Kampus Karangwangkal Jl Dr Suparno PO Box 130 Purwokerto ;

dokumen-dokumen yang mirip
Kampus Karangwangkal Jl Dr Suparno PO Box 130 Purwokerto

BioLink JURNAL BIOLOGI LINGKUNGAN, INDUSTRI, KESEHATAN

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

KUALITAS SPERMA SAPI BEKU DALAM MEDIA TRIS KUNING TELUR DENGAN KONSENTRASI RAFFINOSA YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

OBSERVASI KUALITAS SEMEN CAIR SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP PERBEDAAN WAKTU INKUBASI PADA PROSES PEMISAHAN SPERMATOZOA

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

PENGARUH AIR KELAPA MERAH YANG MUDA DAN TUA SEBAGAI PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA PENYIMPANAN DINGIN

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

Motility of Spermatozoa Brahman Bull in CEP-D Diluent with Egg Yolk Suplementation of Gallus sp. of Hisex Brown Strain during Refrigerator Storage

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

Pengaruh Pengencer Sintetis dan Alami Terhadap Motilitas Spermatozoa Sapi Brahman Selama Penyimpanan dalam Suhu Dingin

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

Penambahan Fruktosa Mempertahankan Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Kalkun yang Disimpan pada Suhu 4 C

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

KORELASI KADAR ph SEMEN SEGAR DENGAN KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

Kualitas Semen Cair Domba Garut pada Penambahan Sukrosa dalam Pengencer Tris Kuning Telur

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI PEJANTAN PADA PENYIMPANAN DAN LAMA SIMPAN YANG BERBEDA

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA PENGENCER YANG BERBEDA SELAMA PENDINGINAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

PENGGUNAAN KATALASE DALAM PRODUKSI SEMEN DINGIN SAPI

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta 2. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong 3

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

EFFEKTIFITAS SUBSTITUSI PENGENCER TRIS-SITRAT DAN KOLESTEROL MENGGUNAKAN AIR KELAPA DAN KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI POTONG

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

PENGARUH PENGGUNAAN RAK STRAW SELAMA EQUILIBRASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI PERANAKAN ONGOLE

Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Burung Puyuh (Coturunix coturnix japonica) dalam Pengencer Fosfat Kuning Telur pada Suhu 4ºC

EVALUASI KUALITAS SPERMATOZOA HASIL SEXING PADA KEMASAN STRAW DINGIN YANG DISIMPAN PADA SUHU 5 C SELAMA 7 HARI

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

Tatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. DAYA TAHAN SPERMATOZOA SAPI FRISIEN HOLSTEIN DALAM BERBAGAI BAHAN PENGENCER PADA SUHU 5 o C BIDANG KEGIATAN : PKM-AI

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

Motilitas Spermatozoa Sapi Brahman dengan Berbagai Konsentrasi dalam Pengencer CEP-D yang Disimpan dalamrefrigerator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM

PERAN MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

VIABILITAS SEMEN SAPI SIMENTAL YANG DIBEKUKAN MENGGUNAKAN KRIOPROTEKTAN GLISEROL

Pengaruh Krioprotektan dan Waktu Ekuilibrasi Terhadap Kualitas dan Fertilitas Spermatozoa Itik dan Entog

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia

Penambahan Sari Kacang Hijau pada Tris sebagai Bahan Pengencer terhadap Motilitas, Daya Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Sapi Kebumen

Transkripsi:

Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Itik Lokal (Anas platyrhyncos) Setelah Penyimpanan dalam Medium Berbeda Dikombinasi Krioprotektan Kuning Telur Berbagai Konsentrasi Yusni Atifah 1, Dadang Mulyadi Saleh 2, Hendro Pramono 1, dan Yulia Sistina 1 1 Fakultas Biologi, 2 Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Kampus Karangwangkal Jl Dr Suparno PO Box 130 Purwokerto 53123 Email: yuliaunsoed@gmail.com ; yulia.sistina@unsoed.ac.id Abstract Diterima Maret 2013 disetujui untuk diterbitkan Mei 2013 The purpose of this study is to asses motility and viability of domestic duck (Anas platyrhyncos) spermatozoa after 6 day storing in preservation medium of different egg yolk cryoprotectant concentration in three different medium Tris, PBS or Ringer lactate. In this experiment, we applied 3 combination of factors as treatments : extender (Tris, PBS or Ringer lactate), egg yolk (EY) concentration (0, 5, 10, 15 or 25%) and storage time (0,1,2,3,4,5,6 days). Spermatozoa was obtained by massage technique, ejaculate then were swup up in the extender, the swup-up sperm then were incubated in preservation medium as each treatments subjected to motility and viability assesment before and after storage at refrigerator temperature (5 0 C). The results showed that sperm motility and viability were highly significantly different (P<0.01) among 107 treatments. Extender factor as well as storage duration time were highly significantly different (P<0.01) affected the motility and viability of the treated sperm. EY concentration was significantly (P<0.05) affected viability, however there were no factor (P>0.05) affected motility of the sperm. The best treatment resulted in promising quality having the highest motility of 46,67 ± 32,15 5 motile was from the treatment of 10% EY in PBS stored for 4 days. The best viability result was from the tretament of 25% EY in PBS after 4 days storage resulted in 5 ± 36,05 % of viabie sperm. In conclusion this protocol could be applied for artificial insemination trial. Key words: Egg yolk; preservation medium; domestic duck spermatozoa; motility; viability Abstrak Tujuan penelitian ini untuk menilai motilitas dan viabilitas spermatozoa itik lokal (Anas platyrhyncos) setelah penyimpanan 6 hari dalam medium penyimpanan kombinasi berbagai konsentrasi krioprotektan kuning telur (egg yolk /EY) dengan tiga ekstender berbeda Tris, PBS atau Ringer lactat. Penelitian eksperimen ini menerapkan tiga kombianis factor sebagai perlakuan: ekstender (Tris, PBS or Ringer lactate), kuning telur (EY) konsentrasi 0, 5, 10, 15 atau 25% and waktu penyimpanan (0,1,2,3,4,5,6 hari). Spermatozoa diperoleh dengan metode urut, ejakulat atau sperma yang diperoleh di-swup up dalam ekstender, spermatozoa hasil swimp up digunakan untuk perlakuan dalam medium penyimpanan sesuai perlakuan dan dinilai motilitas dan viabilitasnya, sebelum dan sesudah penyimpanan dalam temperatur refrigerator (5 0 C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa motilitas dan viabilitas spermatozoa sabgat nyata (P<0.01) berebda diantara107 perlakuan. Faktor ekstender juga factor lama penyimpanan secra sangat nyata (P<0.01) mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa perlakuan. Konsentrasi EY secara nyata (P<0.05) mempengaruhi viabilitas, namun tidak nyata (P>0.05) menentukan motilitas spermatozoa. Perlakuan terbaik menghasilkan kualitas yang berpotensi yaitu motilitas tertinggi of 46,67 ± 32,15 5 dari 10% EY dalam PBS disimpan selama 4 hari. Viabilitas terbaik dari perlakuan 25% EY dalam PBS pasca 4 hari disimpan, reratanya 5 ± 36,05 %. Disimpulkan bahwa spermatozoa penyimpanan perlakuan protokol ini dapat diujicobakan dalam pembuahan buatan atau AI artificial insemination. Kata kunci: Kuning telur, medium penyimpanan, spermatozoa itik lokal, motilitas, viabilitas

Pendahuluan Itik lokal (Anas platyrhyncos) yang merupakan jenis itik yang akrab dengan kehidupan masyarakat, digemari konsumen karena kualitas daging dan telurnya yang bagus, sehingga mendorong peningkatan produksi itik lokal. Produktivitas itik lokal sangat erat kaitannya dengan sistem perkawinan itik. Pejantan itik lokal sekali ejakulasi bisa menghasilkan ejakulat yang banyak yaitu 0,3 1,5 ml (Toelihere, 1981) atau 0,5-1 ml (Rose, 1997). Sperma atau ejakulat bisa digunakan untuk mengawini beberapa betina. Sperma bisa ditampung dan disimpan sehingga sewaktu-waktu bisa digunakan untuk mengawini betina lain dengan teknik inseminasi buatan (IB) (Campbell et al., 2003). Teknik IB bisa menggunakan sperma hasil penyimpanan beku (frozen semen) maupun cair (chilled semen) (Sahashi et al., 2011). Untuk mempertahankan kualitas speema selama penyimpanan dibutuhkan medium penyimpanan semen yang mendukung kehidupan spermatozoa di luar tubuh induk serta dibutuhkan krioprotektan yang dapat melindungi spermatozoa dari cold shock akibat perubahan temperatur penyimpanan. Spermatozoa untuk dipreservasi atau diawetkan untuk beberapa lama sesudah penampungan, perlu dicampur dengan ekstender atau larutan pengencer dan dikombinasi dengan krioprotektan untuk menjamin kebutuhan fisik dan kimia spermatozoa selama preservasinya. Krioprotektan dibutuhkan spermatozoa di luar tubuh untuk melindungi dari temperatur dingin penyimpanan (Salisbury dan Vandemark, 1985). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui motilitas dan viabilitas spermatozoa itik lokal (Anas platyrhyncos) selama penyimpanan dalam berbagai medium penyimpanan kombinasi krioprotektan kuning telur (EY) berbagai konsentrasi dengan tiga ekstender berbeda. Materi dan Metode Penelitian eksperimental pola faktorial dengan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap, tiga faktor (1) ekstender tiga taraf yaitu Ringer laktat/rl (kalsium klorida 0,2 g/1000 ml, potassium chloride 0,3 g/1000 ml, sodium chloride 0,6 g/1000 ml, sodium laktat 3,1 g/1000 ml), Tris aminometan/t (6,64 g Tris hydroxymethyl-aminometan, 3,72g asam sitrat, 2,74g fruktosa, 0,2g ampicilin, 0,2g streptonisin dan 200 ml aquades), dan Phospat Buffer Saline/PBS (0,20g KCl, 0,20g KH 2 PO 4, 8g NaCl, 2,16g Na 2 PO 4.7H 2 O dalam 1 liter H 2 O). (2) krioprotektan kuning telur (EY) lima taraf konsentrasi (0, 5, 10, 15, atau 25 %). (3) lama waktu penyimpanan dengan tujuh taraf (0, 1, 2, 3, 4, 5 dan 6) hari. Krioprotektan EY dibuat segar pada hari penelitian, dibuat stok EY 40% dalam ekstender. Semen itik diperoleh dengan metode pengurutan, ejakulat yang keluar ditampung dalam spuit, untuk kemudian diswimp-up dalam ekstender. Swim-up dilakukan dalam temperatur ruang selama ± 30 menit (Sistina et al, 1993). Swim-up spermatozoa digunakan untuk perlakuan, ditambahkan stok EY sesuai perlakuan dalam medium penyimpanan yaitu 0, 5, 10, 15 atau 25% EY dalam ekstender. Semua perlakuan diberi label, disimpan dalam refrigerator, untuk pengamatan motilitas dan viabilitas sebelum dan sesudah preservasi. Penilaian persentase dan progresivitas motilitas (diskor 0-5 sesuai Sistina et al, 1993) menggunakan mikroskop inverted dan viabilitas spermatozoa, setelah pewarnaan Trypan blue 1% selama ± 10 menit lalu difiksasi dengan 4% paraformaldehid, menggunakan mikroskop cahaya. Data dianalisis dengan Anova program SPSS ver18 setelah transformasi ke akar persen kuadrat lalu arc sin. Hasil dan Pembahasan Sperma segar itik lokal (Anas platyrhyncos) dinilai kualitasnya sebelum digunakan sebagai sampel penelitian dan hanya semen dengan kualitas baik sesuai kriteria Affandy et al (2004) yang

digunakan untuk penelitian. Hasil pengamatan motilitas spermatozoa itik lokal dalam medium penyimpanan setelah 6 hari dalam temperatur refrigerator, rerata motilitasnya bervariasi, tertingginya 5% motil dari perlakuan 10 dan 15% EY PBS (Tabel 1). Rerata motilitas spermatozoa tertinggi sebelum penyimpanan diperoleh dari perlakuan 10% EY PBS (100% motil), menurun ke 88% setelah satu hari disimpan, lalu penyimpanan 2, 3, 4, 5, dan 6 hari penyimpanan, menjadi 80, 60, 46, 36, dan 5 %, berturut-turut yang terbukti secara statistik sangat nyata (P<0,01) motilitas spermatozoa perlakuan menurun (Tabel 1). Faktor ekstender dan faktor lama penyimpanan sama-sama secara sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi nilai persentase motilitas spermatozoa itik lokal perlakuan penyimpanan. Interaksi ekstender dengan lama penyimpanan berpengaruh secara sangat nyata (P<0,01), namun interaksi EY dengan ekstender atau dengan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Pengamatan motilitas dilengkapi dengan pengamatan progresivitas motilitas, hasilnya bahwa ekstender T, RL, dan PBS skor progresivitas dari skor 4 (gerak ke depan lurus cepat) sebelum penyimpanan (hari ke-nol) menjadi menurun namun masih memberikan skor lebih besar dari satu (gerak maju atau berpindah tempat) setelah penyimpanan. Setelah disismpan dua hari, skor progresivitasnya skor 2 (maju ke depan lintasan lingkaran) atau 3 (maju ke depan lintasan kurva). Hari ke enam penyimpanan skor progresivitasnya satu. Hasil analisis progresivitas membuktikan bahwa secara sendiri-sendiri, faktor ekstender atau lama penyimpanan dan interaksi medium dan laam pentimpanan secara sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi progresivitas motilitas. Faktor EY secara sendiri, interaksi EY secara nyata (P<0,05) mempengaruhi progresivitas motilitas spermatozoa perlakuan. Uji lanjut membutikan bahwa RL dan PBS T dan PBS berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan PBS, T & RL berbeda nyata (P<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstender terbaik yang memelihara motilitas spermatozoa itik lokal penyimpanan refrigerator hingga enam hari adalah ekstender PBS. Tabel 1. Rataan (±SD) persentase motilitas spermatozoa itik lokal (Anas platyrhyncos) selama preservasi dalam refrigerator 5 o C dalam medium penyimpanan kombinasi konsentrasi kuning telur (EY) dengan ekstender ringer laktat (RL) atau tris aminomethan (T), atau Phospat Buffer Saline (PBS). Table 1. Average percentage (±SD) of sperm motility of local duct (Anas platyrhyncos) during preservation at refrigerator 5 o C temperature in preservation medium of egg yolk (EY) combined with extender of ringer laktat (RL) or tris aminomethan (T), or Phospat Buffer Saline (PBS). Perlakuan 0%EYKT 96,67 76,67 ± 6 ± 33,33 ± 8,33 ± 5,00 ± ± ±2,89 5,77 5,77 14,43 8,66 5%EYT 9 5 ± 38,33 ± 31,66 ± 13,33 ± 13,33 ± ± ±1 26,46 33,29 12,58 23,09 23,09 10%EYT 86,67 53,33 ± 46,66 ± 4 ± 1 ± 13,33 ± ± ±11,55 32,15 20,82 17,32 23,09 15%EYT 86,67 53,33 ± 5 ± 4 ± 13,33 ± 13,33 ± 1,67 ± ±11,55 32,15 26,46 1 23,09 23,09 2,89 25%EYT 93,33 53,33 ± 4 ± 36,67 ± 13,33 ± 13,33 ± 0,33 ± ±5,77 27,54 2 11,55 23,09 23,09 0,58 0%KPBS 10 68,33 ± 51,67 ± 38,33 ± 23,33 ± ± ±

Perlakuan 5%EYPBS 10%EYPBS 15%EYPBS 25%EYPBS 0%KRL 5%EYRL 10%EYRL 15%EYRL 25%EYRL ± 20,21 16,07 22,55 25,17 98,33 ± 78,33 ± 63,33 ± 56,67 ± 46,67 ± 3 ± 3,67 ± 2,89 7,64 15,28 23,09 36,17 26,46 5,50 10 ± 88,33 ± 8 ± 6 ± 46,67 ± 36,67 ± 5,00 ± 7,64 8,66 17,32 32,15 32,14 5,00 10 ± 78,33 ± 66,67 ± 51,67 ± 36,67 ± 3 ± 5,00 ± 16,07 11,55 22,55 25,17 26,46 5,00 10 ± 83,33 ± 73,33 ± 56,67 ± 41,67 ± 33,33 ± 3,67 ± 7,64 11,55 15,26 23,63 28,57 5,51 98,33 ± 76,67 ± 55,00 ± 23,33 ± 7,00 ± 3,33 ± ± 2,89 23,09 27,83 11,55 5,20 2,87 96,67 ± 86,67 ± 61,67 ± 31,67 ± 4,33 ± ± ± 5,77 14,43 7,64 2,89 1,15 96,67 ± 89,33 ± 7 ± 46,67 ± 1 ± ± ± 5,77 16,77 1 5,77 5,00 10 ± 96,67 ± 76,67 ± 43,33 ± ± ± ± 95,00 ± 5,00 5,77 93,33 ± 11,55 5,77 75,00 ± 13,22 5,77 48,33 ± 16,07 6,67 ± 2,89 ± ± Hasil pengamatan viabilitas spermatozoa setelah pewarnaan Trypan blue menunjukkan bahwa setelah penyimpanan, rerata viabilitas spermatozoa menurun, paralel dengan data penurunan motilitas dan progresivitas motilitas. Viabilitas dapat dipelihara hingga 6 hari sebanyak 10% populasi spermatozoa perlakuan, data untuk konsentrasi EY 10%, 15% dan 25% eksender PBS (Tabel 2). Spermatozoa perlakuan medium penyimpanan 25% EY eksender RL pasca penyimpanan 1, 2 dan 3 hari menunjukkan berturut-turut 93%, 83%, 70% viabil. Setelah 4 hari penyimpanan, tertinggi viabilitasnya yaitu 50 % dari perlakuan 25% EY ekstender PBS (Tabel 2). Setelah 5, dan 6 hari penyimpanan, nilai viabilitas tertinggi yaitu 40 % dan 10%, berturut-turut dari perlakuan 15%EYPBS (Tabel 2). Hasil analisis membuktikan bahwa secara sendiri faktor ekstender, EY dan lama penyimpanan secara sangat nyata (P<0,01) menentukan, namun tidak ada interaksi (P>0,05) antara ekstender dengan EY dan lama penyimpanan. Hasil analisis membuktikan bahwa ada korelasi erat (koefisien korelasi Pearson=0,92) antara motilitas dan viabilitas. Berarti spermatozoa yang nampak motil berarti juga viabil, atau spermatozoa yang diam tidak motil tidak viabil atau mati. Hasil uji lanjut membuktikan bahwa RL dan PBS, juga T dan PBS berbeda sangat nyata (P<0,01), RL dan T tidak berbeda nyata (P>0,05) mennetukan viabilitas, jadi ekstender terbaik adalah PBS. Ekstender PBS terbukti paling baik memelihara motilitas dan viabilitas spermatozoa perlakuan penyimpanan. Hasil ini tidak sesuai laporan sebelumnya bahwa ekstender Tris baik memlihara spermatozoa sapi (Pratiwi et al, 2007). Hasil penelitian ini mengkonfirmasi laporan Philips (1939) menggunakan sperma cair yang disimpan 5 o C dalam ekstender PBS yang ditambah dengan kuning telur mampu mempertahankan motilitas dan fertilitas spermatozoa sapi, Schafer dan Holzmann (2000) menggunaan metode transmigration and Spermac TM untuk spermatozoa epididimis kucing menggunakan ekstender PBS menghasilkan nilai transmigrasi (pergerakan) spermatozoa kucing yang lebih baik dibanding dalam ekstender lain (medium sodium chloride), juga.

Menurut Devireddy et al. (1999) untuk preservasi spermatozoa tikus metode rapid freezing ekstender PBS dikombinasi dengan kuning telur 15% mampu memelihara motilitas dan viabilitas dengan baik, serta Rifka (1997) untuk spermatozoa ikan dengan ekstender PBS juga. Penambahan krioprotektan EY secara sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi viabilitas spermatozoa itik lokal, antar konsentrasi EY (5, 10, 15, 25%) sama baiknya. Hasil ini berbeda dari laporan Pratiwi et al (2007) hanya konsentrasi 10% EY terbaik untuk preservasi spermatozoa sapi. Hasil penelitian ini sesuai laporan Graham et al. (2004) pada spermatozoa gajah (Elevas maximus) preservasi spermatozoa dengan penambahan kuning telur pada empat medium yang berbeda pada temperatur 4 o C menunjukkan secara nyata (P<0.05) menurunkan viabilitas spermatozoa setelah dua hari preservasi dibandingkan tanpa penambahan kuning telur. Hu et al. (2006) melaporkan Low Density Lipoproteins kuning telur (LDL) 9% sebagai krioprotektan mampu menjaga motilitas spermatozoa babi setelah pembekuan dan thawing. Argumentasi Toelihere (1993) bahwa kelebihan kuning telur terletak pada lipoprotein dan lesitin yang terkandung di dalamnya yang bekerja mempertahankan dan melindungi integritas selubung lipoprotein sel spermatozoa. Dengan demikian, EY efektif untuk memelihara motilitas dan viabilitas spermatozoa itik lokal pasca preservasi atau penyimpanan refrigerator. Tabel 2. Rataan (±SD) persentase viabilitas spermatozoa itik lokal (Anas platyrhyncos) selama preservasi dalam refrigerator 5 o C dalam medium penyimpanan kombinasi konsentrasi kuning telur (EY) dengan ekstender Ringer laktat (RL) atau tris aminomethan (T), atau Phospat Buffer Saline (PBS). Table 2. Average percentage (±SD) of local duct (Anas platyrhyncos) sperm viability during preservation at refrigerator 5 o C temperature in preservation medium of egg yolk (EY) concentration combined with extender of Ringer laktat (RL) or tris aminomethan (T), or Phospat Buffer Saline (PBS). Perlakuan 0%EYKT 5%EYT 10%EYT 15%EYT 25%EYT 0%KPBS 5%EYPBS 10%EYPBS 15%EYPBS 25%EYPBS 0%KRL 98,33 ± 81,67 ± 33,33 ± 26,67 ± 15,00 ± 6,67 ± 0,67 ± 2,89 2,89 23,09 20,21 17,32 11,55 1,15 95,00 ± 7 ± 63,33 ± 41,67 ± 22,67 ± 16,67 ± 3,33 ± 5,00 17,32 15,28 29,30 36,67 28,87 5,77 95,00 ± 8 75,00 ± 51,67 ± 26,33 ± 2 ± 6,67± 5,00 ±1 8,67 24,66 42,16 34,64 11,55 93,33 ± 8 ± 7 ± 53,33 ± 27,67 ± 2 ± 6,67 ± 5,77 1 13,29 27,54 41,00 34,64 11,55 95,00 ± 76,67 ± 63,33 ± 53,33 ± 24,67 ± 2 ± 3,33 ± 5,00 11,55 15,28 23,09 39,26 34,64 5,77 96,67 ± 71,67 55,00 ± 33,33 ± 15,67 ± 1 ± 1,67 ± 5,77 ±10,41 13,29 15,28 25,42 17,32 2,89 98,33 ± 9 76,67 ± 78,33 ± 45,00 ± 36,67 ± 2,50± 2,89 ± 14,43 7,64 35,00 32,15 3,53 98,33 ± 83,33 ± 76,67 ± 63,33 ± 48,33 ± 33,33 ± 1 ± 2,89 5,77 7,64 29,30 33,29 28,87 10.0 96,67 ± 86,67 ± 78,33 ± 63,33 ± 48,33 ± 4 ± 1 ± 5,77 2,87 7,64 20,82 33,29 36,64 10,0 98,33 ± 9 ± 8 ± 66,33 ± 5 ± 36,67 ± 1 ± 2,87 1 1 25,66 36,05 32,15 10,0 98,33 ± 76,67 ± 55,00 ± 23,33 ± 7,00 ± 3,33 ± ± 2,89 23,09 27,83 11,55 5,20 2,87

Perlakuan 5%EYRL 10%EYRL 15%EYRL 25%EYRL 93,33 ± 9 ± 63,33 ± 43,33 ± 21,67 ± 6,67 ± 2,87 17,32 5,77 20,82 14,43 ±5,77 98,33 ± 93,00 ± 75,00 ± 5 ± 28,33 ± 6,67 ± ± 2,89 11,27 13,29 17,32 20,21 5,77 96,67 91,67 ± 78,33 ± 56,67 ± 33,33 ± 1 ± ± ±5,77 10,41 7,64 15,28 20,82 1 10 ± 93,33 ± 83,33 ± 7 ± 26,67 ± ± ± 11,55 11,55 26,46 15,28 Bahwa lama penyimpanan terbukti secara sangat nyata (P<0,01) menurunkan motilitas dan viabilitas spermatozoa, semakin lama waktu preservasi semakin menurun nilai motilitas dan viabilitas spermatozoa itik lokal. Hasil penurunan kualitas spermatozoa pasca penyimpanan diakibatkan oleh akumulasi asam laktat hasil proses metabolisme sel selama penyimpanan, menghasilkan kondisi medium penyimpanan menjadi asam, bersifat racun, menyebabkan kematian spermatozoa sesuai argumentasi Sugiarti et al (2004). Argumentasi Setiadi dan Julizar (2001) bahwa penurunan motilitas spermatozoa pasca preservasi yang lama diakibatkan oleh menurunnya zat makanan dan pengaruh zat toksik hasil sampingan dari proses metabolisme spermatozoa. Argumentasi Rizal et al. (2003) bahwa motilitas spermatozoa sangat bergantung pada suplai energi berupa adenosin triphosphate (ATP) hasil dari proses metabolisme sel. Jadi, semakin lama waktu preservasi, ketersediaan makanan dalam medium semakin berkurang, menjadi penyebab menurunnya motilitas dan viabilitas spermatozoa itik lokal. Banyaknya spermatozoa yang mati selama proses preservasi dapat berubah menjadi racun bagi spermatozoa yang masih hidup sesuai Soler et al (2003). Oleh karena itu kualitas spermatozoa makin menurun seiring lama waktu penyimpanan. Perlu dilakukan pengamatan morfologi dan penghitungan konsentrasi spermatozoa. Penting juga dilakukan uji coba untuk mengetahui fertilitas spermatozoa itik lokal (Anas platyrhyncos) pasca preservasi hasil penelitian ini dalam upaya inseminasi buatan menggunakan semen cair yang diperoleh penelitian ini. Simpulan Ekstender PBS secara sendiri atau dengan kombinasi berbagai konsentrasi kuning telur yang diujikan (5, 10, 15, dan 25%) terbaik untuk menyimpan spermatozoa itik lokal (Anas platyrhyncos) temperatur refrigerator (5 o C) hingga 6 hari. Semakin lama penyimpanan semakin menurunkan kualitas spermatozoa itik lokal. Untuk dimanfaatkan dalam inseminasi buatan, spermatozoa penyimpanan 3 hari atau 4 hari terbaik diujicoba. Ucapan terima kasih Penelitian ini terlaksana dengan bantuan berbagai pihak, terima kasih kepada Arie Amelia, Chelsy Ryrgiyensi, pak Hartono, Virgian, Wigih, Atang, Ma ruf, dan pak Sufiriyanto. Sumber dana LPPM Unsoed kontrak antara Yulia Sistina dan Unsoed no. Kept 435/UN23/PN.01.00/2012. Daftar Pustaka Affandhy, L., D. Pamungkas, Mariyono dan P. Situmorang. 2004. Efisiensi penggunaan semen cair melalui suplementasi mineral Zn dan Vitamin E pada sapi potong: Laporan Penelitian. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati, Pasuruan. Campbell, J. R., K. L. Campbell, and M. D. Kenealy. 2003. Artificial insemination. In: Anim. Sci. 41h Ed. Mc Graw-Hill. New York Devireddy, R. V., J. S. David., P. R. Kenneth and C. B. John. 1999.

Subzero Water Permeability Parameters of Mouse Spermatozoa in the Presence of Extracellular Ice and Cryoprotective Agents. Biology of Reproduction. 61 : 764 775 Graham. L. H., J. Bando., C. Gray and M. M. Buhr. 2004. Liquid Stirage of Asian elephant (Elephas maximus) Sperm at 4 degrees C. Anim.Reprod.Sci. 80:329-340 Hu, J. H., W. L. Qing., L. Gang., Y. C. Xiao., Y. Hai., S. Z. Shu and Q.W. Li. 2006. The Cryoprotective Effect on Frozen-thawed Boar Semen of Egg Yolk Low Density Lipoproteins. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 19: 486-494 Phillips, P. H. 1939. The Preservation of Bull Semen. J.Biol.Chem. 130: 415Pratiwi, W. C., L. Affandhy dan P. Situmorang. 2007. Observasi Kualitas Semen Cair Sapi Peranakan Ongole Terhadap Perbedaan Waktu Inkubasi Pada Proses Pemisahan Spermatozoa. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 195-200 Rifka. 1997. Pengaruh pengenceran Modifikasi Ringer dan PBS terhadap Motilitas Spermatozoa Ikan Beronang (Sigamus guttatus). Tesis. Program Pasca sarjana IPB, Bogor. Rizal, M., M. R. Toelihere., T. L. Yusuf., B. Purwantara dan P. Situmorang. 2003. Kualitas Semen Beku Domba Garut dalam Berbagai Konsentrasi Gliserol. JITV. 7(3):194-199. Rose, S. P. 1997. Prinsiples of Poultry Science. Harper Adem Agricultural College. London. Pp 70-78. Sahashi, Y., T. Otsuki, S. Hikagi, M. Nagano, Y. Yamashita, and M. Hishinuma. 2011. Effect of Butylated Hydroxytoluene on Dog Sperm Longevity in Chilling Storage and Cryopreservation. J. Vet. Med. Sci. 73(7): 895 899. Salisbury, G. W. dan N. L Vandemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Diterjemahkan oleh R. Djanuar. Gadjah mada University Press. Pp. 350-371. Schafer, S. and A. Holzmann. 2000. The use of transmigration and Spermace stain to evaluate epididymal cat spermatozoa. Animal Reproduction Science 59: 201 211 Setiadi, M. A and Julizar. 2001. Prediksi kesuburan spermatozoa domba melalui uji penembusan lendir estrus. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Sistina, Y., M. Lin, K. Mate, E.S. Robinson, J.C. Rodger. 1993. The Unique Stability of the Marsupial Sperm Acrosomal Membranes Examined by Unprotected Freeze- Thawing and Treatment with Detergent Triton X-100. Reprod.Fertil.Dev. 5: 1-14 Soler, A. J., M. D. P. Guzman and J. J. Garde. 2003. Storage of red deer epididymides for four days at 5 o C: Effects on Sperm Motility, Viability, and Morphology Integrity. J. Exp.Zool. 295A: 188 199. Sugiarti, T., E. Triwulanningsih, P. Situmorang, R. G. Sianturi dan D. A. Kusumaningrum. 2004. Penggunaan katalase dalam produksi semen dingin sapi. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4 5 Agustus. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 215 220 Toelihere, M. R. 1981. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Edisi ke 2, Penerbit Angkasa, Bandung. pp. 64-75; 265-269 Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung