Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 2 Tahun Ke VI Tanggal 1 Djuli 1956 Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1956

dokumen-dokumen yang mirip
Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953.

Tambahan Lembaran Kotapraja Surakarta Nomor 1 Tahun Ke VII Tanggal 1 April 1957 Nomor 2

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 3 Tahun Ke VI Tanggal 27 Agustus 1956 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 1956

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954.

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 1

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM.

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 5 TAHUN 1954.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA Menetapkan peraturan daerah sebagai berikut :

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954.

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kutipan Lembaran Kota Besar Ska. No. I th. Ke I tg PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. : 2/D.P.R./Ska./ 51.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke II tg. 15 Ag. 51 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 tahun 1952.

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA SERI A TAHUN 1975 NOMOR : 2

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2

PERATURAN DAERAH KOTAPRAJA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) Nomor 5 Tahun 1960 (5/1960) Tentang: Perusahaan Susu

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 8 th. Ke V tgl. 1 Nop. 55 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 10 TAHUN 1955.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 9 th. Ke IV tgl. 1 Des. 54 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 9 TAHUN 1954.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN UMUM. Pasal 1.

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTAMADYA SURAKARTA. Menetapkan Peraturan Daerah sebagai berikut :

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

Tjetakan ke II tg. 1 Maret Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke III tg. 1 Maret 1953.

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PAJAK POTONG HEWAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 12 TAHUN : 1992 SERI : B NOMOR : 4

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 1975 TENTANG PAJAK KENDARAAN TIDAK BERMOTOR DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 1 Tahun Ke VI Tanggal 1 Februari 1956

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 21 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 13 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH PERALIHAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT. Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut:

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN : 1984 SERI : D NOMOR : 8 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 1 TAHUN : 1984 SERI : B NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 1994 SERI D NO. 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1953 TENTANG APOTIK DARURAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

ii----r. ~ DEPARTEM DISKUSI PANEL BUTAS kesimpulan : Dl TUG U. P UNT J A K - BOGOR. T A N GGA L 10 S/ D 13 AGUSTUS 1971

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 4 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 4 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN : 1992 SERI : D NOMOR : 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 8 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 3 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 1975 SERI A NOMOR : 3

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 13 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 4 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SURAT PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA D.P.R./D.P.R.D.I DAN D.P.RD. II

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 32 TAHUN : 1978 SERI : B NOMOR : 23

PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 43 tahun Djuli 1969 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH KABUPATEN BANGLI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH IMAGE MERK, MANFAAT MERK DAN IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MERK

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 2 Tahun Ke VI Tanggal 1 Djuli 1956 Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1956 TENTANG PENJUALAN AIR SUSU DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA Menetapkan peraturan daerah sebagai berikut : PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA TENTANG PENJUALAN AIR SUSU Pasal 1 Dalam peraturan daerah ini, jang dimaksudkan dengan : a. D j u r u p e r i k s a [keurmecster] ialah : pegawai jang diberi tugas untuk mememriksa air susu serta mengawasi kebaikan [hijgiene] air susu dan tempat tempat pemerahannja; b. a i r s u s u ialah : air susu jang diperoleh dari lembu perahan; c. a i r s u s u m u r n i [volle melk] ialah : air susu jang tidak ditambah atau tidak dikurangi bahagiannja; d. a i r s u s u t i d a k g e m u k [ afgeroomde melk] ialah : air susu jang tidak mendapat tambahan, akan tetapi telah dikurangi zast gemuknja; e. p e n j u a l a I r s u s u ialah : barng siapa mempunjai mata pentjaharian dengan : menyimpan, mengusahakan, mengerdjakan, menawarkan, menjerahkan, mendatangkan, mengankut, menukar, mmembagi atau mempunjai persediaan air susu untuk didjual; f. t e m p a t lembu perahan dipelihara, dan air susunja semua ayau sebagian diperuntukkan bagi pendjualan seperti termaksud sub e; g. l e m b u p e r a h a n ialah : lembu jang dipelihara untuk diperah air susunja, termasuk djuga lembu jang untuk sementara waktu tidak mengeluarkan air susu. Pasal 2 (1) Barang siapa akan mendjadi pendjual air susu dalam Daerah Kota Besar Surakarta harus minta iin terlebih dahulu kepada Dewan Pemerintah Daerah. (2) Surat permintaan izin termaksud ajat [1] harus menjebutkan : a. Nama dan tempat tinggal peminta izin; b. Keterangan jang djelas tentang letak dari pada tempat pemerahan, dilampiri gambar peta denah [plattegrond] rangkap dua dengan skala setinggi tingginja 1 : 250, jang memuat bahagian bahagian jang dipergunakan untuk mendjual, menjimpan, mengusahakan, mengerdjakan dan membagi air susu. c. Keterangan : 1. apakah air susu akan didjual semua atau hanja sebagian sadja; 2. apakah air susu akan didjual keliling atau ditempat pemerahan; 3. apakah air susu diolah dan dikerdjakan ditempat seperti jang tertjantum dalam gambar denah dan tjasra mengolah beserta mengerdjakannja. d. suatu tjatatan dari pada lembu lembu jang memberikan air susu dan jang tidak, dan djika air susu sebagian atau semuanja tidak diperoleh dari lembunja sendiri, memberikan suatu tjatatan dari mana asal air susu itu. e. Suatu pernjataan dri peminta izin dan pemilik lembu perahanjang air susunja diambil olehnja, bahwa :

1. mereka akan mengizinkan diperiksanja setiap saat lembu lembu perahan dan lembu lembu lain jang bersama sama ditempatkan dalam satu kandang dan tempat tempat serta alat alat untuk menjimpan air susu; 2. mereka bersedia memberikan keterangan- keterangan jang diminta oleh djuru periksa; 3. mereka bersedia melaksanakan segala petundjuk jang diberikan oleh djuru periksa. Pasal 3 Izin hanja diberikan bila : 1. letak dan keadaan tempat pemerahan air susu telah memenuhi sarat sarat jang diperlukan menurut peraturan peraturan jang berlaku; 2. Dokter Hewan menjatakan lembu lembu perahan jang dipergunakan perusahaan telah diperiksanja dan kedapatan sehat keadaannja; 3. bea bea jang ditetapkan telah dibajar; 4. peminta izin bukan orang jang sudah pernah mendapat izin dan izin itu ditjabut tidak atas permintaan sendiri atau dua tahun telah dihukum lebih dari satu kali karena melanggar sesuatu ketentuan dalam peraturan daerah ini. Pasal 4 (1) Djika karena adanja perobahan perobahan hal hal termaksud dalam pasal 2 ajat [2] tidak sesuai lagi dengan keadaan jang sebenarnja, maka pemegang izin diharuskan dalam waktu tiga hari sesudah perobahan terdjadi, memberikan laporan kepada Dewan Pemerinta Daerah. (2) Bagi perobahan jang bersifat perluasan, pemegang izin diharuskan minta izin terlebih dahulu. Pasal 5 (1) Izin termaksud dalam pasal 3 hanja berlaku bagi pemegang izin jang namanja tertjantum dalam surat izin dan tidak dapat diserahkan kepada orang lain serta hanja berlaku bagi tempat pemerahan air susu jang tertjantum dalam surat izin itu. (2) Surat izin memuat djuga keterangan tentang letak tempat pemerahan air susu jang bersangkutan, dengan dilampiri gambar peta denah [plattegrond] seperti termaksud dalam pasal 2 ajat [2] sub b. Pasal 6 Apabila pemegang izin meninggal dunia, maka dengan tidak usah memakai izin baru, perusahaan dapat dilandjutkan oleh ahli waris atau wakilnja selama enam bulan terhitung mulai hari meninggalnya pemegang izin. Setelah waktu tersebut lampau, izin jang lama itu tidak berlaku lagi. Pasal 7 (1) Djika pemegang izin pergi meninggalkan perusahaannja, ia harus menundjukl seorang kuasa perusahaan, dan djika perginja meninggalkan itu lebih dari dua bulan harus mengirimkan turunan surat kuasa tersebut kepada Dewan Pemerintah Daerah. (2) Segala ketentuan jang tertjantum dalam peraturan daerah ini berlaku djuga bagi kuasa perusahaan tersebut ajat [1]. (3) Tidask diperkenankan mendjadi kuasa perusahaan : a. Mereka jang izinnja pernah ditjabut. b. Mereka jang selama dua tahun pernah dihukum lebih dari satu kali karena melanggar sesuatu ketentuaan dari peraturan daerah ini.

Pasal 8 Pemegang izin jang menghentikan perusahaannja, berkewadjiban melaporkan setjara tertulis kepada Dewan Pemerintah Daerah selambat lambatnja dalam sepuluh hari sedjak berhenti perusahaannja. Pasal 9 Pemberian, pentjabutan atau penghapusan izin ditjatat didalam daftar jang tjontohnja ditetapkan oleh Dewan Pemerintahan Daerah. Pasal 10 Pada tiap tiap tempat pemerahan air susu, harus dipasang papan jang kelihatan djelas dari djalan umum dengan tulisan,,pemerahaan aur susu izin No.... dengan huruf huruf ukuran sekurang kurangnja tinggi 10 cm dan lebar 1 cm. Pasal 11 (1) Pemegang izin berkwajiban mendjaga jang berkerdja / berada ditempat pemerahan air susu hanja mereka jang tidak menderita penjakit menular atau luka luka jang terbuka. (2) Apabila dipandang perlu, Dewan Pemerintah Daerah dapat memerintahkan kepada orang orang jang bekerdja pada tempat pemerahan air susu untuk memeriksakan dirinja kepada dokter, atas beaja pemegang izin jang bersangkutan. Dalam surat keterangan dokter jang memeriksa, perludinjatakan bahwa dari sudut kesehatan, tidak ada keberatannja, mereka jang diperiksa kesehatnnja itu bekerdja ditempat pemerahan air susu. Pasal 12 Pemegan izin berkewadjiban mendjaga kebersihan : tempat pemerahan, begitu pula terhadap ember ember, periuk periuk, palung palung, kandang kandang lainnja jang ada. Pasal 13 Pemegang lain dilarang : a. Menjimpan air susu dalam periuk dri kuningan, tembaga atau seng, jang dalamnja tidak disadur timah dengan baik, begitu pula periuk dari tanah jang tidak dilapis glasuur dan periuk daribesijang tidak tidak berlapis email dan dapat menimbulkan karat dan pada umumnja jang mengandung bahan bahan jang membahajakan kesehatan; b. Mempergunakan untuk tempat air susu : botol jasng berwarna, dengan dasar jang tidak rata dan / atau tidak ditutup rapat dengan kertas minjak jang putih bersih dan tidak disegel; c. Mendjual air susu dari lembu lembu jang tidak diberi tanda seperti termaksud dlam pasal 21 ajat (2); d. Mendjual air susu dari lembu lembu, jang sedang dalam perawatan, ketjuali djika menurut pemeriksaan dapat diizinkan; e. Mendjual air susu jang warna, bau, rasa atau keadaannja sudah tidak asli lagi atau telah ditjampuri bahan bahan guna mengwetkan, djuga termasuk es; f. Menjual air susu murni, jang beratdjenis kurang dari 1.027 pada deradjat panas 27 ½ 0 C sedangkan kadar lemaknja kurang dari 28%; g. Menjual air susu dalam djumlah ½ liter setelah disaring dengan kapas, masih meninggalkan kotoran; h. Mendjual air susu murni atau susu tidak gemuk, jang apabila dimasak mendjadi petjah atau beku; i. Mendjual air susu dengan nama air susu, air susu murni atau air susu tidak gemuk, jang djenis serta keadaannja tidak memenuhi sarat sarat termaksud dalam pasal 1;

j. Mendjual air susu jang dari daerah tempat pemerahan dimana sedang berdjangkit penjakit menular; k. Memperkenakan masuk kedalam tempat pemerahan, mereka jang bertempat tinggaldidalasm lingkungan daerah dimana sedang berdjangkit penjakit menular, ketjuali dengan izin dokter. Pasal 14 Untuk air susu jang sudah diolah / dimasak, pemegang izin berkewdjiban menjatakan tjara pengolahan / pemasakan tersebut pada etiket, jang tempat serta bentuknja ditetapkan oleh Dewan Pemerintah Daerah. Pasal 15 Pemegang Izin berkewdjibabmendjaga kesehatan air susu menurut petundjuk jang ditetapkan oleh Dewan Pemerintah Daerah. petundjuk Pasal 16 (1) Guna keperluan pemeriksaan, atas pemintaab djuru periksa atau pegawai pegawai jang ditundjuk olehnja, pemegang izin, kuasa atau pekerdja pekerdjanja beerkewadjiban memberikan sebanjak banjaknja satu liter dari tiap susu pada waktu dan tempat pemerahan itu dilakukan. (2) Untuk Air susu termaksud ajat (1) pemegang izin atau kuasa mendapat ganti kerugian menurut harga umum. (3) Atas permintaan pemegang izain atau kuasanja, separoh dari pada djumlah air susu tersebut ajat (1) dikembalikan kepadanja setelah disegel. (4) Dalam waktu dan dengan tjara jang ditetapkan oleh Dewan Pemerintah Daerah, hasil pemeriksaan termaksud dalam ajat (1) diumumkan. Pasal 17 (1) Dengan tidak mengurangi ketentuan tentang penjakit menular jang diatur dalam peraturan peraturan jang berlaku, pemegang izin hasrus segera memberitahukan kepada djuru periksa setelan mengetahui ada tanda tanda penjakit pada lembu jang berada ditempat pemerahannja. (2) Dalan hal - hal jang belum diatur oleh peraturan peraturan termaksud dalam ajat (1) djuru periksa mengambil tindakan seperlunja,dan memberitahukan kepada Dewan Pemerintah Daerah tentang tindakan jang telah diambilnja. Pasal 18 Pemegang izin berkewajiban mendjaga agar tempat pemerahan memenuhi sarat sarat sebagai berikut : a. Dinding harus dikapur atau ditjat, atau dilapis dengan tegel halus atau bahan lain jang tahan air sabun atau air soda dan harus senantiasa bersih; b. Atap dan atau langit lasngit harus dipasang rapat sehingga tidak dapat kemasukan debu dan air; c. Dalam tempat pemerahan tidk boleh dad bahan bahan jang dapat berpengaruh djelek terhadap asir susu; d. Kamar air susu, harus berih tidak dapast kemasukan debu dan lalat, dan tidak boleh dipergunakan sebagai tempat tinggal atau tempast tidur dan tidak boleh berdampingan dengan kakus; e. Kandang kandang harus dipisahkan dari tempat pemerahan dan djika berbatasan harus diberi dinding dan tembok / papan jang tidak dapat kemasukan debu; f. Lebar dan pandjang dari pada ruangan untuk tiap tiap ekor lembu msing msing 1.40 m dan 2.30m; g. Dal;am kandang kandang, diomana lembu lembu ditempatkan saling membelakang harus diadakan ruang pemisah jng lebarnja paling sedikit 2 m,

sedangkan djika berhadap hadapan, harus 3 m atau lebih, kedua duanja tidak termasuk saluran pembuangan air; h. lantai kadndang kandang harus dibuat dari tjampuran semen jang tebalnja paling sedikit 2 Cm 2, dan lantai tersebut harus landai kearah saluran air dibelakang kandang; i. saluran saluran pembuangan asr harus menudju kearah saluran besar (assainering) dengan melalui septic tank jang berada diluar kandang; j. untuk memberikan makanan jang tjair, dikandang harus disediakan palung palung, tiap palung dipergunakan untuk paling banjak dua ekor lembu. Pasal 19 (1) Untuk air minum bagi lembu dan untuk mentjutji alat alat penjimpanan air susu diharuskan mempergunakan air leding atau air sumur jang bersih. (2) Guna keperluan para pekerdja harus disediakan : a. Kamar mandi, b. Kakus, c. Kamar untuk berpakaian. Pasal 20 (1) Tiap tahun dalam bulan Djanuari sampai dengan April pemegang izin berkewadjiban memeriksakan depada djuru periksa, semua lembu, jang didalam pemeliharaannja. (2) Sebagai hasil pemeriksaan jang baik pada lembu tersebut diberi tanda pemeriksaan. (3) Tanda pemeriksaan itu berlaku untuk tahun takwin. (4) Lembu jang belum diperiksa harus dipisahkan. Pasal 21 Bea bea pemberian izin dan pemeriksaan diatur sebagai berikut : a. Pemeriksaan pertama pada waktu minta izin dan tambahan tambahan lembu baru untuk tiap tiap ekor lembu jang sudah berganti sedikitnja dua gigi Rp. 12,50,- sampai Rp. 25,- b. Pemeriksaan tahunan termakasud dalam pasal 20 ajat (1) untuk tiap tiap ekor lembu sebagai diatas Rp. 7,50 sampai Rp. 15,- Pasal 22 Dewan Pemerintah Daerah menetapkan bea pemberian izin dan pemeriksaan untuk suatu waktu didalam batas djumlah djumlah jang tertjantum dal;am pasal 22 sub a b. Pasal 23 Peraturan Daerah ini tidak berlaku lagi : a. Mereka, jang menjimpan, mengusahakan, mengerdjakan, mendatangkan atau mengangkut air susu jang melulu dipergunakan untuk keperluan sendiri. b. Pendjual pendjual air susu pabrik dalam kaleng jang bungkusnja msih asli. c. Mereka jang mendjual atau membawa air susu karena disuruh oleh pendjual air susu dengan membawa surat keterangan jang disahkan oleh Dewan Pemerintah Daerah. Pasal 24 Pengawasan pelaksanaan peraturan daerah ini pengusutan pelanggaran pelanggaran ditugaskan djuga kepada seorang ahli jang diangkat oleh Dewan Pemerintah Daerah sebagai djuru periksa.

Pasal 25 (1) Pelanggaran pelanggaran pasal-pasal 2 ajat (1). 5 ayat (1), 7 ajat (1) ajat (1) dan 26 peraturan daerah ini, dihukum dengan hukuman kurungan selama lamanja dua puluh hari atau hukuman denda setinggi tingginja Rp. 100,- (seratus rupiah). (2) Surat izin ditjabut : a. Djika pemegang izin dihukum sampai tiga kali dalm dua tahun, karena melanggar pasal pasal jang tersebut dalam ajat (1); b. Djika pemegang izin tidak memenuhi ketenteuan ketentuan dalam peraturan derah ini, selain jang tertjantum dalam ajat (1) diatas, setelah diperingatkan tiga kali dalam satu bulan oleh Dewan Pemerintah Daerah. Pasal 26 Barang siapa sebelum peraturan daerah ini mulai berlaku telah mempunjai mata pentjaharian sebagai penjual air susu berdasarkan izin lama, dan ingin melandjutkan, dalam waktu tiga bulan sesudah peraturan daerah ini mulai berlaku, diharuskan mengadjukan surat permintaan izin baru. Pasal 27 Peratruran daerah ini mulai berlaku pada pertama sesudah tanggal diundangkannja. Surakarta, 21 Desember 1955. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara Kepala Daerah Kota Besar Surakarta : Kota Besar Surakarta K e t u a, MUHAMMAD SALEH SISWOPRANOTO Peraturan daerah ini telah disashkan oleh Dewan Pemerintah Daerah Sementara Propinsi Djawa Tengah dengan surat keputusannja tanggal 1 Djuni 1956 No. U 91 / 2 / 16 Diundangkan pada tanggal 1 Djuli 1956 Dewan Pemerintah Daerah Kota Besar Surakarta, Sekretaris S O E T O N O Sekretaris, R. SISWADI DJOJOSOERONO

This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only. This page will not be added after purchasing Win2PDF.