Keywords: optimal rotation, Faustmann, Hartman, plantation forest, carbon. Kata kunci: daur optimal, Faustmann, Hartman, hutan tanaman, karbon

dokumen-dokumen yang mirip
DAUR TEBANG OPTIMAL HUTAN RAKYAT GMELINA ( Gmelina arborea Roxb.) DI TASIKMALAYA DAN BANJAR, JAWA BARAT, INDONESIA

MANFAAT LINGKUNGAN PENYERAPAN KARBON HUTAN PINUS PADA BEBERAPA KELAS TEMPAT TUMBUH DI JAWA

Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea

PAKENJENG, GARUT, JAWA BARAT ( Yield Management on Agroforestry of Caddam (Neolamarckia. Garut, West Java)

DAUR FINANSIAL HUTAN RAKYAT JABON DI KECAMATAN PAKENJENG, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

SERAPAN KARBON TEGAKAN AKASIA GUNUNG (ACACIA DECURRENS): JENIS PIONIR PEGUNUNGAN DI JAWA

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

MG-6 DAUR DAN ETAT PEMANENAN KAYU

Waterman Sulistyana Bargawa. Magister Teknik Pertambangan Program Pascasarjana UPN Veteran Jogjakarta. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEMAMPUAN TANAMAN MERANTI (Shorea leprosula) IUPHHK-HA PT ITCIKU KALIMANTAN TIMUR

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

PEDOMAN DAN APLIKASI UNTUK PENGELOLAAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

PENAMBATAN KARBON PADA BERBAGAI BENTUK SISTEM USAHA TANI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK MULTIFUNGSI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN

Sistem Penggunaan Lahan dalam Analisa OppCost REDD+

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

Sistem silvikultur. Sistem silvikultur & Model Struktur Hutan:

ISSN : X Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

Perubahan Stok Karbon dan Nilai Ekonominya pada Konversi Hutan Rawa Gambut Menjadi Hutan Tanaman Industri Pulp

Defining Baseline for REDD Ulu Masen, Aceh. Bogor, Agustus 2009

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BABV. PENDEKATAN PENGUKURAN KEBERHASILAN RENCANA AKSI DAN SISTEM MONITORING

Kemitraan untuk REDD+ : Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil MEMAHAMI KONSEP REDD : ADDITIONALITY, LEAKAGE & PERMANENCE

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan hutan lestari perlu dilaksanakan agar perubahan hutan yang terjadi

ANALISA EKONOMI PEMBANGUNAN KEHUTANAN: Aplikasi MUTAN

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

ABSTRACT. equation is 0,071(D), stock of carbon stored is 0,010(D) and the estimated absorption of CO

Kebijakan Pelaksanaan REDD

EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Model Periode Pemanenan Optimal dalam Kaitannya dengan Faktor Pencurian Kayu Jati di KPH Ngawi

I. PENDAHULUAN. 1 Dengan asumsi bahwa 1 m 3 setara dengan 5 pohon yang siap tebang.

Opportunity Cost Dalam Pelaksanaan REDD

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

J. Sains & Teknologi, April 2014, Vol.14 No.1 : ISSN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT. Financial of Community Forest Development

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT FINANCIAL OF COMMUNITY FOREST DEVELOPMENT

For data sources, see slide #9: Appendix 1. Data used to produce Sumatra PIM

VALIDASI DATA PENGUKURAN KARBON HUTAN

Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar km 4, Ciamis 46201, Telp , Fax

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS FINANSIAL SISTEM AGROFORESTRI JATI, SUNGKAI DAN RUMPUT GAJAH DI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

MRV dalam skema JCM. Sekretariat JCM Indonesia

Sistem silvikultur & Model Struktur Hutan:

Tantangan dan strategi pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan sumberdaya alam dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRAK BAB I.

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (KULIAH 1)

ABUBAKAR M. LAHJIE ISMAIL

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perubahan Iklim dan SFM. Dewan Nasional Perubahan Iklim Jakarta, 3 Desember 2009

PENENTUAN DAUR OPTIMAL HUTAN NORMAL JATI (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) GRACE TRI APRILINA

Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk

POTENSI SERAPAN KARBON PADA BEBERAPA TIPE HUTAN DI INDONESIA. Ary Widiyanto

Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi REDD+ Indonesia

Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan grk

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Model Persamaan Massa Karbon Akar Pohon dan Root-Shoot Ratio Massa Karbon Equation Models of Tree Root Carbon Mass and Root-Shoot Carbon Mass Ratio

SISTEM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT

ANALISIS INVESTASI PERMODELAN LAHAN HUTAN DENGAN SISTEM AGROFORESTRI LANDSKAP Forest Land Investment Analysis with Modeling Agroforestry Landscape

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

TINJAUAN KONSEPTUAL MODEL PERTUMBUHAN DAN HASIL TEGAKAN HUTAN SITI LATIFAH. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Potensi Aplikasi LUWES dan REDD- ABACUS sebagai Sistem Monitoring Karbon Hutan

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN

Ketidakpastian Pasar Karbon

POTENSI KARBON JENIS ENDEMIK PAPUA:

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

III. METODOLOGI PENELITIAN

Istilah dalam Perubahan Iklim

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTROL OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN

EVALUASI MANFAAT DAN BIAYA PENGURANGAN EMISI SERTA PENYERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA LAHAN GAMBUT DI HTI PT. SBA WI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REHABILITASI HUTAN DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM SEKTOR KEHUTANAN DI SULAWESI UTARA

Transkripsi:

DAUR OPTIMAL HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DALAM KONTEKS PERDAGANGAN KARBON: SUATU TINJAUAN TEORITIS ( Optimal Rotation of Monoculture Private Forest in Carbon Trading Context: A Theoretical Review) Oleh /By : Yonky Indrajaya (Balai Penelitian Teknologi Agroforestry) Jl. Raya Ciamis-Banjar km 4, Ciamis 46201, email: yonky_indrajaya@yahoo.com Diterima:2Februari 2011; Disetujui : 19 April 2011 ABSTRACT Determining optimal rotation for plantation forest is an essential step to gain maximum profit. Information on how to determine the optimal financial rotation is still rare in the plantation forest in Indonesia. Introducing carbon sequestration service as one of the environmental services may influence the decision on optimal rotation. This paper aims to elaborate three forest optimal rotations: (1) ecological rotation, (2) economic rotation (Faustmann rotation), and (3) joint production of timber and carbon (Hartman rotation). The method used in this study is desk study. From illustration data, some results are obtained: (1) economic rotation gives shorter rotation period than ecological rotation if only consider timber as the benefit, (2) joint production of timber and carbon gives longer rotation period than that in economic rotation period, but still shorter than the ecological rotation, (3) considering only carbon as the benefit will lead to rotation in which positive growth still occurs, (4) the higher the real interest rate, the shorter the Faustmann rotation, and (5) the higher the price of carbon, the longer the Hartman rotation. Keywords: optimal rotation, Faustmann, Hartman, plantation forest, carbon ABSTRAK Penentuan daur yang optimal merupakan hal yang penting untuk memperoleh keuntungan yang maksimum. Informasi mengenai bagaimana rotasi finansial ditentukan masih jarang ditemukan di hutan tanaman di Indonesia. Memasukkan jasa lingkungan karbon dapat merubah keputusan akan daur yang optimal. Tulisan bertujuan untuk menguraikan tiga daur optimal: (1) daur biologis/ekologis, (2) daur ekonomis (Faustmann), dan (3) daur produksi bersama kayu dan karbon dari suatu hutan tanaman (Hartman). Metode yang digunakan adalah desk study. Dari data ilustrasi diperoleh beberapa hasil yaitu: (1) Daur ekonomis memberikan waktu yang lebih pendek untuk melakukan tebangan jika hanya mempertimbangkan kayu dalam penentuan daur ekonomisnya, (2) Memasukkan keuntungan dari jasa lingkungan serapan karbon dalam perhitungan daur optimal ekonomis akan memberikan waktu yang lebih panjang dibandingkan hanya mempertimbangkan keuntungan dari kayu, (3) Jika hanya mempertimbangkan jasa lingkungan karbon sebagai keuntungan, maka daur optimal akan diperoleh pada saat hutan masih tumbuh positif, (4) Semakin tinggi suku bunga semakin pendek daur Faustmann, dan (5) Semakin tinggi harga karbon semakin panjang daur Hartman. Kata kunci: daur optimal, Faustmann, Hartman, hutan tanaman, karbon I. PENDAHULUAN Hutan rakyat telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi pemenuhan kebutuhan kayu nasional. Keterbatasan pasokan kayu dari hutan 3 negara yang hanya sebesar 25 juta m /tahun belum mampu untuk memenuhi kebutuhan kayu nasional 3 yaitu sebesar 60 juta m /tahun. Oleh karenanya, perhatian sudah seharusnya diberikan kepada para pengusaha hutan rakyat sebagai salah satu agen pemasok kayu, agar memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Penentuan daur optimal merupakan salah satu langkah penting bagi pengelola hutan rakyat agar mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesarbesarnya dari hutan rakyat yang dikelolanya. Pada 55

umumnya, petani hutan rakyat banyak yang menggunakan daur butuh dalam menentukan waktu pemanenan kayu, karena kayu dianggap sebagai tabungan dengan kurang memperhitungkan faktor biaya, harga, suku bunga dsb. Penentuan daur optimal dari hutan rakyat yang dikelola dalam skala besar juga seringkali menggunakan daur ekologis, di mana kayu akan ditebang apabila rata-rata riap hutan ( mean annual increament) setara dengan riap hutan tahun berjalan ( current annual increament). Metode ini sering disebut dengan solusi maksimasi hasil yang berkelanjutan atau prinsip kulminasi. Metode ini hanya mempertimbangkan pertumbuhan hutan semata tanpa memperhitungkan aspek ekonomi seperti harga, biaya, dan suku bunga, sehingga keuntungan maksimal belum tentu diperoleh. Pendekatan yang dipakai oleh ekonom dalam penentuan daur optimal hutan agak sedikit berbeda. Amacher et.al. menyebutkan bahwa ekonom memandang hutan sebagai asset ekonomi jangka panjang yang dapat menghasilkan kayu secara periodik dari hasil penebangan kayu. Secara ekonomi, daur optimal dari suatu tegakan hutan adalah apabila pendapatan yang diperoleh dari penebangan sebanding dengan biaya kesempatan dari penundaan pemanenan. Para ekonom secara sederhana hanya mengubah paradigma teori kapital biologis para rimbawan dengan teori kapital ekonomi. Hutan rakyat, seperti halnya tipe hutan yang lain dapat memberikan kontribusi dalam penyerapan karbon, karena secara alamiah proses fotosintesis tumbuhan membutuhkan CO 2. Dengan kemampuannya ini, hutan rakyat juga memiliki potensi untuk memperoleh insentif dari para pihak yang berkewajiban untuk menurunkan tingkat emisinya (e.g. negara-negara industri penghasil) melalui mekanisme penjualan jasa lingkungan karbon (e.g. REDD+/ Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation). Tambahan pendapatan dari mekanisme jasa lingkungan karbon ini dapat memberikan pengaruh bagi pengelola hutan rakyat dalam menentukan daur optimalnya agar keuntungan yang maksimal dapat diperoleh. Beberapa penelitian telah dilakukan di beberapa tempat terkait dengan penentuan daur optimal hutan tanaman dalam konteks jasa lingkungan karbon, seperti: (1) Van Kooten et al. menguraikan pengaruh pajak/subsidi pemerintah untuk meningkatkan cadangan karbon dalam penentuan daur optimal hutan tanaman di Kanada, (2) Tassone et al. ; Olschewski dan Benitez meneliti beberapa daur optimal hutan dengan intoduksi perdagangan karbon CDM ( Clean Development Mechanism) dalam proyek aforestasi di Itali dan Costa Rica. Hasil-hasil penelitian dengan terkait dengan penentuan daur optimal tegakan hutan terkait dengan jasa lingkungan karbon disajikan dalam Lampiran 1. Penelitian lain telah pula dilakukan di Indonesia, seperti: (1) Ginoga et al. yang memasukkan jasa karbon dalam menghitung kelayakan usaha di Perum Perhutani KPH Saradan, (2) Rahmat yang melakukan studi kelayakan proyek karbon di PT SBA WI di Sumatera Selatan, 3) Subarudi et al. menganalisis pengaruh jasa lingkungan karbon terhadap daur optimal hutan tanaman sengon dan akasia dengan pendekatan single cycle. Penelitian ini belum memberikan gambaran daur optimal dari suatu tegakan hutan tanaman dengan pendekatan rotasi tak hingga (hutan tidak akan berubah peruntukannya). Oleh karena itu, kajian tentang daur optimal dengan mempertimbangkan manfaat jasa lingkungan karbon perlu dilakukan pada rotasi tak hingga. Tulisan ini menguraikan daur ekologis dan ekonomis hutan rakyat monokultur apabila diintrodusir serapan karbon sebagai salah satu jasa lingkungan yang dapat dihasilkan oleh tegakan hutan rakyat. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi pemangku kepentingan hutan rakyat umumnya dan pengelola hutan rakyat (petani) khususnya. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode desk study dengan melakukan analisis terhadap jurnal ilmiah dan buku teks yang terkait dengan manajemen optimal suatu tegakan hutan tanaman monokultur apabila mempertimbangkan jasa lingkungan karbon dalam perhitungan optimasinya. Tahapan yang dilakukan adalah: (1) menganalisis daur optimal hutan yang telah dilakukan oleh rimbawan pada umumnya, yaitu ketika rata-rata riap tahunan sama dengan riap tahun berjalan, (2) menganalisis perubahan daur optimal tegakan hutan apabila aspek ekonomi 56 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 9 No. 2 Juni 2012, Hal. 55-65

menjadi pertimbangan, dan (3) menganalisis daur optimal hutan apabila manfaat ekonomi dari hasil hutan non kayu (jasa lingkungan karbon) juga ikut dalam perhitungan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Daur ekologis (prinsip kulminasi) Daur ekologis atau sering pula disebut sebagai daur biologis merupakan waktu yang diperlukan oleh tegakan hutan untuk mencapai volume kayu maksimum. Penentuan daur ini biasanya dilakukan dengan menentukan waktu T di mana riap rata-rata tahunan ( Mean Annual Increment/MAI) sama dengan riap rata-rata tahun berjalan ( Current Annual Increment/CAI). Secara matematis, kondisi ini dapat dijelaskan dengan persamaan (1): MaxT S( T)/ T, S ( T) ST ( ) T (1) Untuk memberikan gambaran secara ilustratif dan membandingkannya dengan perhitungan daur yang lain, kedua sisi persamaan (1) dibagi dengan total volume S/T sehingga diperoleh persamaan (2) : S ( T) 1 ST ( ) T (2) Sisi kiri dari persamaan (2) seringkali disebut dengan PAI ( Periodic Annual Increment). Daur ekologis optimal TY merupakan waktu dimana perubahan stok hutan (volume kayu berdiri) S' ( T) pada waktu T setara dengan rata-rata volume yang dapat ditebang. Daur optimal ini banyak digunakan oleh ahli kehutanan karena secara biologis, pohon seperti makhluk hidup lainnya, akan mencapai titik maksimal dalam pertumbuhannya dan akan mati. Sebagai ilustrasi, data dari Perman et.al. (2003) tentang pertumbuhan tegakan Douglas firs di Amerika Serikat akan digunakan. Data pertumbuhan Douglas firs cukup relevan apabila digunakan sebagai ilustrasi mengingat tegakan Douglas firs memiliki sistem silvikultur yang sama dengan hutan rakyat yaitu tebang habis permudaan buatan dan biasanya ditaman secara monokultur. Model pertumbuhan Douglas firs yang digunakan merupakan fungsi hubungan antara volume kayu per ha dan waktu (tahun), yaitu: 300.00 250.00 Volume Kayu (m3/ha) 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00 4 10 16 22 28 34 40 46 52 58 64 70 76 82 88 94 100 106 112 118 124 130 Tahun Gambar 1 ( Figure 1). Daur optimal ekologis Douglas firs berdasarkan MAI dan CAI ( Optimal ecological rotation of Douglas firs stand based on MAI and CAI) Sumber ( Source): diolah dari Perman et al. ( utilized from perman et al. ) 57

0.011 0.011 0.010 0.010 0.009 1 T ST () ST () 0.009 0.008 96 97 98 99 100 101 102 Tahun Gambar 2 ( Figure 2). Daur optimal ekologis Douglas firs dalam rejim optimasi produksi kayu ( Optimal ecological rotation of Douglas firs stand in wood production optimization regime) Sumber ( Source): diolah dari Perman et al. 2. Daur ekonomis (Daur Faustmann) Dalam menentukan daur optimal secara ekonomi, pendekatan yang diambil adalah pendekatan NPV ( Net Present Value) dari suatu tegakan hutan dalam rantai rotasi tak terhingga, yang menunjukkan bahwa hutan tidak akan dirubah menjadi penggunaan lahan lain. Untuk memaksimalkan NPV, dapat digunakan formula Faustmann, dimana p merepresentasikan harga net dari kayu dalam tegakan hutan (setelah dikurangi biaya pemanenan c), C biaya penanaman, dan i sebagai suku bunga riil (Persamaan 3): Persamaan (4) merupakan kondisi untuk rotasi optimal Faustmann, dimana keuntungan marjinal dari menunda penebangan (sisi kiri persamaan) setara dengan biaya kesempatan yang disebabkan oleh penundaan ini (sisi kanan persamaan). Terminologi ps(t)+ * menunjukkan jumlah nilai * dari lahan dan stok kayu ps(t) pada waktu * pemanenan. Apabila kita ganti dengan terminologi dari sisi kanan persamaan (3) dan menata kembali persamaan (4) akan menghasilkan persamaan (5) untuk memberikan ilustrasi secara grafis. NPV ( T ) ( ps( T ) C) e C k 1 MaxT ( T ), ( T ) 0 ps ( T) i ps ( T ) ps( T ) e 1 e C ps ( T) i (3) (5) it ps ( T ) C 1 e (4) Jika dibandingkan dengan daur ekologis, daur optimal Faustmann tradisional (persamaan 5) akan lebih pendek, karena tiap kejadian daur akan didiskon dan diuangkan. Pendekatan Faustmann ini hanya mempertimbangkan produksi kayu saja. Data dari Perman et al. digunakan sebagai ilustrasi, yaitu 3 harga kayu P adalah 10 US $/m, biaya tebangan c 3 sebesar 2 US $/m, dan biaya penanaman C sebesar 3 5.000 US $/m. Hasil dari perhitungan persamaan (5) pada beberapa tingkat suku bunga riil disajikan dalam Gambar 4. 58 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 9 No. 2 Juni 2012, Hal. 55-65

0.07 0.06 PST ps () () T PS ps() ( T ) C 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0.00 29 32 35 38 41 44 47 50 53 56 59 62 65 T F T F T F T F T F = T Y 68 Tahun 71 74 77 80 83 86 89 92 95 98 101 104 i =4% i =3% i =2% i =1% i =0% Gambar 4 ( Figure 4). Daur optimal finansial pada beberapa suku bunga riil ( Financially optimal timber harvesting rotation in different interest rates) Sumber ( Source): diolah dari Perman et al. Dari Gambar 4 terlihat bahwa semakin tinggi tingkat suku bunganya akan menghasilkan daur ekonomis optimal yang semakin pendek. Pada tingkat suku bunga 0%, daur ekonomis optimal sama dengan daur biologisnya, yaitu 97 tahun. Dengan naiknya tingkat suku bunga menjadi 1%, daur ekonomis optimal menjadi 71 tahun. Begitu pula seterusnya, pada tingkat suku bunga 2%, 3%, dan 4%, daur ekonomis optimal berturut turut adalah 51, 40, dan 33 tahun. Amacher et.al. menyebutkan bahwa dalam penentuan daur optimal hutan tanaman dengan formula Faustmann, beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain: 1) harga tegakan hutan adalah konstan dan biaya-biaya permudaan konstan dan diketahui, (2) tingkat suku bunga konstan dan diketahui, (3) fungsi pertumbuhan tegakan diketahui, (4) pasar dari lahan hutan adalah sempurna, dan (5) pasar modal finansial sempurna. 3. Daur optimal hutan dengan produksi kayu dan jasa lingkungan karbon (Daur Hartman) Untuk menentukan daur optimal hutan dengan tujuan maximasi produksi kayu dan jasa lingkungan serapan karbon, diperlukan asumsi bahwa hutan akan memberikan manfaat tidak hanya kayu, namun juga jasa lingkungan seperti keanekaragaman hayati, perlindungan tata air, dan serapan karbon. Jasa lingkungan serapan karbon berkorelasi positif dengan pertumbuhan kayu, sehingga semakin tinggi volume tegakannya, semakin tinggi pula karbon yang diserapnya. Untuk memaksimalkan NPV dari produksi kayu dan jasa lingkungan karbon, diasumsikan bahwa hutan akan tetap menjadi hutan dan tidak berubah menjadi penggunaan lahan lainnya ( infinite planning horizon). Model yang digunakan untuk maksimasi hasil produksi bersama kayu dan karbon ini dikenal dengan model Hartman. Persamaan (6) menunjukkan kombinasi NPV dari produksi bersama kayu dan serapan karbon, dimana arus kas yang dihasilkan dari jasa lingkungan karbon dinotasikan sebagai : NPV ( t) ( T ) ( T) MaxT ( T ), ( T ) 0 ps ( T ) ( T ) i ps( T) ps( T ) C e ( t) e dt 1 e T 0 (6) (7) 59

Kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan rotasi yang optimal diperoleh dari persamaan (7). Seperti halnya persamaan (4), biaya kesempatan untuk menunda penebangan setara dengan keuntungan dari penundaan ini, namun sekarang ada tambahan pendapatan dari penambatan karbon. Apabila persamaan (6) kita masukkan sebagai * dalam persamaan (7) akan dihasilkan: T () te dt ps ( T ) 1 0 ( T) i it ps ( T) C 1 e ps ( T ) C 1 e ps( T ) C (8) Sisi kanan persamaan (8) berbeda dengan persamaan (5) dengan memasukkan pendapatan yang diperoleh dari jasa lingkungan karbon. Karena pohon hanya dapat memberikan jasa lingkungan menyerap CO2 di udara apabila pohon tersebut hidup yaitu melalui proses fotosintesisnya, maka pendapatan dari jasa lingkungan karbon ini akan memberikan insentif bagi pengelola hutan untuk menunda tebangan. Sehingga, rotasi tebang menjadi lebih panjang, seperti ditunjukkan oleh persamaan (8). Untuk menghitung serapan karbon tegakan Douglas firs digunakan nilai default dari IPCC guideline. Total biomassa di atas permukaan tanah ( Total Above Ground Biomass/TAGB) dihitung dengan mengalikan nilai BCEF ( Biomass Conversion and Expansion Factor) dengan volume kayu tegakan berdiri S(T) : TAGB = BCEF* S(T) (9) Nilai BCEF untuk Douglas firs bergantung pada perubahan volume kayu berdirinya S(T), yaitu: 1.8, 1, 0.75, dan 0.7 berturut turut untuk S(T) 1-20; 21-3 -1 40; 41-100; dan > 100 m ha. Total karbon terserap dihitung dengan mengalikan total biomassa di atas tanah TAGB dengan fraksi karbon f (0.4) dan bilangan unsur karbon dalam CO yaitu 44/12: 44 TC TAGB 0.4 (10) 12 Asumsi harga karbon dalam ilustrasi ini -1 (Gambar 5) adalah 5 US $ Mg CO2 eq dengan tingkat suku bunga riil 4%. 2 0.070 0.060 0.050 0.040 ps () T ps( T ) C i 1 e it 0.030 0.020 ipst () 0.010 0.000 T F T H 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 Tahun Gambar 5 ( Figure 5). Daur optimal produksi bersama antara kayu dan karbon ( Optimal joint production of wood and carbon sequestration) Sumber ( Source): diolah dari Perman et al. 60 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 9 No. 2 Juni 2012, Hal. 55-65

Dari Gambar 5 terlihat bahwa dengan memasukkan jasa lingkungan karbon dalam perhitungan optimasi produksi bersama kayu dan karbon akan menyebabkan daur optimal TH yang lebih lama (54 tahun) dibandingkan dengan daur optimal finansial TF (33 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa untuk memaksimalkan keuntungan, pengelola hutan Douglas firs akan menunda penebangan kayunya hingga 54 tahun dengan asumsi harga karbon dan suku bunga yang tetap pada masa kontrak. Nilai maksimum NPV apabila hanya memperhitungkan jasa lingkungan karbon NPV C diperoleh pada tahun ke 135 (Gambar 6). Kondisi ini diperoleh pada saat S(T) > 0, atau tegakan hutan masih tumbuh positif (menambah biomassa). Ketika melewati umur ini, tegakan hutan akan mengalami pertumbuhan negatif, karena secara alamiah pohon-pohon akan tua dan mati. Gambar 6 ( Figure 6). NPV kayu, jasa lingkungan karbon dan gabungan kayu dan jasa lingkungan karbon ( NPV of timber, carbon service, and joint of timber and carbon service) Sumber ( Source): diolah dari Perman et al. (2003) Mengingat harga karbon dunia yang fluktuatif, maka analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh harga karbon terhadap daur optimal Hartman (Gambar 7). Beberapa harga karbon diset dalam analisis sensitivitas ini yaitu: 5, -1 10, 20, 30, dan 50 $ Mg CO eq. Pada Gambar 7 2 terlihat bahwa daur optimal TH pada tingkat harga 5, -1 10, 20, 30, dan 50 $ Mg CO2 eq berturut-turut adalah 54, 72, 94, 105 dan 117 tahun. Pada harga karbon 20, daur optimal TH hampir sama dengan daur optimal T (97 tahun). Y 61

Gambar 7 ( Figure 7). Daur optimal produksi bersama kayu dan karbon pada beberapa tingkat harga karbon ( Optimal joint production of wood and carbon sequestration in different carbon prices) Sumber ( Source): diolah dari Perman et al. (2003) Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi harga karbon, semakin panjang pula daur optimalnya, karena keputusan untuk menunda penebangan (semakin banyak karbon tersimpan) lebih menguntungkan dibandingkan dengan segera menebang pada tingkat harga karbon yang lebih tinggi. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan: 1. Daur ekonomis memberikan waktu yang lebih pendek dengan keuntungan yang paling tinggi untuk melakukan tebangan jika hanya mempertimbangkan kayu sebagai keuntungan dari suatu tegakan hutan. 2. Memasukkan keuntungan dari jasa lingkungan serapan karbon dalam perhitungan daur optimal ekonomis akan memberikan waktu yang lebih panjang dibandingkan hanya mempertimbangkan keuntungan dari kayu. 3. Apabila hanya memperhatikan jasa lingkungan serapan karbon sebagai keuntungan yang diperoleh dari suatu tegakan hutan, daur optimal yang diperoleh adalah ketika pohon/ hutan masih tumbuh positif. Ketika pohon/ tegakan hutan mengalami pertumbuhan negatif (telah tua), maka hutan akan tidak lagi menyerap karbon, tetapi justru akan mengemisinya karena terjadinya proses pembusukan. 4. Pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi, daur optimal Faustmann menjadi lebih pendek. 5. Pada tingkat harga karbon yang lebih tinggi, daur optimal Hartman akan menjadi lebih panjang. Saran Pemanfaatan hutan sebagai penghasil jasa lingkungan penyerap karbon dioksida telah banyak dilakukan oleh banyak pihak di banyak negara melalui proyek pembangunan hutan baru (afforestasi) dan penghutanan kembali kawasan hutan (reforestasi) baik pada pasar wajib (di bawah protokol Kyoto) maupun pasar sukarela. Namun demikian, kejelasan informasi akan mekanisme pasar karbon belum banyak diketahui oleh masyarakat, khususnya petani hutan rakyat. Pemberian informasi yang tepat akan memberikan pertimbangan yang tepat pula dalam pengambilan keputusan pengelolaan hutan tanaman, khususnya 62 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 9 No. 2 Juni 2012, Hal. 55-65

pertimbangan ekonomi. Oleh karenanya, sosialisasi dan asistensi dari pemerintah sangat diperlukan dalam mewujudkan produksi bersama kayu dan jasa lingkungan karbon di hutan rakyat. Selain itu, informasi tentang cara perhitungan karbon dalam biomassa, MRV (monitoring, pelaporan, dan verifikasi), dan biaya-biaya yang mungkin timbul perlu juga disosialisasikan kepada pengelola hutan rakyat agar keputusan yang diambil menjadi tepat. DAFTAR PUSTAKA Amacher, G.S., Ollikainen, M., Koskela, E. 2009. Economics of forest resources. MIT Press, Cambridge, Mass. Asante, P., Armstrong, G.W., Adamowicz, W.L. 2011. Carbon sequestration and the optimal forest harvest decision: A dynamic programming approach considering biomass and dead organic matter. J Forest Econ 17, 3-17. Galinato, G.I., Uchida, S. 2010. The Effect of temporary certified emission reductions on forest rotations and carbon supply. Canadian Journal of Agricultural Economics. Ginoga, K.L., Wulan, Y., Djaenudin, D. 2005. Karbon dan peranannya dalam kelayakan usaha hutan tanaman jati (Tectona Grandis) di KPH Saradan, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi 2, 183-202. Gutrich, J., Howarth, R.B. 2007. Carbon sequestration and the optimal management of new hampshire timber stands. Ecol Econ 62, 441-450. IPCC. 2006. IPCC Guideline 2006 Guidelines for national green house gas inventories. In. IPCC. Kooten, G.V., Binkley, C., Delcourt, G. 1995. Effect of carbon taxes and subsidies on optimal forest rotation age and supply of carbon services. American Journal of Agricultural Economics 77, 365-374. Kothke, M., Dieter, M. 2010. Effects of carbon sequestration rewards on forest management-an empirical application of adjusted Faustmann Formulae. Forest Policy Econ 12, 589-597. Olschewski, R., Benitez, P.C. 2010. Optimizing joint production of timber and carbon sequestration of afforestation projects. J. Forest Econ 16, 1-10. P3HT. 2006. Review hasil penelitian hutan rakyat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman (P3HT) Badan Litbang Kehutanan, Bogor. Perman, R., Ma, Y., McGilvray, J., Common, M. 2003. Natural resource and environmental economics. Third Edition. Pearson Education Limited, England. Rahmat, M. 2010. Evaluasi manfaat dan biaya pengurangan emisi serta penyerapan karbon dioksida pada lahan gambut di HTI PT SBA WI. Jurnal Bumi Lestari 10, 275-284. Subarudi, Djaenudin, D., Erwidodo, Cacho, O. 2005. Growth and carbon sequestration potential of plantation forestry in Indonesia: I. Paraserianthes falcataria and Acacia mangium. In, Working Paper CC08, ACIAR project ASEM 1999/093. Tassone, V.C., Wesseler, J., Nesci, F.S. 2004. Diverging incentives for afforestation from carbon sequestration: an economic analysis of the EU afforestation program in the south of Italy. Forest policy and economics 6, 567-578. van Kooten, G.C., Binkley, C.S., Delcourt, G. 1995. Effect of carbon taxes and subsidies on optimal forest rotation age and supply of carbon services. American Journal of Agricultural Economics 77, 365-374. 63

Lampiran 1 ( Appendix 1 ). Beberapa penelitian yang menggunakan daur Hartman dalam penentuan daur optimal produksi bersama kayu dan jasa lingkungan karbon hutan tanaman ( Studies that use Hartman method in determining optimal cutting cycle on joint production of timber and carbon service in plantation forests ) Penulis Van Kooten et al. (1995) Tassone et al.(2004) Gutrich dan Howarth (2007) Jenis tanaman/hutan Boreal forest Alberta bagian utara dan pantai British Columbia, Kanada Silver fir, Walnut, Beech Pinus putih, merah dan jack; Spruce-fir, Oak dan pinus; Oak dan hickory; Maple-beechbirch Lokasi Hasil Jenis carbon credit Memasukkan tambahan pendapatan dari jasa lingkungan karbon dalam perhitungan total NPV akan memberikan rotasi tebang yang lebih panjang dibandingkan hanya mempertimbangkan kayu. Pada kondisi tertentu, tidak menebang hutan sama sekali merupakan kondisi yang secara sosial optimal Italia Rotasi tebangan pada produksi bersama kayu dan jasa karbon lebih panjang pada harga karbon mulai 10 /ton CO 2, yaitu dari 33 tahun menjadi 41 tahun. New Hampshire, Amerika Serikat Tambahan pendapatan dari jasa lingkungan karbon pada perhitungan NPV telah membuat rotasi tebangan menjadi lebih panjang pada semua jenis hutan dalam penelitian ini. Tidak ada keterangan tentang jenis karbon kredit (pada tahun 1995 belum ada pasar karbon wajib seperti untuk sector kehutanan seperti CDM) tcer CDM (karbon kredit sementara/kurun waktu tertentu pada mekanisme pembangunan bersih) Tidak ada keterangan Galinato dan Uchida (2010) Mahoni Filipina dan Tanzanian neem Filipina dan Tanzania Pada jenis cepat tumbuh, dengan rotasi tebang relatif pendek, tambahan keuntungan yang diperoleh dari jasa lingkungan karbon tidak elastis. Sementara itu, pada jenis yang relatif lambat tumbuh, tambahan pendapatan dari jasa lingkungan karbon cukup elastis, sehingga rotasi tebangnya terpengaruh oleh harga karbon. tcer CDM Olschewski dan Benitez (2010) Cordia aliodora Ekuador Rotasi tebangan akan menjadi lebih panjang pada tingkat harga karbon yang berbeda tcer dan lcer CDM 64 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 9 No. 2 Juni 2012, Hal. 55-65

Lampiran 1 ( Appendix 1 ). Lanjutan ( Continued ) Penulis Kothke dan Dieter (2010) Asante et al.(2011) Jenis tanaman/hutan Lokasi Hasil Jenis carbon credit Spruce Jerman Tergantung pada tingka t harga karbon, rotasi optimal akan selalu lebih panjang apabila mempertimbangkan jasa lingkungan karbon dalam perhitungan NPV Hutan boreal bagian barat Kanada Kanada Dengan adanya tambahan pendapatan dari jasa lingkungan karbon yang berasal dari karbon tersimpan dalam biomassa pohon hidup, rotasi tebang optimal menjadi lebih panjang. Namun, apabila mempertimbangkan pula karbon yang tersimpan dalam nekromas, jumlah karbon kredit menjadi berkurang, sehingga rotasi tebangan menjadi tidak sepanjang apabila tidak mempertimbangkan nekromas Karbon kredit skala nasional Tidak ada keterangan 65