BAB I PENDAHULUAN. Menurut David McClelland dalam bukunya The Achieving Society suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan (PDRB). Dalam hal ini faktor-faktor produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

EKSPLORASI KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

Mengharmonisasikan Tenaga Kerja dan Pendidikan di Indonesia Kamis, 14 Januari 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa yang selesai menempuh jenjang pendidikan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

KONDISI SOSIAL EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

2015 PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA D ALAM UNIT PROD UKSI TERHAD AP KESIAPAN KERJA SISWA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN (THP) D I BID ANG AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. baru menjadi kegiatan yang nyata dalam setiap usahanya. ada namun lapangan kerja yang tersedia sangat sedikit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ekonomi mempengaruhi perekonomian dan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di IndonesiaMenurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kependudukan dengan banyaknya jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan juga mempunyai keterampilan. Persyaratan yang di tuntut adalah

BAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

ABDUL ROHMAN, 2015 KORELASI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FISIKA DAN KIMIA TERHADAP PENGUASAAN TEORI MATA PELAJARAN TEKNOLOGI DASAR OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN. di SMK masih sangat konvensional, bahkan ada yang membiarkan para

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAUHULUAN. dan terus berupaya melakukan dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

KEMENTERIAN NEGARA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai seorang calon sarjana maupun sarjana, mahasiswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang sampai saat ini masih

Disusun Oleh: Indra Wijaya Kusuma. Dosen Pembimbing: Dr. M. Abdul Mukhyi

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut David McClelland dalam bukunya The Achieving Society suatu negara bisa makmur apabila minimal 2% penduduknya menjadi pengusaha (Faozi, 2008). Indonesia pada tahun 2010 memiliki jumlah pengusaha sebesar 0,18% dari jumlah penduduknya dan kemudian meningkat ke angka 0,24% di tahun 2011 dan mencapai angka 1,56% di tahun 2012. Miller et al. (2009) dalam Paco et al. (2011) mengungkapkan bahwa kewirausahaan merupakan bagian penting dari sudut pandang ekonomi, memberikan kesempatan dan lapangan kerja bagi sejumlah besar orang. Dengan demikian kegiatan yang mendorong terbentuknya pengusaha yang mendukung ekonomi suatu Negara dinilai sangat penting. Di sisi lain, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran terbuka di Indonesia per Februari 2013 mencapai 7,17 juta orang atau 5,92% dari total angkatan kerja dengan pengangguran terbuka tertinggi berasal dari SLTA umum yaitu sebesar 1,84 juta (25,68%), diikuti oleh SLTP sebesar 1,82 juta (25,42%), Sekolah Dasar sebesar 1,42 juta (19,83%), SLTA kejuruan sebesar 0,84 juta (11,81%), belum/ tidak tamat SD sebesar 0,51 juta (7,16%), universitas sebesar 0,42 juta (5,88%), diploma I/II/III/ akademi sebesar 0,24 juta (3,18%) dan yang terendah tidak/ belum pernah sekolah sebesar 0,10 juta (1,53%). 1

Dari data BPS tersebut terlihat bahwa secara umum 98,47% pengangguran tinggi terbuka merupakan seorang pelajar dimana pelajar lulusan SLTA dan universitas jika digabungkan memberikan kontribusi pengangguran terbuka tertinggi yaitu sebesar 43,38%. Pengangguran merupakan salah satu masalah negara yang terbesar akibat dari jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan lapangan kerja yang tersedia. Dalam kondisi tersebut, maka terdapat masyarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya permasalahan permasalahan sosial seperti kemiskinan, kesenjangan sosial bahkan dapat mempengaruhi tingkat kriminalitas dan timbulnya masalah sosial lainnya sehingga upaya untuk meningkatkan jumlah pengusaha yang dapat menyerap tenaga kerja menjadi sangat penting. Intensi kewirausahaan merupakan salah satu faktor yang dipercaya mendorong terbentuknya pengusaha. Falck et al. (2010) dalam Schroder et al. (2011) mengutarakan bahwa intensi kewirausahaan yang dimiliki pelajar berhubungan erat dengan kemungkinan pelajar tersebut menjadi pengusaha pada saat dewasa. Intensi kewirausahaan pada pelajar dapat dibangun di sekolah melalui pendidikan kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu pencapaian yang paling signifikan dari sistem pendidikan modern dan merupakan faktor kunci dalam kemajuan ekonomi serta penciptaan lapangan kerja. 2

Berdasarkan data BPS tersebut di atas, pelajar lulusan SLTA dan universitas memberikan kontribusi pengangguran terbuka tertinggi. Melihat pentingnya jumlah pengusaha bagi kemajuan suatu negara, pemerintah sejak tahun ajaran 2010 2011 mulai menerapkan konsep kurikulum pendidikan berbasis kewirausahaan di Indonesia yang diwajibkan bagi pelajar di sekolah menengah dan perguruan tinggi. Kurikulum pendidikan kewirausahaan dinilai sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah pengangguran dan menjembatani dunia pendidikan dengan dunia pekerjaan (Litbang SI, 2012). Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengkaji intensi dan perilaku kewirausahaan para mahasiswa (Indarti et al. 2010; Wu dan Wu, 2008; Lee et al. 2012) dan juga perilaku pelajar sekolah menengah (Mansor et al. 2011; Paco et al. 2011). Dalam penelitiannya, para peneliti mengangkat berbagai macam faktor yang mempengaruhi intensi dan perilaku seseorang untuk menjadi pengusaha yang secara garis besar terdiri dari faktor - faktor pribadi (seperti kebutuhan untuk berprestasi, lokus kontrol, efikasi diri dan demografi) dan faktor lingkungan (sosial ekonomi, politik, infrastruktur, dan faktor lainnya). Melihat intensi kewirausahaan pelajar memiliki peran yang penting bagi pembentukan pengusaha di Indonesia, maka penelitian mengenai faktor fakor penentu intensi kewirausahaan pelajar di Indonesia menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut. Pada penelitian ini faktor faktor yang diangkat adalah intensi kewirausahaan, kebutuhan untuk berprestasi, lokus kontrol, efikasi diri dan kesiapan instrumen yang difokuskan pada uji beda berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan latar belakang sekolah. 3

1.2 Rumusan Masalah Kebutuhan suatu negara atas pengusaha untuk menunjang ekonomi nasional menjadi sebuah isu yang sangat penting sehingga Indonesia mulai menerapkan kurikulum pendidikan kewirausahaan untuk pelajar di sekolah menengah dan perguruan tinggi. Penelitian intensi kewirausahaan di level mahasiswa dan sekolah menengah atas di luar Indonesia sudah cukup sering dilakukan (Franco et al. 2010; Wu dan Wu, 2008; Lee et al. 2012; Mansor et al. 2011; Paco et al. 2011), sedangkan di Indonesia belum banyak dilakukan (Indarti et al. 2010; Adita, 2013; Mushofa, 2011). Untuk itu penelitian mengenai intensi kewirausahaan dan faktor faktor yang mendukung intensi kewirausahaan pelajar di Indonesia menjadi relevan untuk diteliti lebih lanjut. Faktor faktor yang dimaksud mendukung intensi kewirausahaan tersebut adalah kebutuhan untuk berprestasi, lokus kontrol, efikasi diri dan kesiapan instrumen. Untuk mendapatkan gambaran dari pelajar tersebut maka penelitian difokuskan pada uji beda intensi kewirausahan berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan latar belakang sekolah. 1.3 Pertanyaan Penelitian Banyak faktor penentu intensi kewirausahaan yang digunakan untuk suatu penelitian. Penelitian ini akan difokuskan pada empat faktor yaitu kebutuhan 4

untuk berprestasi, lokus kontrol, efikasi diri dan faktor lingkungan (kesiapan instrumen). Pertanyaan penelitian yang diangkat adalah: 1. Seberapa besar tingkat intensi kewirausahaan pelajar dilihat dari aspek kebutuhan untuk berprestasi, lokus kontrol, efikasi diri dan kesiapan instrumen. 2. Bagaimana gambaran intensi kewirausahaan pelajar berdasarkan pengelompokan jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan latar belakang sekolah. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan profil intensi kewirausahaan dan faktor penentu intensi kewirausahaan (kebutuhan untuk berprestasi, lokus kontrol, efikasi diri dan faktor lingkungan) dari pelajar di Indonesia. 1.5 Manfaat Penelitian Memberikan kontribusi untuk kepentingan akademisi dan menambah informasi mengenai profil pelajar di Indonesia terhadap faktor faktor penentu intensi kewirausahaan serta sebagai bahan evaluasi kurikulum pendidikan kewirausahaan yang telah diterapkan bagi pihak pihak yang berkepentingan. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Sampel yang diambil adalah pelajar dari enam sekolah menengah atas di area Jakarta Barat sbb: 5

Tabel 1.1 Responden Sekolah Menengah Atas Nama Sekolah Kepemilikan Sekolah SMK Bethel Swasta SMK Ibu Pertiwi Swasta SMKN 17 Negeri SMKN 56 Negeri SMU Regina Pacis Jakarta Swasta SMUN 16 Negeri Penelitian ini mencari gambaran profil pelajar di Indonesia terhadap faktor faktor penentu intensi kewirausahaan namun belum melihat keterkaitan faktor penentu intensi kewirausahaan tersebut terhadap intensi kewirausahaan. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan tesis terdiri dari lima bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta simpulan dan saran. Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan, tujuan, manfaat dan ruang lingkup penelitian serta sistematika penulisan. Bab II menguraikan beberapa kajian literatur yang terkait dengan definisi entrepreneur, faktor-faktor intensi kewirausahaan dan hipotesis. Bab III menggambarkan metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini termasuk desain penelitian, definisi operasional, responden dan penelitian data, serta metode analisis data. Bab IV menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil yang diperoleh. Bab V berisi simpulan dan saran yang dapat ditarik dari hasil penelitian. 6