KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. darahnya biasanya disebabkan perilaku mereka(alwani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

Mengetahui Hipertensi secara Umum

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Transkripsi:

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif yang paling banyak menimbulkan kematian adalah penyakit kardiovaskuler menduduki urutan pertama penyebab kematian di Indonesia. Hampir 25% dari seluruh kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit ini. Hipertensi merupakan faktor risiko utama kematian karena gangguan kardiovaskuler terdapat pada 14% penduduk Indonesia. Banyak faktor risiko yang menimbulkan hipertensi diantaranya kebiasaan atau gaya hidup seperti merokok, minum alkohol, makanan berlemak. Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan penelitian ingin mengetahui korelasi antara pada penderita Hipertensi di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Banjarbaru. Penelitian merupakan penelitian korelasional, dengan rancangan Crossectional.Variabel penelitian ini adalah perilaku merokok dan derajat Hipertensi. Subjek penelitian penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas wilayah kerja Dinkes Banjarbaru yang memenuhi kriteria yaitu terdiagnosis Hipertensi setelah dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik 140 mmhg dan atau diastolic 90 mmhg, berusia di atas 21-50 tahun. Sampling menggunakan teknik aksidental sampling. Pengumpulan data untuk mengukur perilaku merokok menggunakan Kuesioner sedangkan derajat hipertensi dilakukan melalui pengukuran biofisiologis. Data dianalisis secara deskriptif analitik. Data univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi sedangkan data bivariat menggunakan uji Chi Square Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku merokok pada penderita Hipertensi di Puskesmas wilayah kerja Dinkes Banjarbaru menunjukkan bahwa sebagian besar dalam kategori tidak merokok 62,35% dengan derajat hipertensi sebagian besar dalam kategori sedang (Tekanan Darah antara 160-179 untuk Sistole dan 100-109 untuk Diastole) yaitu 47,06%. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara perilaku merokok dengan peningkatan derajat hipertensi. Diperlukan sosialisasi tentang gejala, faktor resiko, pengobatan hipertensi dan pencegahan komplikasi melalui media cetak maupun elektronik kepada masyarakat khususnya di wilayah kerja Dinkes Banjarbaru. Kata Kunci: Perilaku Merokok, Derajat Hipertensi PENDAHULUAN Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan salah satunya adalah faktor perilaku masyarakat dalam melihat penting atau tidak menjadikan sehat sebagai kebutuhan disamping kebutuhan dasar yang lain. Beberapa penyakit yang timbul sebagian besar dipengaruhi oleh pola hidup individu yang kurang sehat seperti stres, beban kerja yang berlebihan, kebiasaan makan/minum yang tidak sehat, merokok, kurangnya personal hygine dan lain-lain sehingga dapat meningkatkan resiko penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit yang tidak menular (degeneratif) misalnya penyakit hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterolnemia dan gagal jantung.

Penyakit degeneratif yang paling banyak menimbulkan kematian adalah penyakit kardiovaskuler menduduki urutan pertama penyebab kematian di Indonesia. Hampir 25% dari seluruh kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit ini. Hipertensi merupakan factor risiko utama kematian karena gangguan kardiovaskuler terdapat pada 14% penduduk Indonesia 1. Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2007 hipertensi menduduki peringkat ke 3 penyebab kematian semua umur. Hipertensi saat ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama dengan berbagai akibat lanjutnya yang sangat berbahaya seperti stroke, gangguan jantung dan ginjal. Pada mulanya penderita hipertensi tidak merasakan atau menunjukkan gejala. Hal ini membuat penderita tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara dini. Seseorang yang menderita hipertensi umumnya mengetahui kalau ia menderita hipertensi ketika memeriksakan kesehatan karena keluhan lain dan pada saat itu dilakukan pemeriksaan tekanan darah, atau ketika hipertensi itu telah mengakibatkan stroke, penyakit jantung atau kerusakan ginjal. Lebih dari 90 % penderita hipertensi termasuk hipertensi primer, yang salah satu faktor penyebabnya adalah merokok 2. Banyak faktor risiko yang menimbulkan hipertensi diantaranya kebiasaan atau gaya hidup seperti merokok, minum alkohol, makanan berlemak. Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan seharihari. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya orang-orang yang merokok baik di tempat umum, kantor maupun sekolah-sekolah. Akibat negatif dari rokok sesungguhnya sudah mulai terasa pada orang yang baru menghisap rokok. Mengisap satu batang rokok, nikotin yang terkandung dalam asap rokok semuanya terserap oleh tubuh, kadar dalam darah dapat mencapai 40-50 mg/ml. Nikotin merangsang sekresi hormon adrenalin yang bersifat memacu jantung bekerja lebih berat, sehingga tekanan darah meningkat. (Yuwono HS, 2010). Merokok dapat dibagi menjadi perokok aktif dan pasif, kemudian berdasarkan jenis rokok yang dihisap digolongkan menjadi rokok sigaret dan Non Sigaret (rokok kretek,rokok linting, cerutu). Pemerintah selaku pengambil kebijakan telah melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku merokok di masyarakat diantaranya dengan anjuran memasang label-label pada bungkus rokok bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan. Kota Banjarbaru adalah salah satu kota di Provinsi Kalimantan Selatan sedang dalam proses perkembangan menjadi Ibu Kota Provinsi,saat ini Banjarbaru dikenal sebagai Kota Pusat Pendidikan di Kalimanatan Selatan, banyak penduduk pendatang dari luar daerah sehingga Penduduk Banjarbaru bersifat Heterogen dengan demikian pola perilaku/kebiasaan merokok pun beragam.. Menurut data dari Dinas Kesehatan Banjarbaru Penderita Hipertensi termasuk dalam sepuluh besar penyakit terbanyak yang diderita, sedangkan Jumlah penderita banyak dijumpai di Puskesmas Banjarbaru, Puskesmas Cempaka, Puskesmas Landasan Ulin. Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa hipertensi merupakan penyebab terbesar gangguan kardiovaskuler yang sangat membahayakan apabila tidak dilakukan tindakan secara dini karena bisa menimbulkan kecacatan dan membawa kematian. Banyak faktor risiko yang menimbulkan hipertensi salah satunya adalah perilaku merokok. Untuk itu perlu diketahui bagaimana korelasi antara pada penderita Hipertensi di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Banjarbaru METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan penelitian korelasional, dengan rancangan Crossectional. Tempat : Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Banjarbaru. Waktu pelaksanaan penelitian mulai penyusunan proposal sampai penyajian laporan penelitian selama 7 bulan (bulan April s.d Oktober 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Banjarbaru. yang memenuhi kriteria sebagai berikut ; terdapat diagnosis Hipertensi setelah dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik 140 mmhg dan atau diastolic 90 mmhg, berusia di atas 21-50 tahun, bersedia menjadi responden dan mampu berkomunikasi verbal. Teknik sampling menggunakan teknik aksidental sampling. Untuk data primer, pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner langsung ke responden tentang perilaku merokok dan pengukuran biofisiologis tekanan darah, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari laporan tahunan atau dokumentasi Dinas Kesehatan Banjarbaru serta Puskesmas, untuk mengetahui data pasien hipertensi, gambaran tekanan darah yang lalu serta data lain yang bermanfaat untuk menunjang penyelesaian penelitian. Data dianalisis secara deskriptif analitik. Data univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi sedangkan data bivariat menggunakan uji Chi Square dan dianalisis menggunakan teknik komputerisasi. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Karakteristik Responden Jumlah responden terdiri dari 170 penderita, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 99 orang (58,24%). Kebanyakan responden tidak mempunyai pekerjaan yaitu 79 orang (46,47%), usia responden sebagian besar di atas 46 tahun (71,76%). Jenjang pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar (SD) 61 orang (35,89%). Jumlah rokok yang dihisap oleh responden setiap hari menunjukkan bahwa sebagian besar antara 10-20 batang perhari 37 orang (57,87%). 1. Perilaku merokok pada penderita Hipertensi Perilaku merokok pada responden yang meliputi tidak merokok, perokok ringan dan perokok berat dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Perilaku merokok di wilayah Wilayah kerja Dinkes Banjarbaru. No Status Merokok f % 1 Tidak merokok 106 62,35 2 Perokok ringan 38 22,35 3 Perokok berat 26 15,30 Jumlah 170 100,0 Hasil penelitian tentang perilaku merokok responden menunjukkan bahwa sebagian besar dalam kategori tidak merokok 106 orang (62,35%). Perilaku merokok pada penderita hipertensi lebih dari sebagian responden (62,35 %) adalah termasuk kategori tidak pernah merokok, hal ini didukung oleh data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah wanita dengan status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja). Karakteristik responden dilihat dari usia sebagian besar diatas 46 tahun (71,76%), bila dikaitkan dengan kejadian hipertensi pada responden bahwa kebiasaan merokok tidak menjadi factor resiko utama penyebab hipertensi. Wanita dengan usia menjelang menopause yaitu usia diatas 46 tahun berpotensi tinggi menderita Hipertensi, hal ini berkaitan dengan adanya perubahan hormonal dimana ditemukan adanya penurunan kadar hormone estrogen yang

berperanan dalam pengaturan kadar HDL (High Density Lipoprotein) untuk mencegah terjadinya aterosklerosis 3. Kemudian bila ditinjau dari usia baik wanita maupun pria, bahwa penambahan usia sebanding dengan kenaikan nilai tekanan darahnya. Penambahan usia terutama memasuki usia lansia dijumpai berbagai penurunan fungsi organ tubuh sebagai akibat dari proses aging, diantaranya terjadi penurunan daya elastisitas pembuluh darah yang menyebabkan arteri dan aorta kehilangan daya menyesuaikan diri dengan aliran darah, dengan demikian semakin bertambah usia cenderung terkena hipertensi 4. Apabila ditinjau dari status kebiasaan merokok, dijumpai jumlah perokok aktif presentasinya kurang dari seperempat responden (22,35%) dan jumlah rokok yang dihisap perhari rata-rata 10 sd 20 batang oleh sebagian responden (57,81%) dilihat dari jumlah rokok yang dihisap termasuk kategori perokok sedang, hal ini sesuai dengan penelitian Rahyani (2007) kejadian hipertensi banyak dijumpai pada perokok diatas 15 batang perharinya 5. 2. Derajat hipertensi pada penderita Hipertensi Derajat hipertensi yang diderita responden bervariasi antara ringan hingga berat, Data tersebut dapat dilihat pada tabel 2 sebgai berikut : Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan Derajat Hipertensi di wilayah Wilayah kerja Dinkes Banjarbaru No Derajad Hipertensi f % 1 Hipertensi Ringan 66 38,82 2 Hipertensi sedang 80 47,06 3 Hipertensi berat 24 14,12 Jumlah 170 100,0 derajat hipertensi penderita di wilayah kerja Dinkes Banjarbaru adalah Hipertensi sebagian besar dalam kategori sedang 80 orang (47,06). Berdasarkan data pada tabel 2 dijumpai hampir sebagian responden menderita Hipertensi Sedang (47,06%). Kejadian Hipertensi bila dilihat dari jenis Hipertensi dibagi menjadi dua yaitu Hipertensi Primer dan Sekunder. Faktor penyebab hipertensi primer diantaranya kebiasaan merokok, obat-obatan,obesitas dan konsumsi garam berlebih serta factor keturunan /genetic 6. Apabila dikaitkan dengan data perilaku merokok dimana persentase terbanyak termasuk kategori tidak merokok, sehingga faktor resiko kejadian hipertensi pada responden dimungkinkan oleh faktor selain merokok yaitu faktor keturunan, obesitas, stress dan konsumsi garam berlebihan. Sesuai dengan data karakteristik responden yang didominasi oleh wanita, menurut Elsanti (2009) bahwa jenis kelamin termasuk factor resiko yang tidak terkontrol, maka Hipertensi banyak diderita oleh wanita usia diatas 45 tahun dikarenakan adanya penurunan kadar estrogen. Pada penelitian ini factor resiko yang dapat dikontrol selain perilaku merokok adalah faktor obesitas perlu diteliti karena berdasarkan studi literature hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi belum diketahui secara pasti Analisis perilaku merokok dengan derajat hipertensi pada penderita hipertensi dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut. Tabel 3 Analisis perilaku merokok dengan derajat hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah kerja Dinkes Banjarbaru tahun 2013 Dari hasil penelitian tentang derajat hipertensi responden menunjukkan bahwa

Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menderita hipertensi sedang diderita oleh responden perokok berat, persentasenya tidak jauh berbeda dari responden dengan kategori tidak merokok. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa p = 0,379 (p > 0,05) ini berarti tidak ada hubungan antara Berdasarkan data pada tabel 2 dijumpai hampir sebagian responden menderita Hipertensi Sedang Hasil uji statistic menunjukkan nilai p : 0,379 > α (0.05) berarti tidak adanya hubungan antara dengan demikian kejadian hipertensi pada responden diantaranya dimungkinkan oleh factor resiko yang tidak bisa dikontrol yaitu jenis kelamin, usia dan faktor genetic, serta oleh faktor resiko yang dapat dikontrol antara lain obesitas dan kebiasaan konsumsi garam berlebih. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Junaedi (2010) yang menyebutkan bahwa penyebab hipertensi esensial adalah karena kondisi masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam yang cukup tinggi lebih dari 6,8 gram per hari dan juga faktor genetik 6. Kemudian tidak adanya hubungan pada penelitian ini bisa didukung oleh data karakteristik responden yang sebagian besar berjenis kelamin wanita (58,24%) tidak merokok dan usia responden sebagian besar diatas 46 tahun (71,76%), meskipun prevalensi pada pria maupun wanita tidak jauh berbeda akan tetapi resiko hipertensi pada wanita menopause lebih besar, hal ini sesuai dengan pernyataan Elsanti (2009) 3. Pada wanita yang sudah mencapai umur 45 tahun ke atas maka sedikit demi sedikit hormon estrogen akan mengalami penyusutan baik kuantitas maupun kualitasnya sehingga berdampak pada banyaknya kasus hipertensi pada wanita. Bila ditinjau dari jenis Hiperetensi Sekunder bisa dimungkinkan resiko dari penyakit Diabetes Mellitus, penyakit kardiovaskuler dan ginjal,yang pada penelitian ini tidak dijadikan variable untuk diteliti. KESIMPULAN Sebagian besar responden dalam katagori tidak merokok yaitu 62,35% dengan derajat hipertensi sebagian besar dalam kategori sedang (Tekanan Darah antara 160-179 untuk Sistole dan 100-109 untuk Diastole) yaitu 47,06%. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara perilaku merokok dengan peningkatan derajat hipertensi pada penderita Hipertensi di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Banjarbaru SARAN Hipertensi merupakan penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi serius, oleh karena itu Dinas Kesehatan Banjarbaru perlu meningkatkan sosialisasi tentang gejala, faktor resiko, pengobatan hipertensi dan pencegahan komplikasi melalui media cetak maupun elektronik kepada masyarakat khususnya di wilayah kerja Dinkes Banjarbaru. Untuk puskesmas lebih meningkatkan upaya pendidikan kesehatan dan monitoring pada penderita yang sedang menjalani pengobatan terutama pada kelompok umur yang mempunyai resiko menderita Hipertensi di wilayah kerjanya

DAFTAR PUSTAKA 1. Karo,K.S.(2000), Jantung, http //new.merapi.net/umum. 2. Sani, A (2008) Hipertension, Medya Crea, Jakarta. 3. Elsanti, S. (2009). Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan Jantung. Yogyakarta.: Araska. 4. Wolff, H. P. (2008). Hipertensi., PT Bhuana Ilmu Populer, Gramedia, Jakarta. 5. Rahyani. (2007). Faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada pasien yang berobat dipoliklinik dewasa puskesmas bangking periode januarijuni 2007.http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-of-drsmedfaktoryang-berhubungan-dengan-kejadianhipertensi.pdf, diakses tanggal 2Februari 2012 6. Junaedi, I. (2010). Hipertensi. Gramedia, Jakarta.