JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Implementasi Contractor Safety Management System (CSMS) Terhadap Pekerjaan Berisiko Tinggi di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS)

CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM. pertamina SELECTION. April Bangkitkan Energi Negeri

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

PRAKUALIFIKASI UMUM CSMS (Contractor Safety Management System)

IMPLEMENTASI CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) TERHADAP KONTRAKTOR PROJECT TA UNIT CD III PT. PERTAMINA RU III PALEMBANG

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Sistem Manajemen K3 Kontraktor

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

ANALISIS KEPATUHAN SUPERVISOR TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM OCCUPATIONAL HEALTH & SAFETY (OHS) PLANNED INSPECTION DI PT. CCAI

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

ANALISIS IMPLEMENTASI CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) PADA TAHAP PERSIAPAN KERJA DI COCA COLA AMATIL INDONESIA (CCAI) SEMARANG

TINJAUAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN GEDUNG TELKOMSEL PEKANBARU)

AUDIT TERHADAP SISTEM MANAJEMEN K3 BERBASIS OHSAS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYUAGUNG

CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM

GAMBARAN PENERAPAN CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK

BAB V PEMBAHASAN. Hal ini dimungkinkan karena di PT. Pertamina (Persero) RU V selalu

PENERAPAN CSMS (CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

ANALISIS PENERAPAN PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN TINGKAT LANJUTAN SMK3 BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT. X

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM HEALTH, SAFETY AND ENVIRONMENTAL MANAGEMENT PLAN REQUIREMENT AND STANDARD

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA 2010

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

GAMBARAN UMUM TENTANG PENERAPAN CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) DI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP

ANALISIS PENERAPAN CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) DI PT. X, BONTANG, KALIMANTAN TIMUR

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #3 Ganjil 2016/2017. Sistem Manajemen K3

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

ANALISIS PENERAPAN CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) DALAM UPAYA PENGELOLAAN SISTEM K3LH PADA LINGKUP KONTRAKTOR DI PT ADARO INDONESIA

IDENTIFIKASI HAZARD PADA PEKERJA KONTRAKTOR SIPIL DENGAN METODE CSMS DI PT. X PASURUAN

3/14/16 Manajemen Proyek IT - Universitas Mercu Buana Yogyakarta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI. Agustina Dwi Respati Wahyu Adi Muhtar

USULAN ELEMEN SMK3 UI BERDASARKAN PERMENAKER No 5 Tahun 1996 dan OHSAS 18001

ANALISIS PENDOKUMENTASIAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT ANGKASA PURA II (PERSERO) BANDUNG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM. pertamina PRE QUALIFICATION (PQ) April Bangkitkan Energi Negeri

FORM PEDOMAN WAWANCARA

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) STRATEGI DAN TAHAPAN PENERAPAN SMKP

KUISIONER PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

PUBLIC TRAINING SCHEDULE 2016

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN K3 PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYUAGUNG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

SKRIPSI RISK ASSESSMENT PADA UNIT PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS BENDA TAJAM DI RSI SITI HAJAR SIDOARJO

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GUNAWANGSA MERR SURABAYA

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PELAKSANAAN KONTRUKSI OIL DAN GAS DENGAN METODE HAZARD IDENTIFICATION ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA MAINTENANCE ELEKTRIKAL DALAM MENERAPKAN WORK PERMIT DI PT.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

SCHEDULE TRAINING 2016

K3 MIGAS (Workshop) EA SOLUTION MANFAAT TRAINING MATERI TRAINING. TRAINER HES Consultant Chevron Pasific Indonesia

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

: AYU PERDANASARI K

2 Auditor SMK3 4 5, Petugas P3K (First Aid) 3 4,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAKSANAAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN OLEH GURU BK DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMKN 2 PAYAKUMBUH By:

GAMBARAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA UNIVERSITAS INDONESIA PADA KONTRAKTOR KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG FK-FKG TAHUN 2012 SKRIPSI

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN-3 TEBING TINGGI TAHUN 2013

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha

Dosen Pengampu: Ir. Erwin Ananta, Cert.IV, MM

STUDI PERILAKU KESELAMATAN KERJA DALAM PENGOPERASIAN MESIN PERCETAKAN PADA PEKERJA PT MASSCOM GRAPHY

MEMPELAJARI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA (PT. PDSI)

Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2

ANALISIS KOMITMEN PIMPINAN TERHADAP KESIAPAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 PADA SALAH SATU FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Yuli Nurcahyo Jurusan Teknik Industri, FTI, Universitas Trisakti

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEKANIKA TEKNIK MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION)

ANTISIPASI INDUSTRI DALAM MERESPON PUBLIKASI ISO TAHUN 2018

PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PENGAWASAN DAN PELAPORAN PEKERJAAN NON RUTIN MENGGUNAKAN FORM CHECKLIST DI PERUSAHAAN PEMBANGKIT

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

Transkripsi:

ANALISA PENCAPAIAN HEALTH SAFETY ENVIRONMENT (HSE) PERFORMANCE INDICATOR PADA KONTRAKTOR BERDASARKAN CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) PT. X PURWOKERTO Dwi Arita Afuaniyah, Hanifa Maher Denny, Ida Wahyuni Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: daritaafuaniyah@gmail.com Abstract : Contractor Safety Management System (CSMS) is an aspect of Occupational Health and Safety (OHS) management system for contractors work. CSMS application level can be seen through the percentage achievement of Health Safety Environment (HSE) Performance Indicator. HSE Performance Indicator can be used to monitor safety performance by looking at lagging and leading indicators. The absence of measurement HSE Performance Indicator contractors of PT. X can cause a lack of discipline OHS program implementation contractors for execute their work. This study aims to determine the achievement of HSE Performance Indicator contractor PT. X uses a qualitative method by conducting in-depth interviews. The subjects of this study consisted of two main informants and two informants triangulation. The results showed that the implementation of CSMS in PT. X consist of the step of administration which includes risk assessment, pre-qualification, and selection and implementation phase of work includes pre-implementation and implementation activities. While the achievement of HSE Performance Indicator contractors with high risk occupations amounted to 27.33%, the achievement of HSE Performance Indicator contractor to work as medium risk amounted to 13.83%, and the achievement of HSE Performance Indicator contractors with a low risk occupations amounted to 28.08%. Achievement of HSE Performance Indicator is strongly influenced by the implementation of CSMS stages. PT. X needs to do more rigorous screening to select a contractor who truly realize the importance of the implementation of OHS during works, in addition to the need for closer scrutiny of the implementation of OHS program contractors during the execution of a work in progress. Key Words : Contractor Safety Management System (CSMS), Health Safety Environment (HSE) Performance Indicator 391

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perusahaan besar saat ini sudah banyak yang menunjuk perusahaan kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan. Pada dasarnya, tingkat risiko pekerjaan kontraktor dibedakan menjadi risiko rendah, risiko sedang, dan risiko tinggi. Oleh karena itu, kontraktor dituntut melaksanakan pekerjaannya secara aman dari segi K3. 1 Namun, pekerja kontraktor kurang disiplin dalam menerapkan K3. Selain itu, pemahaman pekerja kontraktor mengenai peraturan K3 juga masih rendah. Oleh karena itu, disamping adanya implementasi SMK3 oleh perusahaan user, perlu adanya upaya K3 guna menjamin K3 kontraktor dalam bekerja. 2 Upaya K3 dalam menjamin keselamatan kontraktor dilaksanakan melalui Contractor Safety Manajemen System (CSMS). CSMS sering disebut juga dengan SMK3 Kontraktor. CSMS merupakan sistem pengelolaan aspek K3 untuk kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaannya. Penerapan CSMS yang tidak baik akan menimbulkan rendahnya kesadaran akan pentingnya penerapan K3 di lingkungan kerja. Apabila hal tersebut terus berlanjut, maka dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), pencemaran lingkungan dan kerugian lain seperti kerusakan alat, menurunnya proses produksi, dan citra perusahaan. Tingkat penerapan CSMS dapat dilihat melalui persentase pencapaian Health Safety Environment (HSE) Performance Indicator. HSE Performance Indicator dapat berfungsi untuk memonitor kinerja keselamatan dengan melihat indikator lagging dan leading. 3 Lagging indicator merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan penerapan aspek HSE selama proses pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan leading indicator adalah indikator yang digunakan untuk menunjukkan pencapaian programprogram HSE selama proses pelaksanaan kegiatan. 4 PT. X merupakan salah satu perusahaan yang mendistribusikan listrik. Perusahaan ini mendistribusikan listrik untuk daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. PT. X menunjuk beberapa kontraktor untuk membantu melakukan pekerjaannya. Pekerjaan yang dilakukan tersebut memiliki potensi bahaya tinggi, sedang, dan rendah yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tersebut dapat mengganggu proses kerja dan menurunkan produktivitas kerja. Menurut survey awal yang dilakukan, PT. X memiliki panduan CSMS yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh para kontraktor. Tingkat penerapan CSMS dapat diketahui dengan melihat pencapaian HSE Performance Indicator. 392

Penilaian tersebut berfungsi untuk melihat performa K3 kontraktor selama melaksanakan pekerjaan. Namun sayangnya, meskipun telah ada panduan CSMS, belum dilakukan penilaian pencapaian HSE Performance Indicator. Pada tahun 2015 terjadi satu kecelakaan kerja pada kontraktor. Terjadinya kecelakaan kerja erat kaitannya dengan pencapaian HSE Performance Indicator kontraktor. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menganalisis pencapaian HSE Performance Indicator pada para kontraktor PT. X berdasarkan CSMS. Hal tersebut berguna untuk mengurangi angka kecelakaan kerja serta melakukan pencegahan kecelakaan kerja dengan tepat agar dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan cross sectional. Penentuan subyek penelitian atau informan dilakukan dengan cara purposive dan snowball. Informan utama dalam penelitian ini adalah Kontraktor PT. X dengan kategori pekerjaan risiko tinggi, sedang, dan rendah. Informan triangulasi dalam penelitian ini adalah Panitia Pengadaan Barang dan Jasa dan Pengawas K3 PT. X. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara wawancara mendalam (indepth interview), dokumentasi, triangulasi, dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan melakukan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode triangulasi sumber yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. dan triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan menggunakan dokumen-dokumen dan observasi. 5 Uji reliabilitas dilakukan dengan pengecekan kesesuaian informasi dilakukan dengan melakukan verifikasi informasi yang diperoleh dari informan dengan hasil observasi peneliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Informan Penelitian ini mengambil 2 orang informan utama (IU), yang berjenis kelamin laki-laki. Usia informan utama tersebut yaitu 39 tahun dan 42 tahun. Informan tersebut merupakan manajer dan penanggungjawab pelelangan kontraktor PT. X. Pendidikan terakhir informan tersebut adalah S1 dan SMA. Informan triangulasi dalam penelitian ini terdiri dari dua orang. 393

Informan triangulasi pertama merupakan panitia pengadaan barang dan jasa, sedangkan informan triangulasi kedua adalah pengawas K3. Informan triangulasi pertama berjenis kelamin laki-laki berusia 27 tahun dan informan triangulasi kedua berjenis kelamin perempuan berusia 56 tahun. Pendidikan terakhir informan triangulasi adalah S1 dan D3. Analisis Pelaksanaan Contractor Safety Management System (CSMS) Contractor Safety Management System (CSMS) merupakan sistem pengelolaan aspek K3 untuk kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaannya. Penanggungjawab CSMS PT. X adalah bagian Pengadaan Barang dan Jasa dan juga pengawas K3. Bagian Pengadaan Barang dan Jasa bertanggungjawab pada tahap prakualifikasi, seleksi, dan pra pelaksanaan pekerjaan, sedangkan pengawas K3 bertanggungjawab pada tahap penilaian risiko dan pelaksanaan pekerjaan. Dengan demikian, maka dapat diketahui bahwa pengawas K3 tidak dilibatkan dalam seluruh tahapan CSMS. PT. X tidak memiliki satu bagian khusus yang bertanggungjawab terhadap implementasi CSMS dari tahap awal hingga akhir. Pelaksanaan CSMS tersebut belum sepenuhnya terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. 1. Tahap Administrasi a. Penilaian Risiko Penilaian risiko bertujuan untuk mengkaji seberapa besar dampak negatif pekerjaan terhadap aspek K3. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dan informan triangulasi, maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan yang akan dilakukan oleh kontraktor telah dilakukan penilaian risiko. Namun kontraktor tidak diberi duplikat hasil penilaian risiko tersebut. Hal tersebut akan dapat menimbulkan kesulitan bagi kontraktor untuk melakukan pengendalian risiko. 6 b. Prakualifikasi Proses prakualifikasi dilakukan untuk menyeleksi kontraktor yang sudah memiliki kesadaran, kemampuan, dan kepedulian aspek K3. Indikator yang digunakan untuk membuat checklist, antara lain: 7 1) Pemahaman terhadap peraturan perundangan dan kebijakan dan prosedur K3. 2) Komitmen K3. 3) Kinerja dan pengalaman kontraktor terkait aspek K3. 4) Organisasi K3. 5) Manual K3. 6) Kuantitas dan kualitas peralatan serta prosedur untuk 394

pencegahan dan penanganan dampak negatif aspek K3. 7) Kemampuan sistem pembinaan serta pelatihan SDM terkait aspek K3. 8) Catatan/record terkait K3. Pemenuhan indikator tersebut nantinya dilakukan penilaian skor. Total skor (TS) yang harus dicapai kontraktor, yaitu: 7 1) Risiko tinggi : TS>55 2) Risiko menengah : 40<TS<55 3) Risiko rendah : 25<TS<40 4) Tidak lulus : TS<25 Berdasarkan hasil wawancara, persyaratan yang harus dipenuhi kontraktor hanya meliputi: 1) Pemahaman kebijakan K3 2) Komitmen K3 3) Kinerja dan pengalaman kontraktor terkait aspek K3 4) Kuantitas dan kualitas peralatan serta prosedur untuk pencegahan dan penanganan dampak negatif aspek K3 5) Catatan/record terkait aspek K3 Pada tahap prakualifikasi kontraktor tidak diwajibkan memiliki organisasi K3, manual K3, dan pembinaan aspek K3 selama pelaksanaan pekerjaan. Hal tersebut dapat mengakibatkan kurang tertibnya pengawasan K3 saat pelaksanaan pekerjaan, kontraktor kurang disiplin dalam menerapkan K3. Pembinaan mengenai aspek K3 juga sangat penting agar kontraktor menyadari pentingnya penerapan aspek K3 tidak hanya pada awal kontrak, tetapi selama pelaksanaan pekerjaan. 6 Hal tersebut terjadi karena pengawas K3 tidak dilibatkan dalam penyusunan RKS. Menurut hasil wawancara, manual K3 dan organisasi K3 hanya dimiliki oleh PT. X. Kontraktor PT. X hanya memiliki SOP pekerjaan yang akan dilakukan. Pekerja kontraktor hanya diberi pengarahan cara pelaksanaan pekerjaan pada awal kontrak. Selama pekerjaan berlangsung tidak dilakukan pelatihan-pelatihan terkait aspek K3. Kontraktor hanya melakukan diskusi kecil atau simulasi kecil apabila terdapat permasalahan atau temuan dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam melakukan penyeleksian kontraktor, PT. X tidak melakukan penilaian skor terkait persyaratan yang harus dipenuhi oleh kontraktor. Dengan demikian akan dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. 7 395

Selain harus memenuhi RKS, kontraktor juga diminta untuk mematuhi dan melaksanakan isi pakta K3. Isi dari pakta K3 antara lain: 1) Menaati dan melaksanakan UU No 1 tahun 1970, UU No. 13 tahun 2003, UU No. 30 tahun 2009. 2) Melakukan pekerjaan setelah mendapat Surat Perintah Kerja (SPK). 3) Melakukan koordinasi dengan pengawas K3 sebelum dan sesudah pelaksanaan pekerjaan. 4) Menerima sanksi atas kelalaian dan kesalahan yang disengaja atau tidak disengaja selama pekerjaan berlangsung. Namun, kontraktor tidak dipastikan memahami, menaati, dan melaksanakan isi pakta K3 sebelum penandatanganan kontrak. c. Seleksi Pada tahap seleksi, kontraktor diharuskan memenuhi persyaratan mengenai aspek K3 yang nantinya diatur dalam RKS serta menjadi bagian evaluasi sebagai pemenang lelang. 2 Pelaksanaan tahap seleksi kontraktor melalui pengevaluasian dokumen yang telah disyaratkan sesuai dengan RKS yang disepakati pada saat diskusi penjelasan RKS. 2 Proses seleksi ini selalu dilakukan berulang setelah masa kontrak para kontraktor habis. 2. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Tahap pelaksanaan pekerjaan meliputi tahap pra pelaksanaan pekerjaan, tahap pelaksanaan pekerjaan, dan tahap evaluasi akhir. 7 Namun, penelitian ini hanya dibatasi sampai tahap pelaksanaan pekerjaan karena penelitian ini terbatas hanya satu bulan sedangkan masa kerja kontraktor belum berakhir sehingga tidak dapat mengevaluasi tahap evaluasi pekerjaan. a. Pra Pelaksanaan Pekerjaan Setelah adanya kontrak, pihak kontraktor diminta untuk membuat HSE Plan yang dibuat melalui Kick of Meeting. Hal tersebut bertujuan untuk melihat gap antara HSE Plan kontraktor dan HSE Plan PT. X. 7 Berdasarkan hasil wawancara, sebelum pelaksanaan pekerjaan dilakukan pembahasan RKS yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan kontraktor. Diskusi tersebut bertujuan agar kontraktor memenuhi aspek K3 PT. X. 396

Namun, di dalam RKS tersebut tidak tercantum program K3. Hal tersebut akan dapat menyebabkan kurangnya peran serta kontraktor terkait SMK3. 6 Pada tahap pra pelaksanaan pekerjaan kontraktor perlu dibekali JSA pekerjaan, prosedur tanggap darurat, dan nomor darurat. Hal bertujuan untuk membantu kontraktor untuk dapat bekerja secara aman. 6 b. Pelaksanaan Pekerjaan Program K3 yang harus dilaksanakan oleh kontraktor antara lain rapat koordinasi, inspeksi APD, inspeksi kesesuaian pelaksanaan pekerjaan dengan SOP, briefing kerja atau COC, dan laporan program K3. Analisis Pencapaian HSE Performance Indicator Pencapaian HSE Performance Indicator dipengaruhi oleh indikator lagging dan indikator leading. Indikator lagging merupakan indikator yang menunjukkan pencapaian aspek K3 kontraktor dilihat melalui kasus kecelakaan kerja yang dialami kontraktor. Pada indikator lagging tidak dilakukan penilaian skor karena dari pihak PT. X tidak memperbolehkan terjadinya kecelakaan (target pencapaiannya nol). Indikator leading merupakan pencapaian program-program K3 yang dijalankan oleh kontraktor. Untuk pekerjaan berisiko rendah tidak melaksanakan program inspeksi APD karena dalam pelaksanaan pekerjaannya tidak ada kewajiban untuk menggunakan APD tertentu. Tabel 1.1 Hasil Penilaian Pencapaian HSE Performance Indicator Kontraktor dengan Pekerjaan Berisiko Tinggi No. Item Target Realisasi Determinan Factor Maks Realisasi Leading Indicator 1 Rapat Koordinasi 12 4 6,33 19 6,33 2 Code of Conduct 12 0-21 0,00 3 Laporan Program K3 12 0-18 0,00 4 Inspeksi Kesesuaian SOP 12 12 21,00 21 0,00 5 Inspeksi APD 12 0-21 21,00 Total Nilai 100 27,33 % Total Nilai 27,33% 397

Tabel 1.2 Hasil Penilaian Pencapaian HSE Performance Indicator Kontraktor dengan Pekerjaan Berisiko Sedang No. Item Target Realisasi Determinan Factor Maks Realisasi Leading Indicator 1 Rapat Koordinasi 12 1 1,58 19 1,58 2 Code of Conduct 12 6 10,50 21 10,50 3 Laporan Program K3 12 0-18 0,00 4 Inspeksi Kesesuaian SOP 12 1 1,75 21 1,75 5 Inspeksi APD 12 0-21 0,00 Total Nilai 100 13,83 % Total Nilai 13,83% Tabel 1.3 Hasil Penilaian Pencapaian HSE Performance Indicator Kontraktor dengan Pekerjaan Berisiko Rendah No. Item Target Realisasi Determinan Factor Maks Realisasi Leading Indicator 1 Rapat Koordinasi 12 1 2,08 26 2,08 2 Code of Conduct 12 24 26,00 26 26,00 3 Laporan Program K3 12 0-22 0,00 4 Inspeksi Kesesuaian SOP 12 0-26 0,00 Total Nilai 100 28,08 % Total Nilai 28,08% Berdasarkan tabel tesebut, maka dapat diketahui bahwa percapaian HSE Performance Indicator kontraktor dengan pekerjaan berisiko tinggi, rendah, dan sedang berturut-turut sebesar 27,33%, 13,83%, dan 28,08%. Pencapaian ini masih belum maksimal (100%) disebabkan karena terdapat program yang belum dilaksanakan secara maksimal dan juga terdapat program yang belum terlaksana sama sekali. Tabe 1.4 Rekapitulasi Frekuensi Pelaksanaan Program No. Program Realisasi Pelaksanaan Program Target Risiko Risiko Risiko Pelaksanaan Tinggi Sedang Rendah 1. Rapat Koordinasi 12 4 1 1 2. Code of Conduct (COC) 12 0 6 24 3. Laporan Program K3 12 0 0 0 4. Inspeksi Kesesuaian SOP 12 0 0 0 5. Inspeksi APD 12 12 1 0 Berdasarkan tabel tersebut, perbedaan pencapaian HSE Performance 397 Indicator pada kontraktor PT. X disebabkan karena perbedaan frekuensi

pelaksanaan program. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pencapaian HSE Performance Indicator antara lain: 1. Peran pengawas K3 dalam implementasi tahapan CSMS 2. Kepemilikan manual K3 yang didalamnya mencakup hal-hal berikut ini: a. Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar K3 b. Identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja c. JSA Pekerjaan d. Pemantauan kinerja K3 kontraktor e. Pengkajian kecelakaan kerja dan tindak lanjut f. Prosedur tanggap darurat dan nomor darurat g. HSE Plan yang memuat salah program-program K3 3. Kepemilikan organisasi K3 4. Penilaian skor pada tahap prakualifikasi 5. Pembinaan aspek K3 selama pelaksanaan pekerjaan 6. Pemahaman isi pakta K3 sebelum melakukan penandatanganan pakta K3 Analisis Hasil Observasi Peneliti melakukan observasi terhadap dokumen-dokumen antara lain : form penilaian risiko pekerjaan, ceklis dokumen yang dibutuhkan tahap prakualifikasi, bukti komitmen K3, kebijakan K3, struktur organisasi K3, SOP pekerjaan, JSA pekerjaan, prosedur tanggap darurat, daftar APD wajib, prosedur pengelolaan limbah, cek kesehatan obat terlarang dan alkohol, laporan temuan K3, pelaporan kejadian, prosedur audit K3 internal, HSE Plan, dan RKS. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa kontraktor tidak memiliki kebijakan K3, organisasi K3, JSA, prosedur tanggap darurat, prosedur pengelolaan limbah, tidak melakukan pengecekan obat terlarang dan alkohol, laporan temuan K3, laporan kejadian, prosedur audit internal, dan HSE Plan. Hal tersebut disebabkan dalam membuat RKS tidak melibatkan pengawas K3. Oleh karena itu, persyaratan terkait aspek K3 di dalam RKS masih belum diperhatikan. KESIMPULAN 1. Pelaksanaan CSMS di PT. X terdiri dari tahap administrasi dan tahap pelaksanaan pekerjaan. 2. Pencapaian HSE Performance Indicator kontraktor dengan pekerjaan berisiko tinggi, rendah, dan sedang, bervariasi yaitu 27,33%, 13,83%, dan 28,08%. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian HSE Performance Indicator antara lain: 398

a. PT. X tidak memiliki suatu bagian khusus yang bertanggung jawab mengenai implementasi CSMS dari tahap awal hingga tahap akhir. b. Target frekuensi pelaksanaan program K3 masing-masing 12 kali, sementara itu tidak ada kontraktor yang melaksanakan program K3 sesuai rencana. c. Kontraktor PT. X tidak memiliki manual K3 meskipun PT. X memiliki manual K3. d. PT. X memiliki organisasi P2K3 namun Kontraktor PT. X tidak memiliki organisasi P2K3. e. PT. X belum melakukan penilaian skor pada tahap prakualifikasi. f. Pembinaan mengenai aspek K3 hanya merupakan paparan awal dan tidak dilakukan secara rutin serta tidak dilakukan tindak lanjut. 4. Sebelum penandatanganan pakta K3 kontraktor PT. X tidak dipastikan telah memahami isi pakta K3. DAFTAR PUSTAKA 1. Purnama, Rosdja, Studi Evaluasi Tingkat Pemenuhan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3) Kontraktor Di China National Offshore Oil Corp.(CNOOC) Tahun 2000-2002, Depok, 2003. 3. Health and Safety Executive, Developing Process Safety Indicator- A Step by Step Guide HSG254. UK, HSE Book, On line : www.hse.gov.uk/leadership/keyindicat ors.pdf [Dikutip pada Tanggal 28 Februari 2015] 4. Purnama, Rosdja, Studi Evaluasi Tingkat Pemenuhan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3) Kontraktor Di China National Offshore Oil Corp.(CNOOC) Tahun 2000-2002, Depok, 2003. 5. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2010. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Jakarta, Presiden republik Indonesia, 2012. 7. Falenshina, Nizhenifa, Implementasi Contractor Safety Management System (CSMS) Terhadap Kontraktor Project TA Unit CD III PT. Pertamina RU III Palembang, Depok, FKM UI, 2012. 2. Ramli, Suhatman, Contractor Safety Management System, Jakarta, 2008. 399