BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

Pend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

Gangguan Hormon Pada wanita

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Copper-Bearing Intrauterine Devices (IUDs)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

GYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS. Contraception

ABSTRAK. Kata kunci: akseptor KB suntik DMPA, akseptor KB implan, perubahan siklus menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

KUESIONER PENELITIAN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONTRASEPSI. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program keluarga berencana (KB) merupakan bagian yang terpadu

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. kondom, suntikan, pil KB, susuk KB atau implan, intrauterine device (IUD),

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kepadatan penduduk di Indonesia berdasarkan data sensus penduduk 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memaparkan tentang ASI eksklusif dan berbagai pilihan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di

tanda ceklis ( ) pada jawaban yang benar, kuesioner yang telah disediakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

TUJUH ASUHAN PASCAPEMASANGAN DAN TINDAK LANJUT

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

M etode P engendalian K elahiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI. Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik, Produksi ASI, 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, 3 Puskesmas Perawatan Kelua Kabupaten Tabalong

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB SUNTIK YANG PERIKSA DI POLINDES MAYANG

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kembalinya Menstruasi pada Ibu Menyusui di Desa Ngumpul, Jogoroto, Jombang

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB IMPLAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOSARI 02 KABUPATEN KENDAL

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengatur jarak kelahiran sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak (Rahman and Akter, 2009). Data di Indonesia jarak kelahiran kurang dari 18 bulan sebesar 6%, jarak kelahiran 18-23 bulan sebesar 13% dan jarak kelahiran 24-35 bulan sebesar 17%. Sedangkan jarak kelahiran lebih dari 36 bulan sebesar 64% (Badan Pusat Statistik and Macro International, 2008). Jarak kelahiran di Indonesia telah mencapai jarak optimal seperti yang direkomendasikan oleh Catalyst Consortium yaitu antara 3-5 tahun (The CATALYST Consortium, 2002). Amenore postpartum penting dalam kesehatan reproduksi wanita, terutama dalam memperpanjang jarak kelahiran, dengan interval berbeda-beda tiap individu, berkisar antara 2-14 bulan (Rogers, 1997). Selain itu menyusui dianggap sebagai kontrasepsi alamiah yang memadai bagi beberapa wanita karena cenderung meningkatkan jarak kelahiran. Di negara berkembang, termasuk Indonesia, wanita postpartum dianjurkan untuk segera memakai salah satu metode kontrasepsi. Hal ini disebabkan rendahnya cakupan menyusui eksklusif hingga usia 6 bulan, sebesar 15.3% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010), sedangkan pengguna kontrasepsi 6 bulan postpartum sebesar 14%. Kondisi ini mengalami penurunan drastis selama beberapa tahun terakhir (Statistics Indonesia et al., 2008). Semakin singkat periode menyusui eksklusif, durasi amenore selama laktasi semakin pendek, sehingga kembalinya ovulasi postpartum diduga semakin cepat (Kapp et al., 2010). Menyusui jangka panjang terkait dengan lamanya anovulasi sehingga akan memperpanjang durasi amenore postpartum (Diaz et al., 1988, Singh et al., 2012 ). Wanita yang pernah menyusui menunjukkan hampir 2 kali lipat durasi amenore postpartum dibanding mereka yang tidak menyusui. Wanita yang menyusui jangka panjang atau lebih 13 bulan menunjukkan 2.5 kali lebih lama durasi amenore postpartum dibanding mereka yang menyusui jangka pendek kurang dari 5 bulan. Efektivitas kontrasepsi amenore laktasi tergantung

2 pada faktor pola menyusui, variasi biologis, nutrisi, geografi, budaya dan sosial ekonomi. Oleh karena itu amenore laktasi tidak lagi sebagai metode kontrasepsi efektif, sehingga banyak wanita dan pasangan menginginkan tambahan perlindungan kontrasepsi saat menyusui (Rahman and Akter, 2009, Kapp et al., 2010). Metode yang dianjurkan pada masa laktasi selain mempertimbangkan kesehatan ibu, juga tidak mempengaruhi produksi ASI dan kesehatan anak. Saat ini telah tersedia berbagai macam metode dan bentuk kontrasepsi, termasuk kontrasepsi hormonal dengan manfaat dan risiko masing-masing. Pemahaman manfaat dan risiko memungkinkan dokter memberikan pilihan lebih luas dalam merekomendasikan kontrasepsi hormonal yang efektif. Progesteron dosis rendah diketahui aman bagi ibu menyusui. Bentuk sediaan kontrasepsi progestin saja telah dikembangkan, termasuk pil, suntikan, implan dan perangkat intrauterin (POGI et al., 1996). Di Indonesia pengguna KB usia 20-35 tahun sebesar 60.8%, kontrasepsi pil 13.2%, kedua terbanyak setelah kontrasepsi suntik 40.13% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Progestin Only Pills (POP) atau minipills adalah kontrasepsi pil yang mengandung progestin dengan dosis sangat kecil menyerupai hormon progesteron alami pada wanita. POP menjadi pilihan bagi sebagian wanita karena aman bagi ibu menyusui, tidak memiliki efek negatif terhadap kualitas dan kuantitas ASI, dapat dihentikan kapan saja tanpa bantuan petugas dan tidak mempengaruhi hubungan seks (Kapp et al., 2010). Efek samping POP meliputi perubahan pola perdarahan seperti memperpanjang amenore laktasi postpartum, perdarahan tidak teratur, perdarahan memanjang dan amenore. Selain itu juga dapat menimbulkan sakit kepala, pusing, perubahan emosi, rasa penekanan pada payudara, nyeri perut dan mual (WHO, 2011). Survei yang dilakukan pada 1970-an dan 1980-an menunjukkan bahwa amenore tidak dapat diterima oleh kebanyakan wanita, terutama di negara berkembang. Namun penelitian lain menunjukkan wanita di negara maju lebih memilih menjarangkan menstruasi. Oleh karena itu, banyak wanita menggunakan kontrasepsi pil progesteron dengan harapan terjadi amenore (Glasier et al., 2003). Kontrasepsi progestin saja menyebabkan perubahan

3 estrogen endometrium, mengubah lendir serviks dan dalam beberapa kasus, menghambat ovulasi. Selain itu progestin menekan aktivitas endometrium dan seiring waktu menyebabkan atrofi endometrium, sehingga memberikan efek mengurangi jumlah darah menstruasi dan berpotensi amenore. Kegagalan sekitar 8-9% per tahun, namun dengan penggunaan sempurna tingkat kegagalan 0.3% per tahun. Selain itu penggunaan POP telah direkomendasikan untuk wanita menyusui karena tidak berpengaruh buruk terhadap laktasi (Burke, 2011). Penelitian sebelumnya di negara maju menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi progesteron saja akan memperpanjang amenore laktasi dibandingkan wanita yang menggunakan kontrasepsi non hormonal (Perheentupa et al., 2003). Durasi amenore postpartum pada pengguna pil progesteron mengandung lynestrenol dan levonorgestrel perlu diketahui sebagai bahan pertimbangan pilihan bagi mereka yang mengharapkan amenore lebih lama dibanding pengguna kontrasepsi non hormonal/iud. Pengguna kontrasepsi progesteron saja akan mengalami periode amenore laktasi 4-5 bulan lebih lama dibandingkan IUD atau non hormonal (Díaz et al., 1997). Banyak penelitian menunjukkan dengan menggunakan Lactational Amenorrhea Method (LAM), menstruasi dapat ditunda rata-rata 7 hingga 9 bulan. Frekuensi dan durasi menyusui adalah faktor utama yang mempengaruhi lamanya amenore postpartum. Frekuensi menyusui menyebabkan perubahan dalam hipotalamus yang mempengaruhi steroid ovarium. Menurut WHO pengenalan makanan dan cairan lainnya pada bayi dipengaruhi variasi individu dan masyarakat. Hal ini dapat mengurangi frekuensi dan durasi menyusui, sehingga dapat meningkatkan risiko ovulasi dan memperpendek amenore laktasi melalui penekanan hormon yang merangsang pematangan dan pelepasan ovum. Selain itu stimulus menyusui akan menekan ovulasi, meskipun mekanisme pasti masih belum diketahui. Inisiasi menyusui dini mendukung keberhasilan menyusui eksklusif dan dapat memperpanjang amenore postpartum (Radwan et al., 2009). Di Indonesia waktu mulai menyusui kurang dari 1 jam postpartum sebesar 29.3%, tidak jauh berbeda di Provinsi D. I Yogyakarta 29.8% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

4 Delapan puluh persen wanita usia reproduksi mengalami perubahan fisik berkaitan dengan menstruasi dan 20-40% mengalami gejala terkait siklus haid. Hal ini berdampak luas terhadap ekonomi wanita dan masyarakat, akibat waktu untuk bekerja yang hilang dan penurunan produktivitas. Banyak wanita yang memilih untuk menghilangkan atau mengurangi frekuensi menstruasi mereka. Secara medis amenore dapat mengurangi gejala dan gangguan terkait siklus haid. Penggunaan terus menerus kontrasepsi oral tanpa periode bebas hormon di setiap siklus haid, telah digunakan selama puluhan tahun sebagai metode yang aman dan efektif dalam menekan menstruasi atau perdarahan untuk mengatasi dismenore dan menorrhagia (Archer, 2006). Perdarahan yang berhubungan dengan metode kontrasepsi merupakan faktor penting bagi akseptor untuk melanjutkan metode yang dipilih (Bachmann and Korner, 2007). Oleh karena itu kontrasepsi postpartum yang efektif, terjangkau dengan efek samping terhadap pola perdarahan minimal dan aman bagi ibu menyusui sangat diperlukan dalam program nasional. Salah satunya adalah menggunakan kontrasepsi minipills (POP) generik lynestrenol dan levonorgestrel (LNG) yang dapat diproduksi di Indonesia dengan harga cukup terjangkau oleh masyarakat Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang diambil adalah Bagaimana pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal pil mengandung lynestrenol dan LNG terhadap kualitas dan pemberian ASI serta durasi amenore postpartum pada ibu menyusui? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal pil mengandung lynestrenol dan LNG terhadap kualitas dan pemberian ASI serta durasi amenore postpartum pada ibu menyusui.

5 2. Tujuan khusus a. Mengetahui durasi amenore postpartum yang terjadi pada ibu menyusui yang menggunakan kontrasepsi hormonal pil mengandung lynestrenol dan LNG. b. Mengetahui durasi amenore postpartum yang terjadi pada ibu menyusui yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. c. Membandingkan durasi amenore postpartum pada ibu menyusui yang menggunakan kontrasepsi hormonal pil mengandung lynestrenol dan LNG dengan durasi amenore postpartum pada ibu menyusui yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. d. Menganalisis pengaruh kualitas dan pemberian ASI, paritas, berat badan dan usia ibu terhadap durasi amenore postpartum. e. Menganalisis pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal pil mengandung lynestrenol dan LNG terhadap kualitas dan pemberian ASI. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Sebagai media pembelajaran dalam menyusun, melaksanakan dan menulis hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah. 2. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup keluarga melalui penggunaan kontrasepsi pil yang lebih aman dan efektif bagi ibu maupun bayi yang disusuinya. 3. Bagi pelayanan kesehatan Sebagai masukan dalam membuat kebijakan tentang penggunaan kontrasepsi pil mengandung lynestrenol dan levonorgestrel yang aman dan efektif pada ibu setelah melahirkan dan menyusui. 4. Bagi ilmu pengetahuan Proses pengembangan pengetahuan terkait bidang kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi serta bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

6 E. Keaslian Penelitian Ada beberapa penelitian sebelumnya yang serupa dengan penelitian ini, sebagai berikut: 1. Díaz et al. (1997), melaksanakan penelitian tentang Fertility Regulation in Nursing Women IX. Contraceptive Performance, Duration of Lactation, Infant Growth, and Bleeding Patterns During Use of Progesteron Vaginal Rings, Progestin-Only Pills, Norplant@ Implants, and Copper T 380-A Intrauterine Devices. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi kinerja progesteron yang digunakan wanita selama menyusui dalam berbagai bentuk kontrasepsi termasuk pil progestin saja dalam hal khasiat, pola perdarahan, durasi menyususi dan pertumbuhan bayi dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi selama menyusui, dimulai 57±3 hari postpartum. Didapatkan hasil bahwa untuk tahun pertama penggunaan, semua metode sangat efektif mencegah kehamilan (kehamilan < 1%), tidak mempengaruhi ASI dan laju pertumbuhan bayi. Pengguna kontrasepsi progesteron saja akan mengalami periode amenore laktasi 4-5 bulan lebih lama dibandingkan kontrasepsi IUD atau non hormonal. Persamaan dengan penelitian ini pada subjek, tujuan dan desain penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi dan variabel. 2. Archer (2006), melakukan penelitian tentang Menstrual-cycle-related symptoms: a review of the rationale for continuous use of oral contraceptives. Tujuan penelitian adalah membahas dampak gangguan menstruasi, gejala dan kondisi terkait pada wanita serta mencari bukti yang mendukung induksi aman amenore dengan penggunaan kontrasepsi pil terus menerus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi pil kombinasi terus menerus dapat mengurangi gejala dan memperpanjang siklus menstruasi serta menginduksi amenore sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kenyamanan bagi kebanyakan wanita. Persamaan dengan penelitian ini pada tujuan dan subjek. Perbedaan penelitian ini pada lokasi, variabel dan metode.

7 3. Bachmann and Korner (2007), melakukan penelitian berjudul Bleeding patterns associated with oral contraceptive use: a review of the literature. Tujuan penelitian adalah membandingkan secara objektif pola perdarahan yang berbeda diantara produk kontrasepsi pil. Hasil penelitian ini bahwa penggunaan kontrasepsi pil memiliki pengaruh terbesar pada pola perdarahan. Secara keseluruhan data yang tersedia menunjukkan kontrasepsi pil progestin saja berhubungan dengan penurunan jumlah hari perdarahan/bercak. Persamaan dengan penelitian ini pada tujuan dan subjek. Perbedaan penelitian ini pada lokasi, variabel dan metode. 4. Sulak (2008), melakukan penelitian berjudul Continuous oral contraception: changing times. Tujuan penelitian adalah menelusuri masalah yang timbul dalam penggunaan rejimen standar kontrasepsi oral dan modifikasi yang dapat meningkatkan efektivitas dan menekan efek samping obat. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perbaikan dalam pemberian kontrasepsi oral, seperti menurunkan kadar estrogen untuk meminimalkan komplikasi, khasiat dosis rendah pil dan pengenalan progestin baru. Perubahan ini terjadi karena bukti uji klinis dan penilaian ilmiah dari rejimen kontrasepsi oral. Peniadaan interval 7 hari bebas hormon bertujuan mengurangi perdarahan, meminimalkan gejala penarikan hormon dan memaksimalkan penekanan folikel ovarium. Persamaan dengan penelitian ini pada subjek dan desain penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi, tujuan dan variabel. 5. Kapp et al (2010), melakukan penelitian tentang Progestogen-only contraceptive use among breastfeeding women: a systematic review. Tujuan penelitian adalah mencari jawaban dari literatur apakah penggunaan kontrasepsi progesteron oleh wanita menyusui menyebabkan efek merugikan pada laktasi atau pertumbuhan dan kesehatan bayi jika dibandingkan yang tidak menggunakan kontrasepsi progesteron. Hasil penelitian ini tidak ada pengaruh merugikan dari berbagai metode kontrasepsi progesteron pada wanita menyusui sampai 12 bulan postpartum. Tidak ada efek samping terhadap kesehatan, pertumbuhan atau perkembangan bayi usia 6 bulan sampai 6 tahun. Persamaan dengan penelitian ini pada subjek penelitian.

8 Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi, tujuan, variabel dan metode. 6. Burke (2011), melaksanakan penelitian tentang The state of hormonal contraception today: benefits and risks of hormonal contraceptives: progestinonly contraceptives. Tujuan penelitian ini adalah memberi pemahaman manfaat dan risiko kontrasepsi pil progestin saja, sehingga memungkinkan dokter memberikan pilihan lebih luas dalam merekomendasikan kontrasepsi hormonal efektif. Hasil diperoleh bahwa kontrasepsi progestin saja bermanfaat dalam efektivitas, keamanan dan perbaikan gejala menstruasi (dismenore, menorrhagia, sindroma premenstruasi dan anemia). Namun perlu kepatuhan tinggi untuk menghindari kegagalan, karena progestin serum bisa tidak terdeteksi dalam 24 jam setelah konsumsi pil. Progestin saja telah direkomendasikan untuk wanita menyusui karena tidak berpengaruh buruk terhadap laktasi. Efek samping progestin saja adalah perdarahan tidak teratur dan berpotensi amenore serta ketersediaan lebih terbatas, sehingga biaya lebih mahal dibanding pil kombinasi. Sedangkan risiko progestin saja meliputi kanker payudara, sirosis berat, dekompensasi hati, tumor hati, trombosis vena akut atau berulang, emboli paru dan stroke. Persamaan dengan penelitian ini pada tujuan dan subjek. Perbedaan penelitian ini pada lokasi, variabel dan metode.