ANALISA YURIDIS NORMATIF PERLINDUNGAN UPAH BAGI TENAGAKERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

Upah Hak pekerja/buruh uang imbalan termasuk tunjangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

BAB III PENUTUP. Yogyakarta terdapat beberapa penyimpangan yang telah dilakukan owner

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA

BAB III PENUTUP. Swalayan 24 Jam tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang, pelaksanaan

BAB III UPAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

PENGUPAHAN BURUH KONSTRUKSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan konstitusi. Di dalam

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil setelah dilakukannya penelitian maka dapat disimpulkan, antara lain :

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

Oleh : Widi Nugrahaningsih Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

BAB II TINJAUAN UMUM PENGATURAN TUNJANGAN HARI RAYA MENURUT PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN

BAB III TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13

Hubungan Industrial. Proses Penentuan Upah, Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

BAB III TINJAUAN TEORITIS. nomor 13 tahun 2003 disebutkan bahwa kesejahteraan pekerja/buruh

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

A. Latar Belakang Masalah

BAB I KETENTUAN U M U M

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

MAKALAH HUKUM KETENAGAKERJAAN KETIDAKSUAIAN PENGUPAHAN KERJA LEMBUR

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Edisi Revisi, ctk. Duabelas, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 234.

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH

SISTEM PERLINDUNGAN UPAH DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBAYARAN UPAH PASAL 88 UUK : BAHWA TIAP PEKERJA/BURUH BERHAK MEMPEROLEH PENGHASILAN YANG MEMENUHI PENGHIDUPAN YANG LAYAK BAGI KEMANUSIAAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Yani Pujiwati, Dewi Kania Sugiharti, dan Nia Kurniati Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

PENGUPAHAN YANG MELINDUNGI PEKERJA/BURUH. SUNARNO,SH. MHum Dosen Fakultas Hukum UNISRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

WALIKOTA PROBOLINGGO

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGAWASAN DINAS KETENAGAKERJAAN TERHADAP PELAKSAANAN UU NO.13 TAHUN 2003 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA. Diana Fajarwati ABSTRACT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1981 NOMOR 8

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya dengan cara pemberian upah yang sesuai dengan undang-undang dan

MENTER! TENAGA KERJA DAN T SMIGRASI KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 102/MENNI/2004 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan bahwa Peran Dinas Tenaga Kerja Dan

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2015

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

BAB II MEKANISME KERJA LEMBUR DALAM HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, hal tersebut tertuang dalam Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yaitu

Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

KEPMEN NO. 234 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, PEKERJA KONTRAK, DAN HAK CUTI. 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pekerja dan Pekerja Kontrak

Lex Crimen Vol. VI/No. 10/Des/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan hanya pada bagaimana cara untuk menangani masalah-masalah

Pengupahan BAB Peraturan tentang Upah

BAB III PENUTUP. Upaya hukum yang dilakukan pekerja outsourcing dalam. negosiasi terhadap atasan atau pengusaha PT. Vidya Rejeki Tama.

BAB III PENUTUP. dapat diperoleh kesimpulan bahwa : bekerja selama 12 (dua belas). ini berhak untuk mendapatkan cuti tahunan.

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana perlindungan tersebut menurut hukum dan undang-undang yang berlaku. Karena pada

TRANSKIP WAWANCARA PENELITIAN KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA, STUDI ANALISIS : PERATURAN PEMERINTAH NO.78 TAHUN 2015

Transkripsi:

ANALISA YURIDIS NORMATIF PERLINDUNGAN UPAH BAGI TENAGAKERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN (studi kasus kota Surakarta) Oleh: Widi Nugrahaningsih ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa secara yuridis normatif perlindungan upah bagi tenagakerja ditinjau dari undang-undang no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dengan studi kasus di kota Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian Normatif, atau penelitian doktrinal, oleh karena data dan analisa dari penelitian ini, berdasarkan atas landasan-landasan hukum dan berbagai sumber pustaka yang mengupas mengenai pengupahan para tenagakerja khususnya di kota Surakarta dengan menganalisa berdasarkan undangundang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa perlindungan upah bagi tenagakerja khususnya dikota Surakarta telah diterangkan dalam undang-undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yaitu antara lain adanya disnaker ditingkat kota, dan adanya mediator dalam setiap sengketa hubungan industrial menyangkut upah, serta ditetapkanya berbagai pengaturan tentang upah yaitu diantaranta upah minimum, upah cuti, upah lembur, upah tidak masuk kerja karena berhalangan, dan lain sebagainya. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa jaminan kepastian hukum tentang upah bagi tenagakerja di kota surakarta, dapat dilaksanakan sesuai dengan undangundang no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dengan intrumen pelaksana yaitu dinas sosial tenagakerja kota Surakarta, diupayakan supaya antar pihak yaitu pengusaha dan pekerja tidak merasa dirugikan terhadap adanya kebijakan yang telah ditetapkan pemerintahh dengan tujuan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kata kunci: analisa perlindungan upah, Perlindungan upah, ketenagakerjaan. 1

BAB I PENDAHULUAN Kebijakan mengenai perlindungan pengupahan bagi tenagakerja merupakan salah satu kebijakan yang memerlukan pertimbangan dan perubahan yang dapat berkesinambungan dan dapat mengikuti perkembangan masyarakat, sehingga fungsi hukum yang responsif sangat diperlukan dalam setiap perubahan kebijakan. Mengenai pengupahan, Dengan dasar Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945, Pasal 27 ayat 2, yang berbunyi: Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Amanat Undang-Undang Dasar inilah yang menjadikan pemerintah memiliki kewajiban untuk terus meningkatkan penghidupan yang layak bagi seluruh warganegaranya. Selanjutnya, mengenai perlindungan upah, Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan diatur dalam Pasal 88-98. Disebutkan hukum yang tertulis, hukum yang tertulis adalah berupa undang-undang dalam hal ini misalnya UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, PP No.8 Tahun 1981 tentang Perlindungan upah, Permenakertrans No.Per-17/MEN/VIII/2005 tentang komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak, SK mengenai Penetapan upah Minimum. Dan peraturan tertulis yang lainnya. Sedangkan hukum yang berlaku dan hidup di masyarakat yaitu kebiasaan masyarakat baik dari sisi Dinas Tenagakerja (Disnaker) kota Surakarta, Pengusaha, maupun pekerja dalam menyikapi dan melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Sesuai dengan amanat pasal 88 sampai dengan pasal 98 Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan perlu untuk dilaksanakan, oleh karena kebijakan tersebut merupakan salah satu dasar pemberlakuan perlindungan upah bagi tenagakerja, sehingga nasib tenagakerja dapat dilindungi dan mendapat kepastian dalam hal jaminan kepastian hukum. 2

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Ketenagakerjaan Dalam Undang-undang No.13 Tahun 2003 Bab II Pasal 2, Menyebutkan bahwa Pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan Undangundang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 3 Menyebutkan pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah. Mengenai hubungan kerja, terdapat aturan yang lebih khusus, yaitu Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah, upah diartikan sebagai Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan oleh peraturan perundangundangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dan buruh termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya. B. Kebijakan tentang Pengupahan Penetapan pengupahan, upah memiliki beberapa klasifikasi yang perlu untuk diperhatikan. Klasifikasi upah merupakan bagian dari keseluruhan upah yang menjadi hak bagi para tenagakerja. Yang Sesuai dengan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, kebijakan pengupahan tersebut yaitu: a. Upah Minimum Pengaturan mengenai upah minimum dijelaskan pada pasal 88-90. Dalam pasal-pasal tersebut dinyatakan bahwa salah satu komponen/ kebijakan pengupahan adalah upah minimum (pasal 88). Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi (pasal 88). Menurut pasal 89 ayat 3 UU No.13 Tahun 2003, upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari 3

dewan pengupahan provinsi dan atau Bupati/Walikota. Sedangkan dalam Pasal 88 ayat 3 huruf a, menguraikan bahwa; 1) Upah Minimum berdasarkan wilayah provinsi atau Kabupaten/kota 2) Upah minimum berdasarkan sector pada wilayah provinsi atau Kabupaten/Kota. Dalam pasal 89 ayat 3 Uundang-undang No.13 Tahun 2003, menyatakan bahwa upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari dewan pengupahan provinsi dan/atau Bupati/Walikota dan upah minimum tersebut wajib dibayar dengan upah berdasarkan kesepakatan para pihak, baik dengan cara mingguan ataupun bulanan dengan ketentuan perhitungan upah didasarkan pada upah bulanan. Pada Pasal 89, 90, 91 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, memberikan ketentuan tentang pemberian upah minimum yaitu sebagai berikut; - Perusahaan dilarang membayar upah lebih rendah dari ketetapan upah minimum. - Pekerja tetap, tidak tetap dan dalam masa percobaan diberi upah serendah-rendahnya sebesar Upah Minimum. - Upah minimum berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari satu tahun. - Bagi pekerja dengan sistem borongan / berdasarkan satuan hasil yang dilaksanakan 1 bulan atau lebih, upah rata-rata sebulan serendah-rendahnya sebesar upah minimum di perusahaan yang bersangkutan. - Upah pekerja harian lepas ditetapkan secara upah bulanan yang dibayarkan berdasarkan hari kehadiran dengan upah sehari-hari. - Perusahaan yang telah membayar upah lebih tinggi dari upah minimum dilarang untuk menurunkan upah. 4

- Dengan kenaikan upah minimum para pekerja harus memelihara prestasi kerja sehingga tidak lebih rendah dari prestasi kerja sebelum kenaikan upah. - Bagi pengusaha yang tidak mampu memberikan upah minimum, maka dapat mengajukan penangguhan pelaksanaan upah minimum, yang diajukan kepada Gubernur melalui Kakanwil Depnaker / Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Bagi pekerja khususnya yang bekerja diperusahaan swasta terdapat ketentuan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Besarnya tidak sama setiap kabupaten/kota tergantung pada kondisi daerah masing-masing. 1 Sedangkan Dasar hukum tentang upah minimum adalah UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan Peraturan Menteri tenagakerja dan transmigrasi (Permenakertrans) RI No: PER-17/MEN/VIII/2005 tentang komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak. dalam Pasal 90 UU No.13 Tahun 2003, juga menjelaskan bahwa Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum dan bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum tersebut dapat dilakukan penangguhan. b. Upah kerja Lembur Menurut UU No.13 Tahun 2003 dan surat keputusan menteri tenagakerja dan transmigrasi (menakertrans) No. Kep. 102/MEN/VI/2004, memberikan ketentuan bahwa kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14jam/minggu, kecuali kerja lembur dilakukan pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi. Dalam Pasal 78 Undang-undang No.13 Tahun 2003 disebutkan bahwa pengusaha yang memperkerjakan pekerja melebihi waktu kerja yang telah ditentukan, harus memenuhi syarat: 1 Asri Wijayanti, Log.cit., Hlm.102 5

- Ada persetujuan pekerja yang bersangkutan. - Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam satu 1 (satu) hari dan 14 jam dalam 1 minggu. Upah kerja lembur juga diatur dalam SK Menakertrans No.Kep.102/MEN/VI/2004 tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur memuat ketentuan bahwa upah lembur didasarkan pada upah bulanan dan cara menghitung upah sejam adalah 1 / 173 x Upah sebulan. Rumus tersebut didapat dari, jumlah kerja dalam 1 minggu = 40 jam. Jumlah minggu dalam 1 tahun = 52 minggu 1 tahun =12 bulan Jumlah minggu dalam 1 bulan = 52 / 12 = 4 1 / 3 minggu Jam kerja dalam 1 minggu = 4 1 / 3 x 40 = 173 1 / 3 Jadi upah 1 jam = 1 /173 x Upah sebulan Dan dalam Undang-undang ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini juga mengatur tentang besarnya upah lembur bagi para pekerja adalah sebagai berikut: 1) Bila kerja lembur dilakukan pada hari kerja; b) Untuk jam kerja pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 kali upah sejam. c) Untuk setiap kerja lembur berikutnya harus dibayr upah sebesar 2 kali upah sejam 2) Lembur dilakukan pada hari istirahat Mingguan dan atau Hari raya Resmi Untuk 6 hari kerja 40 jam seminggu, setiap jam dalam batas 7 jam pertama dibayar 2 kali upah sejam, dan ke-8 dibayar 3 kali upah sejam dan jam lembur ke-9 dan ke-10 dibayar 4 kali sejam. Dan apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan upah lembur 5 jam pertama 6

dibayar 2 kali upah sejam, jam ke-6 tiga kali upah sejam dan jam lembur ke-7 dan ke-8 empat kali upah sejam. Untuk waktu 5 hari kerja dan 40 jam seminggu, maka perhitungan upah kerja lembur untuk 8 jam pertama dibayar 2 kali upah sejam, jam ke-9 dibayar 3 kali upah sejam dan jam ke-10 dan ke-11 empat kali upah sejam. Dalam perhitungan upah lembur didasarkan pada upah bulanan, besarnya upah sebulan adalah sebagai berikut: - Pekerja harian; upah 1 hari x 25 untuk waktu kerja 6 hari dalam 1 minggu dan upah 1hari x 21 untuk waktu kerja 5 hari dalam 1 minggu. - Didasarkan pada upah rata-rata selama bekerja dengan ketentuan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum tersebut. - Jika upah terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tidak tetap, dan jumlah upah pokok ditambah tunjangan tetap lebih kecil dari 75% upah keseluruhan, maka dasar perhitungan kerja lembur 75% dari keseluruhan upah. c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan. Tentang upah tidak masuk kerja karena berhalangan, UU No.13 Tahun 2003 pasal 93 menyatakan bahwa upah tidak dibayar apabila pekerja tidak melakukan pekerjaan. Namun dalam pasal 93 (2a) menyatakan bahwa, bila pekerja sakit hingga tidak dapat melakukan pekerjaan, maka pengusaha tetap wajib memberikan upahnya. Kemudian dalam pasal 93 (3) menerangkan tentang presentase besarnya upah yang harus diberikan bila pekerja sakit hingga tidak bias melakukan kerjanya, yaitu; - Empat bulan pertama dibayar 100% dari upah - Empat bulan kedua dibayar 75% dari upah - Empat bulan ketiga dibayar 50% dari upah 7

- Bulan selanjutnya 25% dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha. Apabila pekerja perempuan sakit haid hari I dan II maka berhak diberi libur dengan tidak mengurangi upah yang harus diterima, hal ini terangkan juga dalam Pasal 81 jo Pasal 93 (2b). Selanjutnya dalam pasal 93 (2c) jo 95 (4) UU No.13 Tahun 2003, pekerja tetap mendapatkan upahnya bila berhalangan karena; menikah dibayar 3 hari kerja, menikahkan anaknya, mengkhitankan anaknya, membabtiskan anaknya, istri melahirkan/ mengugurkan kandungan kesemua hal tersebut dibayar selama 2 hari kerja. Dan apabila ada anggota keluarga yang meninggal dunia, di bayar selama 1 hari kerja. d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaan. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaan diatur dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dan PP No.8 Tahun 1981 tentang perlindungan upah. - Dalam Pasal 93 (2d), 2 (e) UU No.13 Tahun 2003 menyatakan Bahwa, pekerja tetap mendapatkan upahnya bila tidak melakukan pekerjaannya karena menjalankan kewajiban terhadap Negara, menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya. Dan hal yang sama dengan ini juga diatur dalam Pasal 6 ayat 4 PP No.8 tahun 1981 tentang perlindungan upah. - Selanjutnya dalam pasal 93 ayat 2f UU No.13 Tahun 2003, menyatakan bahwa pekerja tetap berhak mendapatkan upahnya bila pekerja bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak memperkerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari oleh pengusaha. e. Upah karena menjalankan Hak Waktu Istirahat Kerjanya. Dasar hukum yang digunakan dalam penerapan mengenai upah karena menjalankan Hak waktu Istirahat Kerjanya, selain dalam UU 8

No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, juga diatur dalam Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 1954 tentang istirahat buruh (istirahat tahunan), Keputusan Menteri Tenagakerja dan transmigrasi No:KEP- 51/MEN/IV/2004 tentang istirahat panjang pada perusahaan tertentu. Dan isi ketentuan tersebut adalah; - Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya ½ jam setelah bekerja selama 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Hal ini terdapat dalam pasal 79 ayat 2a UU No.13 Tahun 2003. - Pasal 79 ayat 2b UU No.13 Tahun 2003, mengatur bahwa Istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam satu minggu atau 2 hari untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Dan istirahat mingguan ini diberikan pada hari yang sama kepada semua orang juga disamakan dengan libur mingguan yang ditentukan sebagai hari istirahat menurut tradisi/ kebiasaan setempat. - UU No.13 Tahun 2003 Pasal 79 ayat 2c mengatur tentang cuti tahunan, yaitu bahwa pekerja berhak atas istirahat tahunan setelah ia mempunyai masa kerja 12 bulan berturut-turut. Dan lamanya istirahat tahunan sekurang-kurangnya 12 hari kerja. - Hak istirahat tahunan gugur pada saat dalam waktu 6 bulan setelah lahirnya hak itu tidak dipergunakan haknya. - UU No.13 Tahun 2003 Pasal 79 ayat 2d mengatur mengenai istirahat panjang. Istirahat panjang dilakukan sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan pada tahun ke-7 dan ke-8 masing-masing 1 bulan bagi pekerja yang telah bekerja selama 6 tahun terus menerus pada perusahaan yang sama, dengan ketentuan pekerja tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya selama 2 tahun berikutnya dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 tahun. 9

- Selama menjalankan hak istirahat panjang, pekerja berhak atas upah penuh dan pada pelaksanaan istirahat tahunan tahun ke-8 pekerja hanya berhak atas ½ dari upah. - Jika terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pekerja belum menggunakan haknya dan belum gugur, maka pekerja berhak atas pembayaran upah dan kompensaasi hak istirahat panjang yang seharusnya diterima. - Setiap pekerja yang menggunakan hak waktu istirahat; mingguan, tahunan, panjang, beribadah, melahirkan dan gugur kandungan, serta menyusui, berhak mendapat upah penuh. Sedangkan istirahat panjang pada tahun ke 8 dan kelipatannya adalah 50%. f. Bentuk dan Cara Pengupahan f.1. Bentuk Upah Mengenai bentuk upah, upah dapat berupa uang, barang, maupun jasa. Sedangkan upah yang berupa uang dalam KUHPerdata Pasal 1602h, menetapkan bahwa pembayarannya harus dilakukan dengan alat pembayaran yang syah di Indonesia, artinya dengan mata uang Indonesia. Jika upah itu ditetapkan dengan mata uang asing, perhitungannya dilakukan menurut kurs pada waktu dan tempat dilakukan pembayaran, hal ini diatur dalam PP No.8 Tahun 1981 tentang perlindungan upah Pasal 13. Selanjutnya dalam PP No.8 Tahun 1981 Pasal 14, Ketentuan batal jika ditetapkan sebagian atau seluruh upah harus dipergunakan secara tertentu, ataupun harus dibelikan barang, kecuali jika penggunaan itu timbul dari peraturan perundangundangan f.2. Cara pembayaran upah Cara pembayaran upah diatur dalam PP No.8 Tahun 1981, dengan pengaturannya adalah sebagai berikut: 10

- Pembayaran upah dilakukan ditempat pekerja biasa bekerja atau di kantorperusahaan, kecuali diatur lain. - Jangka waktu pembayaran upah secepat-cepatnya dapat dilakukan seminggu sekali atau selambat-lambatnya sebulan sekali, kecuali bila perjanjian kerja untuk waktu kurang dari satu minggu. Jika upah terlambat dibayar, upah tersebut ditambah dengan 5% untuk tiap hari keterlambatan. Sesudah hari kedelapan, tambahan itu menjadi 1% untuk tiap hari keterlambatan, dengan ketentuan bahwa tambahan itu untuk 1 bulan tidak boleh melebihi 50% dari upah yang seharusnya dibayarkan. Penyimpangan terhadap ketentuan ini batal demi hukum. g. Denda dan potongan upah Besarnya pemotongan upah tidak diperbolehkan bila melebihi 50%, Menurut PP No.8 Tahun 1981 tentang perlindungan upah, ketentuan tersebut adalah sebagai berikut; - Denda atas pelanggaran hanya dapat dilakukan jika hal itu diatur secara tegas dalam perjanjian atau peraturan perusahaan. - Besarnya denda harus ditentukan dan dinyatakan dalam mata uang Republik Indonesia. - Jika suatu perbuatan sudah dikenakan denda, pengusaha dilarang untuk menuntut ganti kerugian. - Jika ketentuan-ketentuan diatas dilanggar, maka batal demi hukum. h. Hal-hal Yang Dapat Diperhitungkan dengan Upah Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah diatur dalam PP No.8 Tahun 1981 dengan ketentuan-ketentuan tersebut yaitu Denda, ganti kerugian, potongan upah. i. Struktur dan Skala Pengupahan yang proposional. 11

Struktur dan skala pengupahan diatur dalam UU No.13 Tahun 2003 Pasal 92 dan Peraturan Menteri Tenagakerja No.KEP- 49/MEN/2004 tentang struktur dan skala pengupahan, menjelaskan bahwa struktur upah adalah susunan tingkatan upah dari yang terrendah sampai yang tertinggi atau dari yang tertinggi sampai yang terrendah. Hal lebih lanjut mengenai struktur dan skala pengupahan yang diatur dalam Permenaker No.KEP-49/MEN/2004 adalah sebagai berikut: - Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan jabatan, masa kerja, pendidikan dan kompetensi. - Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas. - Struktur upah adalah susunan tingkatan upah dari yang terendah sampai yang tertinggi atau dari yang tertinggi sampai terrendah. - Skala upah adalah kisaran nilai nominal upah untuk setiap kelompok jabatan. - Pengusaha dalam menyusun struktur dan skala pengupahan memanfaatkan analisa jabatan. - Dasar dari pertimbangan penyusunan struktur upah dapat dilakukan melalui: struktur organisasi, rasio perbedaan bobot perkerjaan antar jabatan, kemampuan perusahaan, upah minimum, kondisi pasar. j. Upah untuk Pembayaran Pesangon Dasar hukum dari upah untuk pembayaran pesangon adalah Pasal 156 san 157 UU No.13 Tahun 2003. Pada Pasal 156 ayat 1, bila terjadi pemutusan hubungan kerja, maka pengusaha wajib membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masakerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima. Dan perhitungan uang pesangon menurut UU tersebut adalah sebagai berikut: 12

- Masa kerja kurang dari 1 Tahun : 1 bulan upah - Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun: 2 bulan upah. - Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun: 3 bulan upah - Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun: 4 bulan upah - Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun: 5 bulan upah - Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun: 6 bulan upah - Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun: 7 bulan upah - Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun: 8 bulan upah - Masa kerja 8 tahun atau lebih: 9 bulan upah j.1. Uang Penghargaan Masa Kerja Pasal 156 ayat 3 mengatur tentang pemberian uang penghargaan masa kerja kepada pekerja yang sudah bekerja tiga tahun lebih. Dan perhitungan uang penghargaan masa kerja ditetapkan sebagai berikut: - 3 tahun < t < 6 tahun : 2 bulan upah kerja - 6 tahun < t < 9 tahun : 3 bulan upah kerja - 9 tahun < t < 12 tahun : 4 bulan upah kerja - 12 tahun < t < 15 tahun : 5 bulan upah kerja - 15 tahun < t < 18 tahun : 6 bulan upah kerja - 18 tahun < t < 21 tahun : 7 bulan upah kerja - 21 tahun < t < 24 tahun : 8 bulan upah kerja - t > 24 tahun : 10 bulan upah kerja 13

j.2. Uang penggantian Hak Uang untuk penggantian Hak dapat diperhitungkan sebagai berikut: - Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur. - Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarga ke tempat dimana pekerja diterima bekerja. - Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat. - Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian bersama. k. Upah untuk Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Dasar hukum dari Upah untuk Perhitungan Pajak Penghasilan adalah, Keputusan Menteri Keuangan RI No. 481/Kmk.03/2003 tentang Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh Pemerintah atas penghasilan pekerja dari pekerjaan. Dengan isi ketentuanya adalah: - Pekerja yang mendapat perlakuan PPh yang ditanggung oleh pemerintah adalah wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang bekerja sebagai pegawai tetap atau tidak tetap pada suatu pemberi kerja di Indonesia. - PPh yang terutang atas gaji, upah, serta imbalan lainnya dari pekerjaan yang diterima oleh pekerja diatas, sampai dengan Rp. 1.000.000 sebulan ditanggung oleh pemerintah, dihitung secara bulanan dan tidak disetahunkan. - PPh yang terutang oleh pekerja, yang ditanggungkan oleh pemerintah dan yang harus dipotong oleh pemberi kerja, wajib dilaporkan baik dalam SPT tahunan PPh sesuai ketentuan yang berlaku. 14

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Pemerintah terkait dengan Dinas Tenagakerja di Kota Surakarta. Dinas Tenagakerja memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, terutama bagi para pekerja oleh karena disnaker merupakan salah satu instrumen untuk melindungi para tenagakerja dalam hal implementasi perlindungan pengupahan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Tenagakerja mengacu pada Keputusan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2002 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja. Selain memiliki tugas pokok yang telah ditetapkan tersebut, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai fungsi : a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas; b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan; c. Penyelenggaraan rehabilitasi dan bantuan sosial; d. Penyelenggaraan informasi, pelatihan dan penempatan tenaga kerja dalam dan luar negeri; e. Pembinaan pengusaha dan organisasi pekerja, penyelesaian perselisihan dan pengupahan pekerja; f. Pengawasan norma kerja, kesehatan dan keselamatan kerja; g. Penyelenggaraan Ketransmigrasian; h. Penyelenggaraan sosialisasi; i. Pembinaan jabatan fungsional; j. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). Dalam bidang pengawasan, pihak Disnaker selaku instrumen pemerintah, juga melakukan tindakan sosialisasi dan pengawasan terhadap pekerja dan pengusaha di kota Surakarta. 15

B. Dasar hukum pengupahan terhadap tenagakerja di kota Surakarta. Dalam UU No.13 Tahun 2003 dengan tegas menyatakan bahwa setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini Sesuai dengan peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 17 tahun 2004, penentuan UMK mengacu pada hasil survei Kebutuhan Hidup Layak yang dilakukan dewan pengupahan Sedangkan yang menjadi dasar bagi pengupahan tenagakerja di Surakarta adalah sebagai berikut; a) Undang-undang Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28, dan Pasal 33 ayat (1) dengan mengingat batang tubuh UUD 1945 inilah kemudian terbentuk UU No.13 Tahun 2003. Undang-undang No.13 Tahun 2003 masih menjadi dasar bagi perlindungan tengakerja di Indonesia, sehingga di kota Surakartapun juga menjadikan perundangan tersebut dasar bagi perlindungan tenagakerja. Selain undang-undang ketenagakerjaan tersebut, penetapan pengupahan di kota Surakarta menjadi hak dari pemerintah daerah, mengingat adanya dasar dari UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 13 ayat 1, yang menjelaskan mengenai urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi, salah satunya adalah menyangkut ketenagakerjaan (dalam huruf h) yang mencakup l intas kabupaten/kota. b) Peraturan Pemerintah Peraturan pemerintah No.8 Tahun 1981 tentang Pengupahan ini secara umum masih diberlakukan sebagi dasar pelindungan upah. PP No.8 Tahun 1981 memang telah dibuat dan ditetapkan sebelum adanya UU No.13 Tahun 2003, namun dalam hal substansi mengenai perlindungan pengupahan, PP No.8 Tahun 1981 lebih terperinci dalam perhitungan perlindungannya. 16

c) Peraturan Meteri Tenagakerja Beberapa peraturan menteri tenagakerja sampai sekarang masih digunakan oleh pemerintah kota Surakarta dalam kaitan perlindungan tenaga kerja. Peraturan tersebut antara lain; 1. Peraturan Menteri Tenagakerja Dan Transmigrasi No: PER- 17/MEN/VIII/2005 Tentang Komponen Pelaksanaan tahapan Pencapaian Kebutuhan hidup Layak. 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1999 3. Keputusan menteri tenagakerja dan transmigrasi (menakertrans) No. Kep. 102/MEN/VI/2004. 4. Peraturan Menteri Tenagakerja No.KEP-49/MEN/2004 tentang struktur dan skala pengupahan. d) Keputusan Gubernur Jawa Tengah Keputusan Gubernur jawa tengah yaitu ikut menentukan Kebutuhan hidup layak yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan upah minimum. 17

BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian penulis, dan yang telah di paparkan oleh penulis maka dapat disimpulkan bahwa, analisa mengenai perlindungan upah bagi tenagakerja secara yuridis normatif telah diatur dalam berbagai regulasi, mulai dari kebijakan puncak yaitu Pancasila dan UUD 1945 sampai kepada adanya instrumenintsrumen untuk melaksanakan jalanya perlindungan upah bagi tenagakerja. a. Undang-undang Undang-undnag sebagai kebijakan umum dalam hal kebijakan kepastian hukum mengenai pengupahan, telah dijamin pemerintah indonesia melalui Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28, dan Pasal 33 ayat (1) dengan mengingat batang tubuh UUD 1945 inilah kemudian terbentuk UU No.13 Tahun 2003. b. Peraturan Pemerintah Sebagai peraturan teknis sebagai peraturan untuk melaksanakan kebijakan umum. Peraturan pemerintah No.8 Tahun 1981 tentang Pengupahan ini secara umum masih diberlakukan sebagi dasar pelindungan upah. PP No.8 Tahun 1981 memang telah dibuat dan ditetapkan sebelum adanya UU No.13 Tahun 2003, namun dalam hal substansi mengenai perlindungan pengupahan, PP No.8 Tahun 1981 lebih terperinci dalam perhitungan perlindungannya. c. Peraturan Meteri Tenagakerja d. Keputusan Gubernur Jawa Tengah e. Peraturan walikota. merupkan peraturan teknis ditingkat kota supaya setiap kebijakan menyangkut pelaksanaan kebijakan pengupahan, dapat dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan. f. Dinas Tenagakerja Dinas tenagakerja merupakan lembaga pemerintah yang memiliki fungsi untuk mensosialisasikan kebijakan pengupahan, dan mengawasi pelaksanaan 18

kebijakan pengupahan supaya tidak merugikan pengusaha maupun pekerja, baik dengan menegaskan melalui kebijakan ataupun dengan cara musyawarah. DAFTAR PUSTAKA Abdul Khakim. 2007. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Andre Ataujan. 2009. Membangun hukum, membela keadilan. Filsafat hukum, Yogyakarta: Kanisius. Ashofa Burhan. 2001. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta. Asri Wijayanti. 2009.Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika. Djoko Triyanto. 2004. Hubungan Kerja di Perusahaan Jasa Konstruksi, Bandung: Mandar Maju. FX Djumialdji.2005. Perjanjian Kerja, Edisi Revisi, Jakarta: Sinar Grafika. Hartini Sri. 2008. Hukum Kepegawaian di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika. Husni Lalu. 2005. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, edisi revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Khakim Abdul. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. Lalu Husni.2000. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada. Moh. Mahfud MD. 1999. Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Yogyakarta: Gama Media. M.Marwan dan Jimmy P. 2009. Kamus Hukum dictionary of law complete edition, Surabaya: Reality publisher. Pramudya. 2007. Hukum itu Kepentingan, Salatiga: Sanggar Mitra Sabda. 19

Sendjun H Manulang.2001. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta Surya Tjandra, Yasmine MS Soraya dan Jamaludin. 2007. Advokasi Pengupahan Didaerah (strategi serikat buruh diera Otonomi Daerah), Jakarta: Trade Union Rights Centre. Suryabrata dan sumadi.1992. Metode Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers. Widjaja,HAW. 2007.Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia, Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada. YLBHI, PSHK. 2009. Panduan Bantuan Hukum di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Perundangan dan peraturan Lainnya: Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah. Peraturan Menteri Tenagakerja Dan Transmigrasi No: PER-17/MEN/VIII/2005 Tentang Komponen Pelaksanaan tahapan Pencapaian Kebutuhan hidup Layak. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1999 Keputusan menteri tenagakerja dan transmigrasi (menakertrans) No. Kep. 102/MEN/VI/2004. Peraturan Menteri Tenagakerja No.KEP-49/MEN/2004 tentang struktur dan skala pengupahan. Keputusan gubernur jawa tengah No. 561.4/69/2010 tanggal 18 November 2010 tentang upah minimum pada 35 kabupaten/kota diprovinsi jawa tengah Keputusan Menteri Tenagakerja dan transmigrasi No:KEP-51/MEN/IV/2004 tentang istirahat panjang pada perusahaan tertentu. 20