INTENSIFIKASI BUDIDAYA JAMUR KUPING DI PAKEM SLEMAN INTENSIFICATION OF JELLY MUSHROOM CULTIVATION IN PAKEM SLEMAN

dokumen-dokumen yang mirip
BUSINESS DEVELOPMENT TUNGGAKSEMI AFFINITY GROUPS IN ORDER TO IMPROVEMENT FOOD SECURITY IN SUMBEREJO VILLAGE BATU DISTRICT BATU CITY)

PENINGKATAN KAPASITAS PETERNAK LELE TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT

PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH SEBAGAI AGRIBISNIS PROSPEKTIF BAGI GAPOKTAN SEROJA I KANDANG LIMUN BENGKULU

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.)

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3

PEMBUATAN DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI ANALISIS USAHA JAMUR BAGI CALON PETANI JAMUR TIRAM DI DESA MEREMBU BARAT MEKAR

PEMBUATAN ALAT PENGONTROL SUHU DAN KELEMBABAN KUMBUNG JAMUR TIRAM PUTIH (STUDI KASUS : SUMATERA KEBUN JAMUR BENTENG HILIR)

IbM KELOMPOK USAHA BUDIDAYA JAMUR DI KABUPATEN KEDIRI PASCA ERUPSI GUNUNG KELUD

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK SANTRI MELALUI BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI PONDOK PESANTREN DARUL HUDA, JABON, SIDOARJO

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

IbM Kelompok PKK Desa Senggreng

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI DESA BELANGA KINTAMANI ABSTRACT

IbM PEMANFAATAN TINJA MENJADI PUPUK CAIR ORGANIK DI KELURAHAN TAMBAKREJO

Ipteks bagi Masyarakat Petani Jamur Tiram Penyandang Disabilitas di Purworejo

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan produk, ST. Media Agro Merapi juga melakukan kegiatan

DAFTAR PUSTAKA. Achmad, mugiono, arlianti,tyas. Asmi, Chotimatul Panduan Lengkap Jamur. Bogor: Penebar Swadaya.

KHADIMUL UMMAH. Journal of Social Dedication. Use Etica, Lutfy Ditya Cahyanti * e-issn: ISSN:

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

PENYULUHAN PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK MENJADI PUPUK KANDANG (ORGANIK) DAN PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LAPORAN KEMAJUAN PENGABDIAN IbM

BUDIDAYA JAMUR TIRAM DAN PENGOLAHAN NYA MENJADI ANEKA PRODUK SEBAGAI ALTERNATIF BERWIRAUSAHA

Kata kunci : Efisiensi Biaya, Pendapatan, Biaya, Pelaku Budidaya Bibit Jamur Tiram

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

Pengendalian Suhu Ruang pada Budidaya Jamur Tiram dengan Karung Goni Basah

USAHA JAMUR KUPING (AURICULARIA POLYTRICHA (MONT.) SACC.) PADA MEDIA TUMBUH SERBUK GERGAJI SENGON, KAYU SENGON DAN KAYU MACARANGA

PELATIHAN PEMBUATAN REAGEN KIMIA UNTUK PRAKTIKUM IPA SMP DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN BAGI GURU IPA, LABORAN DAN SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

TITOJER SEBAGAI PUPUK ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL PADI

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

PEMANFAATAN POHON PISANG UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

Analisis Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Sijunjung. Oleh : Lismarwati. (Di bawah bimbingan Yonariza dan Rusda Khairati) RINGKASAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM KPJI

ANALISIS KOMPARATIF MONOKULTUR UBIKAYU DENGAN TUMPANGSARI UBIKAYU-KACANG TANAH DI BANYUMAS

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

Agros Vol.15 No.1, Januari 2013: ISSN

PENGEMBANGAN USAHA BATIK MELALUI MESIN PEWARNAAN BATIK DI DESA PILANG KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN. Universitas Sebelas Maret

Agros Vol.18 No.1, Januari 2016: ISSN

BUDIDAYA JAMUR TIRAM. Oleh : NILA ANGGRAENI PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulagris L.) E- JURNAL FATMA RIZA

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM DAN MENGURANGI PENCEMARAN DI DESA ROWO INDAH KECAMATAN AJUNG KABUPATEN JEMBER

Makalah Seminar Hasil. PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus ) DIDATARAN MEDIUM PADA MEDIA SERESAH

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

SUBSTITUSI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI KAYU DENGAN SAMPAH ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM ABSTRAK

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

PENGELOLAAN SAMPAH KANTOR SECARA TERPADU: (Studi Kasus Kantor BPPT)

PENGONTROLAN TEMPERATUR DAN KELEMBABAN UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN PENGONTROL MIKRO

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pesat hal ini ditandai dengan besarnya permintaan pasar akan jamur, bahkan bisnis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRACT SITI ROMELAH. Intensive farming practices system by continuously applied agrochemicals,

PENERAPAN MESIN PENGOLAH PUPUK ORGANIK DI DESA KEJI UNGARAN BARAT.

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat. Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini. memang sangat pesat, salah satunya adalah dalam bidang teknologi

PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F2 JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA MEDIA AMPAS TAHU DAN KULIT KACANG TANAH

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA BERBAGAI SISTEM PENEBARAN BIBIT DAN KETEBALAN MEDIA

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI STROBERI MELALUI GREENHOUSE DENGAN SISTEM RAK BERUNDAK DI DESA PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

PENGARUH BUDIDAYA JAMUR MERANG TERHADAP KONDISI SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN BANYUSARI KABUPATEN KARAWANG

ANALISIS PENDAPATAN, KEUNTUNGAN, DAN KELAYAKAN USAHA JAMUR TIRAM DI KABUPATEN SLEMAN

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

PENGARUH LIMBAH SEKAM PADI DAN DAUN PISANG KERING SEBAGAI MEDIA TAMBAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

ABSTRACT. Key Words: Total Quality Management, financial performance, return on assets, champion. Universitas Kristen Maranatha

Pendahuluan. Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: E-ISSN:

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guru Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi.

I. DESKRIPSI KEGIATAN

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH SAPI DAN PEMANFAATAN LIMBAH BIOGAS SEBAGAI PUPUK ORGANIK

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Iptek bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Petani Ikan Kelurahan Rap Rap. (Science and Technology for Fish Farmers Group of Rap Rap Village)

Lampiran 1. Layout Penelitian

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

L/O/G/O. Disampaikan oleh: Adhita Sri Prabakusuma, S.P, M.Sc. (Ketua Tim) Titisari Juwitaningtyas, S.T.P, M.Sc. (Anggota)

Transkripsi:

Agros Vol.17 No.1 Januari 2015:1-6 ISSN 1411-0172 INTENSIFIKASI BUDIDAYA JAMUR KUPING DI PAKEM SLEMAN INTENSIFICATION OF JELLY MUSHROOM CULTIVATION IN PAKEM SLEMAN Sulistiya; Retno Lantarsih; Titop Dwiwinarno *) Universitas Janabadra, Yogyakarta ABSTRACT Mushroom cultivation is long enough to be a source of income for some people in Pakem, Sleman. However, cultivation techniques that do not yet meet the standards for technical, so that productivity is still low. Marketing mushrooms are limited to the traditional market. Waste mushroom has not been used well, so potentially to pollute the environment mushroom. This service activities include the provision of mushroom cultivation equipment, such as water pumps and termohygrometer and nozzle, and education and training bookkeeping, marketing, and processing waste into mushroom compost. The results showed an increase in the production of mushroom seen from the Biological Conversion Efficiency (BCE) are in the top 30 percent. Partners also has a business bookkeeping and have Blog to market the mushroom by on-line. Partners also have the skills to process the manure (compost) made from the waste of mushroom which can be used to help fertilize their crops. Key- words: Jelly mushroom, Pakem, Biology Convertion Efficiency (BCE). INTISARI Budidaya jamur kuping sudah cukup lama menjadi sumber pendapatan bagi sebagian masyarakat di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Namun teknis budidaya yang dilakukan selama ini belum memenuhi standart teknis, sehingga produktivitasnya masih rendah. Pemasaran jamur juga masih terbatas pada pasar tradisional. Limbah jamur belum dimanfaatkan secara baik, sehingga berpotensi mencemari lingkungan kumbung. Kegiatan pengabdian ini meliputi pemberian peralatan budidaya jamur, berupa termohygrometer dan pompa air beserta nozzlenya, dan penyuluhan serta pelatihan pembukuan, pemasaran, dan pengolahan limbah jamur menjadi kompos. Hasil menunjukkan adanya peningkatan produksi jamur dilihat dari nilai Efisiensi Konversi Biologi (EKB) yang di atas 30 persen. Mitra juga telah memiliki pembukuan usaha dan memiliki Blog untuk memasarkan jamur secara on-line. Mitra juga sudah memiliki ketrampilan mengolah limbah jamur menjadi pupuk kompos yang bisa digunakan untuk membantu menyuburkan pertanaman mereka. Kata kunci: Jamur kuping, Pakem, Efisiensi Konversi Biologi (EKB). *) Alamat penulis untuk korespondensi: Sulistiya; Retno Lantarsih; Titop Dwiwinarno, Universitas Janabadra. Jln. Tentara Rakyat Mataram 55-57 Yogyakarta. Email: listiocgp@yahoo.com. No. HP. 085743184667.

2 Agros Vol.17 No.1 Januari 2015: 1-6 PENDAHULUAN Budidaya jamur kuping menjadi sumber pendapatan bagi sebagian masyarakat di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Petani jamur umumnya memulai usaha jamurnya tahun 2000, menggunakan ruang-ruang kosong di sekitar rumah atau membangun kumbung jamur. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga keluarga, sebagian kecil tenaga kerja luar keluarga. Mereka hanya membeli bibit jamur dalam baglog yang sudah jadi, artinya mereka tinggal membesarkan saja, tidak membuat bibitnya sendiri. Bibit dibeli dari pengusaha bibit yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Umumnya hasil usaha digunakan untuk menambah pendapatan keluarga. Saat ini sudah terbentuk koperasi jamur, dengan nama Koperasi jamur Mekarsari. Dalam pengabdian ini, yang menjadi Mitra adalah dua orang pengusaha jamur yang sudah mampu membina warga di sekitarnya untuk menjadi anggota koperasi. Warga sekitar diajak mengembangkan jamur kuping dengan cara pihak mitra menyediakan baglog sedangkan warga menyediakan kumbung dan tenaga perawatannya. Sebagian besar tenaga kerja yang terlibat dalam budidaya jamur adalah wanita (ibu rumah tangga). Warga menjual hasil panen jamur kepada pihak pertama dengan sistem bagi hasil. Ketidaksesuaian kondisi lingkungan budidaya dialami Mitra pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Akibat erupsi tersebut suhu udara rata-rata menjadi lebih tinggi. Kondisi ini berakibat pada penurunan kuantitas dan kualitas jamur kuping yang dihasilkan. Efisiensi Konversi Biologi (EKB) jamur kuping turun dari 30 persen menjadi 27 persen. Mitra tidak memiliki alat pengukur suhu (thermometer ruang) sehingga suhu kumbung jamur tidak bisa diketahui secara pasti. Selain itu, Mitra juga tidak memiliki alat pemantau kelembaban (hygrometer) sehingga tidak bisa diketahui secara pasti apakah tingkat kelembaban di dalam kumbung sudah sesuai dengan yang dipersyaratkan. Untuk menambah kelembaban ruangan, Mitra hanya menggunakan selang air untuk memancarkan air ke dalam ruangan kumbung, sehingga kelembaban ruangan kumbung kurang ideal karena proses pengabutan tidak terjadi sebagaimana halnya jika menggunakan sprayer. Bibit yang digunakan Mitra selama ini adalah bibit dalam baglog yang hanya menghasilkan misellium sebanyak 50 persen sehingga berdampak pada rendahnya EKB, dan masih terdapat kegagalan bibit yang mencapai 10 persen. Mengacu pada analisis situasi dan permasalahan aspek produksi yang dihadapi Mitra maka permasalahan aspek produksi diprioritaskan pada: (1) ketidaksesuaian lingkungan budidaya jamur pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010 karena Mitra tidak memiliki kelengkapan peralatan pemantau atmosfir kumbung jamur, (2) kualitas bibit yang kurang baik.

Intensifikasi Budidaya Jamur Kuping (Sulistiya; Retno Lantarsih; Titop Dwiwinarno) 3 Dalam manajemen keuangan, Mitra belum melakukan pembukuan dengan baik. Dalam manajemen SDM, Mitra memerlukan pengembangan ketrampilan SDM. Kemampuan SDM dalam budidaya jamur kuping belum memenuhi standar teknis budidaya jamur kuping, hal ini tercermin dari rendahnya EKB. Dalam manajemen pemasaran, Mitra belum mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan telekomunikasi khususnya pembuatan Blog yang ditujukan untuk perluasan pasar jamur kuping, belum memiliki modem, memasarkan jamur kuping terbatas pada pasar tradisional METODE PELAKSANAAN Kegiatan pengabdian dilakukan dengan melaksanakan kegiatan berupa: 1) Memberikan peralatan berupa: (a) thermometer sehingga dapat digunakan untuk memantau dan menciptakan kondisi suhu di dalam kumbung yang sesuai, (b) hygrometer dan sprayer untuk memantau kelembaban dan menciptakan tingkat kelembaban yang ideal di dalam kumbung melalui proses pengabutan. 2) Memberikan bibit jamur kuping dengan spesifikasi bibit jamur dengan misellium mencapai 75 persen sehingga dapat meningkatkan EKB menjadi lebih dari 30 persen. Untuk keperluan ini dijalin kerjasama dengan Perusahaan Penghasil bibit jamur. 3) Memberikan pelatihan cara menjaga kebersihan baglog. 4) Memberikan penyuluhan pengelolaan limbah jamur kuping. Partisipasi Mitra dalam hal ini adalah menyediakan kumbung dan tenaga kerja untuk meningkatkan EKB jamur kuping, serta menyediakan tempat dan bersedia mengikuti kegiatan pelatihan dan penyuluhan. Dalam aspek Manajemen, solusi yang diberikan meliputi kegiatan berikut. 1) Melakukan pelatihan pembuatan pembukuan yang baik 2) Melakukan pelatihan ketrampilan budidaya jamur kuping sehingga Mitra memiliki kemampuan untuk membudidayakan jamur kuping yang memenuhi standar teknis budidaya jamur kuping. 3) Memberikan modem, melakukan pelatihan pembuatan Blog yang ditujukan agar Mitra memiliki kemampuan untuk membuat Blog yang ditujukan untuk perluasan pasar jamur kuping, dan penyuluhan pengenalan pasar non tradisional jamur kuping. Pelatihan budidaya jamur kuping dilakukan dalam dua kali pertemuan. Bentuk partisipasi Mitra adalah kesediaan Mitra untuk mengikuti dan menyediakan tempat untuk pelatihan budidaya jamur maupun pembuatan Blog. HASIL YANG DICAPAI Aspek Produksi. Jumlah dan mutu jamur kuping yang dihasilkan Mitra I dan Mitra II sangat ditentukan oleh mutu bibitnya. Selama ini bibit yang digunakan oleh Mitra I dan Mitra II memiliki pertumbuhan miselium hanya 50 persen dengan EKB hanya 30 persen.

4 Agros Vol.17 No.1 Januari 2015: 1-6 Nilai EKB menunjukkan banyaknya media yang dapat dikonversi menjadi tubuh buah. Nilai EKB yang tinggi menunjukkan produktivitas jamur yang tinggi. Sebaliknya, nilai EKB rendah menunjukkan produktivitas jamur yang rendah. Baglog jamur kuping yang digunakan oleh Mitra I maupun Mitra II rata-rata hanya memiliki EKB 30 persen, artinya dalam satu baglog yang berbobot satu kg hanya dihasilkan jamur kuping sebanyak 300 gram. Ini menunjukkan perlunya penggunaan bibit jamur yang lebih bermutu tinggi, sebagaimana yang diharapkan oleh Mitra I dan Mitra II, yaitu bibit yang memiliki pertumbuhan miselium minimal 75 persen dan EKB lebih dari 30 persen. Berkenaan dengan itu, Mitra I dan Mitra II dibekali dengan pengetahuan mengenai ciri-ciri bibit jamur kuping yang bermutu tinggi, sehingga Mitra I dan Mitra II bisa lebih selektif dalam memilih bibit yang dibeli. Selain itu Tim IbM juga mengadakan kerjasama dengan pembuat bibit jamur, dalam hal ini pengusaha bibit jamur RIZTAN yang berkedudukan di Desa Sawungsari, Kecamatan Hargobinangun, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kerjasama ini dituangkan dalam suatu MoU. Dengan kerjasama ini diharapkan kualitas bibit yang diperoleh petani jamur bisa memenuhi harapan, yaitu memiliki pertumbuhan miselium minimal 75 persen dan EKB lebih dari 30 persen. Peralatan yang diberikan kepada Mitra I dan Mitra I adalah peralatan yang berguna untuk menunjang proses budidaya jamur kuping, terutama untuk menciptakan kondisi kumbung yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur. Selain itu peralatan untuk mengetahu derajat keasaman dan kelembaban media jamur. Peralatan tersebut berupa: - Dua unit Termohygrometer, yaitu alat untuk mengetahui suhu ruang kumbung dan sekaligus tingkat kelembaban di ruang kumbung. - Satu unit ph meter dan moisture meter, yaitu alat untuk mengetahui derajat keasaman dan kebasahan media jamur - Dua unit pompa air dan dua unit nozzle, dibutuhkan untuk membuat pengabutan di ruang kumbung jamur Aspek Manajemen. Pertumbuhan dan proses reproduksi jamur kuping sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh. Kondisi lingkungan tumbuh yang optimal berbeda untuk tiap tahap pertumbuhan dan perkembangan jamur kuping. Agar budidaya jamur kuping yang dilakukan oleh Mitra I dan Mitra II mencapai produksi maksimal, perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan tumbuh, yaitu: (1)suhu, (2) kelembaban udara, (3) sirkulasi udara, dan (4) intensitas cahaya. Pelatihan ini diselenggarakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 24 juni 2014 dan 25 Juni 2014, dihadiri oleh peserta petani jamur kuping sebanyak 12 orang, berlangsung selama kurang lebih dua jam, dimulai pada pukul 16.00 WIB bertempat di rumah salah satu peserta pelatihan yang sekaligus sebagai Mitra I. Materi pelatihan disajikan oleh Ketua Tim IbM, berupa ceramah dengan Power Point dan pembagian makalah yang dicetak sebanyak jumlah peserta sehingga setiap peserta mendapatkan satu makalah. Dalam pelatihan juga ditunjukkan

Intensifikasi Budidaya Jamur Kuping (Sulistiya; Retno Lantarsih; Titop Dwiwinarno) 5 peralatan bididaya dan peragaan cara penggunaannya. Peralatan itu berupa termohygrometer, pompa air, nozzle, ph meter dan moisture meter. Produksi Jamur Mitra. Mitra mulai memasukkan baglog jamur ke dalam kumbung pada tanggal 20 Juni 2014. Kemudian dilakukan pengarakan tanggal 22 Juni 2014, penyobekan bagian depan baglog dilakukan pada 24 Juni 2014, dan penyobekan bagian belakang dilakukan pada tanggal 24 Juli 2014. Adapun panen jamur dilakukan secara bertahap dan dicatat dalam buku produksi. Dari catatan tersebut diperoleh data produksi jamur sebagaimana terlihat pada Tabel 1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil yang telah dicapai sampai saat pengabdian ini berakhir, tampak ada peningkatan produksi jamur kuping yang diusahakan oleh kedua mitra. Walaupun masih relatif kecil, tetapi dampak pengabdian ini menunjukkan adanya potensi peningkatan produksi. Hal ini terlihat dari hasil produksi jamur Mitra yang memiliki EKB di atas 30 persen. Petani jamur bisa memperoleh hasil pertanian yang lebih baik di masa mendatang jika mereka telah menggunakan pupuk kompos dari hasil pengomposan limbah jamur kuping. Penerapan pembukuan yang baik diharapkan membuat Mitra lebih mampu mengelola usaha jamurnya secara lebih professional, sehingga berkembang menjadi usaha agribisnis yang maju. Melalui Blog yang sudah dibuat oleh Kelompok Jamur Mekarsari, diharapkan di masa mendatang mereka akan memiliki kemampuan yang lebih luas dalam memasarkan jamur kupingnya dan memasuki pasar non tradisional. Di masa mendatang para petani yang tergabung dalam kelompok tani jamur Mekarsari akan meningkat produksinya sehingga usaha jamur kuping tersebut bisa berkelanjutan. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ditjen Dikti Depdiknas yang telah membiayai kegiatan pengabdian ini melalui skema Iptek bagi Masyarakat (IbM). Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada kedua Mitra yang telah bekerjasama dengan Tim IbM dengan sangat baik, serta warga di lokasi Pengabdian, yakni Dusun Pandansaren, Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, yang tergabung dalam kelompok petani jamur Mekarsari yang telah berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian ini sehingga dapat berjalan lancar. DAFTAR PUSTAKA Djariah, N.M & A.S. Djariah. 2001. Budidaya Jamur Kuping. Pembibitan dan Pemeliharaan. Kanisius. Yogyakarta. Muchroji & Cahyana Y.A. 2008. Budidaya Jamur Kuping. Penebar Swadaya. Jakarta. Utoyo. 2010. Bertanam Jamur Kuping di Lahan Sempit. Agromedia Pustaka. Jakarta

6 Agros Vol.17 No.1 Januari 2015: 1-6 Tabel 1. Produksi Jamur Kuping Mitra Tanggal Berat (kg) Harga/kg (Rp) Jumlah (Rp) 19-7-2014 504 8.500 4.284.000 12-8-2014 152 8.000 1.216.000 15-8-2014 159 7.000 1.113.000 20-8-2014 304 8.000 2.432.000 6-9-2014 146 8.000 1.168.000 11-9-2014 234 8.000 1.872.000 29-9-2014 74 7.500 555.000 Jumlah 1573 12.640.000 EKG = (1573 : 5000) x 100 % = 31,46 % Biaya produksi tanggal Jenis biaya Biaya per Jumlah (Rp) satuan (Rp) 20-6-2014 kontrak kumbung 500.000 20-6-2014 Pembelian 5000 log 1.800 9.000.000 22-6-2014 pengerakan 30 150.000 24-6-2014 penyobekan 20 100.000 30-6-2014 Pembelian vitamin 100.000 24-7-2014 penyobekan 20 100.000 Ongkos panen 200.000 Biaya penyiraman 3 kali 150.000 450.000 10.600.000 Rekapitulasi: Penghasilan : Rp 12.640.000 Biaya produksi : Rp 10.600.000 Pendapatan : Rp 12.640.000 Rp 10.600.000 = Rp 2.040.000