PENYEMPURNAAN SISTEM SILVIKULTUR MENJADIKAN HUTAN LEBIH BAIK
MULTISISTEM SILVIKULTUR Menjadikan Pemanfaatan Hutan Produksi Lebih Baik 31 33 MENYELAMATKAN RAMIN Melalui Perbanyakan Bibit dengan Teknik Vegetatif
Menjadikan Pemanfaatan Hutan Produksi Lebih Baik FotoMaman Turjanman Hampir 100% IUPHHK (Ijin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu) memiliki kawasan yang terfragmentasi atau terbagi dalam beberapa bagian (kluster) kawasan dengan kondisi dan tipologi yang berbeda. Memanfaatkan kawasan yang terfragmentasi ini dengan sistem silvikultur yang seragam ternyata menghasilkan nilai manfaat yang rendah, baik dari aspek teknis, produksi, sosial dan ekonomi. ultisistem silvikultur adalah pilihan terbaik Msaat sekarang dalam upaya mengoptimalkan kinerja IUPHHK Hutan Alam. Dalam pola multisistem silvikultur, penggunaan tiga sistem silvikultur (TPTI, TPTJ. THPB) secara bersamaan dapat menghasilkan produk yang lebih variatif, meliputi kayu pertukangan dan kayu pulp; sehingga secara akumulasi dihasilkan total produksi kayu dalam jumlah yang besar. Demikian juga dari aspek sosial, pola ini mampu menyediakan jenis dan volume pekerjaan yang lebih memadai sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja. 31 D e s k r i p s i Penelitian ini menghasilkan satu perangkat pemodelan dan simulasi menggunakan perangkat lunak Stella 9.0.2. Model dinamakan dengan SuperSilvik (Suryanto Permodelan Silvikultur). Model mengolah informasi detail berkenaan dengan pemanfaatan kawasan melalui pilihan kombinasi dari tiga jenis sistem/teknik silvikultur, yaitu Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dan Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB). Perangkat model sangat aplikatif karena secara mudah dapat dioperasikan oleh para pengguna dan menghasilkan output informasi secara cepat, dan komprehensif. Macam informasi luaran tersebut diantaranya adalah proyeksi produksi kayu, meliputi produksi total, tahunan dan per kelompok jenis; proyeksi kebutuhan tenaga kerja (total dan per kelompok pekerjaan); proyeksi kebutuhan peralatan dan prasarana serta informasi tentang proyeksi nilai BCR, IRR dan NPV.
Tantangan Bagaimana memanfaatkan kawasan hutan secara optimal sehingga dapat meningkatkan kinerja IUPHHK dalam memproduksi kayu, meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan keuntungan finansial serta sekaligus dapat menekan perambahan dan pelepasan kawasan. Potensi Aplikasi 16 Untuk menggunakan model ini, perlu disiapkan beberapa data input, diantaranya data kondisi fragmentasi kawasan, potensi tegakan dan sosial masyarakat sekitar kawasan serta beberapa data keputusan manajemen berkenaan dengan kombinasi pilihan penggunaan sistem silvikultur, luas dan pembiayaan serta harga. Melalui multisistem silvikultur, secara finansial masing-masing IUPHHK mendapatkan keuntungan yang signifikan bertambah berkali lipat. Berdasarkan hasil simulasi dari beberapa kondisi fragmentasi kawasan, diketahui bahwa penggunaan tiga sistem silvikultur (TPTI, TPTJ dan THPB) dalam pola multisistem silvikultur diprediksi akan meningkatan nilai NPV sebesar 20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan satu sistem silvikultur (TPTI) dan tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan dua sistem silvikultur (TPT dan TPTJ). Melalui multisistem silvikultur, secara finansial IUPHHK memiliki suatu usaha yang menguntungkan dengan nilai BCR yang tinggi (pada kisaran nilai 1,2-1,5) dan usaha yang aman dengan IRR jauh di atas suku bunga normal (pada kisaran 20%-40%). Multisistem silvikultur memiliki daya tarik investasi yang lebih memadai dibandingkan dengan menggunakan dua sistem silvikultur (TPTI+TPTJ), dimana pada tahun ke 15 nilai NPV sudah berada dalam kisaran nilai NPV positif dan kemudian naik dengan sangat tajam dan signifikan. Inovator Nama Unit Kerja E-mail Foto/Gambar : Suryanto, Dodik R. Nurrochmat, Herry Prijono, Ayi Suyana dan Ahmad Budiaman : Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda dan Fahutan IPB : rimbasurya@yahoo.co.id dan bbp.dipterokarpa@forda-mof.org : Koleksi Balai Besar Penelitian Dipterokarpa di Samarinda Gambar: Suryanto 32 2
Melalui Perbanyakan Bibit dengan Teknik Vegetatif Foto: Tajudin Edi Komar Gonystylus bancanus atau dikenal sebagai kayu ramin, merupakan salah satu kayu komersial dari hutan rawa gambut. Jenis kayu ini merupakan salah satu unggulan Indonesia dan sumber bahan baku beberapa produk industri perkayuan yang memberikan kontribusi nyata bagi pemasukan kas negara. Eksploitasi ramin yang terus menerus tanpa diiringi pengelolaan yang baik menyebabkan ramin menuju kepunahan. D e s k r i p s i eknik vegetatif dengan cara stek Tadalah yang paling memungkinkan untuk perbanyakan bibit ramin yang memiliki musim berbunga/berbuah yang sangat jarang (4-5 tahun). Bahan stek yang dipotong dari pohon induk kurang dari 24 jam sebelum ditanam di persemaian dan kondisi persemaian dengan sistem KOFFCO telah terbukti menghasilkan persen stek lebih dari 90%. Kelebihan dari perbanyakan vegetatif melalui stek pucuk adalah bibit dapat dihasilkan terus menerus dan tidak tergantung pada musim berbunga atau berbuah dan rendahnya daya simpan benih ramin. Pembuatan stek pucuk ramin dilakukan dengan memanfaatkan teknik atau prinsip pengendalian suhu, cahaya, kelembaban dan media pertumbuhan (sistem KOFFCO). Dengan teknik ini dapat tersedia bibit ramin dalam jumlah cukup sehingga kegiatan penanaman ramin dapat dilakukan pada skala yang lebih luas. 33
Tantangan Penerapan teknik pembibitan ramin secara luas diharapkan dapat mendukung keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan rawa gambut. Aplikasi 17 Persemaian sistem KOFFCO merupakan sistem persemaian di rumah kaca yang dirancang agar kondisi lingkungan dipertahankan pada kondisi optimal untuk proses pembentukan akar dengan mengatur suhu tidak melebihi 30 C, kelembaban di atas 95% dan intensitas cahaya pada kisaran 10.000 20.000 lux. Sistem ini terintegrasi dalam empat komponen utama yaitu rumah kaca, sungkup propagasi, sistem pendingin dan pengaturan intensitas cahaya (Sakai dan Subiakto, 2001). Sumber bahan stek ramin ada dua, yaitu dari anakan alam dan kebun Foto: Tajudin Edi Komar pangkas. Jarak waktu pemotongan stek sampai penanaman dalam media hendaknya kurang dari 24 jam dan agar menghasilkan persentase hidup yang tinggi. Kemampuan perakaran stek pucuk dipengaruhi faktor kondisi lingkungan yang optimal (suhu, intensitas cahaya dan kelembaban) pada bagian atas media untuk proses fotosintesis dan bagian dalam media untuk proses pembentukan akar serta oleh kondisi fisiologis tanaman yang baik. Media tanam stek yang baik adalah yang memiliki porisitas yang baik untuk mengikat dan melepas air, memiliki unsur hara yang cukup dan steril dari berbagai mikroba yang merusak. Inovator Nama Unit Kerja E-mail Foto/Gambar : Tajudin E. Komar dan Evalin S.S. Sumbayak : Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) : raminpd426@yahoo.co.id dan puskonser@forda-mof.org : Koleksi Indonesia s Work Programme for 2008 ITTO CITES Project - Puskonser 34 2