BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. menggunakan suatu pendekatan perhitungan biaya target (target costing).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian target costing menurut Garrison dkk, (2006:541) adalah sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TARGET COSTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. PT Panasonic Shikoku Electronics Indonesia didirikan pada tanggal 20 Mei 1991

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan tetap dapat bersaing di pasaran dengan harga yang kompetitif. daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Unit yang diproduksi Biaya bahan baku total ( Rp) Per unit ( Rp )

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Volume II No. 2, Juni 2016 ISSN :

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB II LANDASAN TEORITIS. maupun variable. Menurut Garrison dan Nooren (2006:51), mengemukakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB I PENDAHULUAN. ong.efisiensi.produksi, diakses tanggal 12 November 2012).

Akuntansi Biaya. Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System. Rista Bintara, SE., M.Ak.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN. tujuannya, sifat masukannya, dan jenis proses yang dipergunakan untuk

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan Variable Costinguntuk

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Produksi Tahu Pas (Putra H.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan jasa semakin kuat (sumber:

ANALISIS BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMPERTAHANKAN ATAU MENGHENTIKAN SEGMEN PERUSAHAAN PADA CV. PODO KUMPUL

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

CHAPTER 2 COST CONCEPTS AND THE COST ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM. i. The Cost Concept Cost: Harga perolehan (pengorbanan) untuk mendapatkan manfaat.

KARAKTERISTIK BIAYA, PENGERTIAN BIAYA, PENGGOLONGAN BIAYA, DAN ALIRAN BIAYA DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

Bahasan. 0 Pendahuluan tentang Akuntansi Biaya 0 Definisi Biaya 0 Klasifikasi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN

Semua expense adalah cost, tetapi tidak semua cost adalah expense.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen. Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN PUSTAKA 1. Definisi Target Costing Dalam menentukan harga jual suatu produk perusahaan dapat menggunakan suatu pendekatan perhitungan biaya target (target costing). Pengertian target costing menurut Garrison dkk, (2006:541) adalah sebagai berikut: Perhitungan biaya target adalah proses penentuan biaya maksimum yang dimungkinkan untuk suatu produk baru dan kemudian mengembangkan biaya target maksimum terebut. Sedangkan Blocher, Chen dan Lin (2000:167) menyatakan bahwa yang disebut dengan target costing adalah kondisi dimana perusahaan menentukan biaya yang harus dikeluarkan berdasarkan harga pasar kompetitif, dengan demikian perusahaan dapat memperoleh laba yang diharapkan. Menurut Rudianto (2013:145) Target biaya atau target costing adalah metode penentuan biaya produksi dimana perusahaan terlebih dahulu menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga pasar kompetitif, sehingga perusahaan dapat memperoleh laba yang diharapkan. Sementara menurut Witjaksono (2013 : 177) Target Costing merupakan suatu sistem dimana penentuan harga pokok produk adalah sesuai dengan yang diinginkan (target) sebagai dasar penetapan harga jual produk yang akan

7 memperoleh laba yang diinginkan, atau penentuan harga pokok sesuai dengan harga jual yang pelanggan rela membayarnya. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa target costing merupakan metode perencanaan laba dan manajemen biaya yang difokuskan pada produk sebagai dasar perancang dalam menentukan produk dan proses desain untuk mencapai perbaikan usaha dan pengurangan biaya operasional produk di masa depan. 2. Prinsip Target Costing Target costing bertujuan untuk merancang biaya produk pada tahap perencanaan, sehingga tidak harus mengurangi biaya selama tahap manufaktur. Menurut Rudianto (2013:146), prinsip target costing : 1. Harga jual mendahului biaya Sistem target costing menetapkan target biaya dengan mengurangi margin laba yang diharapkan dari harga pasar yang kompetitif. Harga pasar dikendalikan oleh situasi pasar dan target laba ditentukan oleh kondisi keuangan suatu perusahaan dan industri yang digeluti. 2. Fokus pada pelanggan Sistem target costing digerakkan oleh pasar. Target biaya tidak boleh dicapai dengan mengorbankan tampilan yang diinginkan pelanggan, menurunkan kinerja atau keandalan suatu produk, atau menunda peluncuran produk di pasar.

8 3. Fokus pada desain Sistem target costing mempertimbangkan desain produk dan proses sebagai kunci terhadap manajemen biaya. Sedangkan menurut Witjaksono (2013:179), selain dari 3 prinsip diatas masih ada 3 prinsip lain yaitu : 1. Cross Functional Team Tim/kelompok ini bertanggung jawab atas keseluruhan produk, dimulai dari konsep produk hingga tahapan produksi penuh. 2. Melibatkan rantai nilai Seluruh anggota yang terlibat dalam rantai nilai, dimulai dari pemasok barang/jasa, distributor, hingga pelanggan dilibatkan dalam proses target costing. 3. Orientasi daur hidup produk Menimalkan biaya selama daur hidup produk, diantaranya harga bahas baku, biaya operasi, pemeliharaan, dan biaya distribusi. 3. Tahap Implementasi Target Costing Perhitungan biaya berdasarkan target, dimana perusahaan menentukan biaya yang harus dikeluarkan untuk barang atau jasa, berdasarkan harga yang kompetitif, dengan demikian dapat meperoleh laba yang diharapkan Menurut Blocher, Chen dan Lin (2000:185) perusahaan mempunyai dua pilihan untuk menurunkan biaya sampai level biaya target : a. Dengan mengintegrasikan teknologi baru, menggunakan teknik-teknik manajemen biaya yang canggih seperti perhitungan biaya berdasarkan

9 aktivitas (activity based costing), dan mencari produktivitas yang tinggi. b. Dengan melakukan desain ulang terhadap barang atau jasa. Metode ini menguntungkan bagi banyak perusahaan karena mengakui banyak keputusan-keputusan atas desain sangat mempengaruhi total biaya selama siklus hidup produk. Dengan memberi perhatian yang cermat pada desain, menurunkan biaya total secara signifikan adalah hal yang mungkin. Pendekatan perhitungan biaya berdasarkan target ini terutama dihubungkan dengan perusahaan-perusahaan manufaktur Jepang. Banyak perusahaan menggunakan kedua pilihan tersebut, yaitu usaha untuk mencapai keuntungan peningkatan produktivitas dan perhitungan biaya berdasarkan target untuk merancang produk dengan biaya rendah. Program perbaikan produktivitas, perhitungan biaya berdasarkan target mempunyai tujuan yang lebih terbatas, yaitu level biaya yang lebih spesifik. Karena lebih jelas, maka tujuannya akan tampak lebih mudah dapat dicapai oleh karena itu lebih dapat memotivasi. Tahapan implementasi pendekatan target costing menurut Rudianto (2013:148) terdiri dari lima tahapan yaitu: a. Menentukan harga jual yang kompetitif b. Menentukan laba yang diharapkan c. Menghitung target biaya d. Menggunakan rekayasa nilai

10 e. Menggunakan kaizan costing dan pengendalian operasional Penjelasan dari lima tahap implementasi tersebut, adalah sebagai berikut: a. Menentukan harga jual yang kompetitif Untuk menentukan harga produk, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh manajemen seperti harga produk pesaing, daya beli masyarakat, kondisi perekonomian secara umum, nilai tukar rupiah, dan sebagainya. Faktor tersebut akan saling terintegrasi satu dengan yang lainnya dalam menentukan volume permintaan terhadap produk perusahaan. b. Menentukan laba yang diharapkan Tujuan setiap perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal. Untuk itu, dalam menentukan harga jual produk harus pula diperhitungkan berapa besar laba yang diharapkan perusahaan dari penjualan produk tersebut. c. Menghitung target biaya Target costing dapat dihitung dengan mengurangi harga jual produk yang kompetitif dikurangi laba yang diharapkan. Target Costing = Harga kompetitif Laba yang diharapkan d. Menggunakan rekayasa nilai (Value Engineering) Rekayasa nilai adalah semua upaya yang dianggap perlu untuk memodifikasi produk perusahaan dengan biaya yang lebih rendah yang tetap disertai upaya memberikan nilai yang optimal kepada pelanggan. Rekayasa nilai tersebut mencakup upaya mengidentifikasi berbagai cara yang dapat digunakan untuk menurunkan biaya produksi.

11 Rekayasa nilai digunakan dalam target costing untuk menurunkan biaya produk dengan cara menganalisa trade off antara : 1. Jenis dan tingkat yang berbeda dalam fungsionalitas produk. 2. Biaya produk total Upaya untuk merekayasa biaya harus dilakukan supaya bisa menghasilkan customer value yang tepat. Rekayasa nilai digunakan dalam target costing untuk menurunkan biaya produksi melalui analisis konsumen, yang kemudian digunakan untuk identifikasi selera konsumen, karena terdapat berbagai hal dalam suatu produk yang dinilai penting oleh konsumen. Karena itu sangatlah penting mengenali karakteristik produk yang dihasilkan dengan baik, lalu mengklasifikasi produk berdasarkan fungsionalitasnya. Secara umum, produk yang dihasilkan perusahaan berdasarkan fungsinya dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Kelompok produk yang fungsinya relatif mudah ditambah atau dikurangi Contoh produk dari kelompok ini seperti mobil, handphone, jam tangan, alat elektronik dan lain-lain. Untuk kelompok ini, produsen harus selalu inovatif karena cycle life product-nya pendek. Sedangkan peran rekayasa nilai dibutuhkan melalui analisis fungsional. Manajemen perusahaan harus mengkaji fungsi produk dan biaya dari masing-masing fungsi produk sehingga dapat diseimbangkan antara keduanya. Idealnya, fungsi produk yang diharapkan konsumen tercapai dengan tetap mempertahankan biaya yang rendah.

12 2. Kelompok produk yang fungsionalitasnya relatif stabil Contoh produk dari kelompok ini seperti peralatan konstruksi, alat kesehatan, truk dan lain-lain. Untuk produk seperti ini produsen harus merancang fungsionalitas produk sebaik mungkin, karena cenderung stabil. Untuk produk kelompok ini, tim desain harus menempuh beberapa langkah yang relevan dengan karakteristik produk, yaitu : a. Tim desain menyiapkan beberapa desain produk yang memiliki biaya rendah dan kompetitif, dimana setiap desain memiliki kualitas yang serupa tetapi menggunakan tampilan dan biaya yang berbeda. b. Tim desain berkerja bersama dengan manajer biaya untuk menentukan desain terbaik dengan tidak melebihi target costing sekaligus memenuhi selera konsumen. e. Menggunakan kaizan costing dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan biaya. Kaizen memiliki arti perbaikan secara terus menerus. Hal tersebut merupakan cara untuk menurunkan biaya dalam proses pemanufakturan produk dengan desain dan fungsionalitas yang ada. Kaizen costing terjadi pada tahap pengolahan, sehingga dampak rekayasa nilai dan desain langsung sangat terasa. Peranan penurunan biaya pada tahap pengolahan yaitu dengan mengembangkan metode pemanufakturan baru dan menggunakan teknik

13 teknik manajemen baru seperti pengendalian operasional, manajemen kualitas total, dan teori kendala. Menurut Witjaksono (2013:183) berikut ini adalah kendala yang kerap dikeluhkan oleh perusahaan yang mencoba menerapkan target costing. a. Konflik antar kelompok dan atau antar anggota kelompok. b. Karyawan yang mengalami burnout karena tuntutan target penyelesaian pekerjaan. c. Target waktu penyelesaian yang terpaksa ditambah. d. Sulitnya melakukan pengaturan atas berbagai faktor penentu keberhasilan target costing. Dengan demikian sangat disarankan bagi perusahaan yang tertarik untuk menerapkan target costing memperhatikan hal-hal berikut : a. Manajemen puncak harus memahami proses target costing sebelum mengadopsinya. b. Apabila perhatian manajemen terlalu terpaku pada pencapaian sasaran target costing, maka dapat mengalihkan perhatian dari manajemen mengenai pencapaian sasaran keberhasilan organisasi secara keseluruhan. 4. Definisi Biaya Menurut Hansen dkk, (2006:40) Biaya (cost) adalah Kas atau nilai ekuivalen yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi

14 Sementara menurut Mulyadi (2005:8) Biaya (cost) adalah Pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi, untuk tujuan tertentu Biaya merupakan ukuran jumlah rupiah atau satuan moneter atas sumber daya yang digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu yang berkaitan dengan proses bisnis perusahaan. Dalam melakukan penghitungan biaya, diperlukan perhitungan yang teliti dan selektif untuk dapat mengetahui dan menganalisa aktifitas atau pemicu biaya apa saja yang perlu dikurangi, dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. 5. Klasifikasi Umum Biaya Dalam akuntansi biaya, biaya dapat digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya klasifikasi biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan klasifikasi tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep different cost for different purposes Bastian (2013:11) mengklasifikasikan biaya ke dalam dua kelompok, yaitu Biaya Produksi dan Biaya Non Produksi yang merupakan biaya yang berhubungan dengan produk. 1. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya yang digunakan selama proses produksi suatu produk berlangsung, yaitu dari awal terjadinya produksi hingga produk tersebut menjadi barang dan siap untuk dipasarkan.

15 Biaya produksi dibagi kedalam tiga kategori, yaitu bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya overhead pabrik (manufacturing overhead). a. Bahan Langsung (direct material) Menurut pendapat Henry (2004:42) Adalah bahan baku yang menjadi integral produk jadi perusahaan dan dapat dimasukan langsung dalam kalkulasi biaya. Produk bahan baku ini menjadi bagian fisik produk, dan ada hubungan langsung antara masukan bahan baku dan keluaran dalam bentuk produk akhir atau jadi. Bahan langsung merupakan bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi. Bahan langsung dapat juga disebut bahan baku atau bahan mentah (raw material). b. Tenaga Kerja Langsung (direct labor) Menurut pendapat Henry (2004:43) adalah biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara fisik kedalam pembuatan produk, dan bisa pula ditelusuri dengan mudah atau tanpa memakan banyak biaya, pekerja yang mengubah bahan baku mentah menjadi sebuah produk atau pekerja yang memberikan jasa kepada pelanggan, diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. Biaya tenaga kerja di dalam perusahaan pabrikasi umumnya berhubungan dengan operator mesin pabrik. Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Biaya tenaga kerja langsung meliputi biaya tenaga kerja bagian perakitan.

16 c. Biaya Overhead Pabrik (manufacturing overhead) Menurut pendapat Henry (2004:43), biaya overhead pabrikasi (manufacturing overhead cost) meliputi semua biaya pabrikasi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi 3 jenis biaya, yaitu : bahan penolong, tehaga kerja tidak langsung, dan pabrikasi lain-lain. Biaya bahan penolong (indirect material cost), biaya bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi, namun bukan merupakan bagian integral produk jadi tetapi tidak signifikan, biaya diklasifikasikan sebagai biaya penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor cost) adalah biaya personalia yang tidak bekerja secara langsung atas produk, namun jasanya dibutuhkan untuk proses produksi. Biaya overhead pabrik mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik ini meliputi biaya bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak properti, depresiasi, dan asuransi fasilitas-fasilitas produksi. 2. Biaya Non Produksi Biaya non produksi merupakan biaya yang terjadi diluar proses produksi. Biaya ini biasanya disebut juga biaya penjualan, administrasi, dan umum. Biaya non produksi ini meliputi biaya pemasaran atau penjualan, dan biaya administrasi.

17 a. Biaya pemasaran atau penjualan Biaya ini merupakan biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen.biaya pemasaran dan penjualan meliputi biaya pengiklanan, pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, komisi penjualan, gaji untuk bagian penjualan, dan biaya penyimpanan produk jadi. b. Biaya administrasi Biaya administrasi meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional, dan klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi. Contoh dari biaya administrasi ini adalah gaji eksekutif, akuntansi umum, kesekretariatan, humas, dan biaya sejenis yang terkait dengan administrasi umum organisasi secara keseluruhan. Klasifikasi biaya dalam hubungannya dengan volume produksi menutut Henry (2002:43) yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel. 1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Adalah biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 2. Biaya Variabel (Variable Cost) Adalah biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 3. Biaya Semivariabel (Semivariable Cost)

18 Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. Klasifikasi biaya dalam hubungannya dengan departemen pabrikasi, proses dan segmen lainnya, yaitu biaya bersama dan biaya gabungan. 1. Biaya Bersama (Common Cost) Menurut pendapat Henry (2002:56) adalah biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa dua operasi atau lebih. Biaya bersama ini pada umumnya timbul dalam organisasi yang mempunyai banyak departemen, semakin banyak departemen pada organisasi tersebut, makin besar kecenderungan biaya untuk menjadi biaya bersama. 2. Biaya Gabungan (Joint Cost) Menurut pendapat Henry (2002:56) adalah biaya gabungan terjadi bila proses produksi pasti akan menghasilkan satu atau lebih jenis produk yang diproduksi pada waktu yang sama seperti industri minyak dan gas. Sementara klasifikasi biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. 1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) Menurut pendapat Mulyadi (2005:16) adalah pengeluaran yang memberikan manfaat dimasa yang akan datang lebih dari satu periode akuntansi dan golongan sebagai aktiva. 2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure) Adalah biaya yang hanya memberikan manfaat dalam periode akuntansi saat

19 terjadi pengeluaran tersebut dan dibukukan sebagai biaya (Expenses). 6. Contoh Perhitungan Target Costing Misalnya dalam suatu perusahaan produsen barang elektronik kamera perekam, setelah melakukan penelitian pasar untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, serta melihat harga pesaing yang ada maka perusahaan menetapkan harga jual @ US$ 250 (harga jual sebelum value engineering adalah US$ 300). Volume produksi yang dijalankan perusahaan yaitu sebesar 1000 pcs dengan mengharapkan laba 30% atas penjualan. Perhitungan biaya yang diperkenankan (allowable cost) menurut Blocher dkk, (2000:185) adalah sebagai berikut, Harga jual sebelum Value Engineering (VE) : Target Biaya = harga jual target laba = US$ 300 (25% x US$ 300) = US$ 300 US$ 75 = US$ 225 Harga jual sesudah VE : Target Biaya = harga jual target laba = US$ 250 (25% x US$ 250) = US$ 250 US$ 62.5 = US$ 187.5 Biaya material sebelum VE :

20 Biaya material = US$ 150 x 1000 = US$ 150,000 Biaya material sesudah VE : Biaya material = US$ 125 x 1000 = US$ 125,000 Mateial costdown US$ 25,000 dengan mengganti supplier yang lebih murah tapi kulaitasnya tetap baik atau melakukan penggantian part (replacement part). Biaya tenaga kerja langsung sebelum VE : Biaya tenaga kerja langsung = US$ 75 x 1000 = US$ 75,000 Biaya tenaga kerja langsung sesudah VE : Biaya tenaga kerja langsung = US$ 50 x 1000 = US$ 50,000 Direct labor costdown US$ 25,000 Biaya tenaga kerja tidak langsung sebelum VE : Biaya tenaga kerja tidak langsung = US$ 50 x 1000 = US$ 50,000 Biaya tenaga kerja langsung sesudah VE : Biaya tenaga kerja langsung = US$ 25 x 1000 = US$ 25,000 Indirect labor costdown US$ 25,000 dengan mengurangi karyawan menjadi setengahnya. Biaya overhead sebelum VE :

21 Biaya overhead = US$ 75 x 1000 = US$ 75,000 Biaya overhead sesudah VE : Biaya overhead = US$ 50 x 1000 = US$ 50,000 Overhead costdown US$ 25,000 dengan melakukan pengurangan biaya listrik, telepon dan maintenance. Salah satu perusahaan yang menggunakan metode target costing adalah Caterpillar. Setelah perusahaan memiliki perangkat dan sistem di tempat untuk mendukung target costing, mereka sering mengembangkan pendekatan standar untuk mencapai target costing. Caterpillar menawarkan ilustrasi yang baik untuk menyoroti proses target costing untuk salah satu produk baru. Untuk kendaraan khusus, manajemen menetapkan target biaya sebesar 94,6% dari model yang sebanding, menciptakan perbedaan awal sebesar 5,4%. Biaya model sebanding didasarkan pada kemampuan manufaktur saat ini. Oleh karena itu, untuk mencapai target, biaya harus dikurangi sebesar 5,4%. Kini biaya untuk model dibandingkan 100%. Target biaya untuk produk baru adalah 94,6%. Maka perbedaan biaya (cost gap) 5,4%. Dilakukan pembentukan tim dalam rangka perbaikan manajemen biaya. Dari desain produk, teknik manufaktur, produksi, pemasaran, dan pembelian untuk menentukan bagaimana untuk menutup cost gap. Pada awalnya, kelompok mengevaluasi substitusi bagian komponen yang akan mengurangi biaya tapi masih menyediakan fitur produk dan manfaat yang diperlukan untuk memenuhi

22 kebutuhan pelanggan. Kelompok ini juga mempertimbangkan peluang untuk mengurangi biaya melalui peningkatan efisiensi dan mengidentifikasi evaluasi awal peluang penghematan biaya sebesar 4,6%. Setelah mengurangi cost gap sebesar 4,6%, tim harus menemukan 0,8% tambahan nilai untuk mencapai target pengurangan biaya 5,4%. Pada tahap ini, tim melakukan survey terhadap kelompok operasional untuk mengidentifikasi potensi penghematan biaya peluang. Tanggapan untuk kuesioner tidak menyarankan solusi yang spesifik, tetapi mereka mengidentifikasi peluang perbaikan mana yang lebih mungkin berhasil. Setiap responden menjawab "ya" pada kuesioner, hal ini menunjukkan peluang bagi pengurangan biaya, dan kategori bagian komponen (taksi, mesin, hidrolika hidrolika, cabang teknik terutama berkaitan dengan cairan bergerak. Istilah ini digunakan umumnya untuk mempelajari sifat mekanik air, cairan lain, dan bahkan gas ketika efek pemampatan kecil., dll) yang memiliki jumlah terbesar tanggapan positif dipandang sebagai memiliki potensi terbesar untuk pengurangan biaya. Dalam hal ini, biaya hidrolika mencapai persentase tertinggi (50%) dari penghematan biaya yang dibutuhkan. Oleh karena itu, biaya hidrolika harus dikurangi 0,4% (0,50 * 0,08). 7. Penelitian Sebelumnya Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai referensi pada penelitian ini. Susi (2010) melakukan penelitian mengenai penerapan Target Costing untuk mendukung efisiensi dan efektifitas pengendalian biaya produksi pada PT Sanofi Aventis. Analisis data yang digunakan dalam

23 penelitian ini, yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan target costing pada PT. Sanofi Aventis telah mencerminkan efisiensi dan efektifitas, hal ini terlihat dari penurunan biaya produksi. Dampak dari penerapan target costing PT. Sanofi Aventis ternyata dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas biaya produksi, karena memberikan kemungkinan peningkatan produktivitas melalui peningkatan efisiensi harga dan jumlah laba yang dapat meningkatkan efektifitas. Jurgen Malue (2013) melakukan penelitian dengan judul analisa penerapan target costing sebagai sistem pengendalian biaya produksi pada PT Celebas Mina Pratama. Tujuan dari penelitian adalah untuk membandingkan sistem pengendalian biaya yang selama ini digunakan oleh perusahaan dengan metode target costing. Metode analisa yang digunakan yaitu analisa deskriptif dengan cara menganalisis dan menguraikan untuk menggambarkan keadaan objek yang diteliti. Hasil analisis penerapan target costing yang menunjukan bahwa penerapan target costing pada PT Celebes Mina Pratama lebih efisien dibandingkan dengan yang dilakukan perusahaan selama ini, dimana dengan penerapan target costing perusahaan dapat melakukan penghematan biaya sebesar Rp. 3.750.348.339. Ferdinandus (2005) melakukan penelitian dengan judul penerapan metode target costing sebagai alat bantu manajemen dalam mengoptimalkan perencanaan lama (studi kasus PT.XYZ). Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui penerapan metode target costing melalui proses value engineering sehingga dapat mengurangi dan mengendalikan biaya serta

24 mengoptimalkan laba. Metode analisa yang digunakan yaitu analisa deskriptif. Hasil penelitian ini, bahwa dengan metode target costing melalui proses value engineering dapat mengoptimalkan perencanaan laba usaha PT.XYZ. Proyeksi rugi laba produk motor X menghasilkan laba operasi sebesar Rp.60.947.099.156. Presentase laba atas motor X meningkat dari yang sebelumnya sebesar 18% menjadi 18,13%. Henri (2013) melakukan penelitian dengan judul pendekatan target costing sebagai alat penilaian efisiensi produksi pada PT Tropica Cocoprima. Tujuan penelitian ini adalah bagaimana pendekatan target costing dapat dijadikan sebagai alat penilian efisiensi dalam proses produksi. Metode analis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa dengan pendekatan target costing dalam proses produksi menunjukkan penurunan biaya bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam menghasilkan tepung, untuk tahun 2011 sebesar Rp.19.391 dan tahun 2012 sebesar Rp.11.928. Dicky (2011) dalam penelitiannya yang berjudul penerapan metode target costing dalam perhitungan harga pokok produksi dalam pembuatan tikar tenun CV. Elresas di Lamongan. Metode analis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian perusahaan untuk mencapai target costing yang diinginkan melalui value engineering dengan menggunakan 2 skenario seperti mengganti bahan baku langsung dan perubahan tehnik tenun. Ryan (2012) meneliti target costing untuk produk almari pada UD Mulya. Tujuannya untuk mengetahui cara perhitungan biaya produksi dengan metode target costing pada UD Mulya. Perhitungan biaya produksi dengan

25 menggunakan metode target costing pada UD Mulya dilakukan dalam tiga tahap yaitu menentukan allowable cost, drifting cost, dan value engineering. Dengan menggunakan target costing, harga yang ditawarkan dapat bersaing di pasaran. Fendy (2014) meneliti mengenai analisis penerapan target costing terhadap penentuan harga jual pada PT. XYZ di Jakarta. Metode penelitian adalah deskriptif dengan hasil penelitian bahwa PT. XYZ menetapkan target costing yang berbeda untk masing-masing produk telah ditentukan, namun PT. XYZ tidak bisa mengubah harga begitu saja dikarenakan persaingan harga yang sangat ketat dengan kompetitor serta harga yang terikat MoU dengan para distributor. Upaya efisiensi yang dilakukan dengan value engineering telah berhasil meningkatkan margin setiap produk pada tingkat yang dianggap layak kisaran 10% - 15%. Maulida (2015) meneliti mengenai analisis target costing sebagai alat penentuan harga jual pada PT. Plymilindo Perdana. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Sedangkan hasil dari penelitian tersebut diketahui bahwa penerapan target costing pada PT. Plymilindo Perdana lebih efisien jika dibandingkan dengan yang dilakukan perusahaan selama ini, dimana dengan penerapan target costing maka perusahaan dapat memperoleh penghematan biaya. Tabel 1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu NO Peneliti Judul Alat Analisa Hasil 1. Susi (2010), Penerapan Target Costing untuk deskriptif penerapan target costing Skripsi mendukung efisiensi dan efektifitas kualitatif dan pada PT. Sanofi Aventis pengendalian biaya produksi pada deskriptif telah mencerminkan

26 PT Sanofi Aventis kuantitatif efisiensi dan efektifitas, hal ini terlihat dari penurunan biaya produksi. 2. Jurgen Malue Analisa penerapan target costing analisa analisis penerapan (2013) sebagai sistem pengendalian biaya deskriptif target costing yang produksi pada PT Celebas Mina menunjukan bahwa Pratama penerapan target costing pada PT Celebes Mina Pratama lebih efisien dibandingkan yang dengan dilakukan perusahaan selama ini 3. Ferdinandus Penerapan metode target costing analisa Metode target costing (2005) sebagai alat bantu manajemen deskriptif melalui proses value dalam mengoptimalkan engineering dapat perencanaan lama (studi kasus PT.XYZ) mengoptimalkan perencanaan laba usaha PT.XYZ. Presentase laba atas motor X meningkat dari yang sebelumnya sebesar 18% menjadi 18,13%. 4. Henri (2013) Pendekatan target costing sebagai analisa dengan pendekatan alat penilaian efisiensi produksi deskriptif target costing dalam pada PT Tropica Cocoprima proses produksi menunjukan penurunan biaya bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam

27 menghasilkan tepung, untuk tahun 2011 sebesar Rp.19.391 dan tahun 2012 sebesar Rp. 11.928. 5. Dicky (2011) Penerapan metode target costing Analisa Hasil penelitian dalam perhitungan harga pokok deskriptif perusahaan untuk produksi dalam pembuatan tikar tenun CV. Elresas di Lamongan. mencapai target costing yang diinginkan melalui value engineering dengan menggunakan 2 skenario seperti mengganti bahan baku langsung dan perubahan tehnik tenun. 6. Ryan (2012) target costing untuk produk almari Analisa Perhitungan biaya pada UD Mulya. deskriptif produksi dengan menggunakan metode target costing pada UD Mulya dilakukan dalam tiga tahap yaitu menentukan allowable cost, drifting cost, dan value Dengan engineering. menggunakan 7. Fendy (2014) analisis penerapan target costing terhadap penentuan harga jual pada Analisa deskriptif target costing, harga yang ditawarkan dapat bersaing di pasaran. PT. XYZ menetapkan target costing yang

28 PT. XYZ di Jakarta berbeda untk masingmasing produk telah ditentukan, namun PT. XYZ tidak bisa mengubah harga begitu saja dikarenakan persaingan harga yang sangat ketat dengan kompetitor serta harga yang terikat MoU dengan para distributor. Upaya efisiensi yang dilakukan dengan value engineering telah berhasil meningkatkan margin setiap produk pada tingkat yang dianggap layak kisaran 10% - 15%. 8. Maulida analisis target costing sebagai alat deskriptif penerapan target costing (2015) penentuan harga jual pada PT. kualitatif dan pada PT. Plymilindo Plymilindo Perdana deskripsi Perdana lebih efisien kuantitatif jika dibandingkan dengan yang dilakukan perusahaan selama ini, dimana dengan penerapan target costing maka perusahaan dapat memperoleh penghematan biaya Sumber : dari beberapa jurnal.

29 B. KERANGKA PEMIKIRAN Rudianto (2013 : 3) juga mengatakan bahwa perusahaan sebagai institusi pencipta kekayaan, harus melaksanakan tiga kegiatan utama, yaitu : 1. Mendesain produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan 2. Membuat produk atau jasa secara cost effective. 3. Memasarkan produk atau jasa secara efektif kepada pelanggan Agar ketiga kegiatan utama tersebut dapat berjalan dengan baik perusahaan membutuhkan sekumpulan sumber daya untuk menggerakkan roda perusahaan. Kemampuan untuk mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki membutuhkan informasi yang memadai. Informasi yang dibutuhkan mencakup informasi keuangan dan nonkeuangan seperti produktivitas, kualitas, dan berbagai faktor. Persaingan antar perusahaan yang semakin kompetitif dalam menawarkan produk ataupun jasa menuntut perusahaan untuk memikirkan metode penetapan biaya yang lebih dibandingkan dengan metode cost based costing yang dipakai perusahaan pada umumnya. Metode ini memiliki kelemahan yaitu biaya dan laba yang ditetapkan lebih dulu akan menjadi dasar penetapan harga jual sehingga harga jual sering kali kurang kompetitif. Padahal tersedia metode lain yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan, yaitu target costing. (Rudianto : 2013: 144). Witjaksono (2013 : 177) Target Costing merupakan suatu sistem dimana penentuan harga pokok produk adalah sesuai dengan yang diinginkan (target) sebagai dasar penetapan harga jual produk yang akan memperoleh laba yang diinginkan, atau penentuan harga pokok sesuai dengan harga jual yang pelanggan

30 rela membayarnya. Oleh karena teori diatas, sudah saatnya perusahaan menerapkan target costing agar perusahaan mampu bertahan ditengah persaingan bisnis.

31