E040 PEMBELAJARAN BIOLOGI KONTEKSTUAL BERBASIS PARENT S DAY. Irwandi Dosen PNSD FKIP Universitas Muhammadiyah Bengkulu - ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
A PEMBELAJARAN BIOLOGI KONTEKSTUAL BERKARAKTER IMTAQ MELALUI STRATEGI PARENT S DAY

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

Penerapan Contextual Teaching and Learning terhadap pembelajaran praktek konstruksi kayu bagi guru SMK di Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA KECAKAPAN HIDUP SISWA DI MTsS AL-WASHLIYAH LHOKSEUMAWE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

BAB II KAJIAN TEORITIS

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa sebab

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Volume Kubus dan Balok di Kelas IV SDN 1 Balukang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

Retno Sri Iswari, Sri Mulyani ES, Sigit Saptono, Endah Peniati, Eling Purwantoyo. Abstrak FMIPA UNNES

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan

PARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI KARYA SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) DI INDONESIA

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH SISWA SMA PADA MATERI PENGUKURAN

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Irwandi. Abstract. Kata Kunci: pendekatan kontekstual, inkuiri, masyarakat belajar, kemampuan awal berbeda, dan hasil belajar kognitif

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE SELF DIRECT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN PRAKTIKUM MATERI SISTEM PENCERNAAN

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains KEMAMPUAN GURU IPA DALAM PENYUSUNAN PENILAIAN AUTENTIK DI SMP NEGERI 1 PECANGAAN JEPARA TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetap juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

Drs. H. MAHDUM MA, M.Pd. Dosen Bahasa Inggris FKIP UNRI Hp , Fax: (0761)

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA POKOK BAHASAN EKOLOGI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

*Keperluan korespondensi, HP: ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

E040 PEMBELAJARAN BIOLOGI KONTEKSTUAL BERBASIS PARENT S DAY Irwandi Dosen PNSD FKIP Universitas Muhammadiyah Bengkulu Email: - ABSTRAK Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning, CTL) atau pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.pembelajaran berbasis Parent s day atau Hari Orang Tua di sekolah adalah mendatangkan orang tua siswa ke sekolah yang mempunyai keahlian khusus, dimana keahliannya tersebut berkaitan dengan materi pelajaran di sekolah. Pelaksanaan pembelajaran Biologi Kontekstual berbasis Parent s Day di sekolah dilakukan dalam tiga tahap yaitu pendahuluan berupa pengajuan topik pembelajaran, pengetahuan awal, pengajuan masalah, dan pengajuan hipotesis kemudian dilanjutkan dengan tahap kegiatan inti yang terdiri dari penyusunan prosedur penyelidikan, pelaksanaan eksperimen, serta diakhiri dengan tahap penutup berupa diskusi kelompok, diskusi kelas, penyerahan laporan hasil eksperimen, dan pemberian tugas rumah. Kata Kunci: pembelajaran kontekstual, parent s day PENDAHULUAN Menurut data Statistik Balitbang tahun 2009/2010 lulusan SMP tidak melanjutkan ke SMA yakni sebanyak 10,3 %, dan lulusan SMA yang tidak masuk ke Perguruan Tinggi 31,6% (Kemendiknas, 2010). Selain itu, menurut data statistik pendidikan nasional tahun 2005 (Diknas R.I, 2007) jumlah lulusan SMA tahun 2005 adalah 978.657 siswa, Madrasah Aliyah (MA) berjumlah 211.772 siswa dan SMK berjumlah 640.897 siswa. Akibat daya tampung yang kurang, lulusan SMA hanya sebagian kecil yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi, yaitu 113.524 siswa (11,6%). Dengan demikian, sebagian besar siswa, yaitu 865.133 orang (88,4%) tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi serta tidak memiliki kecakapan hidup. Akibatnya, menurut Wastandar (2002) tamatan SMA yang tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi tersebut tidak dapat segera bekerja (menganggur), tidak bisa menggunakan pengetahuannya sehari-hari dalam kehidupannya serta merasa terasing dalam lingkungannya dan menjadi sumber permasalahan bagi diri dan orang lain. Hal ini berkaitan juga dengan pendidikan karakter di sekolah. Karakter merupakan nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan normanorma agama, hukum, tata krama, dan adat istiadat (Sudrajat, 2011). Menurut Gadza dan Brooks (1985); Goodship (1990), dan Bolton (2000) permasalahan di atas dapat diatasi dengan mengembangkan pendidikan kecakapan hidup (Life Skill Education). Dengan mengembangkan jenis pendidikan ini, lulusan tidak hanya terbebas dari hantu pengangguran, tetapi dapat hidup secara manusiawi. Menurut Rusch dan Phelps (1987) para siswa sebenarnya memiliki potensi untuk hidup dan bekerja di tengah masyarakat, jika mereka mendapatkan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup. Kecakapan hidup ini adalah salah satu alternatif paradigma dan orientasi pendidikan persekolahan yang diyakini dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan mendasar dan kritis dari pendidikan dasar dan menengah umum di Indonesia (Saryono, 2002). Pendidikan kecakapan hidup dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Hal ini ditegaskan oleh Corebima (2006) bahwa pendekatan kontekstual sangat sesuai dengan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) merupakan bagian dari kerangka pendidikan yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengkaitkan pembelajaran dengan budaya yang berlaku dalam kehidupan siswa. Dengan memilih konteks secara hati-hati siswa secara perlahan-lahan digerakkan pemikirannya agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembela-jaran di lingkungan kelas saja tetapi mengkaitkan aspek-aspek pembelajaran itu dengan kehidupan mareka sehari-hari, masa depan dan lingkungan masyarakat yang luas (Susilo, 2001). Senada dengan itu, Johnson (2002) juga mengatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS 275

Kami berpendapat bahwa, jika ingin agar gagasan besar pembelajaran kontekstual berpeluang berhasil, kepada guru-guru biologi di SMA Kota Bengkulu, perlu diperkenalkan contoh konkrit operasional sederhana dan mudah dari pembelajaran kontekstual tersebut. Oleh sebab itu perlu dicari contoh pengembangan model pembelajaran kontekstual tersebut, dengan harapan dapat diimplementasikan para guru, dan akan mengilhami guru untuk melakukan modifikasi atau merancang contoh lain. Salah satu komponen pembelajaran kontekstual adalah adanya penerapan masyarakat belajar (learning community) dalam proses pembelajarannya. Sebenarnya seorang anak di dalam kelas belajar memerlukan bantuan orang lain, minimal temannya sendiri atau orang lain (guru tamu/orang tua siswa/masyarakat) dengan membentuk masyarakat belajar (learning community) daripada gurunya sendiri (Lundren, 1994). Arends (2004) mengungkapkan bahwa masyarakat belajar (learning community) dapat meningkatkan interaksi dan hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok serta kemampuan memecahkan masalah (inkuiri) mereka. Untuk itu konsekuensinya dalam kelas, guru sangat disarankan sekali melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar atau membentuk masyarakat belajar (learning community). Salah satu praktiknya masyarakat belajar (learning community) adalah mendatangkan guru tamu (orang tua siswa/masyarakat) ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, petani, pedagang, pengusaha, peternak, pengurus organisasi masyarakat/parpol, polisi, tentara, tukang kayu, ilmuwan, dan sebagainya. Kenyataan di lapangan, menurut (Irwandi, 2004) mendatang guru tamu sebagai masyarakat belajar (learning community) di sekolah belum pernah dilaksanakan dan guru-guru belum memahami dengan baik pembelajaran yang berbasis learning community tersebut. Untuk itu sekolah diharapkan dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu.untuk itu kita sebagai pendidik bisa memanfaatkan orangtua siswa yang berprofesi apakah sebagai pengusaha, peternak, petani yang sukses, TNI/POLRI, Dokter, politikus, birokrat, praktisi LSM dan sebagainya. Cocokanlah guru tamu yang akan di bawa ke kelas dengan materi yang akan diajarkan di sekolah. Untuk tahap awal tentu kita tidak mungkin mendatangkan guru tamu pada setiap materi pelajaran dan setiap mata pelajaran di sekolah. Carilah waktu yang sesuai sehingga kita dapat mendatangkan guru tamu di sekolah, misalnya waktu pertemuan orangtua siswa di sekolah kita mamnfaatkan orangtua siswa tersebut dalam proses pembelajaran di sekolah. Atau berikanlah satu hari di sekolah tersebut khusus untuk hari orangtua di sekolah dalam ikut serta memberikan pembelajaran di sekolah (Parents Day di sekolah). Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memiliki kecakapan untuk memecahkan permasalahan hidup sesuai dengan kegiatan belajar yang mengarahkan siswa untuk terlibat secara langsung dalam konteks rumah, masyarakat maupun tempatkerjanya kelak. Rumusan Masalah Sehubungan dengan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan pembelajaran biologi kontekstual berbasis Parent s day di sekolah? Tujuan Penulisan Adapun tujuanpenulisan ini adalah sebagai berikut: Untuk memberikan gambaran tentang bagaimanakah penerapan pembelajaran biologi kontekstual berbasis Parent s day di sekolah? PEMBAHASAN Pembelajaran Biologi Kontekstual Menurut Kurikulum KTSP paradigma pembelajarannya adalah berbasis kompetensi dengan orientasi kecakapan hidup (life skill). Sedang Kurikulum sebelumnya paradigma berbasis materi (content). Pendekatan harus aktual dan kontekstual (BSNP, 2006). Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Nurhadi, 2003). 276 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Bangsa

Corebima (2003) mengemukakan ada 6 elemen utama dalam pendekatan kontekstual yakni (1) pembelajaran bermakna, (2) penerapan pengetahuan, (3) pemikiran tingkat tinggi, (4) kurikulum yang berhubungan dengan standar, (5) tanggung jawab kultural, dan (6) anthentic assesment. Susilo (2001) mengemukakan ada 10 elemen utama pendekatan kontekstual, yaitu: (1) pembelajaran bermakna, (2) penerapan pengetahuan, (3) pemikiran tingkat tinggi, (4) kurikulum yang berhubungan dengan standar isi, (5) masyarakat belajar, (6) refleksi, (7) pemodelan, (8) tanggung jawab budaya, (9) penilaian autentik, dan (10) konstruktivisme. Selain itu, ditambah 2 elemen utama untuk konsep IPA yakni: inkuiri dan bertanya. Sedangkan menurut Nurhadi (2002) ada 7 elemen utama pendekatan kontekstual, yakni: (1) konstruktivisme, (2) inkuiri, (3) bertanya, (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi, dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Menurut Corebima (2003) ada 5 strategi pendekatan kontekstual, yakni: (1) authentic instruction, (2) pembelajaran berbasis inkuiri, (3) pembelajaran berbasis masalah, (4) service learning, dan (5) pembelajaran berbasis kerja atau Work-Based Learning. Penerapan pembelajaran kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut: (1) kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya!, (2) laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik!, (3) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!, (4) ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)!, (5) hadirkan model sebagai contoh pembelajaran!, (6) lakukan refleksi di akhir pertemuan!, dan (7) lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara! (Nurhadi, 2002). Sedangkan menurut Corebima (2003) penerapan pendekatan kontekstual di dalam kelas beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan. 1. Pembelajaran aktif: Siswa dilibatkan secara aktif untuk membentuk pengetahuannya dan menyelesaikan permasalahannya. 2. Konteks yang banyak: Belajar dalam konteks yang banyak memberi siswa pengalaman menggunakan apa yang dipelajari mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan pada konteks-konteks yang baru. 3. Kerja sama dan tukar pikiran: Para siswa belajar satu sama lain melalui kerja sama, tukar pikiran, kerja kelompok, dan refleksi diri. 4. Hubungan dengan dunia nyata: Belajar terkait dengan issue dunia nyata melalui pengalaman di luar kelas dan simulasi. 5. Pengetahuan terdahulu: Pengalaman terdahulu siswa serta pengetahuannya tertentu dihargai dan dipandang penting untuk pembelajaran. 6. Kegunaan nilai: Pengajaran bersifat fleksibel untuk mengadaptasi kebutuhan dan tujuan dari para pebelajar yang beragam. 7. Kontribusi kepada masyarakat: Cara bagaimana siswa berkontribusi terhadap perbaikan masyarakat melalui pembelajaran maupun kegiatan mereka perlu ditekankan. 8. Asesmen autentik: Pembelajaran dinilai dengan banyak konteks yang bermakna. 9. Pemecahan masalah: Pemikiran tingkat tinggi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah ditekankan dan bukan ingatan yang kurang bermakna maupun cerita atau deskripsi fakta. Pembelajaran Berbasis Parent s day di sekolah. Parents Day atau Hari Orang Tua di sekolah adalah, mendatangkan orang tua siswa ke sekolah yang mempunyai keahlian khusus, dimana keahliannya tersebut berkaitan dengan materi pelajaran di sekolah. Atau dikatakan juga orang tua siswa sebagai guru tamu di sekolah. Hal ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Nurhadi (2002) bahwa hasil pembelajaran itu lebih baik diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Senada dengan itu menurut Susilo (2001) pembelajaran yang dilaksanakan secara bersama (masyarakat belajar) lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri. Sebenarnya seorang anak di dalam kelas belajar memerlukan bantuan orang lain, minimal temannya sendiri atau orang lain (guru tamu) dengan membentuk masyarakat belajar (learning community) daripada gurunya sendiri (Lundren, 1994). Arends (2004) mengungkapkan bahwa masyarakat belajar (learning community) dapat meningkatkan Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS 277

interaksi dan hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok serta kemampuan memecahkan masalah (inkuiri) mereka. Hicks (dalam Arends, 2004) mengatakan bahwa dengan masyarakat belajar siswa mampu menggunakan secara konseptual untuk menciptakan ide-ide baru tentang dunia tempat mereka hidup sehari-hari dan siswa juga tertantang untuk menghubungkan apa yang sedang mereka pelajari di sekolah dengan dunia luar (kontekstual). Putnam & Burke, (1992) mengungkapkan melalui masyarakat belajar siswa dapat mengkaji hasil-hasil yang diperoleh dan memperbandingkannya dengan prediksi-prediksi mereka. Ketika mereka salah mencatat, kelompok tersebut mencoba menemukan alasan atas perbedaan antara hasil-hasil prediksinya. Kegiatan tersebut dapat mengkombinasikan beberapa aspek pengetahuan dan memberi siswa perasaan bahwa apa yang mereka lakukan relevan dengan dunia sekitar mereka. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, dikelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang guru yang mengajari siswanya bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasii hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok (atau) lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan mayarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.. Praktiknya di dalam kelas terwujud dalam: (1) pembentukan kelompok kecil atau besar, (2) mendatangkan 'ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, ilmuwan, perawat, petani, peternak, polisi, tentara, dan sebagainya), (3) bekerja dengan kelas yang sederajat, (4) bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan (4) bekerja dengan masyarakat (Nurhadi, 2002) Untuk itu kita sebagai pendidik bisa memanfaatkan orangtua siswa yang berprofesi apakah sebagai pengusaha, peternak, petani yang sukses, TNI/POLRI, Dokter, politikus, birokrat, praktisi LSM dan sebagainya. Cocokanlah guru tamu yang akan di bawa ke kelas dengan materi yang akan diajarkan di sekolah. Untuk tahap awal tentu kita tidak mungkin mendatangkan guru tamu pada setiap materi pelajaran dan setiap mata pelajaran di sekolah. Menjadikan kelas sebagai masyarakat belajar (learning community) adalah salah satu hal paling penting yang bisa dilakukan seorang guru, bahkan mungkin lebih penting daripada praktik-praktik yang digunakan pada aspek-aspek pengajaran yang lebih formal. Masyarakat belajar dalam kelas mempengaruhi keterlibatan dan prestasi siswa, dan ia menentukan bagaimana kelas seorang guru akan berkembang dari kumpulan individu-individu menjadi sebuah kelompok kohesif yang dicirikan dengan harapan-harapan tinggi, hubungan saling perhatian, dan pertanyaan produktif. Namun demikian, menciptakan masyarakat belajar positif bukanlah pekerjaan sederhana, bukan pula merupakan resep-resep mudah yang akan menjamin keberhasilan. Sebaliknya, ia adalah sebuah proses melakukan banyak hal dengan baik dan benar serta proses menumbuhkan dorongan untuk menciptakan kelas-kelas yang berbeda dengan beberapa kelas lainnya yang sekarang terdapat di sekolah-sekolah. Untuk itu konsekuensinya dalam kelas, guru sangat disarankan sekali melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar atau membentuk masyarakat belajar (learning community). Praktiknya masyarakat belajar (learning community) dalam pembelajaran terwujud dalam: (1) pembentukan kelompok kecil dan besar, (2) mendatangkan guru tamu ( ahli ) ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, petani, pedagang, pengusaha, peternak, pengurus organisasi masyarakat/parpol, polisi, tentara, tukang kayu, ilmuwan, dan sebagainya), (3) bekerja dengan kelas sederajat, (4) bekerja dengan masyarakat, dan sebagainya. Kenyataan di lapangan, menurut (Irwandi, 2004) mendatang guru tamu sebagai masyarakat belajar (learning community) di sekolah belum pernah dilaksanakan dan guru-guru belum memahami dengan baik pembelajaran yang berbasis learning community tersebut. Untuk itu sekolah diharapkan dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. 278 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Bangsa

Dari hasil penelitian Irwandi (2005) ternyata dengan mendatangkan guru tamu ke sekolah, sebanyak 25 orang siswa dari 32 orang siswa (78,12%) memberikan respon yang positif sangat menyenangkan, dapat memahami dengan baik, dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar serta dapat menuntut siswa lebih mandiri dalam belajar, hanya 7 orang siswa yang tidak memberikan respon positif. Kemudian muncul pertanyaan: Apakah mungkin mendatangkan guru tamu ke sekolah? Karena untuk mendatangkan guru tamu ke sekolah membutuh dana dan waktu yang sangat sulit. Walaupun dananya ada tapi waktu (jadwal) guru tamu tersebut yang tidak memungkinkan, apalagi dana tersebut yang tidak ada. Untuk itu kita sebagai pendidik bisa memanfaatkan orangtua siswa yang berprofesi apakah sebagai pengusaha, peternak, petani yang sukses, TNI/POLRI, Dokter, politikus, birokrat, praktisi LSM dan sebagainya. Cocokanlah guru tamu yang akan di bawa ke kelas dengan materi yang akan diajarkan di sekolah. Untuk tahap awal tentu kita tidak mungkin mendatangkan guru tamu pada setiap materi pelajaran dan setiap mata pelajaran di sekolah. Carilah waktu yang sesuai sehingga kita dapat mendatangkan guru tamu di sekolah, misalnya waktu pertemuan orangtua siswa di sekolah kita mamnfaatkan orangtua siswa tersebut dalam proses pembelajaran di sekolah atau menjadikan satu hari di sekolah sebagai hari Orang Tua atau Parent s day. Sintaks Pembelajaran Biologi Kontekstual Berbasis Parent s day Sintaks pembelajaran dapat di lihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Langkah-Langkah di Kelas No Tahap Kegiatan Penanggungjawab 1. Pendahuluan Pengajuan topik pembelajaran: mengajukan topik atau judul permasalahan yang akan dipelajari. Pengetahuan awal: Orang Tua Siswa bersama dengan guru menceritakan pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan materi pelajaran dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan yang akan dipelajari. Pengajuan masalah: bersama Orang Tua Siswa terlibat aktif mengajukan masalah-masalah pembelajaran yang akan dipelajari siswa melalui pertanyaanpertanyaan yang diberikan guru maupun dari orang tua siswa. Pengajuan hipotesis:, Orang Tua Siswa dan siswa terlibat aktif mengajukan jawaban sementara (hipotesis) dari masalah yang telah dikemukakan tadi. 2. Kegiatan Inti Penyusunan prosedur penyelidikan: bersama Orang Tua Siswa membuat langkah-langkah penyelesaian masalah atau prosedur penyelidikan dalam LKS. Pelaksanaan eksperimen: Siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompoknya masing-masing. berfungsi sebagai motivator, fasilitator, pengarah dan evaluator. Tua Siswa membantu siswa dalam kelompoknya masingmasing untuk menganalisis dan menginterpretasi data untuk menguji hipotesis berdasarkan hasil eksperimen. 3. Penutup Diskusi kelompok: Orang Tua Siswa dan siswa melakukan diskusi hasil eksperimen dalam kelompoknya masing-masing. Diskusi kelas: Orang Tua Siswa dan salah satu kelompok siswa memimpin diskusi kelas, siswa yang lain duduk pada kelompoknya masing-masing. Penyerahan laporan hasil eksperimen: Siswa mengumpulkan laporan hasil eksperimennya. Pemberian tugas rumah: memberikan tugas rumah untuk pemantapan konsep, pengembangan variabel yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa serta membaca buku yang berkaitan dengan pelajaran berikutnya. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Orang Orang 1. Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS 279

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. 2. Pembelajaran berbasis Parent s day atau Hari Orang Tua di sekolah adalah mendatangkan orang tua siswa ke sekolah yang mempunyai keahlian khusus, dimana keahliannya tersebut berkaitan dengan materi pelajaran di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2006). Panduan Penyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP Arends, R. I. (2004). Learning to Teach (6 th eds.). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Corebima, A.D. (2002). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Depdiknas. Diknas RI. (2007). Statistik Pendidikan Nasinal. http://www.depdiknas.go.id. (Online).08/02/2007 Jhonson, E. B. (2002). Contextual Teaching and Learning. Thousand Oaks, California: Corwin Press, Inc. Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. Susilo, H. (2001). Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa. Makalah disajikan pada Seminar Pembelajaran dengan Filosofi Konstruktivime di Jombang, 22 September. DISKUSI Penanya 1 (Budhi Utami - Universitas Nusantara PGRI Kediri) Apakah praktisi (orang tua) yang memberi materi juga melaksanakan evaluasi? Jawab: Praktisi yang berasal dari orang tua murid tidak hanya memberi materi, namun juga menyusun soal evaluasi. Penanya 2 (Sri Widoretno - Pendidikan Biologi FKIP UNS) 1. Berapa kali pelaksanaan parent s day? 2. Bagaimana pelaksanaan parent s day terkait dengan belajar sebagai proses? Jawab: 1. Dilaksanakan satu kali dalam satu semester. 2. Proses tetap diutamakan. Wali tetap menjadi sumber informasi utama dalam pembelajaran. Pelaksanaan proses belajar mengajar disesuaikan dengan jadwal pelajaran, sehingga tidak mengganggu KBM. Penanya 3 (Yasir Sidiq - Pendidikan Biologi FKIP UNS) 1. Apa kendala yang dihadapi pada penerapan pembelajaran parent s day? 2. Bagaimana antusiasme siswa? Jawab: 1. Kendala yang dihadapi adalah penyesuaian jadwal wali murid dengan jadwal pelajaran. Selain itu juga kendala kompetensi, waktu dan biaya. 2. Respon siswa sangat baik pada penerapan pembelajaran parent s day. 280 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Bangsa