ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

KETERKAITAN PENERIMAAN DAERAH DAN PDRB PROPINSI JAMBI (PENDEKATAN SIMULTAN)

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. implikasi pada pelimpahan wewenang antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang.

Elastisitas penerimaan pajak dan pendapatan asli daerah Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

V. PEMBAHASAN. perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

Analisis penerimaan pajak daerah dan pengaruhnya terhadap pendapatan perkapita Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

Analisis derajat desentralisasi dan kemandirian PAD serta hubungannya dengan produktivitas belanja daerah di Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK DAERAH PROPINSI JAMBI (Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Jambi)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KOTA KEDIRI SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH SKRIPSI. Oleh :

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

BAB I PENDAHULUAN. dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tugas Pembantuan.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32/2004 dan terakhir diganti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

ANALISA KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KOTA DEPOK WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan secara luas, nyata, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ibnu (1994 : 29), bahwa pembangunan daerah adalah proses

ANALISIS KEMANDIRIAN DAERAH SUBOSUKAWONOSRATEN DALAM PELAKSANAAN SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH ( TINJAUAN KEUANGAN DAERAH )*

BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN PADA ERA OTONOMI DAERAH (PERIODE ) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN DAERAH PROVINSI MALUKU

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA JAMBI DI LIHAT DARI PERSPEKTIF AKUNTABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah

I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

DAMPAK BELANJA DAERAH TERHADAP KETIMPANGAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

I. PENDAHULUAN. dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian mengalami dua kali revisi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum bagi yang dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TABALONG DALAM OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

3.1. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

I. PENDAHULUAN. pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

Transkripsi:

Volume 12, Nomor 2, Hal. 57-62 ISSN 0852-8349 Juli Desember 2010 ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2000 2008 Rosmeli Fakultas Ekonomi, Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361 Abstrak Pesatnya pembangunan di daerah mengharuskan daerah memperbaiki semua aspek yang mendukung pelaksanaan pembangunan. Salah satu aspek yang perlu diperbaiki terus ditingkatkan adalah dari aspek keuangan (fiskal). Dari hasil penelitian diperoleh (1 ) Provinsi Jambi mencapai pertumbuhan yang cukup baik, dengan hasil sumbangan terbesar oleh pajak daerah (2) Apabila dilihat dari proposi terhadap PDRB selama tahun 2000 2008 sebesar 2.26% yang artinya pembangunan masih didominasi oleh swasta, dan dilihat dari kemampuan membayar pajak sebesar 1.84% (3) Posisi fiskal selama kurun waktu sembilan tahun menunjukkan hasil baik sebesar 6.64%. Kata kunci: perkembangan ; proporsi ; elastisitas PENDAHULUAN Setiap daerah di Indonesia diberikan hak untuk melakukan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab yang dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah. Pemberian kewenangan dimaksud dilaksanakan secara proporsional yang diwujudkan dalam pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Maksud dari pemberian otonomi daerah adalah untuk pembangunan dalam arti luas yang meliputi segala segi kehidupan, dimana dalam pelaksanaannya diharapkan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan keadilan, potensi dan keanekaragaman daerah dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (Syamsi, 1994). Untuk menyelenggarakan otonomi daerah tersebut, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber-sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, maka pemerintah daerah harus berusaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah Tersebut. Berkaitan dengan otonomi daerah yaitu yang berkenaan dengan pelimpahan wewenagn pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan dana publik dan pengaturan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat, maka peranan data keuangan daerah sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasikan sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar bekanja yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien (Dhue, 1987). Pesatnya pembangunan di daerah mengharuskan daerah memperbaiki semua aspek yang mendukung pelaksanaan pembangunan. Salah satu aspek yang perlu diperbaiki terus ditingkatkan adalah dari aspek keuangan (fiskal). Keuangan sebagai unsur penting dalam mendukung kegiatan pembangunan harus terus dijaga dan ditingkatkan ketersediaannya. Ketersediaan keuangan sebagai sumber pembiayaan akan mempercepat proses kegiatan dan pencapaian tujuan pembangunan yang telah ditetapkan atau direncanakan. Semakin baik atau besar keuangan daerah, maka akan semakin stabil pula kedudukan pemerintah, semakin efektif dalam memberikan pelayanan dalam 57

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora pembangunan dan dijadikan sebagai indikator secara nyata atas kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi METODE PENELITIAN Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung potensi (Halim, 1996). Analisis Perkembangan. G t t = 1 x100%... (1) t 1 G RP = Perkembangan (%) PRP t = Penerimaan t (Rp) PRP t-1 = Penerimaan Tahun sebelumnya (Rp) P (proporsi) TPD i Elastisitas Elastistias (4) = Kontribusi = Total Penerimaan Pajak daerah = Total PDRB i x100% PDRB =..(4). Elastisitas = Elastisitas i = Perubahan Total Penerimaan PDRB =Perubahan Total 1. Tidak Elastis Sempurna (E= O) 2. Elastis Sempurna (E = ) 3. Elastis Uniter (E=1) 4. In Elastis (E <1) 5. Elastis (E>1) Untuk Melihat kontribusi terhadap PDRB digunakan analisis Proporsi. Analisis Proporsi P T i ( ) x 100% proporsi =...(2) P (proporsi) T i = Kontribusi = Total Penerimaan = Total PDRB TPD P( proporsi ) = x100%... (3) Tabel 1. Perkembangan provinsi Jambi tahun 2000 2008 Tahun Komponen HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Pendapatan asli daerah merupakan potensi tiap daerah untuk dikelola dan dikembangkan oleh pemerintah daerah itu sendiri untuk meningkatkan penerimaan daerah. Di Provinsi Jambi selama tahun 2000 2008 Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan, dan sumbangan terbesar diberikan oleh Pajak daerah, disusul dengan Lain lain Pendapatan asli daerah, retribusi daerah dan bagian laba BUMD. Pajak Daerah Retribusi Daerah Laba BUMD Lain-lain Pendapatan Total 2000 40,656,665,605.68 2,657,661,468.00 1,937,510,894.32 4,267,657,501.64 49,519,495,469.64 2001 72,274,129,014.28 3,476,346,048.00 1,561,755,566.26 9,794,618,444.53 87,106,849,073.07 75.90 2002 123,718,257,750.56 10,800,424,981.75 2,216,963,127.36 22,458,851,625.59 159,194,497,485.26 82.75 2003 180,605,667,906.87 23,529,681,040.38 2,757,958,833.58 25,164,994,128.46 232,058,301,909.29 45.77 2004 246,153,517,603.15 16,266,665,697.00 3,538,018,561.89 23,318,477,757.13 289,276,679,619.17 24.65 2005 281,722,332,085.00 17,332,879,987.00 2,262,249,002.00 47,193,977,299.58 348,511,438,373.58 20.47 2006 311,238,808,551.00 20,336,902,908.00 2,749,984,191.65 52,390,791,334.79 386,716,486,985.44 10.96 2007 372,444,014,569.00 23,195,023,572.00 4,848,059,241.58 50,722,566,170.59 451,209,663,553.17 16.67 2008 527,008,669,551.00 51,489,563,913.00 6,303,507,593.25 65,022,346,662.72 649,824,087,719.97 44.02 Sumber: Jambi Dalam Angka tahun 2000-2008 % 58

Rosmeli. : Analisis Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jambi Tahun 2000 2008 Selama tahun 2000 2008 pertumbuhan pendapatan asli daerah provinsi Jambi paling tinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 82.75% dari tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan meningkatnya dengan cepat penerimaan dari retribusi daerah sebesar 210.68%, dan lain lain pendapatan daerah meningkat menjadi 129.29% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2004 jumlah pendapatan asli daerah provinsi Jambi sebesar Rp. 289,276,679,644.17 atau mengalami peningkatan sebesar 24.65 dari tahun sebelumnya. Pajak daerah memberikan kontibusi sebesar 85.09% sementara lain-lain pendapatan daerah memberikan kontribusi sebesar 8.06% dari total Pendapatan Asli Daerah. Untuk tahun 2006 pendapatan asli daerah provinsi jambi hanya tumbuh 10.96% dari tahun sebelumnya, ini dikarenakan Pajak daerah hanya mengalami penigkatan 10% dari tahun sebelumnya atau 80% dari total Pendapatan Asli daerah disumbangkan oleh pajak daerah. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2007, pada tahun ini total pendapatan asli daerah provinsi jambi mengalami pertumbuhan sebesar 16.67% dari tahun 2006, hal ini dikarenakan meningkatnya penerimaan komponen dari Pajak daerah sebesar 19.66%, retribusi daerah sebesar 14.05% dan bagian laba BUMD sebesar 76.29%, hanya saja penerimaan dari lain-lain pendapatan daerah mengalami penurunan 3.18% dari tahun sebelumnya. Tahun 2008 Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jambi mengalami pertumbuhan sebesar 44.02% dari tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan meningkatanya penerimaan dari berbagai komponen pembentukan seperti pajak daerah yang mengalami peningkatan sebesar 41.50%; retribusi daerah sebesar 121.98% dan lain-lain pendapatan daerah sebesar 213.77% dari tahun sebelumnya. Dengan semakin besar penerimaan yang bersumber dari, maka semakin besar pula kemampuan daerah untuk membiayai daerah itu sendiri. Proporsi dan Pajak Daerah Terhadap PDRB Proporsi terhadap PDRB menggambarkan seberapa besar proporsi penerimaan terhadap total Produk Domestik Regional Bruto, sementara rasio antara penerimaan pajak dengan kapasitas atau kemampun bayar pajak. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan masyarakat membayar pajak adalah PDRB Jika PDRB suatu daerah meningkat, maka kemampuan daerah dalam membayar pajak juga akan meningkat. Ini berarti administrasi penerimaan daerah dapat meningkatkan daya pajak agar penerimaan pajak daerah juga meningkat (Suparmoko, 2001). Tabel 2. Proporsi dan pajak daerah terhadap PDRB tahun 2000-2008 Tahun Total PDRB Total Pajak Daerah Retribusi Daerah Proporsi (/PDRB) Proporsi (PD/PDRB) 2000 9,569,243,000,000.00 49519495470 40,656,665,605.68 2,657,661,468.00 0.517486028 0.424868149 2001 10,205,591,000,000.00 87106849073 72,274,129,014.28 3,476,346,048.00 0.85352087 0.708181712 2002 10,803,424,000,000.00 159,194,497,485.26 123,718,257,750.56 10,800,424,981.75 1.473555953 1.14517636 2003 11,224,280,000,000.00 232,058,301,909.29 180,605,667,906.87 23,529,681,040.38 2.067467151 1.609062389 2004 11,955,889,000,000.40 289,276,679,619.17 246,153,517,603.15 16,266,665,697.00 2.419532999 2.058847465 2005 12,621,977,000,000.10 348,511,438,373.58 281,722,332,085.00 17,332,879,987.00 2.761147785 2.231998459 2006 13,365,626,000,000.70 386,716,486,985.44 311,238,808,551.00 20,336,902,908.00 2.893366064 2.328651187 2007 14,275,047,000,000.00 451,209,663,553.17 372,444,014,569.00 23,195,023,572.00 3.160827867 2.60905631 2008 15,296,726,000,000.80 649,824,087,719.97 527,008,669,551.00 51,489,563,913.00 4.248125303 3.445238344 Rata rata 2.266114447 1.840120042 Sumber: Data diolah ; PD = Pajak Daerah; RD = Retribusi Daerah 59

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora Sejalan dengan itu kemampuan masyarakat membayar retribusi daerah dapat diukur dengan rasio anatara penerimaan retribusi daerah dengan total produk domestik regional bruto pada tahun yang sama. Ketiga analisis diatas digunakan untuk mengerahui seberapa besat tingkat kemandirian daerah dalam membiayai kebutuhan daerah tersebut. Berdasarkan tabel diatas, apabila dilihat dari sisi /PDRB, pelaksanaan pembangunan daerah masih didominasi oleh pihak swasta yang dilihat proporsi terhadap PDRB rata rata 2.26% selama tahun 2000 2008. Pada tahun 2000 peranan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan hanya 0.51% sedangkan sisanya dilakukan oleh pihak swasta dan ini terus mengalami pertumbuhan, sehingga peranan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan terus meningkat, hingga tahun 2008 peranan permerinatah dalam pelaksanaan pembangunan daerah dilihat dari proporsi terhadap PDRB sebesar 4.24%. Untuk daya pajak atau proposi pajak daerah terhadap PDRB selama tahun 2000 2008 rata-rata sebesar 1.84%. Pada tahun 2000 proporsi pajak daerah terhadap kemampuan membayar pajak yang dilihat dari PDRB sebesar 0.51%, dengan meningkatnya PDRB Provinsi Jambi setiap tahunnya meyebabkan peningkatan pada proposi terhadap PDRB, tahun 2008 kemampuan masyarakat daerah membayar pajak daerah sebesar 3.44% dan peningkatan PDRB membawa dampak terhadap kemampuan masyarakan daerah dalam membayar pajak sehingga penerimaan pajak daerah terus mengalami peningkatan. Elastisitas terhadap PDRB Posisi fiskal dihitung dengan mencari koefisien elastisitas terhadap PDRB dengan data rata-rata pertumbuhan selama tahun 2000 2008 sebagai berikut. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka elastisitas terhadap PDRB Provinsi Jambi adalah: 40.15 Elastisita s terhadap PDRB( HK) = =6.64 6.04 Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa dengan menggunakan PDRB harga konstant, laju pertumbuhan PDRB sangat berpengaruh terhadap peningkatan, yang artinya jika PDRB mengalami peningkatan sebesar 1% maka provinsi jambi akan meningkat selama 6.64%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan: 1. Selama tahun 2000-2008 Provinsi Jambi sumbangan terbesar oleh pajak daerah, Lain lain Pendapatan asli daerah,retribusi daerah dan bagian laba BUMD. 2. Apabila dilihat dari proposi terhadap PDRB selama tahun 2000 2008 sebesar 2.26%. Tabel 3. Pertumbuhan dan PDRB provinsi Jambi tahun 2000 2008 Tahun Total PDRB (HK) % Total % 2000 9,569,243,000,000.00-49519495470 - 2001 10,205,591,000,000.00 6.649930407 87106849073 75.90415 2002 10,803,424,000,000.00 5.857896912 159,194,497,485.26 82.75773 2003 11,224,280,000,000.00 3.895579772 232,058,301,909.29 45.7703 2004 11,955,889,000,000.40 6.51809292 289,276,679,619.17 24.6569 2005 12,621,977,000,000.10 5.571212647 348,511,438,373.58 20.47685 2006 13,365,626,000,000.70 5.89169985 386,716,486,985.44 10.96235 2007 14,275,047,000,000.00 6.804178121 451,209,663,553.17 16.67712 2008 15,296,726,000,000.80 7.157097276 649,824,087,719.97 44.01821 Rata rata 6.043210988 Rata rata 40.15295 Sumber: Data diolah 60

Rosmeli. : Analisis Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jambi Tahun 2000 2008 3. Elastisitas terhadap PDRB harga konstan yang menggambarkan posisi fiskal selama kurun waktu sembilan tahun menunjukkan hasil baik sebesar 6.64% Saran 1. Untuk lebih meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah, retribusi daerah merupakan komponen yang mempunyai potensi paling besar untuk dikembangkan. 2. Upaya untuk terus meningkatkan peranan terhadap pembangunan daerah dan kemampuan membayar pajak daerah terus ditingkatkan. 3. Posisi fiskal hendaknya ditingkatkan, agar kemampuan daerah dalam membiayai kebutuhan dalam membiayai daerah semakin lebih baik DAFTAR PUSTAKA Jambi Dalam Angka. 2008. Jambi Dalam Angka 2000-2008. Dispenda Kota Jambi Dhue, J. 1987. Keuangan Negara (Terjemahan Iskandaryah). Univeritas Indonesia. Jakarta.. Halim, Abdul, 1996. Manajemen Keuangan Daerah, Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta. Syamsi, I., 1994, Dasar-dasar Kebijakan keuangan Negara, Edisi ke III, Rineka cipta, Jakarta. Suparmoko, M. 2001. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Edisi Pertama, Yogyakarta. 61

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora 62