HUBUNGAN ANTARA BAHAYA FISIK LINGKUNGAN KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA DI DIVISI STAMPING PT.

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

PENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA BERDASARKAN SHIFT KERJA PAGI DAN MALAM (Survei pada Pekerja Bagian Produksi di Pabrik Pakan Ternak Andhika Feedmill)

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON Tbk.

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN BERDASARKAN VARIASI KEBISINGAN PADA PEKERJA PEMBUAT KOMPONEN-KOMPONEN TEKSTIL DI CV.AKBAR JAYA KIARACONDONG KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN INDEKS BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA DI PT. KARIAS TABING KENCANA

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA BURUH ANGKUT DI PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HEAT STRAIN PADA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PANAS DI PT. ANEKA BOGA MAKMUR

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Secara umum, faktor bahaya

BAB III METODE PENELITIAN

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK MANUAL DAN IKLIM KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA KONSTRUKSI BAGIAN PROJECT RENOVASI WORKSHOP MEKANIK

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM KOPERASI BATUR JAYA CEPER KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN SMALL PACKAGINGS 2 DI PT X KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan tenaga kerja mengalami hilangnya konsentrasi pada saat bekerja. sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

PERBAIKAN STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI BEBAN KERJA DENGAN METODE SWAT, DENYUT JANTUNG, DAN METODE MOST

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan. di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten.

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA RAMBAK KERING DESA DOPLANG KECAMATAN TERAS BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

Pengukuran Kelelahan Shift Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. BGR Jambi

BAB 6 HASIL PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM

DINASTI TUNGGAL DEWI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH TEKANAN PANAS DAN KEBISINGAN TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI PADA PEKERJA TEKSTIL DI PT. X PEKALONGAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka membangun perekonomian, maka perkembangan industri sedang berlangsung dengan menggunakan semakin

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I-1

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

Pengaruh Intensitas Pencahayaan Terhadap Kelelahan Fisik Operator Pada Simulasi Handscarfing

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA BAHAYA FISIK LINGKUNGAN KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA DI DIVISI STAMPING PT. X INDONESIA Taufiq Ihsan 1 dan Indah Rachmatiah S. Salami 2 1 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas 2 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB Email: taufiqihsan@ft.unand.ac.id ABSTRAK Berbagai masalah kesehatan telah diketahui dari bahaya fisik lingkungan kerja dan beban kerja. PT. X sebagai industri besar dunia dalam perakitan mobil termasuk di Indonesia, masih menggunakan aktivitas fisik dalam melaksanakan produksinya, khususnya di kawasan pabrik. Tuntutan produktivitas dan permintaan pasar yang tinggi, PT.X ikut meningkatkan beban kerja pada karyawannya. Selain itu juga mengembangkan penggunaan teknologi yang berpotensi munculnya bahaya fisik seperti kebisingan dan panas di lingkungan kerja. Hal ini berpotensi besar mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan tingkat kelelahan pekerja dengan bahaya fisik di lingkungan kerja dan beban kerja di Divisi Stamping. Pengukuran kelelahan kerja dilakukan dengan menggunakan alat ukur waktu reaksi (reaction timer) dan alat ukur denyut nadi. Pengukuran dilakukan pada responden pekerja selama dua minggu berturut-turut. Berdasarkan hasil pengukuran rerata waktu reaksi untuk pekerja adalah 296,28 ± 36,06 milidetik dan pengukuran denyut nadi rata-rata pekerja adalah 76,7 ± 3,03 kali per menit. Hasil analisis statistik diperoleh adanya hubungan antara kelelahan kerja dengan bahaya fisik lingkungan kerja (p=0,000) dan adanya hubungan antara kelelahan kerja dengan beban kerja (p=0,000) di Divisi Stamping PT.X Kata kunci: PT. X, lingkungan kerja, temperatur, kebisingan, kelelahan kerja ABSTRACT Various health problems have been identified from the physical hazards of work environment and workload. PT. X as a major industry in the world, including car assembly in Indonesia, still use physical activity in carrying out of production, particularly in the plant area. High of productivity and market demands, PT.X participate increasing workload on employees. It also developed the use of technology that has the potential emergence of physical hazards such as noise and heat in the work environment. This potentially affects the occurrence of fatigue. This study aims to look at the relationship level of worker fatigue with physical hazards in the work environment and workload in Stamping Division. Fatigue measurement performed using measuring devices reaction time (reaction timer) and measuring the pulse. Measurements conducted on respondents workers for two weeks in a row. Based on the measurement results mean reaction time is 296,28 ± 36,06 milliseconds and measurement of the average pulse 76,7 ± 3,03 times per minute. The results obtained by statistical analysis of the relationship between physical fatigue with workplace hazards (p = 0,000) and the relationship between job burnout and work load (p = 0.000) in Division Stamping PT.X Keywords: PT. X, work environment, temperature, noise, fatigue

Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 12 (1) : 10-16 (Januari 2015) Taufiq Ihsan dan Indah Rachmatiah,S.S PENDAHULUAN Survey di negara maju melaporkan bahwa 10-50% penduduk mengalami kelelahan. Prevalensi kelelahan sekitar 20% diantara pasien yang datang membutuhkan pelayanan kesehatan (Desyariani, 2008). Data dari ILO menyebutkan hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan (Putri,2008). Berdasarkan data Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan mengenai kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja. Dimana 27,8% disebabkan kelelahan yang cukup tinggi. Lebih kurang 9,5% atau 39 orang mengalami cacat (Hariyati, 2009). PT. X sebagai brand industri dunia dalam perakitan mobil memiliki pabrik yang khusus memproduksi mobil untuk kawasan Asia Tenggara, berlokasi di Kawasan Industri Sunter, Jakarta Utara Indonesia. Salah satu unit produksinya adalah Divisi Stamping, tempat pembuatan dan perakitan komponen mesin di PT. X. Peningkatan produktivitas dan tingginya permintaan pasar, maka diperlukan peningkatan beban kerja dan pengembangan teknologi yang bisa menimbulkan bahaya fisik di lingkungan kerja. Beban kerja dan bahaya fisik di lingkungan kerja dapat berpotensi menimbulkan kelelahan dan gangguan kesehatan pada pekerja (Hariyati, 2009). PT.X yang merupakan industri besar yang terus berkembang, tentu membutuhkan pekerja dengan tingkat kesehatan yang optimal Karena sebab itulah, hubungan antara kelelahan kerja dengan bahaya fisik lingkungan kerja dan beban kerja di Divisi Stamping PT. X menjadi menarik untuk diteliti. METODOLOGI Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa profil perusahaan, jumlah karyawan, jam kerja karyawan, data pengukuran kebisingan dan temperatur lingkungan kerja di Divisi Stamping PT.X. Sementara itu, data primer berupa observasi di lapangan terkait prosedur standar produksi pabrik, pengukuran waktu reaksi dan pengukuran denyut nadi dan perhitungan beban kerja para pekerja. Sampel yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah pekerja tetap di Divisi Stamping. Kelompok sampel ini berjumlah 30 orang. Adapun kriteria sampel yang akan diambil adalah pekerja yang telah bekerja minimal 2 tahun, berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 20-40 tahun (Sofrina, 2004). Pengukuran kelelahan kerja berdasarkan waktu reaksi dengan menggunakan alat reaction timer seri L.77 (Gambar 1). Pelaksanaan pengukuran dilaksanakan setelah jadwal kerja berakhir dengan pengulangan sebanyak 20 kali, dimana data yang akan digunakan adalah 10 hasil pengukuran di tengah. Kegiatan ini dilakukan selama dua minggu selama 5 hari kerja yakni dari hari Senin hingga hari Jum at. Dari hasil pengukuran ini diperoleh data berupa waktu reaksi, dimana semakin besar nilai waktu reaksi berarti adanya perlambatan proses faal syaraf dan otot. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang dibuat, intensitas lamanya rangsangan dan umur objek penelitian (Adiwinata, 2011). Hasil rerata tersebut dibandingkan dengan standar pengukuran kelelahan pada Tabel 1 Gambar 1 Alat Ukur Waktu Reaksi Pengukuran terhadap kondisi kesehatan pekerja dengan mengukur denyut nadi dilaksanakan setelah bekerja dengan menggunakan tensimeter digital Omron (Gambar 2). Data ini nantinya tidak hanya akan memberikan gambaran kondisi kesehatan pekerja saat menerima paparan 11

Hubungan antara Bahaya Fisik Lingkungan Kerja dan Beban Kerja dengan Tingkat Kelelahan pada Pekerja di Divisi Stamping PT. X bahaya fisik lingkungan kerja tapi juga bisa menjadi tolak ukur berat ringannya beban kerja fisik dan mental (Kodrat, 2009). Pengukuran juga dilakukan sejalan dengan pengukuran waktu reaksi para pekerja yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Tabel 1. Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Waktu Reaksi Tingkat Kelelahan Waktu Reaksi (mili detik) Normal 150 240 Kelelahan Kerja Ringan (KKR) 240-410 Kelelahan Kerja Sedang (KKS) 410-580 Kelelahan Kerja Berat (KKB) 580 (Sumber: Tarwaka dkk, 2004) BK1, BK2,..., BKn = beban kerja 1,2,..., n (menit); T = waktu (menit); t1, t2,..., tn = waktu sesuai aktivitas pekerja 1,2,..., n (menit); MB = metabolisme basal. Data kebisingan, temperatur, pengukuran kelelahan, denyut nadi dan beban kerja akan dilakukan analisis statistik korelasi. Hasil analisis ini akan memperlihatkan hubungan antara kelelahan kerja dengan beban kerja dan bahaya fisik di lingkungan kerja. Perhitungan korelasi ini akan menggunakan software SPSS v.20. Tujuan perhitungan untuk melihat pengaruh bahaya fisik di lingkungan kerja dan beban kerja yang berbeda terhadap perubahan waktu reaksi yang menjadi indikator kelelahan. Rerata variabel atribut dikatakan terdapat perbedaan yang nyata, apabila p-value lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) (Dahlan, 2009) Gambar 2 Alat Pengukur Tensi Perhitungan beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi mengacu kepada SNI 7269: 2009. Data-data yang diperlukan dalam perhitungan beban kerja antara lain berat badan pekerja, hasil pengamatan aktivitas pekerja (kategori jenis pekerjaan dan posisi badan) dan waktu aktivitas pekerja. Perhitungan rerata beban kerja sesuai Persamaan 1 dan total beban kerja sesuai Persamaan.2. HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja laki-laki dengan status karyawan tetap di Divisi Stamping PT.X. Karakteristik usia pekerja yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Hampir sebagian besar sampel berada pada rentang usia muda yakni 21 25 tahun (60%). (1) MB untuk laki-laki = berat badan dalam kg x 1 kcal/jam MB untuk wanita = berat badan dalam kg x 0,9 kcal/jam Total BK = Rerata BK + metabolisme basal (MB) (2) Di mana, BK = beban kerja (per jam); Gambar 3 Karakteristik Usia Sampel Pada pabrik PT. X untuk menjadi karyawan tetap, berlaku kontrak 2 tahun terlebih daulu. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan pemilihan sampel berupa pekerja yang telah menjadi karyawan tetap pada Divisi Stamping ini. Para pekerja pabrik yang menjadi sampel hampir sebagian besar 12

Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 12 (1) : 10-16 (Januari 2015) Taufiq Ihsan dan Indah Rachmatiah,S.S mempunyai pengalaman kerja kurang dari 5 (lima) tahun, yaitu sebesar 53,33%. Ini dapat dilihat persentasenya pada Gambar 4 berikut. Maintenance), maka beban kerjanya termasuk kategori beban kerja ringan, yang membutuhkan kalori untuk pengeluaran energi sebesar 100 sampai dengan 200 kkal/jam. Bahaya fisik yang diterima responden saat bekerja di Divisi Stamping adalah berupa temperatur dan kebisingan. Potensi bahaya fisik ini berasal dari mesin-mesin yang beroperasi ±24 jam, dan letak antar mesin yang tergolong berdekatan antar line kerja. Rekapitulasi kalori beban kerja antar line kerja dan hasil pengukuran temperatur dan kebisingan dapat dilihat pada Tabel 2. Gambar 4 Lama Kerja Sampel di Divisi Stamping PT.X Pembagian jumlah sampel berdasarkan line kerja diusahakan seimbang dan sesuai dengan jumlah karyawan untuk tiap line kerja. Line kerja yang berbeda aktivitas diharapkan nantinya akan memperlihatkan beban kerja yang harus ditanggung pekerja tiap line. Divisi Stamping PT. X mempunyai 7 line kerja. Sebaran sampel penelitian pada line kerja dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Persentase Sebaran Sampel di tiap Line Kerja PT. X Hasil pengukuran di lapangan, diperoleh bahwa rerata kalori beban kerja berdasarkan SNI 7269: 2009 untuk tujuh line kerja, tergolong kategori beban kerja sedang, yang membutuhkan kalori untuk pengeluaran energi lebih besar dari 200 350 kkal/jam. Sementara itu, untuk line DM (Dies Maintenance) dan MM (Machine Evaluasi temperatur di lingkungan kerja berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Temperatur pada ruangan di industri berkisar antara 18-30 o C. Pada penelitian ini, dapat dilihat, hanya line DM dan MM saja yang memiliki temperatur berada di rentang aman. Tujuh line sisanya memiliki temperatur lingkungan kerja di atas 30 o C. Temperatur lingkungan kerja yang tinggi bisa berpotensi menimbulkan dehidrasi pada pekerja, yang berujung pada kelelahan dan kecelakaan kerja (Adiwinata,2011). Tabel 2. Rekapitulasi Bahaya Fisik Lingkungan Kerja dan Kalori Beban Kerja di Divisi Stamping PT. X Line Bahaya Fisik Lingkungan Kerja Temperatur ( O C) Kebisingan (db) Beban Kerja (kkal/jam) AA1 31,90 101,75 282,84 AA2 31,18 100,61 279,83 B 32,22 94,04 284,78 C 32,66 94,11 280,29 DM 25,50 79,20 174,36 H 32,24 97,36 210,18 I 32,48 97,84 284,78 MM 25,50 75,98 194,56 Z 31,29 97,50 278,07 Kebisingan di Divisi Stamping dibandingkan dengan nilai ambang batas berdasarkan Keputusan Menteri No. 51/MEN/1999, 13

Hubungan antara Bahaya Fisik Lingkungan Kerja dan Beban Kerja dengan Tingkat Kelelahan pada Pekerja di Divisi Stamping PT. X yakni sebesar 85 db. Menurut Tabel 2, terlihat bahwa line DM dan MM memiliki nilai kebisingan sebesar 79,20 db dan 75,98 db, yang berarti dibawah nilai ambang batas. Untuk 7 line lainnya memiliki nilai di atas ambang batas kebisingan. Kebisingan yang tinggi terjadi pada 7 line kerja Divisi Stamping diakibatkan oleh hentakan dan kekuatan mesin-mesin yang posisinya berdekatan, saat melakukan press dan ini dioperasikan hampir 24 jam. Berbeda dengan line DM dan MM yang tidak terlalu berhubungan dengan mesin. Adanya tingkat kebisingan yang tinggi, bukan hanya menyebabkan terjadinya pergeseran dan penurunan batas pendengaran bagi pekerja, tapi juga berdampak kepada fisiologis dan psikologis. Dampak yang diberikan ini cenderung mengarah kepada penurunan produktivitas kerja yang berujung kepada kelelahan kerja (Bahar, 2008). Hasil pengukuran kelelahan kerja dilihat dari waktu reaksi sampel, diperoleh bahwa rerata waktu reaksi adalah 296,28 milidetik dengan standar deviasi 36,06 milidetik. Menurut standar tingkat kelelahan berdasarkan waktu reaksi, ini berarti tergolong kategori kelelahan kerja ringan. Kelelahan kerja ringan memiliki waktu reaksi antara 240 hingga 410 milidetik. Menurut analisis statistik dengan kruskall wallis test diketahui p-value untuk parameter usia responden terhadap waktu reaksi adalah 0,004 (p<0,05). Hal ini berarti rerata waktu reaksi berdasarkan kelompok usia pekerja dalam penelitian ini berbeda secara nyata. Semakin tua umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Semakin berumur, maka akan mengalami penurunan kekuatan otot yang berdampak terhadap kelelahan dalam melakukan pekerjaan (Maurits, 2008). Berdasarkan hasil analisis statistik dengan kruskall wallis test untuk parameter lama kerja responden terhadap waktu reaksi, diperoleh p-value sebesar 0,0394 (p<0,05). Hal ini menandakan nilai rerata waktu reaksi menurut kelompok lama kerja berbeda secara nyata. Lama kerja akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan serta semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Budiono, 2003). Menurut hasil analisis statistik diperoleh p- value untuk parameter line kerja terhadap waktu reaksi dengan kruskall wallis test adalah 0,043 (p<0,05). Hal ini berarti nilai rerata waktu reaksi antar line kerja di Divisi Stamping berbeda secara nyata. Perbedaan antara line kerja terlihat dari kalori beban kerja yang dialami oleh responden. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Bukan hanya itu saja, pengulangan gerak dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan kebosanan dan rasa monoton, yang berujung kepada kurangnya perhatian pada pekerjaan secara potensial (Simanjuntak, 2010). Berdasarkan hasil analisis statistik wilcoxon test diperoleh p-value untuk hubungan antara waktu reaksi dengan temperatur sebesar 0,000 (p<0,05), yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara temperatur lingkungan kerja dengan waktu reaksi pekerja. Sedangkan p-value untuk hubungan antara waktu reaksi dengan kebisingan sebesar 0,000 (p<0,05), yang berarti juga terdapat pengaruh nyata antara kebisingan lingkungan kerja dengan waktu reaksi pekerja. Menurut Guyton (1991, dalam Ramdan, 2007), akibat suhu lingkungan yang tinggi, suhu tubuh akan meningkat. Akibatnya hipotalamus merangsang kelenjar keringat sehingga tubuh mengeluarkan keringat, yang mengandung garam natrium chlorida. Keluarnya garam natrium chlorida bersama keringat akan mengurangi kadarnya dalam tubuh, sehingga menghambat transportasi glukosa sebagai sumber energi. Hal ini menyebabkan penurunan kontraksi otot sehingga tubuh mengalami kelelahan. Tenaga kerja yang terpapar kebisingan denyut nadinya akan naik, tekanan darah naik, dan mempersempit pembuluh darah sehingga cepat merasa lelah. Kebisingan mengganggu konsentrasi, komunikasi, dan kemampuan berpikir (Bahar, 2008). 14

Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 12 (1) : 10-16 (Januari 2015) Taufiq Ihsan dan Indah Rachmatiah,S.S Pengukuran denyut nadi diperoleh rerata 76,7 kali per menit dengan standar deviasi 3,03 kali per menit. Berdasarkan analisis statistik dengan mann-whitney test untuk jumlah denyut nadi dengan kebisingan dan temperatur lingkungan kerja, diperoleh p- value sebesar 0,000 (p<0,05), yang berarti terdapat perbedaan rerata jumlah denyut nadi akibat kebisingan dan temperatur ruangan. Jumlah denyut nadi per menit yang dirasakan oleh pekerja akan mempengaruhi kegiatan pekerja saat beraktivitas, karena peningkatan denyut nadi akan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan semakin terkurasnya energi dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga merangsang untuk menjadi cepat lelah (Hariyati, 2009). SIMPULAN PT. X sebagai industri mobil terbesar dunia, memiliki pabrik perakitan di Indonesia. Salah satu unit produksi PT.X adalah Divisi Stamping yang memiliki 7 (tujuh) line kerja, dengan kondisi lingkungan kerja dan beban kerja yang berbeda. Pengukuran kelelahan dilakukan dengan menggunakan reaction timer dan pengukuran denyut nadi pekerja setelah bekerja. Hasil pengukuran dikaitkan dengan data pengukuran kebisingan dan temperatur lingkungan kerja dan beban kerja tiap line kerja. Berdasarkan hasil analisis korelasi statistik pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dengan usia pekerja, lama kerja, beban kerja dan bahaya fisik lingkungan kerja. Hal ini dibtandai dengan p-value kurang dari 0,05 (p < 0,05). DAFTAR PUSTAKA Adiwinata, G.E. 2011. Analisis Resiko Kesehatan Paparan Panas terhadap Dehidrasi dan Kelelahan pada Pekerja di Industri Tekstil PT.X. Tesis Program Studi Teknik Lingkungan. FTSL-ITB, Bandung Bahar, A. 2008. Analisis Resiko Kesehatan terhadap Paparan Bising di Lingkungan Kerja Departemen Tempa dan Cor PT. X Tesis Program Studi Teknik Lingkungan FTSL-ITB, Bandung Budiono, AM. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Badan Penerbit UNDIP, Surabaya Dahlan, M.S. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 4. Salemba Medika, Jakarta Desyariani, V. 2008. Hubungan Waktu Tempuh dan Over Time dengan Frekuensi Kelelahan pada Pengemudi Truk Mixer PT.X tahun 2008. Skripsi FKM-UI, Depok, Universitas Indonesia Hariyati, M. 2009. Pengaruh Beban Kerja terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Linting Manual di PT. Djitoe Indonesia Jakarta. Skripsi FK-USM, Surakarta Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja Kodrat, Kimberley Febrina. 2009. Pengaruh Shift Kerja terhadap Kelelahan Pekerja Pabrik Kelapa Sawit di PT. X, Jurnal Teknik Industri 12(2), 110-117. Kesehatan Masyarakat. USU, Medan Maurits, L, Imam DW. 2008. Faktor dan Penjadwalan Shift Kerja, Jurnal Teknoin 13(20:11-22). Yogyakarta Putri, D. 2008. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Pekerja terhadap Kelelahan pada Operator Alat Besar PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Suralaya tahun 2008. Skripsi FKM-UI, Depok. Universitas Indonesia Ramdan, I. 2007. Dampak Giliran Kerja, Suhu dan Kebisingan terhadap Perasaan Kelelahan Kerja di PT LJP Provinsi Kalimantan Timur, The Indonesian Journal of Public Health,4(1): 8-13 Simanjuntak, R. 2010. Analisa Pengaruh Shift Kerja terhadap Beban Kerja Mental, Jurnal Teknologi 3:53-60 15

Hubungan antara Bahaya Fisik Lingkungan Kerja dan Beban Kerja dengan Tingkat Kelelahan pada Pekerja di Divisi Stamping PT. X Institut Sains & Teknologi AKPRIND, Yogyakarta SNI 7269 (2009) : Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Kalori Menurut Pengeluaran Energi, Badan Standardisasi Nasional Sofrina, I. 2004. Analisis Hubungan Kerja Gilir dengan Tingkatan Stress pada Pekerja Laki-laki di Pabrik Semen X Jawa Barat. Tesis Program Studi Kedokteran Kerja. FK-UI, Jakarta Tarwaka, Solichul, B.; Lilik S. 2004. Ergonomi untuk Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA Press, Surakarta 16