I. PENDAHULUAN. Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia,

dokumen-dokumen yang mirip
BABI PENDAHULUAN. alamnya. Di era industri yang terus berkembang, Indonesia turut pula

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis customer..., Ilman Fachrian Fadli, FE UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. sudah menjadi kebiasaan, dan gaya hidup masyarakat, sehingga meskipun telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penjualan Rokok Nasional (miliar batang) Tahun SPM SKM Mild SKM Reguler SKT ,86 45,22 83,79 79,85

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis consumer good, khususnya makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pemasaran global saat ini, apabila kita mengunjungi

BAB I PENDAHULUAN. memperkenalkan bidang bisnis yang mereka miliki kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di berbagai bidang usaha saat ini semakin tajam, hal ini tampak

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari semakin banyaknya perusahaan baru dan jenis atau

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan produk dalam industri di Indonesia akibat munculya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penghasil tembakau terbanyak di dunia setelah Cina, Brazil, India, Amerika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan pola berfikir manusia yang semakin maju dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. pasar, sehingga menimbulkan tingkat persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi PT. Gudang Garam Tbk PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. sedang terjadi, tetapi tidak dapat dipungkiri indonesia menjadi salah satu dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jawaban produsen satu satunya dalam hal memenuhi tantangan. Dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki potensi bisnis yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan berikut diambil berdasarkan pemaparan uji deskriptif dan

TUGAS LAPORAN. Analisis Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur. PT. HM SAMPOERNA Tbk. Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

ANALISIS PENGARUH EFEKTIFITAS IKLAN TERHADAP SIKAP KONSUMEN DAN KEYAKINAN KONSUMEN PADA NIAT BELI ROKOK STAR MILD DI SURABAYA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik industri rokok merupakan consumer goods dan invisible (taste),

BAB I P E N D A H U L U A N. memproduksi barang yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan ekonomi nasional, karena mempunyai multiplier effect yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dikerenakan pesatnya perkembangan pasar bebas. Situasi persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pada dunia bisnis. Keadaan ini yang menuntut suatu perusahaan untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. adanya krisis global yang melanda dunia. Walaupun pemerintah telah mengatakan

Aktivitas Integrated Marketing Communications Terhadap Brand Image Untuk Industri Rokok Kelas Mild

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin tingginya tingkat persaingan perusahaan dan produk

BAB I PENDAHULUAN. memberatkan bagi perusahaan yang akan menjual produknya di negaranya. Sesuai

Paparan Publik. Ruang Seminar 1 & 2 Bursa Efek Indonesia, Jakarta 27 April 2018

bidang bisnis. Situasi ini mengharuskan pihak manajemen tertinggi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran modern menuntut lebih dari sekedar membuat produk yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi di Indonesia, Indonesia telah memasuki

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

perilaku. Dalam memutuskan merek apa yang akan dibeli, atau toko mana untuk

BAB I PENDAHULUAN. rokok yang ada di Indonesia. Dari total unit usaha di industri rokok di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

An affiliate of Philip Morris International. Paparan Publik. Glass House, The Ritz-Carlton - Pacific Place, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. 8-10% setiap tahunnya atau setara dengan 83 milyar batang dengan pangsa. pasar 49 % dari pasar domestik.

I. PENDAHULUAN. Menurut prediksi para ekonom Indonesia, di tengah suasana. perekonomian negara yang masih belum menentu sejak tahun 1997,

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengembangan merek perusahaan yang kuat. Namun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Konsumen yang semakin teliti untuk memilih produk yang akan dibeli, membuat

I. PENDAHULUAN. mengandung susu tanpa lemak dan lemak susu.

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat di era globalisasi ini dan keadaan tersebut memunculkan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang sangat pesat secara tidak langsung telah merubah pola hidup dan pola pikir

Pemerintah Indonesia saat ini sedang berusaha meningkatkan. Namun dengan semakin menipisnya sumber devisa migas yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu asset untuk mencapai keadaan tersebut adalah Brand (merek). Merek

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin. mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

Paparan Publik. Mindaugas Trumpaitis. Bursa Efek Jakarta April 27, 2018

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah menyebabkan adanya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian suatu negara, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan global menuntut setiap perusahaan untuk berinovasi dalam

I. PENDAHULUAN. motor dan kecenderungan penjualan yang meningkat terjadi hampir pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran

ANALISA MANAGEMENT STRATEGY PT.GUDANG GARAM, TBK. Oleh : Iyan Gustiana Staf Dosen Sistem Informasi UNIKOM

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

I. PENDAHULUAN. Sehubungan dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sama yaitu mencari keuntungan atau laba. Usaha menjaga. perusahaan dengan kuat, perusahaan dapat mempertahankannya baik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lokal tetapi juga dengan perusahaan multinasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat suatu perusahaan dituntut untuk terus tumbuh dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan di bidang perekonomian memiliki tujuan mencapai

ANALISIS PENGARUH ATRIBUT PRODUK YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PEMBELIAN KOSMETIK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memperluas pasar produk dari perusahaan di Indonesia. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menyebabkan peran

BAB I PENDAHULUAN. pikir, selera, keinginan dan kebutuhan konsumen. konsumennya dimana salah satu wujudnya adalah melalui periklanan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jenis produk yang di tawarkan dipasar oleh para pelaku bisnis. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

An affiliate of Philip Morris International. Paparan Publik. Soehanna Hall - The Energy Building Jakarta 27 April 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perubahan-perubahan terjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

I PENDAHULUAN. cepatnya pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya efek global warming.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan perusahaan adalah menjual produk atau jasanya semaksimal mungkin, sehingga memperoleh laba

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan meraup keuntungan dari kebiasaan buruk merokok di Indonesia. jumlah perokok 51,1 persen dari total penduduknya.

I. PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis saat ini membuat perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan pemasaran produk atau jasa di era globalisasi ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memproduksi barang yang dibutuhkan, karena selain memasarkan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dilema serta kontroversial. Industri rokok kretek memegang

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya kemajuan teknologi juga tak terhapuskan oleh berkembangnya jiwa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia, dengan total produksi nasional rata-rata mencapai 220 milyar batang per tahun dan nilai penjualan nasional rata-rata mencapai 40 trilyun rupiah per tahun. Menurut Hernowo (2003), penerimaan pajak pemerintah dari cukai rokok pada tahun 2003 mencapai nilai 25 trilyun rupiah dan meningkat setiap tahunnya sebesar 15 persen. Pada tahun 2004, pemerintah menargetkan industri rokok dapat memproduksi rokok hingga 200 milyar batang sehingga diharapkan dapat memenuhi target penerimaan cukai sebesar 27,6 trilyun rupiah (Hidayat, 2004). Pada saat ini diperkirakan jumlah perokok di Indonesia mencapai 40 juta jiwa yang rata-rata mengkonsumsi rokok sebanyak sepuluh batang per hari. Perusahaan rokok di Indonesia mencapai jumlah ratusan dan banyak tersebar di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, melibatkan ratusan ribu tenaga kerja dan dua juta retailer di seluruh Indonesia dengan pembelanjaan total untuk iklan rata-rata sebesar dua trilyun rupiah per tahun, baik melalui media televisi, media cetak, poster dan media promosi lainnya (Hernowo, 2003). Sejumlah indikator tersebut menunjukkan adanya produktivitas yang sangat tinggi untuk ukuran produk yang bukan merupakan barang primer. Pasar rokok di Indonesia saat ini didominasi oleh enam perusahaan besar, yaitu PT. Gudang Garam, PT. H. M. Sampoerna, PT. British American Tobacco Indonesia (BAT), PT. Djarum Kudus, PT. Philip Morris

Indonesia dan PT. Bentoel Prima. Keenam perusahaan tersebut meraup pangsa pasar sebesar 80 persen dari total pasar rokok di Indonesia. Sisanya sebanyak 20 persen diperebutkan oleh ratusan perusahaan rokok berskala kecil (Hernowo, 2003). Menurut Salim (2004), selama periode semester pertama tahun 2004, industri rokok mencatat pertumbuhan volume produksi sebesar sepuluh persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2003. Pertumbuhan sepuluh persen ini menandakan adanya pemulihan industri rokok dari krisis yang dialami selama dua tahun terakhir. Tabel 1 menunjukkan bahwa industri rokok mengalami penurunan volume produksi sebesar sepuluh persen pada tahun 2002 dan tiga persen pada tahun 2003. Penurunan volume produksi ini di antaranya disebabkan oleh kenaikan tarif cukai rokok yang agresif selama masa krisis sehingga cukup membebani produsen rokok di Indonesia. Tabel 1. Jumlah Volume dan Pertumbuhan Produksi Rokok di Indonesia Tahun 1997 hingga 2005 Tahun Volume Produksi Pertumbuhan Produksi (Milyar Batang) (%) 1997 226 6 1998 222-2 1999 226 2 2000 224-1 2001 223 0 2002 200-10 2003 193-3 2004* 209 8 2005* 219 5 Keterangan : * prediksi Sumber : Salim, 2004. Hal. 27 Lebih lanjut, Salim (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mendorong pemulihan industri rokok selama periode semester 2

pertama tahun 2004 adalah terjadinya pertumbuhan pada semua segmen industri, baik pada segmen sigaret kretek tangan (SKT), sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin (SPM). Untuk periode semester pertama tahun 2004, segmen SKM tumbuh sebesar 12 persen, SKT tumbuh sebesar delapan persen dan SPM tumbuh sebesar empat persen. Segmen SKM dibagi dalam dua kategori, yaitu SKM mild atau rokok kretek ringan yang dicirikan dengan kandungan tar dan nikotin yang rendah dan SKM reguler atau rokok kretek biasa yang dicirikan dengan kandungan tar dan nikotin yang tinggi. Segmen SKM reguler tumbuh pada kisaran tujuh hingga delapan persen, sedangkan pertumbuhan pada segmen SKM mild merupakan kontributor utama terhadap pemulihan industri rokok nasional secara keseluruhan, dengan pertumbuhan yang mencapai 39 persen (Salim, 2004). Pasar rokok kretek ringan tumbuh sebesar 30 persen sejak tahun 1995 hingga sekarang dan saat ini memiliki pangsa pasar sebesar 11 persen. PT. H. M. Sampoerna merupakan pemimpin pasar pada industri rokok kretek ringan di Indonesia dengan produk andalannya yaitu Sampoerna A Mild. Pada semester pertama tahun 2004, PT. H. M. Sampoerna mampu membukukan penjualan rokok Sampoerna A Mild sebesar 7,98 milyar batang, atau meningkat sebesar 24,2 persen dari periode sebelumnya yang mencapai 6,43 milyar batang. Dengan nilai jual mencapai 2,3 trilyun rupiah, Sampoerna A Mild memberikan kontribusi sebesar 30 persen kepada total penerimaan PT. H. M. Sampoerna di tahun 2004 (www.thejakartapost.com, 2004). 3

Pasar rokok kretek ringan yang memiliki profitabilitas dan pertumbuhan yang tinggi mampu merebut perhatian sejumlah perusahaan rokok untuk terjun ke dalam bisnis tersebut. Keuntungan yang diperoleh PT. H. M. Sampoerna sangat menarik minat pesaing-pesaingnya untuk ikut terjun menggarap di lahan bisnis yang sama. Kotler (2003) menyatakan bahwa pasar yang menarik untuk digarap seringkali mengundang pemain baru, perusahaan baru atau perusahaan lama dengan produk baru untuk ikut bermain menggarap pasar yang sama. Selain itu, dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan yang mengatur kandungan tar dan nikotin pada rokok, serta ditunjang oleh berubahnya kecenderungan pola konsumsi perokok yang semakin peduli akan resiko yang disebabkan oleh kebiasaan merokok mendorong perusahaan-perusahaan rokok untuk mulai menggarap segmen pasar ini dengan lebih serius. Hingga saat ini terdapat sejumlah perusahaan rokok di Indonesia seperti Bentoel, Djarum, Gudang Garam dan lain-lain yang mulai serius menggarap pasar rokok kretek ringan dengan merek-merek yang beredar di pasar seperti Star Mild, Bentoel Mild, Clas Mild, LA Lights, Gudang Garam Nusantara, X Mild dan sejumlah merek lainnya. Kehadiran merekmerek rokok tersebut memberikan gairah baru dalam industri rokok kretek ringan di Indonesia, terutama dalam mendorong semakin ketatnya iklim persaingan. Kondisi persaingan pasar rokok kretek ringan yang semakin ketat menuntut perusahaan-perusahaan rokok yang bermain di dalam industri 4

tersebut mampu menggunakan strategi yang tepat dan jitu untuk memenangkan persaingan. Keberhasilan suatu perusahaan memenangkan persaingan pasar banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam meramu empat elemen utama bauran pemasaran (marketing mix), yaitu produk, distribusi, harga dan promosi serta kemampuannya dalam membangun ekuitas merek yang kuat. Salah satu bentuk strategi yang diterapkan oleh banyak perusahaan dalam menghadapi iklim persaingan industri yang semakin ketat adalah merancang strategi yang berorientasi pada manajemen merek. Merek adalah sebuah nama, simbol, desain atau tanda yang dapat memberikan nilai kepada suatu produk di atas nilai fungsionalnya. Bertambahnya nilai produk yang disebabkan oleh merek tersebut menjadi alasan mengapa para pebisnis dan konsumen bersedia untuk membayar tinggi. Menurut Walgren dan Donthu (1995), bertambahnya nilai karena pemberian merek pada sebuah produk dikenal sebagai ekuitas merek (brand equity). Aaker (1997) mengemukakan bahwa ekuitas merek dapat menciptakan nilai bagi konsumen dan perusahaan. Ekuitas merek dapat mempengaruhi proses informasi konsumen, meningkatkan rasa percaya diri konsumen dalam keputusan pembelian dan pencapaian kepuasan konsumen. Lebih lanjut, Yoo et al. (2000) mengemukakan bahwa ekuitas merek juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan untuk melakukan merjer dan akuisisi, meningkatkan respon pasar saham dan menentukan perluasan nama merek. Selain itu, ekuitas merek juga meningkatkan peluang pemilihan merek, keinginan untuk membayar 5

harga premium, keefektifan komunikasi pemasaran, kesempatan lisensi merek dan menurunkan kerapuhan terhadap tindakan-tindakan pemasaran pesaing. Dari sudut pandang manajerial, ekuitas merek memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan. 1.2. Perumusan Masalah Pada tahun 1989, PT. H. M. Sampoerna melakukan inovasi dengan meluncurkan produk rokok kretek ringan merek Sampoerna A Mild, di mana situasi pasar rokok di Indonesia pada saat itu masih didominasi oleh rokok kretek biasa. Langkah inovasi yang dilakukan oleh PT. H. M. Sampoerna tersebut banyak diragukan kesuksesannya oleh para pelaku industri rokok yang meyakini bahwa pasar di Indonesia masih belum siap menerima rokok berkarakteristik mild. Pada saat itu masih banyak perokok yang berpandangan bahwa rokok kretek ringan dengan ukuran fisiknya yang lebih kecil dibandingkan dengan rokok kretek biasa bukanlah rokok bagi orang-orang yang mempunyai selera dan cita rasa tinggi. Banyak pula yang beranggapan bahwa rokok kretek ringan berkesan tidak gagah dan lebih ditujukan untuk kaum wanita. Pada awalnya kehadiran rokok Sampoerna A Mild memang disambut dengan kurang antusias oleh masyarakat, namun demikian berkat usaha-usaha pemasaran yang dilakukan secara intensif oleh perusahaan maka kesuksesan pun berhasil diraih di tahun 1995. Salah satu nilai tambah yang ditawarkan oleh rokok Sampoerna A Mild dibandingkan dengan rokok-rokok yang ada di pasaran pada saat itu adalah memiliki kadar tar dan nikotin yang rendah. 6

Tabel 2. Kadar Tar dan Nikotin Beberapa Merek Rokok Kretek di Indonesia Merek Rokok Produsen Kadar Tar Kadar Nikotin (miligram) (miligram) Sampoerna A Mild PT. H. M. 15 1,1 Sampoerna Gudang Garam PT. Gudang Garam 48,9 2,2 International Djarum Super PT. Djarum Kudus 52,2 2,4 Bentoel International PT. Bentoel Prima 39,1 2,1 Sumber : Wibowo, 1995. Hal. 73 Tar dan nikotin merupakan senyawa kimia yang terkandung dalam tembakau yang masing-masing bersifat karsinogenik dan adiktif yang dapat menyebabkan penyakit seperti kanker, serangan jantung, gangguan kehamilan dan lain-lain serta menimbulkan rasa ketergantungan. Sampoerna A Mild diposisikan sebagai rokok yang diharapkan mampu memberikan pilihan kepada para perokok dalam upaya mengurangi resiko penyakit dan ketergantungan akibat merokok dengan mengendalikan kadar tar dan nikotin yang terkandung dalam setiap batang rokoknya. Seiring dengan meningkatnya kesadaran perokok akan pentingnya mengurangi resiko penyakit dan ketergantungan yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok maka Sampoerna A Mild pun berhasil menjadi primadona dengan menciptakan trend pasar rokok baru, terlebih lagi setelah produk ini menemukan segmen pasar utamanya, yaitu kaum muda di daerah perkotaan berusia 15 hingga 25 tahun yang telah memunculkan fenomena rokok Sampoerna A Mild sebagai simbol jati diri bagi generasi metropolis yang berjiwa kreatif dan dinamis (Hidayat dan Suhariyanto, 2004). 7

Kesuksesan PT. H. M. Sampoerna sebagai perintis dalam industri rokok berkarakteristik mild menjadikannya sebagai pemimpin pasar pada segmen rokok SKM mild hingga saat ini. Di tahun 2001, pasar rokok kretek ringan di Indonesia dikuasai oleh Sampoerna A Mild dengan pangsa pasar mencapai 90 persen (Faizal et al., 2001). Selain itu, kesuksesan PT. H. M. Sampoerna juga dapat dilihat dari penghargaan yang diberikan kepada Sampoerna A Mild sebagai Indonesian Best Brand tahun 2002, 2003 dan 2004 untuk kategori rokok kretek ringan oleh lembaga riset pemasaran MARS bekerjasama dengan majalah SWA berdasarkan hasil survei konsumen di lima kota besar di Indonesia. Hal ini menempatkan Sampoerna A Mild sebagai rokok kretek ringan yang memiliki ekuitas merek terkuat di Indonesia hingga saat ini. Menurut Durianto et al. (2004), semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat pula daya tariknya di mata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut yang selanjutnya dapat menggiring konsumen untuk melakukan pembelian berulang sehingga mengantarkan perusahaan untuk meraup keuntungan dari waktu ke waktu. Karena itu, pengetahuan tentang elemen-elemen ekuitas merek dan pengukurannya sangat diperlukan untuk menyusun langkah strategis dalam meningkatkan eksistensi merek yang akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Penelitian mengenai ekuitas merek telah banyak dilakukan sebelumnya, namun demikian belum banyak penelitian-penelitian ekuitas merek yang memberikan perhatian kepada bagaimana usaha-usaha pemasaran berkontribusi terhadap pembentukan ekuitas merek. 8

Yoo et al. (2000) menyatakan bahwa usaha-usaha pemasaran yang merupakan perwujudan dari strategi bauran pemasaran, seperti strategi produk, strategi distribusi, strategi harga dan strategi promosi adalah sebuah antecedents dari ekuitas merek yang memberikan kontribusi, baik positif ataupun negatif, terhadap pembentukan ekuitas merek. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan atau kontribusi usaha-usaha pemasaran dan dimensi-dimensi ekuitas merek terhadap pembentukan ekuitas merek rokok Sampoerna A Mild. Rokok Sampoerna A Mild dipilih sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan bahwa produk tersebut merupakan pemimpin pasar pada industri rokok kretek ringan di Indonesia serta rokok kretek ringan dengan ekuitas merek terkuat di Indonesia hingga saat ini. Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi strategis mengenai usaha-usaha pemasaran dan dimensi-dimensi ekuitas merek apa yang memberikan kontribusi terhadap kekuatan ekuitas merek yang dimiliki rokok Sampoerna A Mild saat ini. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana hubungan dan kontribusi dimensi-dimensi ekuitas merek terhadap pembentukan ekuitas merek rokok Sampoerna A Mild? 2. Bagaimana hubungan dan kontribusi usaha-usaha pemasaran terhadap pembentukan ekuitas merek rokok Sampoerna A Mild? 3. Bagaimana ekuitas merek rokok Sampoerna A Mild secara keseluruhan? 9

4. Apa implikasi manajerial bagi perusahaan dalam pengelolaan ekuitas merek rokok Sampoerna A Mild? 1.3. Tujuan Berdasarkan pada perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisa hubungan dan kontribusi dimensi-dimensi ekuitas merek terhadap pembentukan ekuitas merek rokok Sampoerna A Mild. 2. Menganalisa hubungan dan kontribusi usaha-usaha pemasaran terhadap pembentukan ekuitas merek rokok Sampoerna A Mild. 3. Menganalisa ekuitas merek rokok Sampoerna A Mild secara keseluruhan. 4. Merumuskan implikasi manajerial bagi perusahaan dalam pengelolaan ekuitas merek rokok Sampoerna A Mild. 10

UNTUK SELENGKAPNYA DAPAT DI AKSES PADA PERPUSTAKAAN MB IPB 11