penelitian Dasar) dan Applied Research (Penelitian Terapan). Artinya, jenis penelitian mempunyai alasan intelektual dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan perencanaan lokasi dan mempunyai alasan praktis (keinginan untuk mengetahui faktor penentu lokasi sebuah kegiatan agroindustri).

ALUR TAHAP PENELITIAN

Variabel Penelitian Ketersediaan bahan baku Jumlah Angkatan Kerja Kemampuan lahan Banjir Tingkat erosi Jumlah pasar Jumlah Bank Listrik Air bersih Jalan Kebijakan VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL Definisi Operasional Jumlah surplus beras yaitu hasil produksi dikurangi dengan konsumsi penduduk dalam kurun waktu 1 tahun. Jumlah penduduk dengan usia produktif per desa yang dapat mendukung kegiatan agroindustri. Lahan yang sesuai dengan daya dukung dari kemampuan lahan tersebut, yaitu sesuai dengan kelerengan, jenis tanah dan curah hujan. Kecamatan yang memiliki kemungkinan terjadinya bencana alam seperti banjir. Kecamatan yang memiliki kemungkinan terjadinya bencana alam seperti erosi untuk mengetahui potensi longsor di tiap kecamatan. Jumlah pasar tiap kecamatan yang dapat memasarkan produk agroindustri yang memadai sehingga dapat mendukung agroindustri. Jumlah bank tiap kecamatan yang dapat memberikan modal peminjaman kepada pengusaha agroindustri. Besarnya daya listrik yang disediakan berdasarkan jumlah pengguna di tiap kecamatan untuk mendukung kegiatan produksi. Tersedianya jaringan air bersih tiap kecamatan yang dapat mendukung kegiatan agroindustri. Pelayanan berdasarkan kelas jalan yang tersedia di tiap kecamatan untuk memudahkan aksesibilitas kegiatan agroindustri. Kebijakan RTRW Kabupaten Jombang yang mendukung agroindustri pada tiap-tiap Kecamatan.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA Observasi merupakan pengamatan terhadap eksisting, dilakukan untuk mengetahui gambaran proses sebuah agroindustri. Survey Primer Wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner digunakan untuk mengumpulkan informasi serta tanggapan tentang stakeholders Observasi merupakan pengamatan terhadap eksisting, dilakukan untuk mengetahui gambaran proses sebuah agroindustri. Survey Sekunder survey instasi, pencarian data dan informasi pada beberapa instansi, yaitu Bappeda Jombang, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian, dan Dinas Tenaga Kerja serta. studi literatur, berupa buku, hasil penelitian, tugas akhir, tesis, dokumen rencana tata ruang serta artikel di internet dan media massa.

POPULASI dan SAMPEL Populasi : keseluruhan masyarakat yang berada di Kabupaten Jombang. Sampel : metode sampling yang digunakan adalah analisis stakeholders. Yaitu : Pihak yang berpengaruh adalah : Akademisi Pihak yang sangat berpengaruh adalah : Pengusaha Industri Pengolahan Pihak yang sangat berpengaruh sekali adalah : 1. BAPPEDA 2. Dinas Peindustrian, perdagangan dan Koperasi 3. Dinas Pertanian Kabupaten Jombang 4. Aparatur Pemerintahan Tingkat Kecamatan

SKOR KEMAMPUAN LAHAN No. Kecamatan Kelerengan Jenis tanah Curah hujan Skor kemempuan lahan 1. Bandar Kedung Mulyo 20 15 30 65 2. Perak 20 15 30 65 3. Gudo 20 75 30 125 4. Diwek 20 75 30 125 5. Ngoro 20 75 20 115 6. Mojowarno 40 75 20 135 7. Bareng 40 75 20 135 8. Wonosalam 60 30 20 110 9. Mojoagung 20 75 20 115 10. Sumobito 20 75 20 115 11. Jogoroto 20 75 20 115 12. Peterongan 20 15 20 55 13. Jombang 20 15 20 55 14. Megaluh 20 15 20 55 15. Tembelang 20 15 10 45 16. Kesamben 20 15 20 55 17. Kudu 20 45 20 85 18. Ngusikan 20 45 20 85 19. Ploso 20 15 20 55 20. Kabuh 40 15 20 75 21. Plandaan 40 45 20 105 Skor Kemampuan lahan : <125 : fungsi kawasan sebagai kawasan budidaya tanaman tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim dan kawasan permukiman 125 175 : fungsi sebagai kawasan resapan air

RAWAN BENCANA ALAM Tingkat erosi sangat berat : Kecamatan Kabuh, Kecamatan Ngusikan dan Kecamatan Plandaan. Tingkat erosi berat : Kecamatan Bareng, Kecamatan Diwek, Kecamatan Gudo, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Jombang, Kecamatan Kesamben, Kecamatan Megaluh, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Ngoro dan Kecamatan Sumobito. Tingkat erosi sedang : Kecamatan Wonosalam Tingkat erosi ringan : tidak terdapat di salah satu kecamatan di Kabupaten Jombang. Sangat ringan : Kecamatan Tembelang, Kecamatan Ploso, Kecamatan Peterongan, Kecamatan Perak, Kecamatan Kudu, dan Kecamatan Bandar.

PENGGUNAAN LAHAN Permukiman 1% 1% 12% 19% 24% 0% Kawasan Industri Sawah Tegalan Perkebunan Hutan 43% Lainnya

JUMLAH PENDUDUK Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur 28% 25% 47% <15 15 44 >44

JUMLAH PASAR DAN BANK No. Desa/Kelurahan Pasar 1. Bandar Kedung Mulyo 2. Perak 1 3. Gudo 2 4. Diwek 4 5. Ngoro 1 6. Mojowarno 5 7. Bareng 2 8. Wonosalam 2 9. Mojoagung 1 10. Sumobito 2 11. Jogoroto 12. Peterongan 2 13. Jombang 3 14. Megaluh 1 15. Tembelang 2 16. Kesamben 1 17. Kudu 2 18. Ngusikan 2 19. Ploso 2 20. Kabuh 1 21. Plandaan 1 Jumlah 37 No. Desa Jumlah Bank 1. Bandar Kedung Mulyo 1 2. Perak 1 3. Gudo 1 4. Diwek 1 5. Ngoro 2 6. Mojowarno 2 7. Bareng 2 8. Wonosalam 2 9. Mojoagung 1 10. Sumobito 1 11. Jogoroto 1 12. Peterongan 1 13. Jombang 1 14. Megaluh 1 15. Tembelang 1 16. Kesamben 1 17. Kudu 1 18. Ngusikan 1 19. Ploso 1 20. Kabuh 1 21. Plandaan 1 Jumlah

LISTRIK DAN AIR No. Desa/Kelurahan Listrik PLN 1. Bandar Kedung Mulyo 12.120 2. Perak 12.423 3. Gudo 12.907 4. Diwek 11.436 5. Ngoro 17.430 6. Mojowarno 23.652 7. Bareng 8.853 8. Wonosalam 8.604 9. Mojoagung 19.869 10. Sumobito 18.838 11. Jogoroto 11.618 12. Peterongan 16.532 13. Jombang 26.649 14. Megaluh 8.789 15. Tembelang 14.159 16. Kesamben 14.572 17. Kudu 5.407 18. Ngusikan 5.887 19. Ploso 11.590 20. Kabuh 11.869 21 Plandaan 11.507 Jumlah 23.652 No. Desa/Kelurahan PDAM Sumur Sumur Mata / Perigi Pompa Air Sungai 1. Bandar Kedung Mulyo 117 12.113 2. Perak 1.531 10.727 3. Gudo 11.723 1.977 4. Diwek 711 384 5. Ngoro 10.114 4.874 53 6. Mojowarno 21 12.831 4.762 7. Bareng 1.263 2.826 8. Wonosalam 8.614 9. Mojoagung 817 6.596 5.257 1 2 10. Sumobito 7.662 10.436 11. Jogoroto 1.141 7.662 10.436 12. Peterongan 485 7.718 8.329 13. Jombang 10.406 14.876 1.363 14. Megaluh 5.056 4.050 15. Tembelang 5.705 8.452 16. Kesamben 6.134 8.998 17. Kudu 1.182 4.288 18. Ngusikan 1 1.525 3.498 1 19. Ploso 2.161 2.522 3.698 20. Kabuh 541 10.009 1.549 21. Plandaan 5.363 4.919 Jumlah 12.831 4.762

KLASIFIKASI JALAN No. Desa/Kelurahan Rencana Jalan Tol Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer 1. Bandar Kedung Mulyo 2. Perak 3. Gudo 4. Diwek 5. Ngoro 6. Mojowarno 7. Bareng 8. Wonosalam 9. Mojoagung 10. Sumobito 11. Jogoroto 12. Peterongan 13. Jombang 14. Megaluh 15. Tembelang 16. Kesamben 17. Kudu 18. Ngusikan 19. Ploso 20. Kabuh 21. Plandaan

BAHAN BAKU BERAS No. Kecamatan Kelebihan/Kekurangan Beras (Ton) 1. Bandar Kedung Mulyo (2.578) 2. Perak 1.396 3. Gudo 12.744 4. Diwek 11.069 5. Ngoro 8.809 6. Mojowarno 12.035 7. Bareng 10.562 8. Wonosalam 6.097 9. Mojoagung 6.542 10. Sumobito 2.438 11. Jogoroto 7.976 12. Peterongan 4.353 13. Jombang 7.293 14. Megaluh 5.596 15. Tembelang 1.397 16. Kesamben 13.353 17. Kudu 11.143 18. Ngusikan 19.328 19. Ploso 18.008 20. Kabuh 627 21. Plandaan 2.117 Jumlah 162.865

ANALISA PENENTUAN FAKTOR Berdasarkan Peraturan Menteri No.41 Tahun 2007, dijelaskan bahwa jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat dengan karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan atau kemudahan akses ke pasar. Sehingga variabel jumlah pasar merupakan faktor penting dalam penentuan lokasi agroindustri. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomo 24 Tahun 2009 Tentang kawasan industri, perusahaan Industri yang menggunakan bahan baku dan/atau proses produksinya memerlukan lokasi khusus. Selain itu berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri, suatu Kawasan Industri akan memberikan dampak terhadap beberapa fungsi di sekitar lokasi kawasan. Oleh karena itu variabel ketersediaan bahan baku merupakan faktor penting dalam penentuan lokasi agroindustri. Dalam Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri, terdapat beberapa faktor yang digunakan sebagai kelayakan pengembangan kawasan industri, yaitu ketersediaan prasarana seperti jaringan jalan, sumber daya listrik, sumber air dan tersedianya fasilitas penunjang seperti fasilitas perbankan. Selain itu faktor yang juga digunakan sebagai kelayakan pengembangan kawasan industri adalah tersedianya sumber daya manusia. Oleh karena itu, variabel penelitian seperti jalan, listrik, air, jumlah bank dan jumlah tenaga kerja merupakan faktor penentu lokasi agroindustri. Berdasarkan Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri, peruntukan lahan industri perlu mempertimbangkan daya dukung lahan dan kesuburan lahan. Karena daya dukung lahan erat kaitannya dengan jenis konstruksi pabrik dan jenis produksi yang dihasilkan. Selain itu, tingkat kesuburan lahan merupakan faktor penting dalam menentukan lokasu peruntukan kawasan industri. Oleh karena itu, variabel kemampuan lahan merupakan faktor penentu lokasi agroindustri karena variabel tersebut dapat mengukur kondisi lahan dengan melihat daya dukug lahan dan kesuburan lahan. Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2007 menjelaskan lokasi dan kesesuaian lahan kawasan peruntukan industri tidak berada di daerah rawan becana. Oleh karena itu variabel tingkat erosi dan banjir merupakan faktor penentu lokasi agroindustri. Variabel kebijakan merupakan faktor penentu lokasi agroindustri karena kebijakan tersebut dapat mendorong atau melarang kegiatan industri di suatu wilayah. Sesuai dengan Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri, untuk mendorong perkembangan pembangunan di sektor industri perlu dilakukan kebijakan. Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri dijelaskan mengenai perlunya kebijakan dalam oengembangan dan pengelolaan kawasan industri.

ANALISA PENENTUAN FAKTOR Rotated Component Matrix a Component 1 2 3 Zscore: Pasar.808.094 -.141 Zscore: Bahanbaku.255.225 -.536 Zscore: Tenagakerja.734.002.132 Zscore: Jalan -.113 -.676.604 Zscore: Listrik.447.079.818 Zscore: Air.126 -.021.914 Zscore: Bank.345.571 -.123 Zscore: Banjir -.918 -.221 -.089 Zscore: Tingkaterosi.070 -.823 -.127 Zscore:.227.828 -.164 Kemampuanlahan Zscore: Kebijakan.918.221.089 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 5 iterations. Setelah dilakuakan iterasi dengan rotasi maka terbentuklah 3 faktor, yaitu : Faktor pertama : pasar, tenaga kerja dan kebijakan. Faktor kedua : bank dan kemampuan lahan. Faktor ketiga : jalan, listrik dan air. Variabel bahan baku, banjir dan tingkat erosi tidak dapat digunakan untuk input analisa selanjutnya. Hal ini karena variabel tersebut memiliki nilai kurang dari 0,5 yang artinya variabel tersebut tidak memiliki keterkaitan.

ANALISA PENENETUAN PRIORITAS FAKTOR Analisa ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan antar faktor. Input data untuk mengetahui tingkat prioritas ini adalah dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada expert dari pihak pemerintah, swasta dan akademisi. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan software expert choice, maka proiritas tiap faktor adalah sebagai berikut : Faktor pertama dengan nilai 0,493 Faktor kedua dengan nilai 0,301 Faktor ketiga dengan nilai 0,206 Nilai inconsistecy ketiga faktor tersebut adalah sebesar 0,07. Ini menunjukkan data tersebut dapat diterima karena tidak melebihi atau sama dengan 0,1. Sedangkan untuk tingkat kepentingan antar variabel adalah sebagai berikut : Pasar dengan nilai 0,301 Kemampuan lahan dengan nilai 0,184 Kebijakan dengan nilai 0,179 Listrik dengan nilai 0,126 Tenaga kerja dengan nilai 0,105 Jalan dengan nilai 0,046 Bank dengan nilai 0,033 Air dengan nilai 0,025 Nilai inconsistecy untuk tiap variabel tersebut adalah sebesar 0,07. Ini menunjukkan data tersebut dapat diterima karena tidak melebihi atau sama dengan 0,1. Hasil analisa tersebut akan digunakan untuk input pada analisa terakhir yaitu overlay.

PETA TENAGA KERJA

PETA REKLASIFIKASI TENAGA KERJA

ANALISA PENENTUAN KECAMATAN TERPILIH

KESIMPULAN Faktor faktor yang mempengaruhi lokasi agroindustri adalah pasar, kemampuan lahan, listrik, tenaga kerja, jalan, jumlah bank dan ketersediaan air. Faktor faktor penentu agorindustri dengan urutan bobot tiap faktornya di kabupaten Jombang adalah : Faktor Internal (0.493); dengan variabel pasar, tenaga kerja dan kebijakan. Faktor Eksternal (0.301) dengan variabel bank dan kemampuan lahan. Faktor Pendukung (0.206) dengan variabel jalan, listrik dan air. Berdasarkan pendekatan semua faktor berserta variabel yang ada, didapatkan 3 kelompok alternatif lokasi dengan urutan skor penilaian terbesar hingga terkecil yaitu : 1. Kecamatan Mojowarno dengan skor 3,003 2. Kecamatan Jombang dengan skor 2,77

SARAN Kabupaten Jombang memiliki potensi besar di bidang pertanian, namun apabila kondisi surplus beras yang tidak jelas pengolahannya terus terjadi maka laju perekonomian bidang pertanian juga tidak dapat meningkat dengan baik. Untuk itu perlu dikembangkan industri pengolahan yang dapat memberikan added value namun tetap terkait dengan potensi pertanian khususnya kegiatan agroindustri di Kabupaten Jombang. Berdasarkan hasil penenilitian, Kecamatan Mojowarno merupakan lokasi kecamatan terpilih untuk pengembangan agroindustri. Oleh karena itu direkomendasikan Kecamatan Mojowarno sebagai pusat pengembangan kegiatan agroindustri dan Kecamatan Jombang sebagai kecamatan pendukungnya.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH