Pemaknaan Istilah- Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang Dalam Kaitan Dengan Variabel Iklim Ruang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR

PREDIKSI KENYAMANAN TERMAL DENGAN PMV DI SMK 1 WONOSOBO

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

ASPEK KENYAMANAN TERMAL RUANG BELAJAR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH UMUM di WILAYAH KEC.MANDAU

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

Kuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Universitas Soegrijapranata, Semarang, 9 Nopember 1996

NILAI PREDICTED MEAN VOTE (PMV) PADA BANGUNAN DENGAN SISTEM PERKONDISIAN UDARA CAMPURAN (Studi Kasus: Gereja Katedral Semarang)

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

BAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada

Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KINERJA PENERAPAN MODEL JENDELA ADAPTIF PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DI MALANG JURNAL ILMIAH

Pengaruh Bukaan terhadap Kenyamanan Termal Siswa pada Bangunan SMP N 206 Jakarta Barat

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)

Hermawan Dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNSIQ Wonosobo

Analisis Kenyamanan dan Lingkungan Termal pada Ruang Kuliah dengan Ventilasi Alami (Studi Kasus: Kampus II Fakultas Teknik Unhas Gowa)

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MASJID JAMI AL-MUBAROK KABUPATEN TANGERANG

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT

PENGARUH PEMASANGAN EXHAUST FAN DI RUANG KELAS 3.8 FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA TERHADAP KENYAMANAN THERMAL YANG DIHASILKAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERSEPSI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG LUAR PADA RUANG PUBLIK (STUDI KASUS : TAMAN KOTA I GUSTI NGURAH MADE AGUNG)

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH PADA GEDUNG SEKOLAH C LANTAI 2 POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DIATAS PANTAI TROPIS LEMBAB Studi Kasus Rumah Atas Pantai Desa Kima Bajo, Kabupaten Minahasa Utara

Analisis Kenyamanan Termal Ruang Kelas Sekolah Dasar di Kota Makassar

KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

SENSASI THERMAL PADA MASJID AL-HUDA JOGLO, JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP ATRIBUT KENYAMANAN PADA SETING TANGGA DALAM HALL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA - PURWOKERTO

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi untuk meningkatkan harkat hidup sebagaimana bangunan pada

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

HOTEL KAPSUL DENGAN PENERAPAN KENYAMANAN TERMAL MENURUT TABEL MAHONEY DI TANAH ABANG JAKARTA

LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN FUNDAMENTAL

KENYAMANAN TERMAL PENGGUNA RUANG TUNGGU DI STASIUN JAKARTA KOTA

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS)

TINGKAT KENYAMANAN TERMAL BAGI PENGGUNA TAMAN DI JAKARTA (STUDI KASUS : TAMAN SITU LEMBANG DAN TAMAN SUROPATI, JAKARTA)

Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney

BAB II TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Perusahaan Berikut ini akan dipaparkan informasi umum tentang perusahaan tempat dilaksanakannya kegiatan Kerja Praktek

PENGARUH KERAPATAN BANGUNAN PADA KARAKTERISTIK TERMAL RUMAH TINGGAL KAMPUNG NAGA TERHADAP KENYAMANAN PENGHUNI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

PENELITIAN KENYAMANAN TERMIS DI JAKARTA SEBAGAI ACUAN SUHU NYAMAN MANUSIA INDONESIA

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL SISWA DI DALAM RUANG KELAS (STUDI KASUS SD INPRES TAMALANREA IV MAKASSAR)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

Artikel dalam buku Arsitektur dan Kota Tropis Dunia Ketiga: Suatu Bahasan tentang Indonesia, PT Raja Grafindo

KENYAMANAN TERMAL SELAMA PERSALINAN

Kenyamanan Termal Ruang Kelas di Sekolah Tingkat SMA Banjarmasin Timur

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah

STUDI KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF RUMAH TINGGAL DI KOTA MALANG Studi Kasus : Perumahan Sawojajar 1- Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

PENGARUH ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL DALAM RUMAH TINGGAL DI MEDAN (STUDI KASUS KOMPLEK PERUMAHAN EVERGREEN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH DENGAN PENGKONDISIAN BUATAN. THERMAL COMFORT Of LECTURE ROOM WITH ARTIFICIAL CONDITIONING

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi juga diartikan sebagai kolektivitas orang-orang yang bekerja sama

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

Kenyamanan Termal pada Ruang (Muhammad Nur Fajri Alfata, Agung Murti Nugroho, Sri Nastiti Ekasiwi)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

BAB V KESIMPULAN UMUM

KAJIAN VENTILASI ATAP RUMAH BERBASIS RUMAH JOGLO MANGKURAT. Mohammad Pranoto S. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim

BAB l PENDAHULUAN. sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan persaingan yang makin super ketat.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. memperkuat landasan dalam variabel, penyusunan metode dalam

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP ATRIBUT SOSIALIBILITAS PADA SETING TANGGA DALAM HALL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA - PURWOKERTO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pengaruh Green Roof terhadap Kenyamanan Termal Bangunan Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN PEMODELAN VENTILASI ALAMIAH UNTUK PENGKONDISIAN UDARA PADA RUANGAN PERKANTORAN

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

PENGARUH AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI (JURNAL) Oleh : NETI BETRIA SARI

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Evaluasi Desain Asrama Siswa dalam Aspek Kenyamanan Termal pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) SMA Negeri Olahraga (SMANOR) Jawa Timur

PENGARUH FAKTOR SOSIAL, EKONOMI DAN PRIBADI TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH (STUDI KASUS UNIVERSITAS SAINS AL QURAN WONOSOBO)

KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF PADA RUMAH TRADISIONAL SAO PU U DI KAMPUNG WOGO, NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

Optimalisasi Kualitas Kenyamanan Thermal di Ruang Kantor dan Aula Islamic Centre UIN SUSKA Riau

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

3 Pemaknaan Istilah- Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang Dalam Kaitan Dengan Variabel Iklim Ruang Sugini Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Islam Indonesia Abstract The existence of thermal comfortable topics in field of architecture is a topic, which realized by architects and scholars of architecture. The main and basic work from a building is a work as activity place. In this term, a building must give protection into external pressure and comfortable condition in order to have a good work and maximum work in this activity. The research findings are: (1) There is a conformity among four variables of climate theories which proposed by Fanger (1982), Gagge and Koenigsberger, et.al (1973); (2) The translator association of terms of thermal comfortable quality with variable of space climate; (3) There is significant differences in translating the terms of thermal comfortable quality in terms of four variables of space climate among the group of respondents based on kinds of work category, level of knowledge on thermal comfortable and longest home live. The unclear term definition of thermal comfortable quality is stiflingly hot;(4) Attitude choice in translating the terms of thermal comfortable quality will has a correlation with the level of cognitive knowledge of thermal comfortable, kinds of work and the past thermal environmental habits. This research finding is tends to have a conformity with the concept of thermoregulator auliciems and the correlation theory of psychological process with the cognitive knowledge which summarized by Sarlito Wirawan. Key Words: Cold, fresh, gerah, sultry, chilled, heat, balmy, air temperature, movement of air / wind, dampness, radiasi temperature, thermal. Latarbelakang Masalah Eksistensi topik kenyamanan thermal pada dunia arsitektur adalah hal yang sangat disadari bagi para arsitek dan pekerja ilmu dunia arsitektur. Tugas pokok dan mendasar dari sebuah bangunan adalah tugas sebagai wadah aktivitas. Dalam hal ini bangunan harus memberikan perlindungan terhadap tekanan luar dan dapat memberikan kenyamanan agar aktivitas dalam bangunan berjalan dengan maksimal. Kenyamanan minimal yang harus dipenuhi oleh bangunan adalah kenyamanan fisiologis. Kenyamanan fisiologis thermal adalah kenyamanan yang sangat berperan bagi unjuk kerja orang di dalam bangunan. Fanger, 1982, mengatakan bahwa

4 Sugini, Pemaknaan Istilah- Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang... intelektual dan performansi persepsual orang dalam ruang akan mencapai kondisi maksimal bila dalam kondisi nyaman thermal. Dengan demikian studi kenyamanan thermal dalam dunia arsitektur adalah penting. Berkenaan dengan hal tersebut telah dikembangkan studi-studi tentang kenyamanan thermal. Berdasarkan peta taksonomi issue-issue studi kenyamanan thermal Sugini, 2002 dapat dilihat masih banyaknya pekerjaan-pekerjaan studi kenyamanan thermal harus dilakukan. Dari studi-studi kenyamanan thermal yang telah dilakukan, hampir semuanya akan berdasar pada data-data yang berkenaan dengan sensasi kenyamanan thermal. Hal ini disebabkan karena kenyamanan thermal adalah kondisi pikir yang menunjukan tingkat kepuasan penghuni terhadap lingkungan ruangnya. Sehingga usaha pengumpulan informasi tentang kualitas kenyamanan thermal akan melibatkan proses sensasi kenyamanan thermal. Giffort (1987) menjelaskan bahwa proses sensasi adalah bagian awal dari proses persepsi keseluruhan. Dalam definisi non konvensional, proses persepsi adalah proses yang juga melibatkan proses pemaknaan, penilaian dan evaluasi lingkungan. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa untuk dapat melakukan pengumpulan informasi tentang sensasi kenyamanan thermal perlu dipahami terlebih dahulu seperti apa pemaknaan penghuni terhadap kenyamanan thermal ruang itu sendiri. Pemahaman ini akan sangat dibutuhkan untuk dapat menyusun alat penjaring data tentang sensasi kenyamanan thermal. Dengan dapat disusunnya alat penjaring data yang tepat maka validitas data akan terpenuhi. Dalam studi-studi kenyamanan thermal para pekerja ilmu dibidang kenyamanan thermal telah sangat sepakat dengan enam variabel penentu kenyamanan thermal. Dua variabel personal pakaian dan aktivitas dan empat variabel iklim suhu udara, suhu radiasi, kecepatan angin dan kelembaban 1. Rumusan indeks thermal model PMV ( Predicted Mean Vote ) oleh Fanger juga mensyaratkan data enam variabel tersebut dalam memprediksi derajad kenyamanan thermal. Dari enam variabel tersebut, PMV menghasilkan prediksi derajad kenyamanan thermal yang akan disensasi oleh penghuni di dalam suatu ruang. Derajad sensasi kenyamanan thermal telah diskalakan dalam penelitian terdahulu berdasarkan pada skala tujuh titik ASHRAE. Selain skala tujuh titik ASHRAE juga terdapat skala Bedford. Dari Nicol dan Humphreys (2002) dapat dilihat bahwa termterm pada skala tersebut ada dalam satu sumbu yang berkenaan dengan suhu. Sementara itu di dunia awam, banyak sekali istilah-istilah tentang kualitas thermal ruang yang kelihatannya tidak hanya berasosiasi dengan suhu. Dalam bahasa Indonesia sendiri terdapat banyak ragam istilah tentang kualitas thermal ruang. Istilahistilah itu adalah : Panas, Dingin, Sejuk, Segar, Sumuk, Pengap, Gerah selain termasuk di dalamnya adalah istilah nyaman itu sendiri. Dalam hal mana istilah-istilah itu tidak hanya berasosiasi dengan suhu. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, adalah penting dan menarik untuk melakukan studi yang menjawab permasalahan tentang seperti apakah persepsi istilahistilah kualitas kenyamanan thermal dalam kaitannya dengan variabel-variabel iklim ruang. Terlebih lagi secara khusus pertanyaan yang berkenaan dengan pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal ruang dalam kaitannya dengan empat variabel iklim penentu kenyamanan thermal.

5 Batasan Masalah, Definisi Istilah Lingkup pengkajian pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal dalam kaitan variabel iklim ruang akan dibatasi pada lingkup Mahasiswa Arsitektur, Dosen dan Praktisi Arsitektur.0 Beberapa definisi yang perlu diperjelas berkenaan dengan judul akan diurai sebagai berikut: Pertama, Yang dimaksud dengan kalimat judul Istilah-Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal adalah kata-kata yang menjadi istilah untuk menggambarkan kondisi pikir seseorang dalam mengekspresikan kepuasannya terhadap kualitas lingkungan thermalnya. Dalam hal ini istilah-istilah tersebut dibatasi pada istilah-istilah Sejuk, Segar, Gerah, Pengap, Dingin, Panas dan Nyaman. Kedua, Yang dimaksud dengan kalimat Variabel Penentu Kenyamanan Thermal Ruang adalah variabel yang secara teoritis telah dibuktikan menentukan kenyamanan thermal dari suatu ruang. Variabel-variabel yang dimaksud adalah variabel yang merupakan elemen iklim ruang dalam yaitu : Suhu Udara, Suhu Radiasi, Kelembaban dan Kecepatan angin atau pergerakan udara serta Polusi Udara. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian Permasalahannya adalah bagaimanakah pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal dalam kaitannya dengan variabel-variabel iklim ruang. Pertanyaan-pertanyaan penelitiannya adalah ; 1. Variabel iklim ruang apa yang mempunyai nilai tertinggi sebagai makna untuk setiap istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal ruang? 2. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam pemberian makna istilah kualitas kenyamanan thermal di antara kelompok-kelompok dengan kategori yang berbeda? Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mencari variabel iklim ruang yang mempunyai nilai tertinggi sebagai makna untuk setiap istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal ruang. 2. Mencari apakah ada perbedaan yang signifikan dalam pemberian makna istilah kualitas kenyamanan thermal di antara kelompok-kelompok dengan kategori yang berbeda. Manfaat Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang persepsi istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal. Penelitian ini dapat memberikan dasar pertimbangan dalam penyusunan kuisioner sebagai instrumen pengambilan data subyektif. Karena kenyamanan thermal adalah kondisi pikir yang menggambarkan tingkat kepuasaan seseorang terhadap lingkungan thermalnya maka data-data subyektif ini sangat penting dalam penelitian studi kenyamanan thermal. Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan validasi pada penyusunan alat penjaring data sensasi kenyamanan thermal pada penelitian-penelitian kenyamanan thermal lanjutan. Dengan demikian penelitian ini akan memberikan sumbangan pada proses pencapaian validasi internal pada proses penelitian dalam pengembangan teori degnan topik kenyamanan thermal yang lebih besar. Pendekatan Masalah Kenyamanan thermal adalah proses fisis fisiologis dan psikologis. Sehingga pendekatan masalah kenyamanan thermal harus didekati dari minimal dua aspek. Aspek fisis fisologis dan aspek psikologis.

6 Sugini, Pemaknaan Istilah- Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang... Seperti dijelaskan dalam latarbelakang permasalahan bahwa pemaknaan istilahistilah kenyamanan thermal adalah bagian proses persepsi. Proses persepsi adalah proses psikologis. Pada studi-studi psikologi, untuk menjaring persepsi seseorang terhadap sesuatu akan digunakan teknik pengumpulan pendapat. Kajian Pustaka dan Landasan Teori Pengertian Kenyamanan Thermal dan Sensasi Kenyamanan Thermal Ada tiga pemaknaan kenyamanan thermal menurut Peter Hoppe 2. Pertama, pendekatan thermophysiological ke dua pendekatan heat balance (keseimbangan panas) dan ke tiga adalah pendekatan psikologis. Kenyamanan thermal sebagai proses thermophisiological menganggap bahwa nyaman dan tidaknya lingkungan thermal akan tergantung pada menyala dan matinya signal syarat reseptor thermal yang terdapat di kulit dan otak. Pada pendekatan heat balance (keseimbangan panas) nyaman thermal dicapai bila aliran panas ke dan dari badan manusia seimbang dan temperatur kulit serta tingkat berkeringat badan ada dalam range nyaman. Pada pendekatan psikologis kenyamanan thermal adalah kondisi pikiran yang mengekspresikan tingkat kepuasaan seseorang terhadap lingkungan thermalnya. Di antara tiga pemaknaan tersebut, pemaknaan berdasarkan pada pendekatan psikologis lebih banyak digunakan oleh para pakar pada bidang ini. ASHRAE (American Society of Heating Refrigating Air Conditioning Engineer) memberikan definisi kenyamanan thermal sebagai kondisi pikir yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan thermalnya. Dengan pemaknaan kenyamanan thermal sebagai kondisi pikir yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan thermalnya maka berarti kenyamanan thermal akan melibatkan tiga aspek yang meliputi fisik, fisiologis dan psikologis. Dengan demikian pemaknaan kenyamanan thermal berdasarkan pendekatan psikologis adalah pemaknaan yang paling lengkap. Variabel yang Mempengaruhi Kenyamanan Thermal Berdasarkan teori persamaan Fanger (Fanger, 1982) dan persaman Gagge (Markus, Morris, 1980) serta Koenigsberger dkk (1973) variabel yang menentukan kenyamanan thermal adalah sebagai berikut: 1) Variabel personal meliputi variabel: (1) Rate metabolisme yang diujudkan dalam variabel aktivitas; (2)Rate insulasi pakaian yang diujudkan dalam variabel cara berpakaian; 2) Variabel iklim ruang meliputi: (1)Suhu udara; (2)Suhu radiasi rata-rata; (3)Kelembaban; (4)Pergerakan udara atau kecepatan angin. Berdasarkan hal tersebut, maka pemaknaan tentang kualitas kenyamanan thermal akan berkaitan dengan empat variabel tersebut. Dengan demikian maka empat variabel iklim ini akan ditawarkan kepada responden untuk dipilih sebagai alternatif makna pada istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal ruang. Istilah-Istilah Sensasi Kenyamanan thermal Dalam penelitian-penelitian sebelumnya istilah derajad kenyamanan thermal telah disusun. Di antaranya adalah tujuh titik skala ASHRAE, dan tujuh skala Bedford. Perbandingan dua skala tersebut dalam dilihat dalam tabel berikut

7 Tabel 1 Skala sensasi kenyamanan thermal dari ASHRAE dan Bedford No Skala ASHRAE Skala penyetaraan Bedford 7 Panas (Hot) 3 Sangat terlalu panas ( Much too t) 6 Hangat (Warm) 2 Terlalu panas ( Too hot) 5 Agak hangat (Slighty warm) 1 Hangat nyaman ( Comfortably warm) 4 Netral ( Neutral ) 0 Nyaman (Comfortable) 3 Agak sejuk ( Slighty cool) -1 Sejuk nyaman (Comfortably cool) Skala penyetaraan 2 Sejuk (Cool) -2 Terlalu sejuk 2 1 Dingin ( Cold) -3 Sangat terlalu sejuk 1 Sumber : Nicol & Humphreys, 2002 dan Mc Intyre, 1980 Dari istilah-istilah tersebut dalam tabel dapat dilihat bahwa kecenderungan pemaknaan sensasi kenyamanan thermal bersumbu pada dimensi suhu. Hal tersebut mulai dipertanyakan oleh para peneliti. De Dear dan Brager (2002) mengingatkan bahwa selain suhu, pergerakan udara adalah hal yang juga direkam oleh sesorang dalam proses persepsi kualitas udara ruang dalam yang dihadapinya. Demikian juga deangan variabel-variabel lain seperti kelembaban dan kandungan kualitas udara ruang. Dengan demikian istilah-istilah yang tidak bersumbu pada dimensi suhu mestinya juga harus dicek di lapangan. Bagaimana variabel-variabel lain seperti kecepatan angin, kelembaban udara, polusi udara dikenali sebagai makna pada istilah-istilah kualitas thermal ruang seperti kesejukan, udara mati, freshness atau kesegaran, pengap, sumuk dan sebagainya harus dicek di lapangan. Isitilah-istilah kualitas kenyamanan thermal yang popular tentunya mempunyai kaitan makna dengan variabel iklim ruang suhu udara, suhu radiasi, kelembaban dan kecepatan angin serta polusi udara. Persepsi, Pemaknaan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Terminologi persepsi dalam ilmu psikologi mengalami perkembangan dari pandangan yang konvensional sampai yang non konvensional. Bell, Fisher dan Loomis, 1978 menguraikan dua pendekatan konvensional dan non konvensional sebagai berikut. Pada pendekatan konvensional, persepsi adalah proses penginderaan dan pengumpulan hasil stimulus oleh syaraf ke otak. Dalam hal ini persepsi adalah proses pengkonstruksian stimuli fisiologis oleh jaringan syarat menuju ke otak. Pada pendekatan nonkonvensional, disadari bahwa dalam diri manusia proses persepsi tidak dapat terpisahkah dengan proses kognitif. Dalam hal ini proses persepsi tidak hanya merupakan proses mengkonstruksikan stimuli di otak, tetapi akan melibatkan proses aktiv otak untuk mengingat kembali stimuli yang lampau untuk dibandingkan. Stimuli lampau akan berujud memori informasi dan atau pengetahuan yang terkumpul dan terbentuk bersama waktu dalam lingkungannya. Sarlito Wirawan (1992), menyimpulkan bahwa proses persepsi tidak hanya proses otak, tetapi proses mental atau proses koginisi yang tidak hanya menggabungkan kumpulan memori tetapi juga melibatkan proses menilai dan memaknai. Dengan demikian dapat dilihat bahwa pemaknaan adalah bagian dari 7 6 5 4 3

8 Sugini, Pemaknaan Istilah- Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang... proses persepsi. Hal ini berarti proses pemaknaan istilah-istilah kualitas thermal ruang merupakan bagian proses seseorang dalam mempersepsi kualitas kenyamanan thermal ruang. Hal ini berarti faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tentunya akan mempengaruhi proses pemakaan. Sarlito Wirawan (1992), menjelaskan bahwa proses persepsi akan ditentukan oleh pengalaman. Pengalaman akan dibentuk oleh lingkungan budayanya. Lingkungan budaya apa yang akan mempengaruhinya tentunya akan berkaitan dengan lama waktu lingkungan itu terlibat. Dengan demikian, lingkungan budaya dengan waktu terlama akan lebih menentukan proses pemaknaan seseorang terhadap istilah-istilah kenyamanan thermal ruang. Selain hal tersebut, lingkungan sosial tentunya akan juga menentukan proses pemaknaan orang tersebut. Dalam hal ini lingkungan sosial yang dimaksud adalah lingkungan sosial yang berhubungan dengan pengetahuan kognitifnya. Proses bersosialisasi yang berhubungan dengan kognisi dapat dilihat pada lingkungan pekerjaan dan aktivitas terbesar dalam kesehariannya. Dengan demikian yang dimaksud pekerjaan dalam hal ini termasuk di dalamnya adalah status pekerjaan sebagai mahasiswa dan jenis-jenis pekerjaan lainnya termasuk pengelompokan pekerjaan seperti akademisi, administrasi dan praktisi dilapangan. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa persepsi akan ditentukan oleh kumpulan pengetahuan yang dimiliki. Kumpulan pengetahuan tentunya akan terbentuk dalam proses perkembangan pendidikan. Dengan demikian jenjang pendidikan tentunya akan menentukan pemaknaan. Dalam kaitan dengan pemaknaan kenyamanan thermal, seseorang dengan kumpulan kognisi pengetahuan kenyamanan thermal yang berbeda tentunya akan mempunyai pemaknaan yang berbeda terhadap istilah-istilah kenyamanan thermal ruang. Landasan Teori Kenyamanan thermal, kenyamanan thermal adalah proses yang melibatkan proses fisik fisiologis dan psikologis. Sehingga kenyamanan thermal adalah kondisi pikir seseorang yang mengekspresikan kepuasan dirinya terhadap lingkungan thermalnya. Variabel fisik kenyamanan thermal dan pemaknaan istilah-istilah kenyamanan thermal ruang meliputi 1) suhu udara, 2) suhu radiasi rata-rata, 3) kelembaban, 4) pergerakan udara atau angin, dan 5) kualitas kandungan udara berupa polusi udara. Kelima variabel tersebut akan menjadi alternatif makna pada istilah-istilah kenyamanan thermal ruang. Istilah-istilah kenyamanan thermal ruang harus meliputi istilah-istilah yang mempunyai keragaman dimensi yang mencakup kelima variabel iklim ruang dan kualitas kandungan udara. Tiga faktor yang akan membedakan pemaknaan seseorang terhadap istilahistilah kenyamanan thermal ruang adalah sebagai berikut: 1) Lingkungan tinggal terlama. 2) Level pengetahuan tentang kenyamanan thermal dan jenjang pendidikan 3) Status sosial berdasar jenis pekerjaan. Hipotesis, Sasaran Target Kerja Penelitian dan Metode Penelitian Hipotesis dan Sasaran Target Kerja Sasaran ini akan berupa target kerja dan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1) Mencari nilai kemunculan variabel iklim ruang dalam pemaknaan setiap istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal. 2) Mencari ranking nilai kemunculan variabel iklim ruang dalam pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal. 3) Uji signifikansi perbedaan pemberian makna istilah kualitas kenyamanan thermal di antara kelompokkelompok dengan kategori yang berbeda. Dengan rincian hipotesis sebagai berikut :

9 Pertama, (i) Ho: Tidak terdapat perbedaan pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal di antara kelompok responden yang berbeda menurut kategori lingkungan tinggal terlama. (ii) Ha: Ada perbedaan pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal di antara kelompok responden yang berbeda menurut kategori lingkungan tinggal terlama. Kedua, (i) Ho: Tidak terdapat perbedaan pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal di antara kelompok responden yang berbeda menurut kategori pengetahuan tentang kenyamanan thermal. (ii) Ha: Ada perbedaan pemaknaan istilahistilah kualitas kenyamanan thermal di antara kelompok responden yang berbeda menurut kategori pengetahuan tentang kenyamanan thermal. Ketiga, (i) Ho: Tidak terdapat perbedaan pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal di antara kelompok responden yang berbeda menurut kategori jenis pekerjaan. (ii) Ha: Ada perbedaan pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal di antara kelompok responden yang berbeda menurut kategori jenis pekerjaan Metoda Penelitian Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian berlokasi di Yogyakarta. Populasinya adalah mahasiswa Arsitektur Dosen serta Praktisi Aristektur yang berada di Yogyakarta. Sampel diambil secara acak per kategori kelompok mahasiswa, Dosen, Praktisi Aristektur, Responden mahasiswa diambil dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok mahasiswa yang belum pernah mengikuti kuliah yang berhubungan dengan kenyamanan thermal. Kelompok ke dua adalah mahasiswa yang sudah mengikuti kuliah dengan topik kenyamanan thermal. Di antara dua kelompok ini terdapat kelompok dengan latarbelakang tempat tinggal terlama yang berbeda. Berdasarkan tempat tinggal terlama responden mahasiswa dibagi dua, Kelompok pertama adalah kelompok yang tinggal di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa yang meliputi Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian serta dan Bali serta Nusa Tenggara. Responden dosen diambil dari dosen dilingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencaan UII dan di luar UII. Responden praktisi arsitektur diambilkan dari anggota IAI (Ikatan Arsitek Indodesia) wilayah Yogyakarta. Secara keseluruhan, responden yang dilibatkan adalah 332. Terdiri dari 178 mahasiswa yang belum mengikuti kuliah Kenyamanan Thermal, 124 mahasiswa yang sudah mengikuti kuliah kenyamanan thermal dan ditambah 13 praktisi arsitektur dan 17 orang dosen. Sugiyono, 2000 mengatakan bahwa populasi tidak hanya obyek atau subyek yang dilihat sebagai wilayah tempat generalisasi dari aspek kuantitas jumlah saja. Melainkan juga dapat dilihat dari aspek karakteristiknya. Sehingga dalam penelitian ini populasinya adalah karakteristiknya pemaknaan istilah-istilah kualitas thermal dalam kaitan variabel iklim thermal ruang dari seluruh responden. Populasi karakteristik seluruh pemaknaan tersebut diwakili berdasarkan kombinasi hubungan pemaknaan yang mungkin dipilih meliputi kombinasi hubungan pemaknaan tujuh istilah kualitas thermal ( Sejuk, Segar, Gerah, Pengap, Dingin, Panas dan Nyaman) dengan lima variabel iklim ( Suhu udara, Suhu radiasi rata-rata, Kelambaban, Pergerakan udara/ Kecepatan angin dan Polusi udara). Dari kombinasi tersebut didapat 35 karakteristik pemaknaan. Alat Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Seperti dijelaskan di depan, karena informasi yang akan dikumpulkan adalah pemaknaan, maka alat yang digunakan adalah pengumpulan pendapat melalui kuisioner.

10 Sugini, Pemaknaan Istilah- Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang... Analisis akan dilakukan dengan alat statistik. Dengan tahapan skoring dan uji signifikansi perbedaan nilai pemaknaan pada kelompok responden Uji signifikansi perbedaan nilai pemaknaan pada kelompok responden dilakukan dengan membandingkan nilai pemaknaan di antara kelompok menurut kategori jenis pekerjaan yang ada pada seluruh responden, level pengetahuan kenyamanan thermal pada kelompok jenis pekerjaan mahasiswa, kelompok tempat tinggal terlama pada kelompok mahasiswa, level pendidikan pada seluruh responden. Tingkat kepercayaan akan diambil pada 5 %. Teknik analisis menggunakan alat statistik yang dipilih didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1) Analisis yang akan dilakukan meliputi dua tahap. Tahap pertama adalah mencari ranking pemaknaan dari kombinasi pemaknaan yang mungkin disusun dari tujuh isitilah kenyamanan thermal dan lima variabel ikilim yang akan diuji. 2) Tahap ke dua adalah analisis uji signifikansi perbedaan. Sampel diambil dari komponen pemaknaan yang didapat dari responden yang tidak berhubungan. Sampel akan diuji signifikansi perbedaannya menurut kategori level pengetahuan kenyamanan thermal dan tempat tinggal terlama dan kategori jenis pekerjaan. Pengujian akan dilakukan pada kombinasi pemaknaan yang menduduki ranking pertama dilihat dari hasil analisis tahap pertama. 3) Berdasarkan hal tersebut di atas, menurut Sugiyono, 2000 maka alat statistik yang digunakan adalah analisis chi kuadrat dengan dua dan k sampel independen atau analisis Z skore. 4) Berdasarkan pengumpulan data, ternyata alat analisis chi kuadrat tidak dapat digunakan karena beberapa data isian sel lebih kecil dari lima. Sebagaimana diketahui syarat penggunaan alat chi kuadrat adalah isian sel harus sama dengan atau lebih besar dari lima. Sehingga untuk selanjutnya analisis dilakukan dengan menggunakan z skore. Sebagai konsekuensinya maka responden dikelompokan dalam dua kelompok untuk setiap uji perbedaan Hasil dan Pembahasan Berdasarkan sasaran tersebut maka bab IV ini akan dibagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama akan menyajikan hasil penelitian yang merupakan jawaban dari sasaran pertama dan bagian ke dua akan menyajikan hasil penelitian yang menjawab pembuktian hipotesis yang diajukan. Pada setiap penyajian hasil sekaligus juga dilakukan pembahasan. Nilai Kemunculan, Ranking Nilai Variabel Iklim Ruang pada Pemaknaan setiap Istilah-Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Berdasarkan data yang terkumpul dan cara perhitungan yang telah diuraikan pada bagian metoda penelitian maka dapat dilihat hasil nilai kemunculan kemunculan variabel iklim ruang pada pemaknaan setiap istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal dan ranking nilai variabel iklim ruang pada pemaknaan setiap istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal seperti yang disajikan dalam tabel 4.1, 4.2, 4.3 terlampir. Dari hasil yang disajikan pada tabel lampiran 4.1, 4.2 dan 4.3 dapat diambil pelajaran bahwa : Variabel iklim yang popular Secara keseluruhan, variabel iklim yang paling popular berkaitan dalam pemaknaan istilah-istilah kualitas thermal secara berurutan adalah sebagai dirinci pada tabel 2. Empat variabel ranking satu sampai dengan empat secara teoritis berdasarkan penelitian sebelumnya adalah variabel-variabel yang menentukan kenyamanan thermal selain dua variabel personal pakaian dan tingkat metabolisme. Dari hasil ini dapat dilihat kesesuaian temuan penelitian ini dengan konsep dan teori dari Fanger(1982), Gagge (dalam Morris, Markus, 1980), dan Koenigsberger dkk (1973).

11 Tabel 2 Ranking popularitas variabel iklim berdasarkan jumlah nilai pemaknaan semua istilah yang melibatkan variabel yang bersangkutan NO NAMA VARIABEL IKLIM MAHASISWA DOSEN PRAKTISI JUMLAH RANKING 1 SUHU UDARA 908 56 24 988 1 2 PERGERAKAN UDARA/ANGIN 452 36 23 511 2 3 KELEMBABAN 308 18 17 343 3 4 SUHU RADIASI 258 22 14 294 4 5 POLUSI UDARA 248 12 13 273 5 2409 Pemaknaan setiap istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal dalam kaitan dengan variabel iklim Bila dilihat nilai pemaknaan untuk setiap istilah-istilah kualitas thermal ruang yang menduduki ranking tertinggi, secara lebih detail dapat disusun variabel iklim ruang yang berkaitan dalam pemaknaan istilah-istilah kualitas thermal sebagai terinci pada tabel 3. Tabel 3 Variabel iklim ruang yang menduduki ranking tertinggi dalam pemaknaan istilahistilah kualitas thermal ruang pada kelompok responden dan pada keseluruhan responden. Istilah Kualitas Thermal Variabel iklim ruang Keterangan Sejuk Suhu Udara Ranking tertinggi terjadi pada setiap tiga kelompok responden berdasarkan kategori pekerjaan dan pada seluruh responden secara keseluruhan Segar Pergerakan udara / Kecepatan Angin Ranking tertinggi terjadi pada setiap tiga kelompok responden berdasarkan kategori pekerjaan dan pada seluruh responden secara keseluruhan Gerah Suhu udara Ranking tertinggi terjadi pada kelompok responden mahasiswa berdasarkan kategori pekerjaan namun tidak pada seluruh responden secara keseluruhan Gerah Suhu radiasi Ranking tertinggi terjadi pada dua kelompok responden berdasarkan kategori pekerjaan yaitu dosen dan praktisi dan pada seluruh responden secara keseluruhan Pengap Kelembaban Ranking tertinggi terjadi pada setiap tiga kelompok responden berdasarkan kategori pekerjaan dan pada seluruh responden secara keseluruhan Dingin Suhu Udara Ranking tertinggi terjadi pada setiap tiga kelompok responden berdasarkan kategori pekerjaan dan pada seluruh responden secara keseluruhan Panas Suhu Udara Ranking tertinggi terjadi pada kelompok responden mahasiswa dan terjadi pada seluruh responden secara keseluruhan Panas Suhu Radiasi Ranking tertinggi terjadi pada kelompok responden dosen dan praktisi, namun tidak tertinggi untuk seluruh responden secara keseluruhan Nyaman Suhu Udara Ranking tertinggi terjadi pada kelompok responden kelompok mahasiswa dan dosen serta tertinggi untuk seluruh responden secara keseluruhan Nyaman Pergerakan udara/kecepatan Angin Ranking tertinggi terjadi pada kelompok responden kelompok praktisi dan tidak tertinggi untuk seluruh responden secara keseluruhan

12 Sugini, Pemaknaan Istilah- Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang... Uji Signifikansi Perbedaan Pemaknaan Istilah-Istilah Kenyamanan Thermal oleh Variabel Iklim Ruang pada Kelompok Responden yang Berbeda Sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian metode penelitian, maka metoda uji signifikansi dilakukan dengan alat z score. Hasil rekapitulasi analisis dapat dilihat tabel lampiran 4.6. Dari dua tabel tersebut dapat ditemukan jawaban terhadap hipotesis penelitian sebagai berikut: Pertama, uji signifikansi perbedaan pemaknaan di antara kelompok tempat tinggal terlama yang berbeda. Dari tabel lampiran 4.6 dapat dilihat bahwa dari sepuluh pengujian ada satu perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti pada pengujian kombinasi pemaknaan istilahistilah kenyamanan thermal oleh lima variabel iklim ruang pada kategori perbedaan tempat tinggal terlama yang berbeda terdapat 10 % perbedaan yang signifikan.perbedaan tersebut terjadi pada kombinasi pemaknaan istilah kualitas thermal panas dengan variabel iklim suhu udara. Kedua, uji signifikansi perbedaan pemaknaan di antara kelompok level pengetahuan tentang kenyamanan thermal yang berbeda. Dari tabel lampiran 4.6 dapat dilihat bahwa dari sepuluh pengujian terdapat enam temuan perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti pada pengujian kombinasi pemaknaan istilah-istilah kenyamanan thermal oleh lima variabel iklim ruang pada kategori perbedaan level pengetahuan kognitif kenyamanan thermal yang berbeda terdapat 60 % perbedaan yang signifikan. Perbedaan tersebut terjadi pada kombinasi pemaknaan istilah-istilah kualitas thermal ruang dengan variabel iklim ruang sebagai berikut: 1) Gerah dengan suhu udara. 2) Dingin dengan suhu udara. 3) Panasdengan suhu udara. 4) Panas dengan suhu radiasi. 5) Nyaman dengan suhu udara. 6) Nyaman dengan pergerakan angin atau kecepatan angin. Uji signifikansi perbedaan pemaknaan di antara kelompok berdasarkan jenis pekerjaan yang berbeda. Dari tabel lampiran 4.6 dapat dilihat bahwa dari tiga puluh pengujian terdapat tujuh temuan perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti pada pengujian kombinasi pemaknaan istilah-istilah kenyamanan thermal oleh lima variabel iklim ruang pada kategori perbedaan jenis pekerjaan yang berbeda terdapat 23,33 % perbedaan yang signifikan.perbedaan tersebut terjadi pada kombinasi pemaknaan istilah kualitas thermal ruang dan variabel iklim ruang sebagai berikut: Dari tabel lampiran 4.6 dapat dilihat bahwa dari pengujian perbedaan berdasarkan kategori jenis pekerjaan antara dosen dengan mahasiswa hanya terdapat 10 % perbedaan yang signifikan. Sedangkan pada 20 pengujian perbedaan yang melibatkan mahasiswa dengan praktisi dan dosen dengan praktisi terdapat enam perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti ada 30 % perbedaan. Gejala ini dapatlah secara logis dipahami sebagai berikut. Kelompok responden dosen dan mahasiswa menghabiskan waktunya pada kondisi ruang belajar mengajar yang menggunakan sistem penghawan yang relativ sama. Pada praktisi, dengan melihat pada alternatif-alternif bentuk jenis pekerjaan praktek maka kelompok praktisi mempunyai perbedaan sistem penghawaan baik dengan kelompok dosen maupun kelompok mahasiswa. Dugaan tentang alasan logis yang telah diurai pada paragraf sebelumnya nampaknya sesuai dengan teori thermoregulator perilaku yang disusun oleh Auliciems yang tersaji pada lampiran gambar 1 berikut. Dari skema lampiran gambar 1 dapat dilihat bahwa perilaku seseorang termasuk dalam bersikap dan memberikan makna adalah produk dari proses kendali psikologis yang terbentuk antara lain oleh

13 lingkungan thermal masa lalunya. Masa lalu itu adalah akumulasi keseharian yang menjadi kebiasaan dalam manusia melakukan aktivitasnya. Penjelasan logis ini tentunya akan menarik untuk diuji lebih lanjut pada penelitian yang lain. Benarkah kebiasaan lingkungan tempat beraktivitas yang berbeda akan membentuk pemaknaan istilah-istilah kualitas thermal ruang yang berbeda? Dapatkah penjelasan logis dari hubungan kebiasaan lingkungan tempat beraktivitas yang berbeda ini dianalogikan pada penilaian kualitas thermal ruang? Berdasarkan tabel lampiran 4.6 dapat dilihat bahwa dari seluruh pengujian berjumlah 50 pengujian. Kesemuanya menunjukan adanya perbedaan yang signifikan walaupun dengan prosentasi yang berbeda beda. Bila perbandingan jumlah perbedaan yang signifikan terhadap jumlah pengujian yang bersesuaian digunakan sebagai skore maka dapat disusun urutan berdasarkan ranking terbanyak sebagai berikut : Tabel 4 Tabulasi ranking yang menunjukan jumlah perbedaan yang signifikan di antara tiga kategori perbedaan No Faktor yang menentukan perbedaan pemaknaan 1 Level pengetahuan kognisi kenyamanan thermal Skore berdasarkan perbandingan jumlah perbedaan yang signifikan terhadap jumlah pengujian yang bersesuaian dengan faktor Ranking 60 1 2 Jenis pekerjaan 23,33 2 3 Tempat tinggal terlama 10 3 Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa variabel yang dominan berkaitan dengan pemaknaan istilah-istilah kualitas thermal ruang adalah level pengetahuan kognitif kenyamanan thermal Dominasi variabel level pengetahuan kognitif kenyamanan thermal terhadap dua variabel lain konsisten dengan teori psikologi yang dirangkum oleh Sarlito Wirawan (1992). Bahwa faktor kognitif akan mempengaruhi kendali psikologis seseorang dalam berperilaku. Dalam hal ini yang dimaksud dengan perilaku meliputi perilaku yang terbuka berupa tindakan ataupun perilaku tertutup yang tidak nampak seperti sikap, pemaknaan dan penilaian. Sehingga dalam kasus penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kognitif khususnya tentang pengetahuan kenyamanan thermal, akan mempengaruhi proses kendali psikologis seseorang dalam pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal ruang dalam kaitan dengan variabel iklim ruangnya. Dalam kaitannya dengan batasan responden penelitian ini maka muncul pertanyaan apakah gejala yang sama juga akan terjadi bila riset dilakukan pada responden dengan lingkup keilmuan bukan arsitektur? Bagaimana bila riset dilakukan pada responden dengan pengelompokan lintas lingkup disiplin ilmu? Bila ternyata secara substansial memang hasil pembuktian ini teruji benar adanya, apakah kebenaran ini dapat dianalogikan dengan penelitian pada sikap manusia terhadap kenyamanan thermal yang lain diluar pemaknaan istilah? Bisakah diterapkan hubungan faktor-faktor latarbelakang responden dengan pemaknaan istilah-istilah kualitas thermal ruang dalam penelitian ini pada sikap manusia terhadap kenyamanan thermal yang lain seperti sikap dalam menilai kualitas kenyamanan thermal? Jawaban-jawaban ini tentunya akan ditemukan pada penelitian-penelitian yang lain.

14 Sugini, Pemaknaan Istilah- Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang... Dari hasil analisis tabel 4.6 dapat olah ranking istilah-istilah kenyamanan thermal yang dari yang bias dan yang tidak bias pemaknaannya. Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jumlah perbedaan yang signifikan berdasarkan tujuh term yang diuji. Sebagai contoh untuk istilah nyaman, dari 10 pengujian yang dilakukan terhadap istilah ini, ada 4 pengujian yang berbeda signifikan. Sehingga bila skoring didasarkan pada proporsi antara jumlah perbedaan yang signifikan dengan pengujian yang dilakukan terhadap istilah yang bersesuaian dikalikan 100 didapat maka akan didapat nilai 40. Demikian secara rinci dapat dilihat sebagai berikut pada tabel 5. Tabel 5 Tabulasi jumlah perbedaan yang signifikan berdasarkan istilah-istilah kenyamanan thermal yang diuji No Istilah kenyamanan thermal Skore berdasarkan proporsi antara jumlah perbedaan yang signifikan dengan pengujian yang dilakukan terhadap istilah yang bersesuaian Ranking Ketera ngan 1 Gerah 50 1 Paling bias 2 Nyaman 40 2 3 Panas 30 3 4 Segar 20 4 5 Dingin 20 4 6 Pengap 0 5 Paling tidak 7 Sejuk 0 5 bias Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa istilah Sejuk dan pengap adalah istilah yang paling tidak bias. Sedangkan istilah gerah adalah istilah yang paling bias dan nyaman menduduki ranking ke dua paling bias di bawah gerah. Dengan demikian dapat disimpulkan penggunaan istilah nyaman dalam penelitianpenelitian kenyamanan thermal harus sangat hati-hati dan akan lebih baik diperjelas dengan istilah-istilah yang lebih detail. Dalam hal ini istilah sejuk mempunyai potensi untuk dipilih sebagai istilah yang digunakan dalam penelitian thermal, disusul oleh istilah dingin, segar dan panas. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Empat variabel iklim ruang pertama yang popular pada responden sama dengan empat variabel iklim yang diusulkan dalam konsep dan teori dari Fanger(1982), Gagge (dalam Morris, Markus, 1980), dan Koenigsberger dkk (1973). Empat variabel tersebut secara berurutan adalah Suhu Udara, Pergerakan Udara/ Kecepatan Angin, Suhu Radiasi, Kelembaban. 2) Istilah-Istilah kualitas kenyamanan thermal ruang dalam pemaknaan berkaitan dengan variabel-variabel iklim ruang sebagai berikut :

15 Tabel 6 Pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal ruang dalam kaitannya dengan empat variabel iklim ruang Istilah-Istilah kualitas kenyamanan thermal ruang Sejuk Segar Gerah Pengap Dingin Panas Nyaman Suhu udara Variabel iklim ruang Pergerakan udara/ Kecepatan angin Suhu radiasi Kelembaban Suhu Udara Suhu udara dan Suhu radiasi Suhu udara danpergerakan udara/ Kecepatan angin Di antara 50 pengujian signifikansi perbedaan terdapat 14 pengujian yang membuktikan adanya perbedaan yang siginifikan pada pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal dalam kaitannya dengan lima variabel iklim ruangnya. Urutan istilah-istilah kenyamanan thermal yang paling bias sampai dengan yang tidak bias adalah sebagai berikut: Tabel 7 Istilah-istilah kenyamanan thermal dan tingkat kebiasannya Istilah kenyamanan thermal Ranking Keterangan Gerah 1 Paling bias Nyaman 2 Panas 3 Segar dan dingin 4 Sejuk Pengap 5 Paling tidak bias Variabel level pengetahuan kognitif kenyamanan thermal, tempat tinggal terlama dan jenis pekerjaan adalah variabel yang berkaitan dan diduga akan mempengaruhi pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal dalam kaitannya dengan variabel iklim ruang. Variabel yang paling dominan berkaitan dan diduga dominan mempengaruhi adalah variabel level pengetahuan kognitif kenyamanan thermal. Dapat diduga bahwa lingkungan thermal masa lalu yang menjadi kebiasaan seseorang dalam keseharian akan berkaitan dengan proses kendali psikologis dalam pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal dalam kaitan dengan variabel iklim ruang. Hal ini konsisten dan memperkuat skema konsep thermoregulator perilaku yang diajukan oleh Auliciems. Dapat diduga bahwa level pengetahuan kognitif khususnya pengetahuan kognitif kenyamanan thermal akan berkaitan dengan proses kendali psikologis dalam pemaknaan istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal dalam kaitan dengan variabel iklim ruang. Hal ini konsisten dengan teori teori hubungan proses psikologis dengan pengetahuan kognitif yang dirangkum Sarlito Wirawan (1992). Dalam konteks penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses kendali psikologis seseorang yang di dalamnya termasuk proses pemilihan sikap terhadap kenyamanan thermal ruang akan berkaitan dengan kebiasaan lingkungan thermal masa lalu dan pengetahuan kognitifnya.

16 Sugini, Pemaknaan Istilah- Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang... Saran Bagi pengembangan ilmu tentang kenyamanan thermal, penting untuk dilakukan penelitian yang berkelanjutan untuk menguji dugaan-dugaan sebagai berikut: 1) Apakah keterkaitan-keterkaitan yang disimpulkan dalam penelitian ini juga konsisten untuk responden di luar lingkup bidang Arsitektur? 2) Apakah keterkaitan-keterkaitan yang disimpulkan dalam penelitian ini juga konsisten untuk pemaknaan kualitas kenyamanan thermal lain seperti pemaknaan terhadap level kualitas kenyamanan thermal ruang? 3) Khususnya dalam aktivitas-aktivitas penelitian, perlu kehati-hatian para peneliti dalam penggunaan istilah nyaman pada kuisioner. Dari penelitian ini istilah nyaman adalah istilah yang mempunyai temuan perbedaan yang signifikan. Istilah-istilah sejuk, pengap, adalah istilah yang paling potensial untuk digunakan dalam penyusunan kusionerkuisioener pada penelitian kenyamanan thermal disusul dengan istilah-istilah dingin, segar dan panas. Bagi dunia praktek, dalam penelitian ini dapat dilihat hasil yang menunjukan variabel-variabel iklim ruang apa yang dominan menjadi makna dari istilah-istilah kualitas kenyamanan thermal ruang. Berdasarkan penelitian ini dapat disusun kriteria-kriteria dan parameter-parameter arahan desain yang sesuai dengan pemaknaan kualitas kenyamanan thermal yang diinginkan oleh pengguna. Tabel 5.1 adalah tabel yang bisa memberikan idea untuk menyusun kriteria-kriteria dan parameter-parameter tersebut. Secara lebih khusus, bila responden dapat mewakili masyarakat kita, maka istilah nyaman sangat berkaitan dengan suhu udara dan pergerakan udara / kecepatan angin. Dari hal ini peneliti menyarankan kepada para praktisi tentang perlunya penekanan dua variabel suhu udara dan pergerakan udara /kecepatan angin pada proses dan produk desain di lapangan. Pustaka Acuan Bell, Fisher, Loomis, (1978), Environmental Psychology, Sounders Company, Philadephia. De Dear& Brager, (2002), Thermal Comfort in Naturally Ventilated Buildings: Revisions to ASHRAE Standard 55, Jurnal : Energy and Buildings 34, Elsevier Science, www.elsevier.com/locate/enbuild. Evans, (1980), Housing Climate and Comfort, The Architeture Press, London. Fanger, (1982), Thermal Comfort, Analysis and Aplications in Environmental Enginering, Robert E. Krieger Publishing Company, Malabar. Gifford, (1987), Environmental Psychology Principles and Practice, Allyn and Bacon Inc, Boston.. Koenigsberger, Ingersoll, MayHew,Szokolay, (1973), Manual of Tropical Housing and Building, Orient Longman, Bombay. Markus, Morris, (1980): 43, Building, Climate and Comfort, Pitman, London

17 Nicol & Humphreys, (2002), Adaptive Thermal Comfort and Sustainable Thermal Standards for Buildings, Journal: Energy and Buildings 34, Elsevier Science, www.elsevier.com/locate/enbuild. Peter Hoppe, (2002), Different Aspects of Assessing of Indoor & Outdoor Thermal Comfort, Journal: Energy and Buildings 34, Elsevier Science, www.elsevier.com/locate/enbuild. Sarwono, (1992), Psikologi Lingkungan, Grasindo, Jakarta Sugini, (2002), Peta Taksonomi Studi Kenyamanan Thermal, Teknisia, Yogyakarta. Sugiyono, (2000), Statistik untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.