BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 107

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris,

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No.107 AKUNTANSI IJARAH

BAB II LANDASAN TEORI. transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan

BAB VI AKUNTANSI IJARAH

DAFTAR PUSTAKA. Ikatan Akuntan Imdonesia Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

Materi: 12 AKUNTANSI IJARAH

Perbankan Syariah. Akuntansi Ijarah

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencatatan akuntansi pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat

BAGIAN V AKAD SEWA V.1. IJARAH ATAS ASET BERWUJUD

Dealin Mahaputri Leonika

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Gadai Secara Umum. Beberapa pendapat mengenai definisi gadai dan pegadaian:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

PERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB II LANDASAN TEORI

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERBANKAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Penerapan dan Perhitungan Akad Sewa-Menyewa Ijarah Pada Bank DKI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah pada Bank Muamalat. 1. Perhitungan Akuntansi Pembiayaan Ijarah

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

PRODUK PERBANKAN SYARIAH. Imam Subaweh

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 108 AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 103 AKUNTANSI SALAM

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A Dwi Kartini Wardaningsi A

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI IJARAH (PSAK 107)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

Akuntansi Salam ED PSAK 103 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Materi 7 Produk Pembiayaan. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia lembaga keuangan berkembang dengan begitu pesatnya.

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

DAFTAR PUSTAKA. Antonio, Muhammad Syafi i, 2002, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta.

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

ED PSAK 102. akuntansi murabahah. exposure draft

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI SALAM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN KEGIATAN USAHA BERBASIS SYARIAH

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

5. Tujuan laporan keuangan syariah untuk tujuan umum adalah :

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Transkripsi:

8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 107 1. PSAK Tentang Akuntansi Pembiayaan Ijarah Berdasarkan perkembangan per 1 September 2007, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah membuat standar baru untuk transaksi syariah berbagai entitas bisnis, yaitu PSAK 101 sampai dengan PSAK 108 sebagai pengganti PSAK 59. Dimana PSAK 107 sebagai pengganti PSAK 59, tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan Ijarah. 2. PSAK 107 Akuntansi Ijarah PENDAHULUAN Tujuan 1) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi ijarah. Ruang Lingkup 2) Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi ijarah. 8

9 3) Pernyataan ini mencakup pengaturan untuk pembiayaan multijasa yang menggunakan akad ijarah, namun tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi untuk obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad ijarah. Definisi 4) Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini: - Aset Ijarah adalah aset berwujud maupun tidak berwujud, yang atas manfaatnya disewakan. - Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sewa adalah sewa operasi (operating lease) - Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah ijarah dengan wa d perpindahan kepemilikan aset yang di ijarahkan pada saat tertentu. - Nilai Wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arms length transaction). - Obyek Ijarah adalah manfaat penggunaan aset berwujud atau tidak berwujud

10 - Sewa Operasi adalah sewa yang tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. - Umur Manfaat adalah suatu periode dimana aset diharapkan akan digunakan atau jumlah produksi/unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset. - Wa d adalah janji dari satu pihak kepada pihak lain untuk melaksanakan sesuatu. Karakteristik 5) Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan risiko dan manfaat yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa ad untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik (mu jir) kepada penyewa (musta jir) pada saat tertentu 6) Perpindahan kepemilikan suatu aset yang diijarahkan dari pemilik kepada penyewa, dalam ijarah muntahiyah bittamlik, dilakukan jika akad ijarah telah berakhir atau diakhiri dan aset ijarah telah diserahkan kepada penyewa dengan membuat akad terpisah secara: - Hibah; - Penjualan sebelum akhir masa akad; - Penjualan pada akhir masa akad; - Penjualan secara bertahap.

11 7) Pemilik dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk menghindari risiko kerugian. 8) Spesifikasi obyek ijarah, misalnya jumlah, ukuran, dan jenis harus jelas diketahui dan tercantum dalam akad. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Akuntansi Pemilik (Mu jir) Biaya perolehan 9) Obyek ijarah diakui pada saat obyek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. 10) Biaya perolehan obyek ijarah yang berupa aset tetap mengacu ke PSAK 16: Aset Tetap dan Aset Tidak Berwujud mengacu ke PSAK 19: Aset Tidak Berwujud. Penyusutan dan Amortisasi 11) Obyek ijarah disusutkan atau diamortisasi, jika berupa aset yang dapat disusutkan atau diamortisasi, sesuai dengan kebijakan penyusutan atau amortisasi untuk aset sejenis selama umur manfaatnya (umur ekonomis). 12) Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari obyek ijarah. Umur ekonomis dapat berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai

12 selama 10 tahun diijarahkan dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik selama 5 tahun. Dengan demikian, umur ekonomisnya adalah 5 tahun. 13) Pengaturan penyusutan obyek ijarah yang berupa aset tetap sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap dan amortisasi aset tidak berwujud sesuai dengan PSAK 19: Aset Tidak Berwujud. Pendapatan dan Beban 14) Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan kepada penyewa. 15) Piutang pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan. 16) Pengakuan biaya perbaikan obyek ijarah adalah sebagai berikut: - biaya perbaikan tidak rutin obyek ijarah diakui pada saat terjadinya; dan - jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek ijarah dengan persetujuan pemilik, maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik dan diakui sebagai beban pada saat terjadinya. 17) Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan obyek ijarah yang dimaksud dalam paragraf 16 huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas obyek ijarah.

13 18) Biaya perbaikan obyek ijarah merupakan tanggungan pemilik. Perbaikan tersebut dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan pemilik. Perpindahan Kepemilikan 19) Pada saat perpindahan kepemilikan obyek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara: a) hibah, maka jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai beban; b) penjualan sebelum berakhirnya masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian; c) penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian; d) penjualan secara bertahap, maka: - selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian obyek ijarah yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian; dan - bagian obyek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancar atau aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut.

14 Akuntansi Penyewa (Musta jir) Beban 20) Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diterima. 21) Utang sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah diterima. 22) Biaya pemeliharaan obyek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya. 23) Biaya pemeliharaan obyek ijarah, dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap, akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan obyek ijarah. Perpindahan Kepemilikan 24) Pada saat perpindahan kepemilikan obyek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara: a) hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar obyek ijarah yang diterima; b) pembelian sebelum masa akad berakhirnya, maka penyewa mengakui aset sebesar nilai wajar atau pembayaran tunai yang disepakati;

15 c) pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar nilai wajar atau pembayaran tunai yang disepakati; d) pembelian secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar nilai wajar. Jual dan Ijarah 25) Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantung (ta alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar. 26) Jika suatu entitas menjual obyek ijarah kepada lain dan kemudian menyewanya kembali, maka entitas tersebut mengakui keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi dan menerapkan perlakuan akuntansi penyewa. 27) Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah. Ijarah Lanjut 28) Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya disewa dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan perlakuan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa dalam Pernyataan ini.

16 29) Jika suatu entitas menyewa obyek ijarah (sewa) untuk disewa lanjutkan, maka entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa) tangguhan untuk pembayaran ijarah jangka panjang dan sebagai beban ijarah (sewa) untuk sewa jangka pendek. 30) Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai penyewa) dengan pemilik dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai pemilik) dengan pihak penyewa lanjut. PENYAJIAN 31) Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya PENGUNGKAPAN 32) Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada: a) penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada: - keberatan wa d pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa d pengalihan kepemilikan); - pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;

17 - agunan yang digunakan (jika ada); b) nilai perolehan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi untuk setiap kelompok aset ijarah; c) keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada). 33) Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas pada: a) penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada: - total pembayaran; - keberadaan wa d pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa d pemilik untuk pengalihan kepemilikan); - pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut; - agunan yang digunakan (jika ada); b) keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah). KETENTUAN TRANSISI 34) Pernyataan ini diterapkan secara prospektif. Penerapan secara retrospektif diperkanankan, tetapi tidak disyaratkan.

18 TANGGAL EFEKTIF 35) Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 januari 2010. Penerapan lebih dini dianjurkan. Jika entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode yang dimulai sebelum 1 Januari 2010, maka fakta tersebut harus diungkapkan. PENARIKAN 36) Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang berhubungan dengan perlakuan akuntansi untuk pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas transaksi ijarah. B. Pembiayaan Ijarah 1. Pengertian Ijarah Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik mu jir (obyek sewa) dan musta jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya. Ijarah muntahiyah bittamlik adalah akad sewamenyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.

19 Perpindahan hak milik obyek sewa kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dapat dilakukan dengan: a) hibah; b) penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa cicilan sewa; c) penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang disepakati pada awal akad; dan d) penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad. Pemilik obyek sewa dapat meminta penyewa menyerahkan jaminan atas ijarah untuk menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran dan jenis obyek sewa harus jelas diketahui dan tercantum dalam akad. 2. Rukun dan Syarat Ijarah Rukun Ijarah adalah: 1. Musta jir / penyewa 2. Mu ajjir / pemilik barang 3. Ma jur / barang atau obyek sewaan 4. Ajran atau Ujrah / harga sewa atau manfaat sewa 5. Ijab Qabul Syarat-syarat Ijarah adalah: 1. Pihak yang terlibat harus saling ridha

20 2. Ma jur (barang/obyek sewa) ada manfaatnya : a) manfaat tersebut dibenarkan agama/halal b) manfaat tersebut dapat dinilai dan diukur/ diperhitungkan c) manfaatnya dapat diberikan kepada pihak yang menyewa d) Ma jur wajib dibeli Musta jir 3. Akuntansi Ijarah bagi Bank Syariah selaku Pemilik Aset (Mu jir) Pengakuan dan Pengukuran 1. Pada saat biaya perolehan persediaan ijarah yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf 9 dan 10, yang secara lengkap dapat diuraikan seperti dibawah ini: Dr Aset Ijarah Kr Kas/Rekening 2. Pada saat dilakukan penyusutan asset ijarah, dengan menggunakan metode penyusutan atau amortisasi sesuai dengan PSAK 107 paragraf 11 dan 12 yang terkait dengan masa manfaat sesuai kebijakan akuntansi bank syariah adalah : a) Pada saat transaksi ijarah yang akan dibeli dengan metode garis lurus, maka beban penyusutannya yaitu:

21 Dr Beban Penyusutan Aset Ijarah Kr Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah b) Pada saat transaksi Ijarah Muntahiyah Bittamlik yang akan dibeli dengan metode garis lurus, maka beban penyusutannya yaitu: Dr Beban Penyusutan Aset Ijarah Kr Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah 3. Pada saat perbaikan/pemeliharaan asset ijarah, untuk mencatat pengeluaran beban perbaikan atau pemeliharaan asset ijarah adalah : Dr Beban Perbaikan Aset Ijarah Kr Kas/Rekening Nasabah 4. Pada saat Pengakuan Pendapatan dan Beban yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf 14-18, yang secara lengkap dapat diuraikan seperti: pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas asset yang telah diserahkan kepada penyewa. Piutang pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan. Terdapat 3 (tiga) klasifikasi yaitu: a) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan saat jatuh tempo, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah: Dr Kas/Rekening Nasabah Kr Pendapatan Ijarah

22 b) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan setelah tanggal jatuh tempo, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah : Dr Piutang Pendapatan Ijarah Kr Pendapatan Ijarah c) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan sebagian pada saat jatuh tempo dan sebagian lagi setelah jatuh tempo, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah ada 2 (dua) yaitu (1) penerimaan kas dari nasabah dan (2) pengakuan pendapatan sewa akrual untuk sisa sebagian yang belum dibayar nasabah. Berikut kedua jurnalnya yang harus dicatat oleh bank syariah : Dr Kas/Rekening Nasabah Kr Pendapatan Ijarah Dr Piutang Pendapatan Ijarah Kr Pendapatan Ijarah Selanjutnya sisa yang belum dibayar nasabah, dapat dilunasi oleh nasabah di kemudian hari. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah atas penerimaan uang dari nasabah atas kekurangan pembayaran periode sebelumnya adalah : Dr Kas/Rekening Nasabah Kr Pendapatan Ijarah Dr Piutang Pendapatan Ijarah Kr Pendapatan Ijarah

23 5. Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara : (PSAK 107, 2009, par. 19) a) Hibah, maka jumlah yang tercatat objek ijarah diakui sebagai beban; Dr Akumulasi penyusutan aset Ijarah Dr Beban pelepasan aktiva Ijarah Kr Aktiva Ijarah b) Pada saat penjualan sebelum masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah yang diakui sebagai keuntungan atau kerugian; Dr Kas Dr Akumulasi penyusutan aktiva ijarah Kr Keuntungan Penjualan aset ijarah Kr Aset Ijarah c) Pada saat penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah yang diakui sebagai keuntungan atau kerugian: Dr Kas Dr Akumulasi penyusutan aktiva ijarah Kr Keuntungan Penjualan aset ijarah Kr Aset Ijarah

24 Apabila penjualannya dengan harga jual di bawah nilai sisa, maka akan diakui adanya kerugian. Maka jurnal yang harus dibuat oleh penyewa: Dr Kas Dr Akumulasi penyusutan aktiva ijarah Dr Kerugian Penjualan aset ijarah Kr Aset Ijarah d) Penjualan secara bertahap, maka : - Selisih antara harga jual dan jumlah nilai tercatat sebagai objek ijarah yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian; dan - Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancer atau aset lancer sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut. (paragraph 19). 4. Akuntansi Ijarah bagi Bank Syariah selaku Penyewa (Musta jir) Pengakuan dan Pengukuran 1. Pada saat Pengeluaran Beban Sewa yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf 20-23, secara lengkapnya dapat diukur dari jumlah yang harus dibayarkan atas manfaat yang telah diterima, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah pada saat pengeluaran beban sewa adalah :

25 a) Beban sewa yang diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset yang telah diterima, maka jurnal yang dibuat oleh penyewa : Dr Beban ijarah Kr Kas b) Pada saat Utang sewa yang diukur dari jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah diterima, maka jurnal yang dibuat : Dr Beban ijarah Kr Utang Ijarah c) Biaya pemeliharaan objek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya, maka jurnal ynag dibuat oleh penyewa : Dr Beban ijarah Kr Kas d) Biaya pemeliharaan objek ijarah dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan objek ijarah secara bertahap, akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan objek ijarah. 2. Pada saat Pengeluaran Beban Pemeliharaan/Perbaikan, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah sebagai penyewa yang menanggung biaya perbaikan adalah :

26 Dr Beban Perbaikan/Pemeliharaan Ijarah Kr Kas/Utang/Perlengkapan Apabila biaya perbaikan masih menjadi tanggung jawab dari pemilik objek sewa, namun pihak penyewa atas persetujuan dari pemilik membayar terlebih dahulu, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah : Dr Piutang Kr Kas/Utang/ Perlengkapan 3. Pada saat Perpindahan Kepemilikan yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf 24, yang secara lengkap dapat diuraikan seperti dibawah ini dengan cara: a) Hibah, maka penyewa mengakui asset dan keuntungan sebesar nilai wajar objek ijarah yang diterima. Maka jurnal yang harus dicatat oleh bank syariah adalah: Dr Aset Nonkas (mobil) Kr Keuntungan hibah asset ijarah b) Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui asset sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah: Dr Aset Nonkas (mobil) Kr Keuntungan selisih nilai wajar Kr Kas

27 c) Pembelian setelah masa akad selesai, maka penyewa mengakui asset sebesar pembayaran yang disepakati. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah : Dr Aset Nonkas (mobil) Kr Keuntungan selisih nilai wajar Kr Kas d) Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui asset sebesar biaya perolehan objek ijarah yang diterima. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah: Dr Aset Nonkas (mobil) Kr Keuntungan selisih nilai wajar Kr Kas 4. Pada saat transaksi menjual aset ijarah lanjut yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf 25-27, yang secara lengkap dapat diuraikan seperti dibawah ini: a) Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling tergantung (ta alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar b) Jika suatu entitas menjual obyek ijarah kepada pihak lain dan kemudian menyewanya kembali maka entitas tersebut mengakui keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya

28 penjualan dalam laporan laba rugi dan menerapkan perlakuan akuntansi penyewa c) Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah. Maka jurnal yang akan dibuat adalah : Dr. Kas Dr. Akumulasi Penyusutan Kr. Keuntungan pelepasan asset Kr. Mobil (misalnya) 5. Pada saat Ijarah lanjut yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf 28-30, yang secara lengkap dapat diuraikan seperti dibawah ini: a) Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas asset yang sebelumnya disewa dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan perlakukan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa dalam pernyataan ini (PSAK 107) b) Jika suatu entitas menyewa obyek ijarah (sewa) untuk disewa lanjutkan, maka entitas mengakui sebagai beban ijarah atau sewa tangguhan untuk pembayaran ijarah jangka panjang dan sebagai beban ijarah atau sewa untuk jangka pendek c) Perlakuan akuntansi untuk penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai penyewa) dengan pemilik

29 dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan untuk transaksi antara entitas sebagai pemilik dengan pihak penyewa lanjut. Penyajian Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya. (paragraph 31) Pengungkapan Pengungkapan selengkapnya diatur dalam PSAK 107 paragraf 32-33 sebagai berikut : Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada : a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada : - Keberadaan wa ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa ad pengalihan kepemilikan); - Pembatasan-pembatasan, misalnya, ijarah lanjut; - Agunan-agunan yang digunakan (jika ada);

30 b) Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi untuk setiap kelompok asset ijarah; c) Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada). Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada : a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada : - Total pembayaran; - Keberadaan wa ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa ad pengalihan kepemilikan); - Pembatasan-pembatasan, misalnya, ijarah lanjut; - Agunan-agunan yang digunakan (jika ada); b) Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah). 5. Landasan Hukum pada Akad Sewa Menyewa (Ijarah) dalam Praktik Perbankan Syariah: 1. Landasan syariah a) Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 233 yang artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan

31 pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang kamu perbuat b) Hadist Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW mengemukakan: Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu. Juga dapat dilihat dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan An Nasa i dari Abi Waqqash r.a, berkata : Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau perak. c) Ijmak Mengenai ijarah ini juga sudah mendapatkan ijmak ulama, berupa kebolehan seorang muslim untuk membuat dan melaksanakan akad ijjarah atau perjanjian sewa-menyewa. 2. Landasan Hukum Positif Landasan produk ijarah dalam hukum positif dapat kita jumpai dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Hal ini dapat kita baca dalam ketentuan Pasal 1 ayat (13) yang mendefenisikan mengenai Prinsip Syariah. Secara eksplisit ujarah dan ijarah dan ijarah wa iqtina

32 merupakan salah satu produk pembiayaan dalam perbankan syariah. Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang Ijarah sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 13 April 2000. Sedangkan fatwa yang berkaitan dengan al-ijarah Muntahiyah al-bittamlik (IMBT) sebagaimana tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No.27/DSN- MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002. 6. Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Ijarah dan IMBT PSAK No.59 (2002) mengelompokkan pengakuan dan pengukuran ijarah dan IMBT menjadi empat (4) kelompok, yakni: a. Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa 1) Obyek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan obyek sewa dan disusutkan sesuai dengan : (a). kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan transaksi ijarah; dan (b). masa sewa jika merupakan transaksi IMBT 2) Pendapatan ijarah dan IMBT diakui selama masa akad secara proporsional kecuali pendapatan IMBT melalui penjualan

33 secara bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara progresif selama masa akad karena adanya pelunasan bagian per bagian obyek sewa pada saat periode tersebut. 3) Piutang pendapatan ijarah dan IMBT diukur sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan. 4) Pengakuan biaya perbaikan obyek sewa adalah sebagi berikut: i. biaya perbaikan tidak rutin obyek sewa diakui pada saat terjadinya; ii. jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek sewa dengan persetujuan pemilik obyek sewa maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik obyek sewa dan diakui sebagai beban pada periode terjadinya perbaikan tersebut; dan iii. dalam IMBT melalui penjualan secara bertahap biaya perbaikan obyek sewa yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik obyek sewa maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing di dalam obyek sewa. 5) Perpindahan hak milik obyek sewa dalam IMBT melalui hadiah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan obyek sewa yang telah diserahkan kepada

34 penyewa. Obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik obyek sewa. 6) Perpindahan hak milik obyek sewa dalam IMBT melalui penjualan obyek sewa dengan harga sebesar sisi ciciln sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli obyek sewa. Pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku bersih obyek sewa. 7) Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam IMBT melalui pembayaran sekedarnya adalh sebagai berikut : i. perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli obyek sewa dari pemilik obyek sewa. ii. obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik obyek sewa. iii. jika penyewa berjanji untuk membeli obyek sewa tetapi kemudian memutuskan tidak melakukannya dan nilai wajar obyek sewa ternyata lebih rendah dari nilai bukunya, maka selisihnya diakui sebagai piutang pemilik obyek sewa kepada penyewa; dan iv. jika penyewa tidak berjanji untuk membeli obyek sewa dan memutuskan untuk tidak melakukannya, maka obyek sewa dinilai sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang

35 lebih rendah dari nilai buku, maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. 8) Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam IMBT melalui penjualan obyek sewa secara bertahap adalah sebagai berikut : i. perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli sebagian obyek sewa dari pemilik obyek sewa; ii. nilai buku bagian obyek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik bagian obyek sewa; iii. pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian obyek sewa yang telah dijual; dan iv. jika penyewa tidak melakukan pembelian atas obyek sewa yang tersisa maka perlakuan akuntansinya sesuai dengan pragraf 115 huruf (c) dan (d). 9) Dalam IMBT jika obyek sewa mengalami penurunan nilai permanen sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan ijarah yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih antara keduanya, (jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya)

36 diakui sebagai kewajiban kepada penyewa dan dibebankan sebagai kerugian pada periode terjadinya penurunan nilai. b. Bank sebagai Penyewa 1) Beban ijarah dan IMBT diakui secara proporsional selama akad 2) Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi baban ijarah atau IMBT selama masa akad 3) Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi obyek sewa berdasarkan akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut diakui sebagai beban pada saat terjadinya, biaya pemeliharaan rutin dan operasi dalam IMBT melalui penjualan obyek sewa secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan dengan peningkatan kepemilikan obyek sewa. 4) Perpindahan hak milik obyek sewa dalam IMBT melalui hadiah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan obyek sewa telah diterima penyewa. Obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar nilai wajar pada saat terjadinya. Penerimaan obyek sewa tersebut disisi lain akan menambah i. saldo laba, jika sumber pendanaan berasal dari modal bank;

37 ii. dana investasi tidak terikat, jika sumber pendauran berasal dari simpanan pihak ketiga; atau iii. saldo laba dan dana investasi tidak terlihat secara proporsional, jika sumber pendanaan berasal dari modal bank dan simpanan pihak ketiga. 5) Perpindahan hak milik obyek sewa dalam IMBT melalui pembelian obyek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum berkahirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli obyek sewa. Penyewa mengakui obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang dibayarkan. 6) Pengakuan penerimaan obyek sewa dalam IMBT melalui pembayaran sekadarnya adalah sebagai berikut : i. perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli obyek sewa dari pemilik obyek sewa; dan ii. obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang dibayarkan. 7) Pengakun penerimaan obyek sewa diakui dalam IMBT melalui pembelian obyek sewa secara bertahap adalah sebagberikut : i. perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan

38 penyewa membeli sebagian obyek sewa dari pemilik sewa; dan ii. bagian obyek sewa yang diterima diakui sebagai ktiva penyewa sebesar biaya perolehannya. 8) Obyek sewa yang telah dibeli oleh penyewa disusutkan sesuai dengan kebijakan penyusutan penyewa. 9) Jika obyek sewa mengalami penurunan nilai permanen sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurun nilai tersebut timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaianya, serta jumlah ciciln sewa yang sudah dibayara melebihi nilai yang wajar, maka selisih antara keduanya (jumlah yang sudah diby penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya) diakui sebagai piutang jatuh tempo penyewa kepada pemilik sewa dan mengoreksi beban IMBT c. Penjualan dan Penyewaan Kembali 1) Jika nasabah menjual aktiva kepda bank dan menyewany kembali, maka perlakuan akuntansi bnk sebagai pemilik obyek sewa diterapkan. 2) Jika bank menjual aktiva kepada nasabah dan menyewanya kembali, maka perlakuan akuntansi bank sebagai penyewa diterapkan sebagai berikut :

39 i. keutungan atau kerugian penjualan aktiva diakui bank pada saat terjadinya transaksi penjualan jika penyewaan kembali dilakukan secara ijarah; dan ii. keuntungan atau kerugian penjualan aktiva dialokasikan sebagai penyesuaian terhadap beban ijarah selama masa akad jika penyewaan kembali dilakukan secara IMBT d. Sewa dan Penyewaan Kembali Jika bank menyewakan kepada nasabah aktiva yang sebelumnya disewa oleh bank dari pihak ketiga, maka perlakuan akuntansi bank sebagai pemilik obyek sewa dan penyewa diterapkan. Beban pemeliharaan akan disajikan dilaporan laba rugi tahun berjalan. C. Akuntansi Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Menurut Sri Nurhayati Wasilah (2009 : 2), akuntansi adalah identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi tersebut sehingga meghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Definisi selanjutnya terdapat dalam APB No. 4 (Muhammah 2002 : 10) yang dapat menjelaskan :

40 Akuntansi sebagai suatu aktivitas jasa yang memiliki fungsi menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang satuan satuan ekonomi yang dapat bermanfaat dalam menetapkan pilihan pilihan yang logis diantara berbagai tindakan alternatif. Akuntansi Syariah adalah secara etimologi, kata akuntansi berasal dari bahasa inggris, accunting, dalam bahasa arabnya disebut Muhasabah yang berasal dari kata hasaba, hasiba, muhasabah atau wazan yang lain adalah hasaba, hasban, hisabah, artinya menimbang, memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata atau menghisap, yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dlm pembukuan tertentu. 2. Pengertian Bank Islam (Bank Syariah) Menurut Muhammad (2004 : 1) bank syariah adalah lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Sedangkan menurut PSAK No. 59 (2002 : 1) syariah adalah bank yang berasaskan antara lain pada asas kemitraan, keadilan, transparansi, dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Ini berarti operasi perbankan mengikuti tata cara serta perjanjian berusaha berdasarkan Al Qur an dan Sunah Rasullah SAW, dan

41 bukan memakai tata cara perjanjian berusaha yang ditentang Al Qur an dan Sunah Rasullah SAW. 3. Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional No Bank Syariah Bank Konvensional 1 Melakukan investasi-investasi Investasi yang halal dan haram yang halal 2 Berdasarkan prinsip bagi Memakai perangkat bunga hasil,jual beli dan sewa 3 Hubungan dengan nasabah dalam Hubungan debitor-kreditor bentuk kemitraan 4 Penghimpun dan penyalur dana Tidak terdapat dewan sejenis sesuai dengan fatwa dewan syariah (sumber muhammad antonio syafi I 2001) 4. Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah Dalam operasionalnya bank syariah didasarkan pada prinsip bagi hasil, jual beli, dan sewa sesuai dengan syariah islam. Prinsip prinsip syariah yang digunakan oleh bank syariah sebagai dasar kegiatan usahanya, yaitu : a) Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana,

42 sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya di tanggung oleh pengelola dana. b) Musyarakah adalah akad kerjasama antara duapihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan risiko berdasarkan porsi kontribusi dana. c) Murabahah adalah akad jual beli dengan menyertakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. d) Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman di kemudian hari oleh muslam illahi (penjual) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat syarat tertentu. e) Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara (pembeli, mustashni ) dengan penjual (pembuat, shani ). f) Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik ma jur (obyek sewa) dan musta jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas

43 obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakan. g) Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki. h) Pinjaman Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antar peminjam dengan pihak yang meminjamkan mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu. 5. Produk Operasional Bank Syariah Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan nisbahnya. Untuk membantu masyarakat dalam kegiatan bermuamalahnya, menurut Muhammad (2005:177) bank syariah mengelompokkan produk menjadi tiga kelompok, yaitu : a) Produk penghimpunan dana, seperti : giro wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah. b) Produk penyaluran dana, seperti : pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan ijarah c) Produk jasa, seperti : kafalah, hiwalah, dan wakalah.