BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Selo Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah. Desa Tlogolele merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kranggan, Galur, Kulon Progo. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata telah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB II PROFIL WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. singkatan dari produktif, profesional, ijo rojo-royo, tertib, aman, sehat, dan asri.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

GAMBARAN UMUM LOKASI

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB II PROFIL DESA KASIMPAR DAN KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA KASIMPAR

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Desa Wayang yaitu 271,673 Ha yang terdiri dari:

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. batas-batas administratif sebagai berikut:

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah secara geografis berada pada koordinat ' 19" BT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

P R O F I L DESA DANUREJO

Transkripsi:

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Batas Administrasi Desa Tlogolele secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah. Desa Tlogolele merupakan salah satu desa dari Kabupaten Boyolali yang terletak lereng sebelah barat Gunung Merapi dan berjarak ± 4 km dari puncaknya. Desa Tlogolele memiliki luas wilayah 585,3960 Ha, dengan jumlah penduduk sekitar 2.513 jiwa yang tersebar dalam delapan dukuh. Secara administratif Desa Tlogolele terdiri dari 4 dusun, 8 dukuh, 5 RW, dan 19 RT. Empat dusun tersebut meliputi Dusun Tlogolele, Tlogomulyo, Takeran, dan Stabelan. Sedangkan delapan dukuh tersebut adalah Tlogolele, Tlogomulyo, Ngadirojo, Karang, Gumukrejo, Belang, Takeran, dan Stabelan. Desa Tlogolele berbatasan dengan desa-desa lain, di sebelah utara dengan Desa Klakah Kecamatan Selo, sebelah Selatan Desa Sengi Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, sebelah Barat Desa Sengi Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, dan sebelah timur dengan hutan (Gunung Merapi). B. Kondisi Alam Desa Tlogolele terletak pada dataran tinggi dengan ketinggian 1200 mdpl. Desa ini terletak pada koordinat 30 41 S dan 110 23 11 E, dengan curah hujan 2000 mm tahun dan commit suhu rata-rata to user antara 2-30 C. 39

Selain Desa Klakah, Desa Tlogolele merupakan salah satu wilayah dari Kabupaten Boyolali yang berada di sebelah barat dan berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Magelang. Jarak Desa Tlogolele dengan Ibukota Kecamatan Selo kurang lebih 11 km dan 30 km dari Ibukota Kabupaten Boyolali. Ada dua jalur alternatif yang dapat ditempuh untuk sampai ke Ibukota Kecamatan Selo. Jalur yang pertama dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam melewati Desa Klakah dengan mengikuti jalan yang kondisi medannya naik turun melalui dam Sungai Apu. Sedangkan jalur alternatif kedua dapat ditempuh dalam waktu dua jam mengambil jalur memutar ke barat melalui wilayah Kecamatan Dukun dan Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Walaupun jaraknya lebih jauh tetapi kondisi jalannya lebih baik. Dengan kondisi seperti itu tidak mengherankan kalau aktivitas ekonomi masyarakat Desa Tlogolele lebih banyak di lakukan ke arah barat ke wilayah Kabupaten Magelang. 1. Topografi Topografi wilayah Desa Tlogolele adalah berbukit sampai bergunung karena terletak di lereng Gunung Merapi. Secara umum wilayah Desa Tlogolele berjarak empat kilometer dari puncak Merapi, dengan dusun tertinggi adalah Stabelan yang hanya berjarak 3,5 kilometer dari puncak Merapi. 2. Hidrologi Di sebelah utara Desa Tlogolele terdapat Sungai Apu yang berhulu di puncak Merapi, dan merupakan jalur turunnya lahar dingin. Sungai ini mengalir ke 40

bawah ke arah Kecamatan Sawangan menyatu dengan Sungai Tlising, dan Sungai Senawa menjadi Sungai Pabelan yang bermuara di Sungai Progo. C. Kependudukan Berdasarkan data monografi Desa Tlogolele, jumlah penduduk sampai tahun 2012 adalah 2.513 jiwa, terdiri dari 701 kepala keluarga. Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah yang ada yaitu 585,3960 Ha, diketahui bahwa kepadatan penduduk daerah ini adalah 429 jiwa per kilometer persegi. 1. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin Komposisi penduduk Desa Togolele berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3 Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin Desa Tlogolele Tahun 2012 Kependudukan Jumlah % Penduduk Laki-laki 1.250 49,74 Penduduk Perempuan 1.263 50,26 Jumlah 2.513 100,00 Sumber : Monografi Desa Tlogolele 2012 Berdasarkan data monografi Desa Tlogolele, jumlah penduduk sampai tahun 2010 adalah 2.513 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki adalah 1.250 jiwa atau 49,74% dan perempuan adalah 1.263 jiwa atau 50,26%, terdiri dari 701 kepala keluarga. Dilihat dari jumlah tersebut dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata tiap keluarga terdapat 3,6 jiwa. 41

2. Komposisi penduduk menurut umur tabel berikut. Komposisi penduduk Desan Tlogolele menurut umur dapat dilihat dari Tabel 4 Komposisi Penduduk menurut Umur Desa Tlogolele Tahun 2012 Kelompok Jumlah % Anak-anak 294 11,70 Dewasa 1.880 74,81 Lansia 339 13,49 Jumlah 2.513 100,00 Sumber : Monografi Desa Tlogolele 2012 Dilihat dari tabel komposisi penduduk menurut umur diketahui bahwa jumlah penduduk dalam kelompok anak-anak adalah 294 jiwa atau 11,70%, dan jumlah penduduk dalam kelompok lansia adalah 339 jiwa atau 13,49%. Sementara jumlah penduduk dewasa atau dalam usia produktif atau usia kerja adalah 1.880 jiwa atau 74,81%. Umur atau usia seseorang berkaitan dengan tingkat produktivitasnya, dan berdasarkan komposisi penduduk tersebut dapat diketahui Rasio Ketergantungan atau Dependency Ratio (DR) pada daerah ini. Rasio Ketergantungan merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak aktif secara ekonomis dengan jumlah penduduk yang aktif secara ekonomis. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa Rasio Ketergantungan Desa Tlogolele adalah 33,6% dan termasuk dalam DR rendah. Menurut Ismail (1960) Rasio Ketergantungan atau Dependency Ratio (DR) digolongkan menjadi tiga macam, yaitu rendah : kurang commit dari 60%, to user sedang : 60%-90%, dan tinggi : lebih 42

dari 90%. Dengan demikian maka setiap seratus jiwa penduduk produktif di Desa Tlogolele menanggung beban sebanyak 33,6 jiwa penduduk non produktif. 3. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan Komposisi penduduk menurut pendidikan Desa Tlogolele menunjukkan adanya variasi, walaupun komposisi tersebut masih didominasi pada tingkat pendidikan dasar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Desa Tlogolele Tahun 2012 Jenjang Pendidikan Jumlah % Tamat Perguruan Tinggi 4 0,16 Tamat Akademi 6 0,24 Tamat SLTA/Sederajat 60 2,39 Tamat SLTP/Sederajat 115 4,58 Tamat SD 961 38,24 Tidak tamat SD 1134 45,12 Belum sekolah 178 7,08 Buta huruf 55 2,19 Jumlah 2513 100 Sumber : Monografi Desa Tlogolele 2012 Berdasarkan data yang ada, diketahui secara umum tingkat pendidikan masyarakat Desa Tlogolele masih rendah. Hal itu dapat diketahui dari jumlah penduduk yang tidak tamat sekolah dasar (SD) yang mencapai 1.134 jiwa atau 45,12%, sedangkan yang tamat sekolah dasar (SD) berjumlah 961 atau 38,24%. Alasan yang menggambarkan rendahnya tingkat pendidikan di daerah ini adalah biaya pendidikan yang tinggi, terutama untuk tingkat pendidikan tingkat lanjutan. 43

Menurut seorang informan, dikatakan bahwa bagi kebanyakan penduduk Desa Tlogolele akan lebih memaksimalkan usaha pertanian mereka dan membeli ternak daripada untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang lebih tinggi. Hal ini didukung oleh adanya anggapan bahwa dengan orang tua sebagai petani, maka anaknya juga harus menjadi petani meneruskan usaha orang tuanya, dan tidak perlu sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga banyak dijumpai anak usia sekolah yang sudah berhenti menempuh pendidikannya. Mereka secara rutin mengerjakan pekerjaan yang ada pada keluarganya seperti mencari rumput atau merawat ternak dan bekerja di sawah atau ladang. Hal lain yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan di daerah ini adalah terbatasnya saran pendidikan. Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Tlogolele adalah dua TK, dua SD negeri, dan satu SMP/MTS swasta, sehingga untuk melanjutkan ke jenjang SMP negeri atau SLTA harus ke luar desa minimal dalam satu kecamatan. Dengan demikian diperlukan biaya lebih besar untk menempuh pendidikan tingkat lanjutan, terutama untuk biaya transportasi. Hal ini oleh sebagian besar penduduk dirasakan berat, sehingga mereka enggan menyekolahkan anaknya ke tingkat lanjutan. Kurangnya sarana transportasi juga merupakan salah satu sebab rendahnya tingkat pendidikan di daerah ini. Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa penduduk yang mengenyam pendidikan tingkat lanjutan adalah tamat SLTP sebanyak 115 jiwa atau 4,58% dan tamat SLTA sebanyak 60 jiwa atau 2,39%, sehingga dapat disimpulkan sebagian dari jumlah penduduk yang tamat SLTP melanjutkan pendidikannya ke 44

jenjang SLTA. Sementara itu, penduduk yang mengenyam pendidikan tinggi (tamat akademi atau perguruan tinggi) sebanyak 10 orang atau 0,4%. 4. Komposisi penduduk menurut jenis pekerjaan Mayoritas penduduk Desa Tlogolele bekerja pada bidang pertanian dengan jumlah mencapai 61% dari jumlah penduduk usia produktif. Kondisi tanah yang subur mendorong hampir seluruh penduduk untuk beraktivitas di bidang pertanian. Komoditas pertanian yang menjadi andalan adalah cabe (Capsicum Annum), tomat (Lycopercium Escolantum), buncis (Phaseolus Vulgaris), jagung manis (Zea Mays), padi (Oryza Sativa) dan lain-lainnya. Posisi desa yang terletak di lereng Gunung Merapi dan jarak yang jauh dari pasar tidak menyulitkan warga untuk menjual hasil panennya. Banyak pedagang sayur lokal dan juga dari luar daerah yang siap menampung hasil panen penduduk sampai ke pelosok desa. Selain itu, mudahnya menjual hasil panen juga didukung keberadaan Terminal Agribisnis di Desa Sewukan Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang sebagai pusat pasar sayur mayur, dan penduduk sekitar menyebutnya Pasar Soko. Jarak antara desa Tlogolele dengan Pasar Soko sekitar 10 km, sehingga tidak sedikit pula warga Desa Tlogolele yang menjual hasil penennya langsung ke pasar. Selain dalam bidang pertanian, jenis pekerjaan lain yang cukup banyak digeluti oleh warga masyarakat Tlogolele adalah dalam bidang buruh bangunan, buruh industri dan pedagang. Pedagang yang ada di wilayah ini terutama adalah pedagang sayur-mayur, sebagai pengepul hasil panen dari para petani. Sementara untuk jenis pekerjaan pegawai commit negeri to sipil user atau PNS jumlahnya sangat sedikit, 45

terutama karena adanya tuntutan pendidikan yang lebih tinggi, sedangkan tingkat pendidikan yang ada masih tergolong rendah. Tabel 6 Komposisi Penduduk menurut Jenis Pekerjaan Desa Tlogolele Tahun 2012 Jenis Pekerjaan Jumlah % Petani Pemilik Tanah 948 72,37 Petani Penggarap 93 7,10 Buruh Tani 85 6,49 Pengusaha sedang/besar 2 0,15 Pengrajin/Industri Kecil 12 0,92 Buruh Industri 45 3,43 Buruh Bangunan 45 3,43 Buruh Pertambangan 25 1,91 Pedagang 40 3,05 PNS 9 0,69 Pensiunan 6 0,46 Jumlah 1.310 100,00 Sumber : Monografi Desa Tlogolele 2012 D. Penggunaan Lahan Menurut data monografi Desa Tlogolele, berdasarkan kepemilikannya tanah di daerah ini dibedakan menjadi dua yaitu tanah perorangan dan tanah pemerintah. Tanah perorangan merupakan tanah yang dimiliki dan penggunaannya merupakan tanggung jawab individu tertentu. Tanah perorangan ini berupa pekarangan, sawah, dan tegalan. Secara keseluruhan luas wilayah 46

Desa Tlogolele adalah 585,3960 Ha, dengan distribusi untuk lahan pertanian sawah 11,94%, ladang atau tegalan 31,13%, dan pemukiman 30,30%. Penggunaan lahan pertanian di Desa Tlogolele dapat dibagi ke dalam pertanian lahan basah, yaitu persawahan dengan irigasi setengah teknis dan pertanian lahan kering atau tegalan. Selain itu terdapat penggunaan lahan kering bukan untuk pertanian melainkan berupa hutan negara yang terdapat di bagian timur daerah ini. E. Sarana dan Prasarana Desa 1. Jalan dan Jembatan Masing-masing dukuh di Desa Tlogolele berjarak sekitar satu kilometer dan dihubungkan oleh jalan desa yang sudah beraspal dan mulai berlubang di sana-sini. Khusus untuk dukuh Takeran dan Stabelan, akses jalan untuk menuju ke kedua dukuh tersebut harus melalui sebuah jembatan gantung yang baru selesai dibangun. Semula jembatan yang ada berupa jembatan biasa, namun banjir lahar dingin telah menyebabkan jembatan lama itu hancur, sehingga Takeran dan Stabelan sempat terisolasi. Jalur utama untuk sampai ke wilayah Desa Tlogolele dari arah barat dengan kondisi jalan aspal yang bagus adalah melalui wilayah Desa Sengi Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Jalur alternatif lainnya dari arah utara adalah melalui wilayah Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali dengan melewati Dam Sungai Apu yang baru selesai dibangun. 47

2. Sekolah Fasilitas sekolah yang ada di Desa Tlogolele adalah dua Taman Kanak- Kanak, dua Sekolah Dasar, dan satu SMP. Dari dua Taman Kanak-Kanak tersebut, satu terletak di Ngadirojo bersebelahan dengan SD Tlogolele 1 dan Balai Desa Tlogolele, dan satu lagi terletak di Takeran. Sedangkan SD Tlogolele 2 terletak di sebelah barat Dukuh Belang, dan satu-satunya SMP di daerah ini adalah SMP Swasta yang juga terletak di Ngadirojo. 3. Drainase Seiring dengan adanya program PNPM Mandiri, saluran drainase yang semula masih dari tanah dirombak dan dibuat saluran permanen. Sehingga jika semula air hujan mengalir melalui badan jalan, maka sekarang mengalir mengikuti saluran permanen yang ada. 4. Irigasi Sebagian besar penggunaan lahan pertanian yang ada di wilayah ini adalah dalam bentuk lahan pertanian kering atau tegalan, sedangkan dalam bentuk sawah di Desa Tlogolele hanya 11,94% dari luas desa secara keseluruhan, dan terdapat di wilayah RW 01, RW 02, dan RW 03. Guna mendukung fungsi lahan sawah yang ada maka dibangun fasilitas irigasi yang bersumber pada sungai Geno, Sabrang, Apu, dan Gendol. 48

Tabel 7 Saluran Irigasi di Desa Tlogolele Tahun 2012 No Sungai Dimensi Panjang (m) Lebar (m) 1 Geno 700 0,5 2 Sabrang 500 0,5 3 Apu 2000 0,8 4 Gendol 500 0,5 Sumber : Monografi Desa Tlogolele 2012 F. Pola Hubungan Sosial Kemasyarakatan Masyarakat desa adalah suatu masyarakat yang antar anggotanya terjalin suatu hubungan sosial yang kuat. Hubungan yang kuat diwujudkan dalam suatu pranata sebagai suatu sistem aturan yang menata suatu rangkaian tindakan berpola guna memenuhi suatu keperluan khusus manusia dalam kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pranata yang terdapat pada masyarakat desa adalah pranata yang berfungsi untuk keperluan kehidupan kekerabatan seperti perkawinan, tolong-menolong antar kerabat, pengasuhan anak-anak, sopansantun pergaulan antar kerabat, dan lain-lain (Koentjaraningrat, 1990). Salah satu bentuk tolong-menolong antar kerabat dalam masyarakat desa adalah gotongroyong.gotong-royong ini dilaksanakan menurut berbagai kewajiban tertentu yang harus ditaati oleh setiap kepala keluarga (Koentjaraningrat, 1984). Secara umum gotong-royong yang berlangsung di Desa Tlogolele dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu gotong-royong yang dilakukan secara sukarela tanpa mengharapkan imbalan tertentu, dan gotong-royong yang dilakukan 49

dengan memberikan suatu jasa kepada orang lain dan suatu saat jasa yang telah diberikan akan dibalas oleh orang yang menerima jasa tadi. Pranata gotong-royong yang pertama dapat dijumpai dalam suatu aktivitas kematian. Pada waktu ada kerabat atau tetangga yang mengalami kesripahan, maka secara spontan dan sukarela para tetangga akan memberikan bantuan segala sesuatu yang diperlukan berkaitan dengan upacara penguburan jenazah. Selain memberikan bantuan tenaga, para tetangga juga memberikan bantuan uang dan barang sebagai ucapan duka cita atau bela sungkawa pada keluarga yang terkena musibah. Bentuk aktivitas lain dalam gotong-royong yang pertama ini adalah gotong-royong dalam perbaikan sarana umum seperti perbaikan jalan, jembatan, saluran air bersih dan irigasi. Bentuk pranata gotong-royong yang kedua dapat dijumpai dalam suatu aktivitas yang berkaitan dengan daur hidup, seperti perkawinan dan kelahiran. Pada waktu ada kerabat atau tetangga yang akan mengadakan acara perkawinan, maka tetangga yang lain akan memberikan bantuan uang atau barang yang disebut nyumbang. Sebagai balasan atas sumbangan itu, bagi tetangga dalam satu dusun akan mendapatkan kiriman makanan yang oleh warga disebut punjungan atau tonjokan. Sementara pada saat yang lain, orang yang mempunyai hajat tadi akan melakuakan hal yang sama ketika ada tetangga yang mempunyai hajatan perkawinan dan akan mendapatkan balasan yang sama. Pada aktivitas yang berkaitan dengan kelahiran juga berlaku hal yang hampir sama. Bentuk pranata gotong-royong yang kedua ini juga terlihat pada aktivitas mendirikan rumah. Suatu keluarga commit akan to user meminta bantuan dari kerabat dan 50

tetangga, yang dikenal dengan istilah nyambat dan aktivitasnya disebut sambatan. Bagi orang yang meminta bantuan dalam mendirikan rumahnya pada kesempatan lain mempunyai keterikatan untuk mengembalikan jasa yang telah diterimanya. Berbagai bentuk aktivitas gotong-royong yang terjadi di atas dapat digolongkan sebagai suatu bentuk resiprositas, di mana terjadi suatu pertukaran barang dan jasa yang kira-kira sama nilainya di antara dua pihak (Haviland, 1998). Syarat untuk dapat melakukan aktivitas resiprositas adalah adanya hubungan personal di antara sekelompok individu atau beberapa kelompok dalam masyarakat. Pola hubungan ini terutama terjadi di dalam komunitas kecil di mana anggota-anggotanya menempati lapangan hidup yang sama. Dalam komunitas kecil ini kontrol sosial sangat kuat dan hubungan sosial yang intensif mendorong orang untuk berbuat mematuhi adat kebiasaan (Sairin, et al., 1992). 51