LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

dokumen-dokumen yang mirip
G. Tindak Lanjut. Pendahuluan

TOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

F. Analisa Kritikal. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

D. Kegiatan Kampanye

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

E. Hasil Kampanye. Strategi dalam mengukur capaian hasil Kampanye Pride, memiliki beberapa tujuan utama, yaitu :

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

MATRIK PEMANGKU KEPENTINGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

G. RENCANA TINDAK LANJUT

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 3,5%) Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 13,9%) Pengetahuan Positif terbentuk

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERAN PENYULUH DAN MAHASISWA DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Taman Nasional Ujung Kulon

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 SUB BAGIAN UMUM SEKSI

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

penduduk yang semakin meningkat, karena secara tidak langsung kebutuhan

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

LAPORAN KEGIATAN PANEN RAYA PADI GOGO RANCAH DI LOKASI P4MI, DESA KEMIRI, KECAMATAN KUNDURAN, KABUPATEN BLORA Tanggal 13 Maret 2007

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

PENGUMUMAN (TAHAP I) RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Pengembangan Sayuran Organik Tersertifikasi di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali 1) I Gusti Putu Ratna Adi 2)

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KERJASAMA DIREKTORAT JENDERAL DENGAN TNI-AD MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN (TMKP) TA. 2014

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

FUNGSI KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM SECARA BIJAK* Oleh : IMRAN SL TOBING**

Transkripsi:

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 A. Latar Belakang Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di Semenanjung kepala burung di ujung Barat Pulau Jawa (Provinsi Banten) merupakan salah satu kawasan konservasi di Indonesia yang sudah dikenal oleh masyarakat nasional maupun internasional. Kawasan TNUK yang ditunjuk oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 26 Pebruari 1992 mencakup areal seluas 120.551 Ha yang terdiri dari kawasan daratan 76.214 Ha dan kawasan perairan laut 44.337 Ha. Dimana secara administratif berada di wilayah Kecamatan Cimanggu dan Sumur Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Salah satu kekayaan hayati TNUK yang paling terkenal dan langka adalah Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus, Desmarest 1822) yang sudah menjadi bagian dari perlindungan dan kekayaan alam dunia (the world heritage), disamping kekayaan flora dan fauna lainnya yang sangat melimpah. Apabila dibandingkan antara kekayaan jenis yang ada di Pulau Jawa dengan di TNUK, yaitu sebesar 26,32% untuk mamalia, 66,30% untuk burung dan 34,10% untuk reptil. Pengelolaan kawasan konservasi dimanapun diseluruh Indonesia sangat rentan dengan konflik kepentingan, karena kerap kali harus berhadapan dengan kebijakan pemerintah pada satu sisi dan kepentingan ekonomi masyarakat disisi lain. Kepentingan ekonomi masyarakat tersebut ada yang berasal dari sekitar kawasan maupun masyarakat pemodal yang memanfaatkan masyarakat local untuk mengeksploitasi sumberdaya alam dengan tujuan untuk meraup keuntungan ekonomi semata tanpa mempertimbangkan keberlanjutan sumberdaya alam itu sendiri. Salah satu ancaman konservasi yang menduduki peringkat ancaman pertama di TNUK adalah perluasan lahan garapan baru didalam kawasan TNUK, untuk mengurangi perluasan lahan garapan baru didalam kawasan TNUK, petani penggrap di sekitar kawasan TNUK dikenalkan sistem pertanian pola intensifikasi lahan. Peningkatan pengetahuan dan penerapan teknologi sistem pertanian tersebut dilakukan di 3 desa prioritas pride campaign yaitu Ds. Rancapinang, Cibadak dan Ujung Jaya. TNUK dalam menjalankan program ini bekerjasama dengan RARE, Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten serta WWF. Program ini dikenalkan karena masyarakat dalam upaya meningkatkan hasil pertanian selalu memperluas lahan garapan didalam kawasan (ekstensifikasi), hal ini dikarenakan mereka belum dapat mengoptimalkan hasil pertanian pada lahan garapan yang dimiliki, serta keterbatasan ilmu dan teknologi pertanian yang dimiliki.

B. Maksud dan Tujuan Maksud diterapkan program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang intensifikasi lahan pertanian dan metode penerapan teknologi pertanian, sedangkan tujuan program ini adalah mengurangi pembukaan lahan garapan baru di dalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang berbatasan dengan desa Rancapinang, desa Cibadak dan desa Ujung Jaya. C. Output Output yang diharapkan dari program ini adalah sebagai berikut: 1. Luasan habitat Badak Jawa tetap terjaga/ terlindungi dari ancaman pembukaan lahan garapan baru didalam kawasan TNUK sebanyak 30 % dari tahun sebelumnya. 2. Pengetahuan masyarakat terhadap teknik intensifikasi pertanian meningkat 20 %. 3. Terbentuk 3 kelompok tani yang mengimplementasikan demplot masing-masing seluas 6 hektar. 4. Pada akhir Juni tahun 2010, 90 % petani penggarap lahan diluar kawasan TNUK di 3 desa target primer bersedia untuk berperan serta dalam menerapan system pola intensifikasi pertanian, dari 78 % pada tahun sebelumnya 5. Pada akhir Juni 2010, Petani penggarap lahan diluar kawasan TNUK di 3 desa target primer yang setuju bahwa sistem intensifikasi pertanian dapat mengurangi perambaan hutan didalam kawasan yang akan merusak habitat badak Jawa, meningkat 70 % dari survey pra kampanye tahun sebelumnya 42,7 % 6. Pada akhir bulan Juni 2010, 25 % masyarakat yang menggarap lahan dalam kawasan TNUK mulai membicarakan dengan teman sistem dan teknik pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan diluar kawasan, dari tahun sebelumnya 4,9 % 7. Diakhir keg. Pride (akhir Juni 2010) 30 % petani penggarap diluar kawasan TNUK, telah menerapkan pola intensifikasi pertanian (meningkat dari 0). D. Kegiatan Yang Sudah Dilakukan Kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan dalam implementasi BROP adalah sebagai berikut : 1. Sosialisasi BROP di 3 desa target utama pride campaign (1 kali di masing-masing desa) 2. Pembentukan dan penguatan kelompok tani, sebanyak 3 kelompok. 3. Sosialisasi BROP dengan para pihak di Sumur 4. Kegiatan kunjungan bulanan / sekolah lapangan (setiap bulan) 5. Kegiatan Calon Penggarap Calon Lahan (CPCL) (1 kali di masing-masing desa) 6. Identifikasi sumber air (1 kali di masing-masing desa) 7. Penguatan jejaring kerja dengan WWF serta Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten (3 kali)

8. Observasi dan survey kesesuaian lahan garapan dengan produk pertanian, pasar dan penerapan teknologi pertanian. (1 kali di 3 desa) E. Adopsi Manajemen Beberapa hal yang dilakukan sebagai penyesuaian kondisi dilapangan dari rencana yang telah dibuat sebelumnya adalah : 1. Pada rencana awal, tanaman Jagung adalah produk yang ditawarkan dalam implementasi demplot program ini, setelah melakukan serangkaian sosialisasi dan komunikasi dengan kelompok tani dan Petugas Pertanian Lapang (PPL), kemudian dipilihlah tanaman Kedelai untuk Ds. Rancapinang dan Ds.Cibadak serta Kacang Hijau untuk Ds. Ujung Jaya. Hal yang menjadi alasan, kenapa Jagung tidak diterima masyarakat adalah karena masyarakat pada tahun sebelumnya memiliki pengalaman tidak bagus dalam menerapkan program jagung, yaitu pasar belum jelas dan sangat sulit dalam pemasarannya sehingga petani tidak mau merugi lagi. Sedangkan kedelai dan kacang hijau dipilih, karena pasarnya sudah jelas dan dapat memenuhi kelompok usaha tempe dalam pengadaan bahan baku. 2. Musim tanam setiap desa dan setiap demplot berbeda-beda, hal ini tergantung dengan kondisi musim dan ketersediaan air di setiap lokasi tanam. 3. Disepakati bahwa penggunaan pupuk tidak 100 % menggunakan pupuk kimia, tetapi juga menggunakan pupuk hijau atau pupuk organic sebanyak 10 % yang telah diajarkan sebelumnya oleh Distanak. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia serta meningkatkan hasil pertanian. 4. Dalam setiap kegiatan sekolah lapangan, ternyata tidak hanya diikiuti anggota kelompok dalam demplot saja, tetapi juga diikuti oleh anggota kelompok lainnya yang ingin mengetahui ilmu intensifikasi pertanian. 5. Hasil identifikasi ditemukan, bahwa program ini memerlukan penampung/ saluran air serta pompa air, untuk mengatasi datangnya musim kemarau. 6. Penerapan sekolah lapangan di Desa Ujung Jaya agak terganggu, dikarenakan ada Pemilihana Kepala Desa, tidak bisa dipaksakan karena sangat rentan dengan isu pengumpulan masa serta isu keberpihakan pada salah satu kandidat, sehingga sekolah lapang dijadikan 2 kali dalam 1 bulan di bulan Pebruari 2010. F. Rencana Tindak Lanjut Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan adalah : 1. Persiapan lahan 2. Persiapan pembuatan penampung/ saluran air dari sumber air terdekat 3. Sekolah Lapang/ kunjungan bulanan

4. Pengadaan pupuk 5. Pengadaan benih 6. Mempersiapkan pasar 7. Transfer informasi/ persiapan replikasi program ke desa lain atau kepada kelompok tani lainnya G. Hambatan di lapangan Hambatan yang dialami dilapangan adalah : 1. Cuaca yang tidak menentu, akan menentukan hasil panen dan keberhasilan program. 2. Ketersediaan air disetiap desa berbeda, akan menentukan hasil panen. 3. Masa tanam tidak serentak, akan menyulitkan dalam monitoring dan fase implementasinya. H. Penutup Demikian laporan singkat implementasi BROP di TNUK, semoga dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan dalam menentukan strategi berikutnya. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan, dan kami mengucapkan terima kasih atas segala bentuk kerjasamanya. Yang Melaporkan, Manaje Kampanye TNUK, ttd Indra K. Harwanto, S.Hut NIP. 198010022000121001

Dokumentasi Dokumentasi Kegiatan BROP di TNUK Lokasi Demplot Ds. Cibadak, Disaat Musim Tanam Padi : Sawah Tadah Hujan Lokasi Demplot Desa Ujungjaya, Disaat Musim Kemarau

Kegiatan Pembekalan dan Sosialisasi BROP dengan Para Mitra dan Ketua Kelompok Tani Diskusi Kelompok Pada Saat Sosialisasi Pembagian Peran

Kegiatan Identifikasi Potensi Saluran air untuk irigasi di Ds. Cibadak