ABSTRACT. Keywords: Queue System, Public Service, Queue Model ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Riana Sinaga 1 Alumni Program Studi S1 Administrasi Bisnis Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK DAN KARTU KELURGA DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN KUNINGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PENERAPAN SISTEM ANTRIAN MODEL M/M/S PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)

BAB 3 PEMBAHASAN. Tabel 3.1 Data Jumlah dan Rata-Rata Waktu Pelayanan Pasien (menit) Waktu Pengamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen operasional adalah the term operation management

BAB 2 LANDASAN TEORI

TEORI ANTRIAN PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

BAB II LANDASAN TEORI


BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Panjang No.25 Jakarta Barat. Penelitian dilakukan selama 2 Minggu, yaitu

MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM

DESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA KLINIK DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. PENGERTIAN TEORI ANTRIAN

ANALISIS ANTRIAN DENGAN MODEL SINGLE CHANNEL SINGLE PHASE SERVICE PADA STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) I GUSTI NGURAHRAI PALU

BAB 2 LANDASAN TEORI. antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang

Teori Antrian. Aminudin, Prinsip-prinsip Riset Operasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. ABB Sakti Industri IA Turbocharging Jalan

Metode Kuantitatif. Kuliah 5 Model Antrian (Queuing Model) Dr. Sri Poernomo Sari, ST, MT 23 April 2009

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1827

MODUL PRAKTIKUM RISET OPERASIONAL 2

Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method)

Operations Management

Analisis Sistem Antriam Multi Channel Multi Phase Pada Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Regional I Medan

OPTIMALISASI SISTEM ANTRIAN PELANGGAN PADA PELAYANAN TELLER DI KANTOR POS (STUDI KASUS PADA KANTOR POS CABANG SUKOREJO KENDAL)

Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS ANTRIAN DENGAN MODEL SINGLE CHANNEL SINGLE PHASE SERVICE PADA STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) I GUSTI NGURAHRAI PALU

BAB II LANDASAN TEORI

3.1.1 Sejarah Singkat Bank Rakyat Indonesia Produk yang dilayani oleh teller PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. Unit Magelang

BAB I PENDAHULUAN. Antrian dalam kehidupan sehari-hari sering ditemui, misalnya antrian di

BAB 2 LANDASAN TEORI

Antrian adalah garis tunggu dan pelanggan (satuan) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Kebon Jeruk yang berlokasi di Jl. Raya Perjuangan Kav.8 Kebon Jeruk Jakarta

PENENTUAN MODEL ANTRIAN BUS ANTAR KOTA DI TERMINAL MANGKANG. Dwi Ispriyanti 1, Sugito 1. Abstract

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II. Landasan Teori

Model Antrian pada Sistem Pembayaran di Golden Pasar Swalayan Manado. A Model Queue at The Payment System at Golden Supermarket Manado

ANALISIS SISTEM ANTRIAN CALON PENUMPANG LION AIR DI BANDAR UDARA MUTIARA SIS AL-JUFRI PALU

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Kata kunci: sistem antrian, multi-channel single phase, M/M/s. viii. Universitas Kristen Maranatha

Pengembangan Simulasi Komputer Model Antrian Nasabah Untuk Menganalisa Unjuk Kerja Layanan Teller Bank 1

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

IDENTIFIKASI MODEL ANTRIAN PADA ANTRIAN BUS KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

ANALISIS SISTEM ANTRIAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GARDU KELUAR YANG OPTIMAL PADA GERBANG TOL TANJUNG MULIA

PENERAPAN TEORI ANTRIAN PADA PELAYANAN TELLER BANK MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU PURI SENTRA NIAGA

ABSTRACT. Keywords: Queue Process, Multiple Channel Model Query System, Performance of the Queuing System. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS MODEL WAKTU ANTAR KEDATANGAN DAN WAKTU PELAYANAN PADA BAGIAN PENDAFTARAN INSTALASI RAWAT JALAN RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Pengembangan Simulasi Komputer Model Antrian Nasabah Untuk Menganalisa Unjuk Kerja Layanan Teller Bank 1

Unnes Journal of Mathematics

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS ANTRIAN PENGUNJUNG DAN KINERJA SISTEM DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SEMARANG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi, Karakteristik, dan Kualitas Jasa

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BENGKEL PT. GLOBAL JAYA PERKASA PEKANBARU

Adrian et al., Antrian Teori Antrian Pada Loket Pembayaran Pusat Perbelanjaan Carrefour...

Teori Antrian. Riset Operasi TIP FTP UB Mas ud Effendi

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BANK MANDIRI CABANG AMBON Analysis of Queue System on the Bank Mandiri Branch Ambon

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari banyak terlihat kegiatan mengantri seperti, pasien

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan pula dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan itu

ANALISIS ANTRIAN PADA MCDONALD PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) (Untuk Memenuhi Tugas Operational Research)

UNNES Journal of Mathematics

ANALISIS SISTEM PELAYANAN DI STASIUN TAWANG SEMARANG DENGAN METODE ANTRIAN

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN PADA KANTOR PENCATATAN SIPIL DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT. Klaudius Andi 1

Operations Management

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TEORI ANTRIAN (QUEUING THEORY) Teknik Riset Operasi Fitri Yulianti Universitas Gunadarma

Model Antrian. Tito Adi Dewanto S.TP LOGO. tito math s blog

Peningkatan Kinerja Pelayanan Pasien Untuk Meminimalkan Antrian dengan Waiting Line Method

CONTOH STUDI KASUS ANTRIAN

D.D.Prayoga., J.J.Pondaag.,F.Tumewu. Analisis Sistem Antrian. ANALISIS SISTEM ANTRIAN DAN OPTIMALISAI PELAYANAN TELLER PADA PT.

TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-13. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PENELITIAN

Analisis Penerapan Teori Antrian Pada Supermarket Roxy Square-Mandiri Land Di Jalan Hayam Wuruk Jember

IMPLEMENTASI MODEL ANTRIAN PADA LOKET PEMBAYARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. harus menunggu dalam sebuah proses manufaktur untuk diproses ke tahap

ABSTRACT. i Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS ANTRIAN MULTI CHANNEL MULTI PHASE PADA ANTRIAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DENGAN MODEL ANTRIAN (M/M/c):( )

Pendahuluan. Teori Antrian. Pertemuan I. Nikenasih Binatari. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. September 6, 2016

BAB III METODE PENELITIAN

Seminar Nasional IENACO-2014 ISSN:

Analisis Sistem Antrian Pada Proses Pelayanan Konsumen di Rumah Makan

PENERAPAN TEORI ANTRIAN PADA PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT KHUSUS MATA MEDAN BARU SKRIPSI MHD. YOGI NUGRAHA

Lecture 2 : Teori Antrian

PENENTUAN MODEL DAN PENGUKURAN KINERJA SISTEM PELAYANAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR LAYANAN TEMBALANG ABSTRACT

Pengantar Proses Stokastik

OPTIMALISASI KUALITAS LAYANAN MELALUI ANALISIS ANTRIAN PADA PUSAT PELAYANAN MAHASISWA DI FAKULTAS TARBIYAH IAIN MATARAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS. personal (personal service) sampai jasa sebagai produk. Menurut Kotler

SIMULASI ANTRIAN : SUATU TINJAUAN KONSEP PUSTAKA

BAB. Teori Antrian PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Teori Antrian. Prihantoosa Pendahuluan. Teori Antrian : Intro p : 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

ANALISIS SISTEM ANTRIAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BANDUNG (STUDI PADA LOKET PELAYANAN PENCATATAN DAN PENERBITAN AKTA KELAHIRAN BAYI BERUMUR 0-60 HARI) ABSTRACT A long queue is one cause of service dissatisfaction. This problem also faced by the Population and Registry Office of Bandung City, specificaly in the listing and publishing of birth certificates infants aged 0-60 days old. In this study, researchers tried to analyze the current queue system of this service and some proposed queue system to increase the service rate. This study shows that the service provided by Population and Registry Office is not optimal. It can be seen from the average number in the queue ( and average number in the system (, where each values are 22.09 and 23.05 people respectively. Other evidences are average time in queue and average time in system, which are 95.4 minutes and 99.6 minutes for each. The long waiting time and number of population are the trouble of used queung system. So, writer compare used queuing system with another queuing system which consideration there two human resources, location and others resource. Another queuing system are multi channel single phase and single channel multi phase. The specal quality of single channel multi phase compare used queuing system is more effective if refer to waiting time and totally population who waiting in waiting line. But, the weakness of this queuing system is lower service ability of employee. The benefit of single channel multi phase compare used queuing system are decrease total population who waiting in waiting line and decrease waiting time. Keywords: Queue System, Public Service, Queue Model ABSTRAK Antrian yang cukup lama menjadi salah satu penyebab ketidakpuasaan terhadap pelayanan. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) Kota Bandung juga tidak luput dari masalah antrian. Salah satu jenis kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi oleh DISDUKCAPIL Kota Bandung adalah pelayanan pada pencatatan dan penerbitan akta kelahiran bayi berumur 0-60 hari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem antrian pada pelayanan tersebut dan beberapa sistem lain yang dipertimbangkan untuk dapat memperbaiki waktu pelayanan. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa pelayanan yang diberikan oleh DISDUKCAPIL kurang optimal. Kurang optimalnya pelayanan dapat dilihat dari jumlah rata-rata yang mengantri dalam antrian ( dan dalam sistem ( masing-masing berjumlah 22.09 dan 23.05 orang. Selain itu, bukti lainnya dapat dilihat berdasarkan waktu rata-rata dalam antrian ( dan waktu rata-rata dalam sistem ( masing-masing selama 95.4 menit dan 99.6 menit. Panjangnya waktu tunggu dan banyaknya jumlah masyarakat yang mengantri menjadi masalah dari penggunaan antrian saat ini. Maka dari itu, penulis membandingkan sistem saat ini dengan sistem lainnya dengan pertimbangan jumlah sumber daya manusia terdiri dari 2 orang pada loket pelayanan verifikasi, lokasi, dan sumber daya lainnya. Sistem antrian pembanding tersebut adalah sistem antrian multi channel single phase dan single channel multi phase. Keunggulan sistem antrian single channel multi phase dibandingkan sistem antrian yang digunakan saat ini adalah lebih efektif bila ditinjau dari waktu tunggu dan jumlah masyarakat yang menunggu dalam baris antrian. Namun, kelemahan sistem ini adalah tingkat pelayanan aparatur DISDUKCAPIL menjadi rendah. Kelebihan penggunaan sistem antrian single channel multi phase dibandingkan sistem antrian yang digunakan saat ini adalah penurunan jumlah masyarakat yang mengantri dalam antrian dan penurunan waktu tunggu yang dialami masyarakat. Kata Kunci : Sistem Antrian, Pelayanan Umum, Model Antrian

1. Pendahuluan Penelitian ini didasarkan oleh banyaknya keluhan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh kantor pelayanan umum/public (Hermansyah, 2013). Salah satu kantor pelayanan umum yang memberikan pelayanan umum adalah Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bandung. Jenis pelayanan yang ditawarkan salah satunya adalah pelayanan pencatatan dan penerbitan akta kelahiran bayi berumur 0-60 hari. Kebutuhan akan pelayanan ini lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan akan pelayanan lain yang tersedia di DISDUKCAPIL Kota Bandung. Tingginya kebutuhan berbanding lurus dengan tingginya kedatangan masyarakat. Tingginya tingkat kedatangan mengakibatkan panjangnya garis tunggu. Panjangnya garis tunggu menjadi penyebab waktu tunggu yang dialami oleh masyarakat juga cukup lama. Antrian yang cukup lama menjadi salah satu penyebab ketidakpuasaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan. Pada gambar 1.1 berikut dapat kita lihat sistem antrian yang digunakan oleh DISDUKCAPIL Kota Bandung. Kedatangan Pengambilan nomor antrian Loket Pelayanan C Exit Gambar 1.1 Sistem Antrian Single Channel-Single Phase Sumber : Hasil Observasi, 2015 Pada gambar 1.1 dapat kita lihat bahwa sistem antrian yang digunakan oleh DISDUKCAPIL Kota Bandung pada loket pelayanan pencatatan dan penerbitan akta kelahiran adalah sistem antrian Single Channel-Single Phase. Lamanya waktu tunggu sebelum menerima pelayanan yang dialami oleh masyarakat menjadi salah satu indikator tidak optimal sistem antrian ini. Lamanya waktu tunggu yang dialami oleh masyarakat disebabkan oleh tingginya tingkat kedatangan dan lamanya waktu pelayanan yang diberikan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem antrian yang digunakan saat ini apakah kinerja sistem antrian sudah optimal. Selain itu, penelitian ini bertujuan membandingkan kinerja sistem saat ini dengan kinerja sistem antrian lainnya. Perbandingan tersebut bertujuan untuk mengetahui sistem antrian mana yang lebih optimal digunakan oleh DISDUKCAPIL pada loket pelayanan verifikasi pencatatan dan penerbitan akta kelahiran bayi berumur 0-60 hari atau pelayanan loket C dengan mempertimbangkan beberapa hal termasuk lokasi DISDUKCAPIL, kelebihan satu sumber daya manusia, dan sumberdaya lainnya. Sistem yang digunakan penulis sebagai pembanding adalah sistem antrian Multi Channel Single Phase (M/M/2) dan Single Channel Multi Phase (M/Ek/1) dengan pertimbangan lokasi, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Indikator penentu tingkat keoptimalan sistem yang digunakan adalah jumlah rata-rata orang dalam antrian ( ), jumlah rata-rata orang dalam sistem ( ), waktu rata-rata orang dalam antrian ( ), waktu rata-rata orang dalam sistem ( dan tingkat utilitas fasilitas pelayanan (ρ). 2. Dasar Teori dan Metodologi 2.1. Dasar Teori Pelopor dari teori antrian adalah A.K Erlang (1913), seorang insinyur berkebangsaan Denmark yang bekerja pada industri telepon. seorang insinyur berkebangsaan Denmark yang bekerja pada industri telepon. Erlang melakukan percobaan yang menyangkut masalah fluktuasi permintaan terhadap fasilitas telepon dan pengaruhnya terhadap peralatan telepon yang otomatis. Siagian (1987) mengatakan antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah (satuan) yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan). Sedangkan menurut Heizer dan Render (2008) Antrian adalah orangorang atau barang dalam sebuah barisan yang sedang menunggu untuk dilayani. Menurut Bronson (dikutip dari Petrus, 2013) proses antrian (queueing process) adalah suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan seorang pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu baris (antrian) jika semua pelayannya sibuk, dan akhirnya meninggalkan fasilitas tersebut. Chase, dkk (2006) menyebutkan dalam bukunya bahwa memahami tentang antrian dan mempelajari bagaimana untuk me-manage nya adalah salah satu hal yang paling penting dalam manajemen operasi untuk mengatur beberapa jadwal, job design, persediaan, dan sebagainya. Serta membahas masalah dasar pada antrian dan mengaplikasikan rumus standar untuk

memecahkan masalah antrian tersebut. Rumus tersebut memudahkan manager untuk menganalisis kebutuhan layanan kemudian menetapkan fasilitas layanan yang sesuai untuk kondisi tertentu. Menurut Heizer dan Render (2008), terapat tiga komponen dalam sebuah antrian, yaitu : a. Kedatangan atau masukan sistem. Kedatangan memiliki karakteristik seperti ukuran populasi, perilaku, dan sebuah distribusi statistik. Ukuran populasi dilihat sebagai tidak terbatas atau terbatas. Jika jumlah kedatangan atau pelanggan pada sebuah waktu tertentu hanyalah sebagian kecil dari semua kedatangan yang potensial, maka potensial kedatangan disebut sebagai populasi yang tidak terbatas (unlimited). Perilaku kedatangan dapat berupa masyarakat yang sabar dan masyarakat yang membelot. Pola kedatangan dapat bersifat acak dan waktu tertentu. Acak bila kedatangan tidak terikat satu sama lain. Dalam permasalahan antrian banyaknya kedatangan pada setiap unit waktu dapat diperkirakan oleh sebuah distribusi probabilitas yang dikenal sebagai distribusi poison. b. Disiplin antrian, atau antrian itu sendiri. Karakteristik antrian mencakup apakah jumlah antrian terbatas atau tidak terbatas panjangnya dan materi atau orang-orang yang ada didalamnya. Antrian dapat bersifat terbatas maupun tidak terbatas. Sebuah antrian disebut terbatas jika antrian tersebut tidak bisa, baik oleh adanya peraturan maupun keterbatasan fisik, tidak dapat meningkat lagi tanpa batas. Sebuah antrian disebut tidak terbatas ketika ukuran antrian tersebut tidak dibatasi. Menurut Taha (2006), terdapat 4 disiplin pelayanan dalam antrian yang digunakan yaitu, First Come First Serve (FCFS), Last Come First Serve (LCFS), Service in Random Order (SIRO) dan Priority. c. Fasilitas Pelayanan. Karakteristik meliputi desain dan distribusi statistik waktu pelayanan. Terdapat 4 desain sistem antrian, yaitu Sistem Antrian Jalur Tungal (Single-Channel Queuing System), Sistem Antrian Jalur Berganda (Multiple- Channel Queuing System), Sistem Satu Tahap (Single Phase System) dan Sistem Tahapan Berganda (Multiphase System). Sistem Antrial Jalur Tunggal adalah sebuah sistem pelayanan yang memiliki satu jalur dan satu titik pelayanan. Sistem antrian jalur berganda adalah sistem pelayanan yang memiliki lebih dari satu titik pelayanan. Sedangkan sistem antrian satu tahap adalah suatu sistem antrian dimana pelanggan hanya menerima satu fasilitas pelayanan dan kemudan meninggalkan sistem. Terakhir sistem tahapan berganda adalah suatu sistem dimana pelanggan menerima pelayanan dari beberapa fasilitas pelayanan sebelum meninggalkan sistem. 2.2. Metodologi Penelitian 2.2.1. Populasi Populasi yang digunakan adalah semua kedatangan pengguna layanan di loket pelayanan pencatatan dan penerbitan akta kelahiran bayi berumur 0-60 hari pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Pengumpulan sampel penelitian dilakukan selama satu bulan, yaitu pada tanggal 16 Februari hingga 13 Maret 2015 dimulai pada pukul 08:30-15.00 Jumlah kedatangan pengguna layanan loket pencatatan dan penerbitan akta kelahiran bayi berumur 0-60 hari (populasi) pada tanggal 16 Februari hingga 13 Maret adalah berjumlah 1445 orang. Berdasarkan data kedatangan pada tahun 2014 DISDUKCAPIL diperoleh jumlah kedatangan adalah 26.900 orang per tahun maka rata-rata kedatangan per bulan adalah 2242 orang. Jumlah 2.242 orang merupakan hasil penggabungan jumlah kedatangan per orangan pada loket C dan jumlah kedatangan badan (rumah sakit) pada pelayanan keliling. 2.2.2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara, dan tinjauan pustaka. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara mengadakan pengamatan atau peninjauan secara langsung pada obyek penelitian untuk mendapatkan data jenis sistem antrian yang digunakan, waktu kedatangan dan waktu pelayanan pada pelayanan ini. Sementara itu, wawancara dilakukan penulis untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh masyarakat pada layanan ini dan maupun permasalahan dari DISDUKCAPIL Kota Bandung pada loket pelayanan pencatatan dan penerbitan akta kelahiran itu sendiri. Terakhir pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka. Studi pustaka merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, jurnal, internet, majalah, penelitian terdahulu dan data-data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

2.2.3. Teknik Analisis Waktu Kedatangan dan Waktu Pelayanan 1. Analisis Waktu Kedatangan Tingkat kedatangan adalah jumlah pengguna layanan yang datang untuk mendapatkan pelayanan administrasi yang berhubungan dengan pencatatan dan penerbitan akta kelahiran. Tingkat kedatangan masyarakat menggambarkan rata-rata masyarakat yang datang untuk mendapatkan pelayanan administrasi yang berhubungan dengan pencatatan dan penerbitan akta kelahiran setiap satuan waktu dan pola distribusi yang terjadi dimana untuk menentukan jenis model antrian yang akan digunakan. Tingkat kedatangan masyarakat dilakukan uji distribusi karena untuk melihat pola apa yang terjadi dan dapat menentukan jenis model antrian yang digunakan. Distribusi kedatangan masyarakat yang umum terjadi adalah distribusi poisson, maka distribusi kedatangan masyarakat diuji pertama kali dengan menggunakan distribusi poisson. Uji kesesuaian poisson dilakukan dengan uji Chi Square yang didefinisikan sebagai berikut : H 0 = data yang diuji mengikuti distribusi poisson H 1 = data yang diuji tidak mengikuti distribusi poisson Statistik test didefinisikan sebagai berikut : Dimana : 0 i = frekuensi observasi ke-i E i = frekueensi harapan ke-i Dalam uji Chi Square, data observasi mengikuti distribusi saat X 2 hitung X 2 tabel 2. Analisis Waktu Pelayanan Distribusi waktu pelayanan yang umum terjadi adalah distribusi eksponensial, maka distribusi waktu pelayanan diuji pertama kali dengan menggunakan pola distribusi eksponensial. Sama halnya dengan pengujian distribusi poisson pengujian distribusi eksponensial dilakukan dengan uji chi square yang didefinisikan sebagai berikut : H 0 = data yang diuji mengikuti distribusi eksponensial H 1 = data yang diuji tidak mengikuti distribusi eksponensial Statistik test didefinisikan sebagai berikut : Dimana : µ i = frekuensi observasi ke-i µ iharapan = frekuensi harapan ke-i Dalam uji Chi Square, data observasi mengikuti distribusi saat X 2 hitung X 2 tabel 2.2.4. Teknik Analisis Data 1. Analisis Sistem Antrian Jalur Tunggal (M/M/1) Analisis ini digunakan untuk mengetahui konsidi sistem antrian saat ini. Dengan menganalisis antrian akan dapat diperoleh ukuran kinerja sebuah sistem antrian, meliputi hal berikut : 1. Jumlah rata-rata dalam sistem ( ) 2. Waktu rata-rata yang dihabiskan dalam system ( ) 3. Jumlah unit rata-rata yang menunggu dalam antrian ( ) 4. Waktu rata-rata yang dihabiskan untuk menunggu dalam antrian ( )

5. Faktor utilisasi system ( ) 6. Probabilitas tidak terdapat antrian dalam sistem ( ) Dimana : λ : Jumlah kedatangan rata-rata per satuan waktu µ : Jumlah rata-rata yang dilayani per satuan waktu pada setiap jalur 2. Analisis Sistem Antrian Jalur Berganda (M/M/2) Sistem antrian ini digunakan sebagai pembanding dari sistem antrian yang digunakan saat ini. 1) Probabilitas terdapat 0 orang dalam sistem (tidak adanya pelanggan dalam sistem) [ ( ) ] 2) Jumlah permintaan rata-rata dalam sistem 3) Waktu rata-rata yang dihabiskan oleh seorang pelanggan dalam antrian atau sedang dilayani dalam sistem 4) Jumlah orang atau unit rata-rata yang menunggu dalam antrian 5) Waktu rata-rata yang dihabiskan oleh seorang pelanggan atau unit untuk menunggu dalam antrian Dimana : λ : Jumlah kedatangan rata-rata per satuan waktu µ : Jumlah rata-rata yang dilayani per satuan waktu pada setiap jalur M : jumlah channel (dalam penelitian ini M=2) 3. Analisis Sistem Antrian Single Channel-Multi Phase (M/Ek/1) Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil berencana mengubah sistem antrian dari Single Channel Single Phase menjadi Single Channel Multi Phase. Sistem antrian Single Channel Multi Phase adalah sistem dimana pelanggan harus melewati lebih dari satu subsistem sebelum meninggalkan pelayanan. Sistem antrian ini terdiri dari dua loket pelayanan verifikasi. Pada gambar 2.1 dapat kita lihat rancangan sistem antrian Single Channel Multi Phase. Kedatangan Gambar 2.1 Rancangan Sistem Antrian Single Channel Multi Phase Sumber : Heizer dan Render, 2015 Perhitungan dilakukan secara manual dengan rumus berikut ini : 1. Jumlah rata-rata dalam antrian ( Loket Pelayanan Verifikasi I Loket Pelayanan Verifikasi II Keluar

2. Waktu rata-rata dalam antrian ( 3. Waktu rata-rata dalam sistem (Ws) 4. Jumlah rata-rata dalam antrian 3. Hasil dan Pembahasan Pada tabel 3.1 dapat dilihat data kedatangan masyarakat yang diperoleh dari hasil observasi pada tanggal 16 Februari 2015 hingga 13 Maret 2015 atau 19 hari kerja. Tabel 3.1 Data Kedatangan Masyarakat No Tanggal Jumlah Kedatangan No Tanggal Jumlah Kedatangan 1 16 Februari 2015 77 11 03 Maret 2015 81 2 17 Februari 2015 74 12 04 Maret 2015 78 3 18 Februari 2015 70 13 05 Maret 2015 74 4 20 Februari 2015 68 14 06 Maret 2015 67 5 23 Februari 2015 87 15 09 Maret 2015 80 6 24 Februari 2015 83 16 10 Maret 2015 83 7 25 Februari 2015 89 17 11 Maret 2015 61 8 26 Februari 2015 80 18 12 Maret 2015 85 9 27 Februari 2015 76 19 13 Maret 2015 54 10 02 Maret 2015 78 Total 1445 Sumber : Data diolah penulis, 2015 Jam operasional dimulai pukul 08.30 hingga pukul 15.00, hal ini menunjukkan waktu operasional selama 5.5 jam. Sehingga perhitungan rata-rata tingkat kedatangan dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut. Rata-rata tingkat kedatangan per hari (λ) = Rata-rata tingkat kedatangan per jam (λ) = = 76.05 orang per hari = 13.827 13.83 orang Berikut data waktu lama pelayanan pada loket pelayanan pencatatan dan penerbitan akta kelahiran di DISDUKCAPIL pada tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Rata-rata lama pelayanan No Tanggal Rata-rata Lama Pelayanan (Menit) 1 16 Februari 2015 4.251 2 17 Februari 2015 4.451 3 18 Februari 2015 4.485 4 20 Februari 2015 4.479 5 23 Februari 2015 3.894 6 24 Februari 2015 3.983 7 25 Februari 2015 3.962 8 26 Februari 2015 3.872 9 27 Februari 2015 4.239 10 02 Maret 2015 4.312 11 03 Maret 2015 3.875

Rata-rata jumlah yang dilayani per jam = = 14.43 No Tanggal Rata-rata Lama Pelayanan (Menit) 12 04 Maret 2015 3.840 13 05 Maret 2015 4.140 14 06 Maret 2015 4.394 15 09 Maret 2015 3.977 16 10 Maret 2015 3.747 17 11 Maret 2015 4.767 18 12 Maret 2015 3.894 19 13 Maret 2015 4.444 Rata-rata Lama Pelayanan per orang (menit) 4.158 Sumber : Data diolah penulis, 2015 Uji kesesuaian distribusi menunjukkan bahwa waktu kedatangan di DISDUKCAPIL Kota Bandung pada pelayanan loket C berdistribusi poisson, dimana bernilai 1.733 dan 28.87. Serta, uji kesesuaian distribusi pelayanan di DISDUKCAPIL pada pelayanan loket C menunjukkan bahwa distribusi pelayanan adalah distribusi eksponensial dengan dan 28.87. Asumsi pada masing-masing distribusi pelayanan diterima apabila nilai Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh λ = 13.83 dan µ = 14.43 padaloket verifikasi. Semua elemen yang diperlukan dalam melakukan perhitungan telah diketahui sehingga perhitungan dapat dilakukan. Hasil peritungan masing-masing sistem antrian dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Perbandingan Hasil Perhitungan Analisis Sistem Antrian Indikator Pengukur M/M/1 M/M/2 M/M/1 : FCFS/ / 0.95 0.48-0.05 0.52-22.09 0.29 16.56 23.05 1.24 17.28 95.4 1.24 71.4 99.6 5.4 75 Sumber : Data diolah penulis, 2015 Antrian terjadi karena jumlah kedatangan masyarakat yang membutuhkan pelayanan dalam sistem pelayanan dan jumlah fasilitas pelayanan yang tersedia kurang seimbang. Hal ini dapat merugikan masyarakat yang harus menghabiskan waktu lama untuk menunggu dalam sistem antrian. Masalah ini juga dialami oleh masyarakat yang sedang mengurus akta kelahiran bayi pada pelayanan loket C di Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bandung. Oleh karena itu, analisis sistem antrian dilakukan untuk menawarkan pilihan sistem antrian yang akan digunakan serta membantu dalam menetapkan standar operasional prosedur (SOP) waktu pelayanan pada loket verifikasi akta kelahiran (loket C). Model antrian yang digunakan oleh Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil saat ini adalah Single Channel-Single Phase (M/M/1) dengan distribusi kedatangan poisson dan distribusi pelayanan eksponensial. Berdasarkan hasil perhitungan sistem antrian Single Channel-Single Phase (M/M/1) kurang optimal bila ditinjau dari waktu rata-rata unit dalam sistem yaitu selama 99,6 menit artinya bahwa waktu yang dihabiskan oleh masyarakat mulai dari menunggu hingga dilayani dan keluar dari fasilitas pelayanan membutuhkan 99.6 menit. Waktu rata-rata unit dalam antrian adalah selama 95.4 menit artinya masyarakat menunggu selama 95.4 menit sebelum mereka mendapatkan pelayanan. Waktu tunggu tersebut merupakan waktu tunggu yang sangat lama

dibandingkan dengan rata-rata lama pelayanan yang dialami oleh masyarakat yaitu dalam waktu 4.2 menit. Artinya masyarakat menunggu 22x lebih lama dari lama waktu pelayanan rata-rata. Selain itu, Ketidakefektifan sistem ini dilihat dari jumlah masyarakat dalam antrian dan dalam sistem, Jumlah rata-rata masyarakat dalam antrian adalah 22.09 orang dan jumlah rata-rata unit dalam sistem yaitu berjumlah 23.05 orang. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 1 orang yang sedang menerima pelayanan dari fasilitas pelayanan serta terdapat 22 orang yang sedang menunggu untuk dilayani. Bila ditinjau dari utilitas fasilitas pelayanan diperoleh utilitas pelayanan adalah 95%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyedia fasilitas pelayanan bekerja dalam waktu 5.22 jam per hari. Sedangkan untuk probabilitas 0 orang dalam sistem antrian adalah 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan fasilitas pelayanan menganggur adalah 0.27 jam (16 menit). Pada waktu tersebut digunakan oleh penyedia pelayanan untuk minum dan menggunakan kamar kecil. Selain itu, terdapat masalah lain dalam sistem antrian ini. Masalah tersebut disebabkan oleh tersedianya 2 orang aparatur dalam memberikan pelayanan pada loket C. Namun, sistem antrian yang digunakan adalah Single Channel-Single Phase dimana terdapat satu fasilitas dan satu tahapan pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat satu aparatur penyedia pelayanan yang kosong atau menganggur meskipun faktanya kerja penyedia pelayanan ini adalah sebagai back up. Back Up diartikan bahwa aparatur tersebut membantu menangani masyarakat yang sudah dilayani sebelumnya namun terjadi kekurangan pada kelengkapan data permohonan penerbitan akta kelahiran yang mengharuskan masyarakat kembali kerumah dan kemudian kembali lagi ke Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk melengkapi kekurangan data tersebut. Adanya aparatur yang menganggur tersebut menjadi salah satu masalah sistem antrian ini karena secara teori aparatur tersebut tidak memberikan pelayanan Ketidakefektifan sistem antrian yang diterapkan oleh Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil saat ini membuat penulis melakukan uji coba dengan sistem antrian lain yang memungkinkan dengan adanya keterbatasan lokasi, kelebihan satu orang sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, yaitu sistem antrian Multi Channel Single Phase (M/M/2) dan sistem antrian Single Channel-Multi Phase. Perbandingan hasil perhitungan sistem antrian tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3. Sistem antrian pembanding pertama yang digunakan oleh penulis pada loket verifikasi adalah sistem antrian Multi Channel-Single Phase (M/M/2). Faktor utilitas fasilitas pelayanan dengan sistem antrian ini turun menjadi 48% dari 95%. Hal tersebut menunjukkan waktu kerja penyedia pelayanan juga turun menjadi 2.64 jam dimana sistem antrian sebelumnya waktu kerja penyedia pelayanan adalah 5.22 jam per harinya. Namun, terjadi peningkatan persentase pada probabilitas 0 orang dalam antrian. Dengan sistem antrian M/M/1 probabilitas 0 orang dalam antrian adalah 5%. Sedangkan dengan sistem antrian M/M/2 probabilitas 0 orang dalam antrian meningkat menjadi 35%. Hal tersebut menujukkan bahwa kemungkinan penyedia pelayanan menganggur juga meningkat menjadi 1.92 jam dari 5.5 jam per harinya. Salah satu kelebihan sistem antrian ini dapat ditinjau dari jumlah rata-rata masyarakat dalam antrian dan jumlah rata-rata masyarakat dalam sistem. Jumlah rata-rata masyarakat dalam antrian berjumlah 0.29 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa cenderung tidak ada masyarakat yang mengantri sebelum mendapatkan antrian. Jumlah rata-rata masyarakat dalam sistem adalah berjumlah 1.24 orang. Hal tersebut menunjukkan terdapat satu orang masyarakat sedang menerima pelayanan dari sistem pelayanan. Hal ini efektif bila ditinjau dari sudut pandang masyarakat karena cenderung tidak menunggu untuk mendapatkan pelayanan loket C. Namun, bila ditinjau dari sudut pandang Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil sistem ini tidak efektif karena jumlah dalam sistem atau jumlah masyarakat yang menerima pelayanan adalah satu orang yang artinya loket pelayanan lainnya menjadi kosong dan menganggur. Agar fasilitas pelayanan tidak menganggur setidaknya harus terdapat 2 orang dalam sistem antrian karena adanya 2 fasilitas pelayanan. Kelebihan lain dari penggunaan sistem antrian ini dapat dilihat dari waktu rata-rata dalam antrian dan waktu rata-rata dalam sistem. Waktu rata-rata yang dihabiskan masyarakat dalam antrian adalah 1.24 menit. Dengan sistem antrian M/M/1 waktu tunggu yang dialami masyarakat sebelum mendapatkan pelayanan adalah 95.4 menit. Namun, dengan sistem antrian M/M/2 waktu tunggu tersebut menjadi lebih sedikit yaitu hanya 1.24 menit. Penurunan juga terjadi pada waktu rata-rata masyarakat dalam sistem. Penurunan waktu rata-rata masyarakat dalam sistem terjadi secara drastis dimana dengan sistem antrian sebelumnya waktu rata-rata dalam sistem yang dihabiskan oleh masyarakat adalah 99.6 menit. Namun, dengan sistem antrian ini waktu rata-rata dalam sistem menjadi 5.4 menit. Waktu 5.4 menit merupakan penggabungan waktu tunggu masyarakat dan waktu yang dihabiskan masyarakat pada pelayanan loket C hingga meninggalkan fasilitas. Kelebihan lain sistem antrian ini adalah pemanfaatan kelebihan satu sumber daya manusia. Sistem antrian pembanding berikutnya adalah Single Channel-Multi Phase (M/. Pada tabel 4.6 dapat kita lihat terjadi penurunan pada indikator pengukuran (,,, ) dengan penggunaan sistem ini. Jumlah ratarata dalam antrian dengan sistem antrian ini menurun menjadi 16.56 orang yang sebelumnya berjumlah 22.09 orang. Penurunan juga terjadi pada jumlah rata-rata dalam sistem, semula berjumlah 23.09 orang menurun menjadi 17.28 orang. Terdapat 1 orang yang sedang menerima pelayanan dari loket C dan 16 orang sedang menunggu untuk menerima pelayanan dari loket yang sama. Selain pada jumlah rata-rata dalam antrian dan jumlah rata-rata dalam

sistem penurunan juga terjadi pada indikator pengukuran waktu rata-rata dalam antrian dan waktu rata-rata dalam sistem. Waktu rata-rata dalam antrian dengan sistem antrian ini adalah selama 71.4 menit. Sedangkan waktu rata-rata dalam sistem adalah selama 75 menit. Hal ini menunjukkan bahwa waktu tunggu yang dihabiskan masyarakat sebelum mendapatkan pelayanan adalah selama 71.4 menit. Waktu yang dialami masyarakat mulai dari menunggu, kemudian menerima pelayanan dari loket C, dan meninggalkan fasilitas pelayanan adalah selama 75 menit. Hal tersebut menunjukkan bahwa lama pelayanan yang diberikan oleh aparatur loket C adalah selama 3.6 menit dengan penggunaan sistem antrian ini. 4.1. Kesimpulan 1. Jenis sistem antrian Model yang digunakan oleh Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah Single Channel Single Phase dimana terdapat satu fasilitas dan satu tahapan pelayanan. Berdasarkan perhitungan diperoleh tingkat tingkat kesibukan fasilitas pelayanan 95% dan kemungkinan fasilitas pelayanan menganggur 5%, Jumlah rata-rata masyarakat menunggu dalam antrian berjumlah 22.09 orang. Sedangkan Jumlah rata-rata masyarakat dalam sistem ( berjumlah 23.05 orang. Waktu rata-rata yang dihabiskan oleh masyarakat dalam antrian ( adalah 95.4 menit. Sedangkan waktu rata-rata yang dihabiskan masyarakat mulai dari mengantri, mendapatkan pelayanan hingga keluar dari fasilitas pelayanan adalah ( 99.6 menit. Disiplin antrian yang diterapkan oleh Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah First Come First Serve dimana masyarakat yang lebih datang lebih dahulu dilayani. 2. Berdasarkan hasil perhitungan apabila Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil menggunakan sistem antrian Multi Channel-Single Phase dimana terdapat 2 fasilitas pelayanan dan satu tahapan pelayanan akan mengakibatkan perubahan (baik penurunan maupun peningkatan) pada indikator pengukuran. Diperoleh tingkat kesibukan fasilitas pelayanan menurun menjadi (ρ) 48%. Namun, terjadi peningkatan pada probabilitas fasilitas pelayanan menganggur menjadi 35%. Selain itu, terjadi juga perubahan pada jumlah rata-rata masyarakat dalam antrian dimana pada indikator ini terjadi penurunan jumlah masyarakat yang mengantri menjadi 0.29 orang atau cenderung tidak ada antrian. Jumlah rata-rata masyarakat dalam sistem ( 1.24 orang. Waktu ratarata masyarakat mulai mengantri hingga meninggalkan fasilitas pelayanan ( adalah selama 5.4 menit. Sedangkan waktu rata-rata masyarakat menunggu sebelum mendapatkan pelayanan ( adalah selama 1.24 menit. 3. Apabila Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil menggunakan sistem antrian Single Channel-Multi Phase pada pelayanan loket C dimana terdapat 1 fasilitas pelayanan dengan 2 tahapan pelayanan (loket verifikasi I dan loket verifikasi II). Penggunaan sistem antrian ini akan menyebabkan perubahan yang efektif pada indikatorindikator pengukuran yaitu jumlah masyarakat dalam antrian, jumlah masyarakat dalam sistem, waktu tunggu masyarakat dalam antrian dan waktu tunggu masyarakat dalam sistem. Jumlah masyarakat yang menunggu dalam antrian ( juga terjadi penurunan menjadi 16.56 orang. Jumlah masyarakat yang menunggu dalam sistem ( juga terjadi penurunan menjadi 17.28 orang. Penurunan juga terjadi pada waktu tunggu yang dialami masyarakat sebelum mendapatkan antrian yaitu menjadi 71.4 menit dan waktu yang dialami masyarakat mulai dari menunggu, mendapatkan pelayanan pada loket verifikasi I, mendapatkan pelayanan pada loket verifikasi II dan kemudian keluar dari fasilitas pelayanan ( menjadi 75 menit. DAFTAR PUSTAKA Angga, A., Effendi, U., & Dewi, I. A. (2014). The Evaluation of Queue System Performance Milk Collection at KUD Argo Niaga (KAN) Jabung Malang. Jurnal Teknologi Industri Pertanian FTB-UB. Ginting, P. L. (2013). Analisis Sistem Antrian dan Optimalisasi Layanan Teller (Studi Pada Bank X di Kota Semarang). Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Hermansyah. (2013). Kualitas Pelayanan Pegawai Dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) Siak di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang. Tanjungpinang,: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Maritim Raja Haji. Jay Heizer, B. R. (2008). Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat.

John, Emmanuel & Nse Sunday. (2011). Analysis of Multi-Server Single Queue System with Multiple Phases. Richard B Chase, F. R. (2006). Operation Management for Competitive Advantage with Global Cases. New York: McGraw-Hill International Edition. Siagian, P. (1987). Penelitian Operasional: Teknik dan Praktek. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Soeratno, L. A. (2008). Metodologi Penelitian untuk ekonomi dan bisnis. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.