RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Gorontalo (selanjutnya disingkat BG) adalah bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI. Ekawati A1D

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB III METODE PENELITIAN

PEMEROLEHAN KATA ANAK USIA LIMA TAHUN MELALUI PENCERITAAN DONGENG DI TK AISYIYAH PILANG MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN BERJUTA RASANYA KARYA TERE LIYE:KAJIAN SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SINTAKSIS DR 413. Drs. H. Usep Kuswari, M.Pd. Hernawan, S.Pd., M.Pd.

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. (Wirjosoedarmono dalam Husain Junus dan Arifin Banasuru, 1996: 14).

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif karena desain ini merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

KEMAMPUAN MENGANALISIS STRUKTUR KALIMAT DEKLARATIF SISWA KELAS XI SMA KATOLIK SANTO PAULUS JEMBER TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

Transkripsi:

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA N. POMALINGO NIM 311 410 064 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2015

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO Oleh Nurma N. Pomalingo (Ketua) Asna Ntelu (Anggota 1) Sance A. Lamusu (Anggota 2) Universitas Negeri Gorontalo Program Studi S1 Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia ABSTRAK Relasi subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimanakah subjek dalam klausa bahasa Gorontalo?, (2) predikat dalam klausa bahasa Gorontalo?, (3) relasi subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo?. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) mendeskripsikan subjek dalam klausa bahasa Gorontalo, (2) mendeskripsikan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo, (3) mendeskripsikan relasi subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Data dalam penelitian bahasa Gorontalo lisan dan tulisan berupa tuturan atau percakapan orang Gorontalo yang ada di desa Bualemo B kecamatan Bualemo. Dalam teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data/data reduction, penyajian data/data display, dan kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diuraikan berdasarkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Urainnya, dapat dilihat pada tiap contoh kalimat dengan penggunaan subjek dan predikat yang ada dalam percakapan. Dalam penentuan subjek terdiri atas kata benda, kata petunjuk, dan subjek yang berupa jawaban atas pertanyaan apa dan siapa sedangkan penentuan predikat dapat diperhatikan kata kerja, kata-kata aspek atau modalitas. Relasi subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo dapat dipahami berdasarkan fungsi dan makna penempatan unsur subjek dan predikat yang terkandung pada klausa tersebut. Oleh karena itu, subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo memiliki relasi secara fungsional dan maknawi. Kata kunci: relasi, subjek, predikat, klausa bahasa Gorontalo

Pendahuluan Bahasa Gorontalo sebagai bahasa daerah tidak hanya berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah serta alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat. Tetapi, bahasa Gorontalo juga berfungsi sebagai pendukung bahasa nasional, sebagai bahasa pengantar di Sekolah Dasar, pada tingkat permulaan serta sebagai alat pengembangan dan pendukung kebudayaan daerah. Pateda (1999:1) menjelaskan bahwa dalam penggunaannya, BG sudah banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti masuknya dialek bahasa dari daerah lain, pengaruh pengajaran bahasa Indonesia di masa kanak-kanak. Bahasa dari daerah lain dan pengajaran bahasa di masa kanak-kanak merupakan hal yang harus diantisipasi oleh setiap orang khususnya masyarakat Gorontalo agar tidak menimbulkan efek negatif terhadap penggunaan bahasa Gorontalo. Hal ini karena secara umum suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh dua faktor tersebut. Sebagai contoh, kebanyakan anak-anak yang baru lahir cenderung dibelajarkan dengan bahasa Indonesia, mengakibatkan anak-anak tersebut tidak menguasai bahasa Gorontalo. Selanjutnya, penggunaan bahasa Gorontalo juga dipengaruhi oleh pernikahan antara orang Gorontalo dengan etnik dari daerah lain. Faktor tersebut merupakan penyebab bahasa Gorontalo sedikit demi sedikit akan hilang dari penguasaan generasi muda masyarakat Gorontalo atau menyebabkan bahasa Gorontalo akan semakin terpinggirkan. Penggunaan bahasa Gorontalo bukan hanya di Provinsi Gorontalo, tapi sering digunakan di luar Provinsi Gorontalo. Hal ini disebabkan oleh adanya masyarakat transmigrasi dari Gorontalo yang berafiliasi ke daerah lain. Hal tersebut terdapat pada komunikasi orang Gorontalo yang ada di desa Bualemo B Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Masyarakat desa Bualemo B Kecamatan Bualemo adalah masyarakat transmigrasi yang notabenenya berpenduduk mayoritas orang Gorontalo dan sering menggunakan BG di lingkungan keluarga, bahkan dalam komunikasi sehari-hari dalam masyarakat. Namun dalam penggunaanya, masyarakat tidak menyadari adanya

hubungan satu sama lain antara unsur kalimat dalam BG, sehingga memerlukan kajian-kajian tertentu untuk mengetahui hubungan tersebut. Penelitian dan analisis terhadap BG perlu dilakukan melalui pendekatan struktural dengan pusat kajian terhadap seluk-beluk kalimat/klausa sebagai pembangun gramatika suatu bahasa. Tidak dapat dibantah bahwa di antara unsur yang paling penting dalam kalimat/klausa adalah subjek yang umumnya berupa nomina dan predikat yang umumnya berupa verba. Kedua unsur tersebut mempunyai peranan yang penting dalam sebuah kalimat/klausa serta saling berhubungan dimana subjek merupakan hal yang diterangkan dalam kalimat/klausa sedangkan predikat merupakan unsur yang menerangkan dalam kalimat atau klausa. Dengan demikian, struktur pernyataan yang menjadi unsur utama pembangun klausa terdiri atas subjek dan predikat, yang ditandai oleh unsur-unsur gramatikal dalam sebuah bahasa. Sementara itu konsep relasi gramatikal meliputi subjek, objek dan sebagainya yang merupakan fungsi-fungsi sintaksis dalam sebuah bahasa. Kajian tentang seluk-beluk relasi dan peran gramatikal suatu bahasa jelas berhubungan dengan sejumlah konsep dan istilah sintaksis lainnya. Ada korelasi yang terikat erat antara struktur klausa dengan relasi dan peran gramatikal dalam sebuah bahasa. Kajian tentang relasi dan peran gramatikal (dalam kaitannya relasi subjek dan predikat dalam BG) dapat menjelaskan sistem gramatika khususnya bidang sintaksis bahasa tersebut. Permasalahan tentang kajian dalam bahasa Gorontalo sangat beranekaragam. Dengan adanya persoalan ini, maka pengkajian ini fokus pada subjek dan predikat serta relasi kedua unsur tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka relasi subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo penting untuk diteliti. Olehnya itu, penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan subjek dalam klausa bahasa Gorontalo, (2) mendeskripsikan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo, (3) mendeskripsikan relasi subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo. Sehubungan hal di atas, satuan klausa merupakan hal terdiri atas unsurunsur yang berupa frase yang inti sarinya adalah subjek dan predikat. Di dalam sintaksis, dijelaskan tentang unsur-unsur satuan tersebut serta hubungan antara

unsur-unsur tersebut. Ramlan (1981:2) menjelaskan bahwa hubungan antara unsur-unsur satuan wacana, kalimat, klausa maupun satuan yang lain terdiri dari hubungan fungsional maupun hubungan maknawi. Sebagai contoh, pada tataran klausa Furqon sedang mandi terdiri dari unsur fungsional S adalah Furqon dan P adalah sedang mandi. Selain itu, frase Furqon merupakan golongan N (Nomina) dan sedang mandi termasuk golongan V (verb). Jadi, secara fungsional klausa tersebut terdiri atas S yang diikuti P atau secara kategorial klausa tersebut terdiri dari N yang diikuti V. Sedangkan hubungan maknawi antar unsurnya, Furqon yang menduduki fungsi S menyatakan makna pelaku (Pel), dan sedang mandi yang menduduki fungsi P menyatakan makna tindakan (Tind.) Jadi, klausa tersebut terdiri dari unsur-unsur maknawi Pel, dan diikuti Tind. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Hal ini disebabkan oleh masalah yang ada pada penelitian ini adalah masalah-masalah yang terjadi secara faktual dalam kondisi tertentu. Deskriptif adalah gambaran karakteristik atau ciri-ciri data yang otentik dan secara akurat berdasarkan sifat alamiah tersebut (Djajasudarma, 1993:15). Jadi, metode penelitian deskriptif merupakan gambaran faktual data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijelaskan melalui hasil penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu (1) teknik simak libat cakap yang merupakan teknik yang dilakukan peneliti untuk terlibat langsung dan berpartisipasi aktif dalam penyadapan penggunaan bahasa (Mahsun, 2012:93), (2) merekam percakapan yang dilakukan oleh orang Gorontalo yang ada di desa Bualemo B kecamatan Bualemo kabupaten Banggai provinsi Sulawesi Tengah, (3) mencatat percakapan bahasa Gorontalo atau hasil rekaman yang dituturkan oleh informan yang berhubungan dengan penelitian. Setelah data terkumpul, maka dilakukan teknik analisis data. Teknik analisis data pada penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut (1) peneliti menyeleksi data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Informasi yang telah didapat dilapangan sebagai data sementara dirangkum dan diorganisasikan secara sistematik, (2) data disajikan dalam bentuk uraian singkat. Peneliti akan

menyajikan data yang ditemukan dalam bahasa Gorontalo untuk dianalisis relasi subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo, (3) menyimpulkan hasil análisis data penelitian berdasarkan konsep struktural tentang relasi subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Subjek (S) merupakan bagian dari unsur dalam kalimat atau klausa yang menyatakan sebagai pelaku, tindakan, keaadaan, masalah atau segala sesuatu hal yang menjadi pokok suatu pembicaraan dan dapat diterangkan oleh predikat (P). Fungsi subjek ini dapat diisi oleh kata benda atau frasa nomina, klausa, maupun frasa verba. Dalam klausa bahasa Gorontalo penggunaan subjek dalam kalimat lebih banyak menggunakan kata benda. Selain menggunakan kata benda, subjek dalam klausa bahasa Gorontalo juga menunjukkan pelaku berupa nama orang yang berupa nomina dan frasa nomina. Jadi, subjek dalam kalimat/klausa dalam bahasa Gorontalo tidak hanya menggunakan kata saya tetapi juga kata orang dalam percakapan. Subjek juga disertai kata penunjuk yang ditempatkan antara subjek dan predikat, dan bahkan kata ganti penunjuk itu dapat bertindak menjadi subjek dalam kalimat. Ciri ini untuk menyatakan subjek yang bersifat takrif (definite), biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu. Penentuan subjek juga dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa. Sedangkan subjek kalimat yang bukan manusia biasanya digunakan kata tanya apa. Predikat (P) merupakan bagian kalimat yang berfungsi memberitahu atau menerangkan tindakan atau melakukan perbuatan subjek dalam sebuah kalimat. Dengan kata lain predikat adalah bagian kalimat yang memberitahukan objek atau subjek dalam keadaan tertentu (Hikmat dan Solihati, 2013:32). Klausa bahasa Gorontalo menggunakan predikat berupa kata kerja. Hal ini karena secara umum unsur pengisi fungsi predikat dalam klausa bahasa Gorontalo adalah kate kerja. Selain itu, predikat predikat dalam klausa bahasa Gorontalo dapat disertai kata-

kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau. Relasi subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Pada hakikatnya subjek selalu berdampingan dengan predikat dalam memperjelas kalimat. Hal itu dapat dipahami dari fungsi dan makna yang terkandung dalam subjek dan predikat itu sendiri. Pembahasan Dalam menganalisis subjek dalam klausa bahasa Gorontalo dapat dilakukan: pertama, mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa. Kedua, subjek yang disertai kata petunjuk yang ditempatkan antara subjek dan predikat, serta kata ganti petunjuk yang bertindak sebagai subjek dalam kalimat. Ketiga, subjek berupa nomina atau frasa nominal, verba atau adjektiva. Sedangkan penentuan predikat dapat menggunakan kata sifat dan kata kerja dan predikat yang disertai kata-kata aspek atau modalitas. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua dalam ciri-ciri subjek dan predikat terdapat dalam klausa bahasa Gorontalo. Hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya menunjukkan bahwa relasi subjek dan predikat dalam bahasa Gorontalo dilihat dari aspek fungsi dan makna. Hal tersebut mengacu kepada unsur-unsur klausa. Dalam klausa memiliki subjek, predikat, objek, keterangan. Oleh karena itu, hal yang paling penting dalam klausa adalah predikat. Komponen-komponen yang terdapat dalam klausa terdiri atas subjek yang berhubungan dengan pelaku dalam kalimat, predikat yang berhubungan dengan perbuatan pelaku, objek yang berhubungan penderita, dan keterangan berhubungan dengan tempat, waktu, dan bilangan. Berdasarkan pandangan inilah relasi subjek dan predikat merupakan salah satu unsur kalimat yang tidak bisa dipisahkan. Dalam menentukan relasi subjek dan predikat harus memperhatikan langkah-langkah yang ada dalam ciri-ciri subjek dan predikat di atas. Namun dalam relasi subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo hanya sebagian

yang ada. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri subjek dan predikat tidak semuanya ada dalam klausa bahasa Gorontalo. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini. 1) Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa. Subjek yang disertai kata itu. subjek yang didahului kata bahwa. Subjek yang mempunyai keterangan pewatas yang. Subjek yang tidak didahului preposisi. Kemudian, subjek berupa nomina atau frasa nominal, verba atau adjektiva. Namun, dalam penentuan subjek di atas lebih banyak menggunakan frasa nomina dan kalimat yang lain menggunakan kata petunjuk itu. 2) Predikat berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia. Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Predikat suatu kalimat bisa berupa ungkapan pernyataan, perintah, pertanyaan dan seruan. Kemudian, dalam penentuan predikat di atas menggunakan kata sifat dan dan kerja. Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek dalam klausa bahasa Gorontalo menggunakan kata benda sedangkan predikat menggunakan kata kerja dan kata sifat. Olehnya itu, hubungan subjek dan predikat dalam bahasa Gorontalo dapat dipahami dari makna dan fungsi yang terkandung di dalam klausa tersebut, sehingga penempatan subjek dan predikat sangat menentukan untuk memperjelas kalimat yang ada dalam klausa bahasa Gorontalo. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diuraikan simpulan penelitian sebagai berikut ini. 1) Subjek dalam klausa bahasa Gorontalo Dalam menentukan subjek dapat dilihat berdasarkan ciri-cirinya yaitu: (a) subjek sebagai kata benda, (b) subjek sebagai kata petunjuk, (c) subjek berupa jawaban atas pertanyaan apa dan siapa.

2) Predikat dalam klausa bahasa Gorontalo Penentuan predikat dapat di dilihat berdasarkan ciri-cirinya yaitu: (a) predikat sebagai kata kerja (b) predikat disertai kata-kata aspek atau modalitas. 3) Relasi Subjek dan Predikat dalam Klausa bahasa Gorontalo Relasi subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo dapat dipahami pada penempatan unsur subjek dan predikat yang terkandung pada klausa tersebut. Relasi subjek dan predikat dalam klausa bahasa Gorontalo dapat dijelaskan berdasarkan hubungan fungsi dan makna. Daftar Pustaka Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik, Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: PT. Eresco Hikmat, Ade dan Nani Solihati. 2013. Bahasa Indonesia (untuk Mahasiswa S1 & Pascasarjana, Guru, Dosen Praktisi, dan Umum). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya/Ed. Revisi-6. Jakarta: Rajawali Pers Pateda, Mansoer.1999. Kaidah Bahasa Gorontalo. Gorontalo: Viladan Ramlan. 1981. Sintaksis.Yogyakarta: Universitas Gaja Mada