BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II LANDASAN TEORI


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk mendapatkan revenue atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti halnya krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang ditulis oleh Rizki Nindya Tantri Saputri (2012) yang berjudul

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana dan atau kedua-duanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Pengaruh LDR, IPR, APB, NPL, IRR, BOPO,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dari modal yang dimiliki (Sartono, 2001:119). Oleh karena itu, perlu diupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2001 : 23). Sudirman (2013:93) menyatakan bahwa kewajiban bank dalam upaya menyediakan modal minimal yaitu 8 persen. Alat untuk mengukur pemenuhan kewajiban permodalannya dapat dihitung dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang dihitung dari jumlah modal bank dengan total ATMR. Modal akan mempunyai berbagai fungsi yang penting bagi setiap jenis usaha terutama bagi bank untuk menjadi dasar di dalam pengembangan usaha dikemudian hari ataupun sebagai alat untuk menampung timbulnya suatu kerugian. Modal bank memiliki fungsi (Abdullah, 2005;59) yaitu: 1. Melindungi para kreditur Kreditur (mereka yang menyimpan dananya di bank) mengharapkan adanya kepastian kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan kreditur sewaktu-waktu. Modal bank merupakan penyangga pengembalian dana kreditur manakala bank kesulitan menarik kembali investasi jangka pendek atau kesulitan likuiditas. 2. Menjamin kelangsungan operasional Bank memulai kegiatan operasi mereka dengan modal sendiri termasuk membangun atau membeli kantor dan peralatan.

3. Memenuhi standar modal minimal Berdasarkan rasio kecukupan modal, apabila bank akan menambah kredit kepada masyarakat, maka dengan sendirinya bank harus menambah modal yang dimiliki. Apabila bank tidak menambah jumlah kredit maka akan memperkecil CAR yang akan dicapai. Menurut Abdullah (2005:56), modal bank merupakan dana yang diinvestasikan oleh pemilik pada waktu pendirian bank yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank. Modal bank bukan saja sebagai sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, di satu pihak dan kemungkinan timbulnya risiko di pihak lain. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank. Modal yang terlalu kecil di samping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Besarnya jumlah modal bank yang harus dimiliki umumnya ditentukan oleh penguasa moneter. Bank Sentral sebagai penguasa moneter menetapkan jumlah minimum modal yang harus dipenuhi oleh setiap bank yang diukur dengan CAR. Beberapa bankir mengemukakan bahwa modal bank dianggap memadai bila rasio modal terhadap total aset mencapai 8% sebagaimana ditentukan oleh BIS. Angka ini cenderung diadopsi oleh beberapa negara sebagai standar permodalan minimum termasuk Indonesia (sebelum terjadi krisis moneter). Kemudian setelah krisis moneter ketentuan permodalan minimum bank diturunkan menjadi 4% yang dimaksudkan untuk membantu kinerja tingkat kesehatan bank (Abdullah, 2005:56).

Menurut Dendawijaya (2000:122) CAR adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain-lain. Rumus: CAR = Modal ATMR 100% 2.1.2 Kualitas Aset Kualitas aset atau kualitas aktiva produktif adalah earnings asset quality yaitu tolok ukur untuk menilai tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif (pokok termasuk bunga) berdasarkan kriteria tertentu; di Indonesia, kualitas aktiva produktif dinilai berdasarkan tingkat tagihannya, yaitu lancar, dalam perhatian khusus,kredit kurang lancar, kredit diragukan, atau kredit macet. Aktiva yang produktif atau productive assets sering juga disebut earning assets atau aktiva yang mengasilkan, karena penempatan dana bank adalah untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan. Aktiva produktif adalah penempatan bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan (Syahyunan, 2002). Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset menurut Triandaru dan Budisantoso (2006: 53), antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen komponen sebagai berikut: 1. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva produktif. 2. Debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit. 3. Perkembangan aktiva produktif bermasalah dibandingkan aktiva produktif. 4. Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif. 5. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.

6. Sistem kaji ulang internal terhadap aktiva produktif. 7. Dokumentasi aktiva produktif. 8. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. Pada aspek kualitas asset ini merupakan penilaian jenis-jenis yang dimiliki bank, yaitu dengan cara membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif, kemudian perbandingan penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan (Abdullah dan Tantri, 2012:141). Aktiva yang produktif merupakan penempatan dana oleh bank dalam asset yang menghasilkan pendapatan untuk menutup biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank. Dari aktiva inilah bank mengharapkan adanya selisih keuntungan dari kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana. (Kuncoro, 2002: 87). Dari pengertian aktiva produktif tersebut, dapat dinyatakan bahwa aktiva yang berkualitas adalah aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan dan dapat menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank. Rasio yang digunakan untuk menilai kualitas asset sebuah bank digunakan metode Non Performing Loan (NPL). Menurut Riyadi, (2006:160) rasio Non Performing Loan adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan tingkat kolektibilitas 3 sampai 5 dibandingkan dengan total kredit yang diberikan oleh bank. Menurut Riyadi (2006:161) semakin besar tingkat NPL menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank. Rumus yang digunakan yaitu: NPL = Kredit bermasalah Total Kredit 100%

2.1.3 Likuiditas Aspek likuiditas juga berpengaruh terhadap tingkat kecukupan modal yang tersedia. Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, bank dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Pengelolaan likuiditas tersebut tergolong sulit karena dana yang dikelola bank sebagian besar adalah dana masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu, oleh karena itu bank harus memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan likuiditas untuk suatu ja-ngka waktu tertentu (Kasmir, 2010: 291). Menurut Sudirman (2013:185) rasio likuiditas yang umum digunakan dalam dunia perbankan diukur melalui Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR merupakan pengukuran terhadap seluruh kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga sebagai upaya penilaian terhadap kinerja bank. LDR berfungsi sebagai faktor penentu besar kecilnya giro wajib minimum (GWM) serta indikator intermediasi bank. Pertumbuhan kredit yang diberikan lebih tinggi dari jumlah dana yang dihimpun menyebabkan peningkatan nilai LDR namun menurunnya nilai CAR. Menurut PBI No. 15/7/PBI/2013 Pasal 10, Batas bawah LDR Target sebesar 78% (tujuh puluh delapan persen). Batas atas LDR Target; 1) sebesar 100% (seratus persen) sampai dengan tanggal 1 Desember 2013; dan 2) sebesar 92% (sembilan puluh dua persen) sejak tanggal 2 Desember 2013. Menurut Werdaningtyas (2002) rasio LDR digunakan untuk mengukur seberapa besar dana bank yang dilepas melalui kredit. Penghitungan rasio ini diperoleh dengan membandingkan antara total kredit dengan total dana pihak ketiga, dimana yang dimaksud dengan total kredit adalah seluruh kredit yang telah dicairkan oleh bank tersebut. Sedangkan Total dana pihak ketiga adalah semua modal yang berasal dari masyarakat,

baik perorangan maupun badan usaha yang mencakup tabungan, giro, simpanan berjangka dan sertifikat deposito. Perhitungan atas rasio ini dapat dilihat pada laporan neraca bank. LDR dapat dirumuskan sebagai berikut: Rumus: 2.1.4 Rentabilitas LDR = Kredit Total Dana Pihak Ketiga 100 % Menurut Sugiyarso (2005:111) rentabilitas menunjukkan kemampuan suatu bank menghasilkan laba selama periode tertentu. Munawir (2007:33) menyebutkan bahwa rentabilitas atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Menurut Harahap (2007: 304-305) beberapa jenis rasio profitabilitas dikemukakan sebagai berikut : 1. Margin Laba (Pofit Margin) Margin laba (Profit margin) menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. 2. Return On Equity (ROE) Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar.

3. Basic Earning Power Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan denga total aktiva. Semakin besar rasio ini semakin baik. 4. Return On Asset (ROA) ROA menggunakan laba sebagai salah satu cara untuk menilai efektivitas dalam penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula ROA, hal itu berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dan rata-rata total assets. Rasio ini menunjukan seberapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Rentabilitas atau Profitabilitas adalah rasio yang mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bank memperoleh laba atau keuntungan dengan modal yang dimilikinya. Rasio profitabilitas ini yang digunakan adalah ROA karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Tingkat profitabilitas dengan pendekatan ROA bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income (Kasmir, 2010:297). Menurut Dendawijaya (2008:118), semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Dengan semakin besar ROA maka semakin meningkat pula CAR. Rumus yang digunakan : 2.1.5 Efisiensi Operasional ROA = Laba Sebelum Pajak Rata rata Total Aset 100%

Efisiensi operasional merupakan efisiensi perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya dalam menghasilkan penjualan, sehingga biaya dapat diminimalkan dan akan tercapai laba yang maksimum. Semakin efisien perusahaan menggunakan total asetnya, maka total cost akan semakin kecil dan net profit semakin besar. Sedangkan efektivitas perusahaan yang dimaksud adalah efektivitas perusahaan dalam manajemen aktiva baik lancar maupun tetap, dan juga efektivitas struktur pendanaan aktiva-aktiva tersebut, sehingga tingkat pengembalian lebih besar dari dari biaya modal yang digunakan untuk menbiayai aktiva-aktiva tersebut (Sawir, 2005:133). Efisiensi Operasional dapat diukur dengan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Menurut Veithzal, dkk (2007:722), rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya, terutama kredit. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga (Dendawijaya, 2009 : 120). Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya. Biaya operasional terdiri atas biaya bunga, biaya valuta asing lainnya, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, biaya penyusutan, dan biaya operasional lainnya. Pendapatan operasional terdiri atas semua pendapatan yang

merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima. Pendapatan operasional bank terdiri atas hasil bunga, provisi dan komisi, pendapatan valuta asing lainnya, dan pendapatan operasional lainnya (Dendawijaya, 2009:111). Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. Suatu bank dapat dimasukkan dalam kategori sehat apabila memiliki rasio BOPO tidak melebihi 93,5% (Kuncoro, 2002:565). Menurut Veithzal, dkk (2007:722), semakin kecil rasio beban operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban) operasional dengan pendapatan operasionalnya. BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut (Dendawijaya, 2009 : 119) : 2.2 Hipotesis Penelitian BOPO = Total Beban Operasional Total Pendapatan operasional 100% 2.2.1 Pengaruh Kualitas Aset terhadap Rasio Kecukupan Modal Kualitas Aset atau Kualitas aktiva Produktif biasa dihitung dengan NPL. Menurut Siamat (2001:174) kredit bermasalah atau sering juga disebut Non Performing Loan (NPL) yaitu kualitas aktiva kredit yang bermasalah akibat pinjaman oleh debitur yang gagal melakukan pelunasan karena adanya faktor eksternal. Batas minimum NPL yaitu 5 persen. Peningkatan NPL akan mencerminkan risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Apabila semakin tinggi NPL maka tunggakan bunga kredit semakin tinggi sehingga menurunkan pendapatan bunga dan CAR akan turun pula. NPL suatu keadaan dimana nasabah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang diperjanjikannya (Mudarajat Kuncoro, 2004:426). NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif mauput biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.

Menurut hasil penelitian Roos (2011), Andersson (2013) dan Indrawati (2008) bahwa NPL berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap CAR.. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Williams (2011), Yuanjuan (2012), Pastory et al. (2013) dan Wahyuni (2009) yang memperoleh hasil NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR. Rumusan hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 : NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR Perbankan di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 2014 2.2.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Rasio Kecukupan Modal Apabila pertumbuhan jumlah kredit yang diberikan lebih besar daripada pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun maka nilai LDR bank tersebut akan semakin tinggi. Semakin tinggi rasio tersebut mengindikasikan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit akan menjadi semakin besar (Abdullah, 2003:55). Suatu bank yang memiliki alat-alat likuid yang sangat terbatas dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, akan ada kemungkinan penyediaan likuiditas tersebut akan diambil dari permodalannya Dengan kata lain, peningkatan nilai LDR yang disebabkan oleh pertumbuhan jumlah kredit yang diberikan lebih tinggi daripada pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun akan menyebabkan menurunnya nilai CAR suatu bank. Penurunan nilai CAR tersebut merupakan sebagai upaya bank dalam memberikan kepercayaan dan perlindungan kepada nasabahnya dengan menambah dananya melalui modal sendiri untuk membiayai jumlah kredit yang diberikan (Abdullah, 2003:55). Senada dengan apa yang dikemukakan Siamat (2004:104) bahwa faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menilai kecukupan modal bank salah satunya adalah likuiditas. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Tamimi (2013) dan Dyah (2006) bahwa LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Hal yang berlainan dikemukakan oleh Williams (2011) LDR perpengaruh positif tidak signifikan terhadap CAR dan

penelitian yang dilakukan oleh Fitrianto dan Mawardi (2006), Ahmad et al. (2008) dan Pasiouras et al. (2006) yaitu LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR. Rumusan hipotesis mengenai hubungan Likuiditas terhadap Rasio kecukupan modal adalah: H2 : LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR Perbankan di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 2014 2.2.3 Pengaruh Rentabilitas terhadap Rasio Kecukupan Modal Analisis rasio rentabilitas ini menggunakan ROA dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat (Dendawijaya, 2009:119). ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva atau aset yang dimilikinya. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Sehingga CAR yang merupakan indikator kesehatan bank semakin meningkat. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Ali (2006:264) setiap kali bank mengalami kerugian, modal bank menjadi berkurang nilainya dan sebaliknya jika bank meraih untung maka modalnya akan bertambah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Fitrianto dan Marwadi (2006), menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap CAR. Berbeda dengan hasil penelitian Yuliani (2015), Sulistyorini (2011) dan Sefri (2010) yaitu ROA berpengaruh tidak signifikan terhadap CAR. Rumusan hipotesis penelitian ini yaitu: H3 : ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR Perbankan di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 2014 2.2.4 Pengaruh Efisiensi Operasional terhadap Rasio Kecukupan Modal

Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya, terutama kredit, berdasarkan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan. Dalam pengumpulan dana terutama dana masyarakat (dana pihak ketiga), diperlukan biaya selain biaya bunga (termasuk biaya iklan). Sampai saat ini pendapatan bank-bank di Indonesia masih didominasi oleh pendapatan bunga kredit. Semakin besar BOPO menunjukkan kurangnya efisiensi bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya karena biaya operasional yang harus ditanggung akan semakin besar daripada pendapatan operasional yang diperoleh sehingga ada kemungkinan modal digunakan untuk menutupi biaya operasional yang tidak tertutup oleh pendapatan operasional (Abdullah, 2003:56). Menurut hasil penelitian yang dilakukan Fitrianto dan Marwadi (2006), Shitawati (2006) dan Roos (2011) menyatakan bahwa rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap CAR. Yansen Krisna (2008) yang menunjukkan bahwa BOPO secara parsial tidak berpengaruh terhadap CAR. Yuliani (2015) dan Chatarine (2014) memperoleh hasil berbeda yaitu BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap CAR. Rumusan hipotesis penelitian ini yaitu: H4 : BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR Perbankan di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 2014