BIOKIMIA (Kode : H-10)

dokumen-dokumen yang mirip
BIOKIMIA (Kode : F-13)

Thieme, J.G., Coconout Oil Processinir. FAO Agriculture Development, Rome, Italia, 1968.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

Profil kandungan daidzein dan genistein pada tempe gembus selama proses fermentasi. Widiastuti Agustina

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya. sebagai Media Usar Tempe

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

1. Pendahuluan AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI TAUCO DENGAN METODE DPPH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN. Dr. Sri Handayani

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Biofarmasi Vol. 12, No. 2, pp ISSN: DOI: /biofar/f120203

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Diagram alir proses maserasi

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN NILAI GIZI BAHAN MAKANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

3 Percobaan dan Hasil

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

KAJIAN KANDUNGAN FENOLAT DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL TEMPE GEMBUS DARI BERBAGAI WAKTU INKUBASI

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

Sampel basah. Dikeringkan dan dihaluskan. Disaring

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B.

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

LAMPIRAN A DATA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEMPE YANG TAHAN DISIMPAN. Disusun Oleh :

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

Transkripsi:

SEMINAR NASINAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013 MAKALAH PENDAMPING BIKIMIA (Kode : H-10) ISBN : 979363167-8 EFEKTIVITAS EKSTRAKSI ISFLAVN (FAKTR-2, DAIDZEIN, GLISITEIN DAN GENISTEIN) DARI EKSTRAK ETANL DAN FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANL TEMPE KEDELAI KUNING (Glycine max L Merril ) Sri Retno Dwi Ariani * Prodi Kimia, PMIPA, FKIP, UNS, Jl. Ir Sutami 36A Kentingan Solo Solo, Indonesia * Keperluan korespondensi, email : sriretnodwiariani@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas teknik ekstraksi isoflavon (faktor-2, daidzein, glisitein dan genistein) dari tempe kedelai, pada satu alur ekstraksi, yang pertama adalah ekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% sehingga dihasilkan ekstrak etanol 70% (ekstrak pertama) dan ekstrak etanol 70% tersebut dilanjutkan dengan fraksinasi dengan pelarut heksana dan etil asetat sehingga dihasilkan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% (ekstrak kedua). Sampel pada penelitian ini adalah kedelai kuning dari Purwodadi Jawa Tengah. Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) pembuatan tempe meliputi : sortasi kedelai, pencucian, perendaman selama 24 jam, pengukusan selama 45 menit, pendinginan, penambahan ragi tempe produksi LIPI merek RAPRIMA yang mengandung Rhizopus oligosporus NRRL 2710, fermentasi selama 48 jam pada suhu kamar sehingga dihasilkan tempe, (2) ekstraksi tempe dengan metode A meliputi : penggilingan tempe dengan blender, maserasi dengan etanol 70%, penyaringan, penguapan dengan rotary evaporator sampai terbentuk ekstrak pertama, (3) ekstraksi tempe dengan metode B meliputi : penggilingan tempe dengan blender, maserasi dengan etanol 70%, penyaringan, penguapan dengan rotary evaporator, fraksinasi dengan pelarut n-heksan, fraksinasi lanjutan dengan pelarut etil asetat, fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% yang terbentuk dipisahkan dan diuapkan dengan rotary evaporator sehingga dihasilkan ekstrak kedua, (4) identifikasi isoflavon terhadap ekstrak pertama dan kedua dengan metode HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat total ekstrak (g) per 100 g tempe kedelai kuning dengan metode ekstraksi A = 6.8565 g sedangkan metode ekstraksi B = 0.0120 g. Kadar masing-masing isoflavon untuk metode ekstraksi A berturut-turut untuk faktor-2, daidzein, glisitein dan genistein (g) /100 g tempe kedelai kuning adalah : 0,2283 g ; 2,4937 g ; 1,7340 g ; 0,6342 g, sedangkan metode ekstraksi B adalah : 0,0002 g ; 0,0073 g ; 0,0033 g ; 0,0011 g. Walaupun ditinjau dari berat total ekstrak maupun kadar isoflavon, metode A menunjukkan kadar yang lebih tinggi, tetapi dari kromatogram HPLC menunjukkan bahwa komponen kimia dari ekstrak yang didapat dari metode B adalah yang lebih murni. Kata Kunci : Kedelai kuning, isoflavon, faktor-2, daidzein, glisitein, genistein PENDAHULUAN Tempe merupakan salah satu makanan fermentasi tradisional asli Indonesia yang dihasilkan melalui proses fermentasi kedelai dengan kapang Rhizopus spp. [1,2]. Pada umumnya bahan dasar tempe adalah kedelai kuning. Selain Indonesia, tempe telah dikonsumsi pula Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 674

secara luas di Malaysia, Bangladesh, Amerika Serikat, Amerika Latin, Suriname dan Jepang [2]. Masyarakat Indonesia yang secara tradisi telah lama mengkonsumsi tempe, banyak diuntungkan dari berbagai faktor karena produk tersebut mengandung senyawa gizi maupun senyawa aktif yang tinggi. Senyawa aktif dalam tempe dihasilkan melalui proses biotransformasi dan biosintesa oleh mikroba, khususnya pada proses perendaman dan fermentasi. Salah satu jenis senyawa aktif yang terkandung dalam tempe adalah isoflavon. [2,3]. Isoflavon yang terdapat dalam biji kedelai dorman adalah dalam bentuk isoflavon glikosida yaitu isoflavon yang terikat pada glikosida. Jenis isoflavon tersebut adalah daidzin, genistin dan glisitin. Isoflavon glikosida tersebut mempunyai aktivitas fisiologis yang rendah. Selama proses pengolahan, baik melaui perendaman atau fermentasi, isoflavon glikosida dapat terhidrolisis menjadi aglukan isoflavon dan glikosida. Aglukan isoflavon tersebut adalah genistein, daidzein dan glisitein. Selanjutnya pada proses fermentasi kedelai, daidzein dapat mengalami proses hidroksilasi lebih lanjut sehingga menjadi aglukan isoflavon faktor- 2 [3,4,5,6]. Salah satu aktivitas fisiologis yang menonjol dari isoflavon daidzein (7,4 - trihidroksi isoflavon), genistein (5,7,4 - trihidroksi isoflavon), glisitein (6-metoksi- 7,4 -trihidroksi isoflavon) dan faktor-2 (6,7,4 -trihidroksi isoflavon) adalah aktivitas antioksidan. Antioksidan dibutuhkan oleh tubuh, diantaranya untuk menghambat proses penuaan dini serta mencegah penyakit degeneratif seperti aterosklerosis, kolesterol tinggi, jantung koroner, diabetes militus, tumor, dan kanker. Disamping sebagai antioksidan, isoflavon daidzein, genistein, glisitein dan faktor-2 juga mempunyai khasiat lain diantaranya sebagai estrogenik, anti inflamasi, anti hemolisis, anti kontriksi pembuluh darah, menurunkan kadar trigliserida VLDL (very low density lipoprotein) dan LDL (low density lipoprotein) serta meningkatkan HDL (high density lipoprotein) [6,7,8]. Salah satu metode ekstraksi isoflavon yang sering dilakukan dalam penelitian adalah ekstraksi bertingkat dengan pelarut metanol 80%. Metanol 80% merupakan pelarut yang optimum untuk menghasilkan isoflavon, tetapi metanol bersifat toksik. Untuk itu perlu dicari alternatif pengganti pelarut metanol. Salah satu pelarut yang dapat dipertimbangkan adalah etanol 70% (kepolarannya mendekati metanol 80%). Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi dengan pelarut etanol 70%, kemudian terhadap ekstrak kasar tersebut dilakukan proses ekstraksi bertingkat/fraksinasi dengan pelarut heksana dilanjutkan dengan pelarut etil asetat, sehingga dihasilkan fraksi etil asetat yang mengandung isoflavon [1, 9,10]. Dalam rangka pengembangan penelitian tentang metode ekstraksi isoflavon, maka perlu diketahui sejauh mana efektifitas teknik ekstraksi isoflavon (faktor-2, daidzein, glisitein dan genistein) dari tempe kedelai kuning, pada satu alur ekstraksi, yang pertama adalah ekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 675

etanol 70% sehingga dihasilkan ekstrak etanol 70% (ekstrak pertama) dan ekstrak etanol 70% tersebut dilanjutkan dengan fraksinasi dengan pelarut heksana dan etil asetat sehingga dihasilkan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% (ekstrak kedua). METDE PENELITIAN Sampel pada penelitian ini adalah kedelai (Glycine max L Merril ) kuning dari Purwodadi Jawa Tengah. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : ragi tempe produksi LIPI merek RAPRIMA, etanol 70% Food Grade, akuabides, akuades, air, heksana teknis yang sudah didestilasi, etil asetat teknis yang sudah didestilasi, Daidzein standar (Sigma Chemical Co), Glisitein standar (Sigma Chemical Co), Genistein standar (Sigma Chemical Co), Faktor-2 standar (Sigma Chemical Co), plastik dan kertas saring. Peralatan yang digunakan antara lain: seperangkat alat dapur untuk membuat tempe, blender Philips, pipet mikro merek Master Pet, seperangkat alat HPLC Perkin Elmer, alat-alat gelas yang lazim dipakai. Prosedur percobaan adalah sebagai berikut : Pembuatan Tempe Kedelai Seratus gram biji kedelai kuning direndam dengan 1000 ml air selama 24 jam. Pada saat perendaman, air diganti tiap 4 jam. Sambil direndam dilakukan pengupasan kulit kedelai. Selesai perendaman, lalu dicuci bersih dan ditiriskan. Kedelai kupas dikukus selama 45 menit. Setelah itu diangkat dan dianginanginkan. Selanjutnya kedelai rebus di campur dengan ragi tempe produksi LIPI merek RAPRIMA yang mengandung Rhizopus oligosporus NRRL 2710 (0,2 g), lalu difermentasi selama 48 jam pada suhu kamar sehingga dihasilkan tempe [2,7,11]. Pembuatan Ekstrak Etanol Tempe Kedelai Kuning Madura Seratus gram tempe kedelai ditambah 500 ml etanol 70%, lalu diblender. Campuran ini dimaserasi selama 24 jam. Setelah itu sehingga diperoleh filtrat I dan residu I. Filtrat I disimpan, sedangkan residu I ditambahkan dengan 200 ml etanol 70%, dikocok hingga homogen dan didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya disaring hingga diperoleh filtrat II dan residu II. Filtrat II disimpan, sedangkan residu II ditambahkan dengan 200 ml etanol 70%, dikocok dan didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya disaring hingga diperoleh filtrat III dan residu III. Filtrat I, filtrat II dan filtrat III digabung, sedangkan residu III dibuang. Filtrat gabungan disaring dan diuapkan dengan rotary vacuum evaporator pada suhu 50 0 C hingga diperoleh ekstrak etanol 70% (ekstrak pertama) [11]. Fraksinasi Ekstrak Etanol 70% Ekstrak etanol 70% diambil 1 mg untuk diuji HPLC dan sisanya dilanjutkan ekstraksi bertingkat dengan pelarut n- heksana. Fase bawah yang terbentuk diambil dan diekstraksi dengan etil asetat. Dari fraksinasi dengan etil asetat, diambil fraksi etil asetat yang merupakan fase atas. Kemudian ditambahkan Na2S4 dan disaring, filtrat lalu dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 60 o C sampai Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 676

terbentuk isolat yang disebut fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% (ekstrak kedua) [1,7,9,10]. Identifikasi Isoflavon dengan Metode HPLC Membuat larutan uji 100 ppm dengan cara melarutkan 0,1 mg isolat ke dalam 10 ml metanol 80 %. Larutan dihomogenkan dengan cara disentrifugasi. Sebanyak 20 µl larutan uji dipipet dan diinjeksikan pada injektor HPLC. Dari proses ini akan dihasilkan kromatogram HPLC yang siap dianalisis [11,12]. Teknik Analisis Data Perhitungan kandungan isoflavon dalam sampel dilakukan dengan menganalisa kromatogram HPLC. Adanya puncak kromatogram yang memiliki waktu retensi yang sama atau mendekati waktu retensi faktor-2, daidzein, glisitein dan genistein standar menunjukkan adanya faktor-2, daidzein glisitein dan genistein dalam sampel ekstrak pertama dan ekstrak kedua. Analisis secara kuantitatif bertujuan untuk mengetahui kadar masing-masing senyawa isoflavon (faktor-2, daidzein, glisitein dan genistein). Kadar masingmasing isoflavon dapat dihitung dengan cara mengalikan % luas area dalam kromatogram dengan berat ekstrak total yang diperoleh [7,11,12]. hama, busuk atau terbelah. Biji kedelai yang telah dipilih selanjutnya direndam dalam air selama 24 jam. Selama perendaman, biji kedelai dikupas kulitnya. Biji kedelai yang telah dihilangkan kulit arinya (kedelai kupas) selanjutnya dicuci, ditiriskan dan dikukus selama 45 menit. Selanjutnya kedelai kukus dianginanginkan untuk mengurangi kadar air berlebih. Kemudian ditambahkan ragi tempe sebagai inokulum. Kedelai yang telah diinokulasi, dikemas dalam plastik dan dilubangi. Lalu difermentasi selama 48 jam pada suhu kamar hingga terbentuk tempe yang berwarna putih, tekstur kompak dan flavour spesifik tempe. Hasil Ekstraksi dengan Etanol 70% Dari proses ekstraksi dengan metode maserasi terhadap tempe kedelai dengan pelarut etanol 70% diperoleh ekstrak etanol 70% (ekstrak pertama) yang berbentuk ekstrak padat, pasta, berwarna kuning kecoklatan, dengan rendemen sebesar 6.8565 gram/100 gram tempe. Adapun kromatogram HPLC ekstrak etanol 70% tempe kedelai kuning dapat dilihat pada gambar 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Tempe Kedelai Kuning Biji kedelai yang digunakan adalah biji kedelai kuning dari daerah Purwodadi Jawa Tengah yang bentuknya utuh, keras, berwarna kuning dan tidak terdapat cacat pada seluruh permukaannya seperti bekas Gambar 1. Kromatogram HPLC ekstrak etanol 70% tempe kedelai kuning Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 677

Analisis dengan HPLC dilakukan untuk mengidentifikasi adanya senyawa isoflavon daidzein, genistein, glisitein dan faktor-2 yang terkandung dalam ekstrak etanol 70% dari tempe kedelai kuning. Isoflavon adalah salah satu senyawa yang termasuk dalam golongan flavonoid (1,2- diarilpropana). Senyawa-senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linear yang terdiri dari tiga atom karbon [13]. Adapun struktur dari senyawa isoflavon faktor-2, daidzein, genistein dan glisitein ada pada tabel 1. Tabel 1. Struktur senyawa isoflavon faktor- No Nama 2, daidzein, genistein dan glisitein Senyawa 1. Faktor-2 2. Daidzein 3. Genistein 4. Glisitein Struktur H H H H H H 3 C H H H H tabel 2 dalam lampiran. Dari delapan puncak tersebut dapat disimpulkan bahwa empat puncak dari delapan puncak yang ada,teridentifikasi sebagai senyawa isoflavon yaitu daidzein, genistein, glisitein dan faktor-2. Empat puncak yang lain merupakan senyawa unknown yang terkandung dalam tempe kedelai. Adanya delapan puncak yang terbentuk dan masih agak bertumpang tindih, menunjukkan bahwa metode ekstraksi ini masih menghasilkan ekstrak dengan komponen kimia yang masih beragam (kurang murni). Dari proses ekstraksi dengan metode maserasi terhadap tempe kedelai dengan pelarut etanol 70% tersebut dilanjutkan dengan fraksinasi dengan pelarut heksana sebanyak lima kali dan dengan pelarut etil asetat sebanyak lima kali sehingga dihasilkan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% (ekstrak kedua) yang berbentuk ekstrak padat, pasta, berwarna kuning muda, dengan rendemen sebesar 0.012 gram/100 gram tempe kedelai kuning. Adapun kromatogram HPLC fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% tempe kedelai kuning dapat dilihat pada gambar 2 pada lampiran. Pada kromatogram HPLC dari fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% tempe kedelai dapat dilihat adanya empat puncak dengan data yang tertera pada tabel 3. H Pada kromatogram HPLC dari ekstrak etanol 70% tempe kedelai kuning dapat dilihat adanya delapan puncak dengan data seperti yang tertera pada Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 678

Tabel 2. Data kromatogram HPLC ekstrak etanol 70% tempe kedelai kuning Isoflavon Luas (area) Persen Luas (%) Faktor-2 1127464 3,3382 Daidzein 12283263 36,3769 Glisitein 8540404 25,2861 Genistein 3124382 9,2506 Unknown 222550 0,6589 Unknown 4271356 12,6465 Unknown 4198476 12,4307 Unknown 7162 0,0212 Gambar 2. Kromatogram HPLC fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% tempe kedelai kuning Empat puncak yang dihasilkan tampak tidak bertumpah tindih dan tampak sangat mulus dibandingkan kromatogram pada ekstrak pertama. Dari data kromatogram tersebut akan tampak bahwa ekstrak kedua lebih murni daripada ekstrak pertama dan hanya mengandung 4 jenis isoflavon yaitu daidzein, ganistein, glisitein dan faktor-2. Tabel 3. Data kromatogram HPLC fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% tempe kedelai kuning Persen Luas Isoflavon Luas (area) (%) Faktor-2 257981 2,0303 Daidzein 7766317 61,1200 Glisitein 3526981 27,6782 Genistein 1165396 9,1715 Dari berat ekstrak yang dihasilkan dan persen luas (%) masing-masing puncak dari kromatogram dapat dihitung kandungan masing-masing isoflavon per 100 gram tempe kedelai kuning dengan rumus sebagai berikut : Kandungan isoflavon (g/100 g tempe) = Persen luas (%) x berat total ekstrak (g) Dari rumus perhitungan di atas di dapatkan kandungan masing-masing isoflavon/100 gram tempe kedelai kuning, yang dapat dilihat pada tabel 4 pada lampiran. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi pertama dengan etanol 70%, lebih besar dari ekstrak kedua yang merupakan hasil fraksinasi dengan pelarut heksana yang dilanjutkan dengan pelarut etil asetat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tidak semua isoflavon yang terkandung dalam ekstrak etanol 70% terekstrak semua secara sempurna oleh etil asetat. Pada penelitian ini fraksinasi dengan etil asetat dilakukan sebanyak 5 kali. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak hasil fraksinasi sangat baik dijadikan sebagai data untuk penelitian yang bersifat kualitatif, tetapi tidak dapat menunjukkan kandungan yang sebenarnya Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 679

dari sampel yang kita teliti. Fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% dari hasil penelitian ini sudah dapat diidentifikasi lebih lanjut dengan LC-MS atau dari fraksi tersebut juga dapat dilanjutkan dengan pemisahan satu per satu komponen kimianya dengan metode HPLC preparatif atau kromatografi kolom atau kromatografi lapis preparatif. Tabel 4. Berat ekstrak dan kandungan isoflavon dalam ekstrak Jenis Ekstrak Ekstrak Etanol 70% Tempe Kedelai Kuning Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol 70% Tempe Kedelai Kuning Jenis Persen Berat Kandungan Isofla- Persen Berat Kandungan Isofla Isoflavon Luas (%) Ekstrak (g) von (g/100 g tempe) Luas (%) Ekstrak (g) von (g/100 g tempe) Faktor-2 3,3382 6.8565 0.2283 2,0303 0.0120 0.0002 Daidzein 36,3769 2.4937 61,1200 0.0073 Glisitein 25,2861 1.7340 27,6782 0.0033 Genistein 9,2506 0.6342 9,1715 0.0011 KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat total ekstrak (g) per 100 g tempe kedelai kuning dengan metode ekstraksi A = 6.8565 g sedangkan metode ekstraksi B = 0.0120 g. Kadar masing-masing isoflavon untuk metode ekstraksi A berturut-turut untuk faktor-2, daidzein, glisitein dan genistein (g) /100 g tempe kedelai kuning adalah : 0,2283 g ; 2,4937 g ; 1,7340 g ; 0,6342 g, sedangkan metode ekstraksi B adalah : 0,0002 g ; 0,0073 g ; 0,0033 g ; 0,0011 g. Walaupun ditinjau dari berat total ekstrak maupun kadar isoflavon, metode A menunjukkan kadar yang lebih tinggi, tetapi dari kromatogram HPLC menunjukkan bahwa komponen kimia dari ekstrak yang didapat dari metode B adalah yang lebih murni. DAFTAR RUJUKAN [1] Sri Retno Dwi Ariani, 2003, Pembuatan Keju Kedelai yang Mengandung Senyawa Faktor-2 Hasil Biokonversi Isoflavon pada Tahu oleh Rhizopus ligosporus (L41), BioSMART, 5, 1, hal. 8-12. [2] R.B. Kasmidjo, 1990, Tempe : Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta Pemanfaatannya. Yogyakarta, PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta. [3] Sutrisno Koswara, 1995, Isoflavon Senyawa Multimanfaat dalam Kedelai, IPB, Bogor. [4] S. Pawiroharsono, 1996, Aspek Mikrobiologi Tempe, Bunga Rampai Tempe Indonesia, Yayasan Tempe Indonesia, Jakarta. [5] Gyorgy, S., Murata, K. and Ikehata, H., 1964, Antioxydant Isolated From Fermented Soybean, Nature, 23, 4947, p. 870-872. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 680

[6] S. Pawiroharsono, 2001, Prospek dan Manfaat Isoflavon untuk Kesehatan, diakses 03 Pebruari 2007. [7] Sri Retno Dwi Ariani dan Wiji Hastuti, 2009, Analisis Isoflavon dan Uji Aktivitas Antioksidan pada Tempe dengan Variasi Lama Waktu Fermentasi dan Metode Ekstraksi, Prosiding Seminar Kimia dan Pendidikan Kimia I, Surakarta. [8] W. Sunarno, dan S.R.D. Ariani, 2001, Identifikasi Awal Senyawa Faktor-2 pada Tempe selama Proses Fermentasi Hari Ke-0, 1, 2, 3, 4 dan 5, Paedagogia, 4, 1. [9] Fajar Restuhadi, 1993, Studi Pendahuluan Biokonversi Isoflavon pada Proses Fermentasi Kedelai Menggunakan Rhizopus spp. L.4l., Thesis, Magister Kimia ITB, Bandung. [10] A. Rudiretna, 1991, Studi Pendahuluan Biokonversi Isoflavon pada Proses Fermentasi Tempe dengan Teknik Peredaman (Submerge), Thesis, Magister Kimia ITB, Bandung. [11] Sri Retno Dwi Ariani, Sri Handajani dan Sri Handayani, 2011, Studi Kandungan Isoflavon Dan Aktivitas Antioksidan Secara In Vitro Pada Tempe Kedelai Kuning (Glycine Max L Merril ) Madura Dengan Variasi Lama Waktu Fermentasi, Prosiding Seminar Kimia dan Pendidikan Kimia III, Surakarta. [12] Sri Retno Dwi Ariani, 2010, Characterization of The Isoflavones (Daidzein, Genistein, Factor-2 and Glycitein) from Ethanol Extract of Velvet Bean (Mucuna pruriens (L.) DC.) Tempeh, The 2 nd International Conference on Chemical Sciences Proceeding, Yogyakarta, ctober 14-16 th 2010, p. 169-172. [13] Manitto, P., 1992, Biosintesis Produk Alam, (Terj. Koensumardiyah). Semarang : IKIP Semarang Press. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 681