EVALUASI KESESUAIAN LAHAN INDUSTRI DI KELURAHAN GIRIAN BAWAH, KECAMATAN GIRIAN, KOTA BITUNG

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN)

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

PERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

IDENTIFIKASI KEMIRINGAN LERENG Di KAWASAN PERMUKIMAN KOTA MANADO BERBASIS SIG

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB IV METODE PENELITIAN

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 1 Lokasi penelitian.

POLA PERKEMBANGAN KECAMATAN WANEA BERDASARKAN MORFOLOGI RUANG

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II METODE PENELITIAN

Gambar 2 Peta lokasi studi

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

HASIL PENELITIAN IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN WILAYAH KOTA TIDORE

cukup besar bagi struktur perekonomian di Kabupaten Magelang. Data pada tahun

III. METODE PENELITIAN

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DI KOTA JAYAPURA

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. di wilayah Kabupaten Siak Propinsi Riau. Jaringan jalan yang terdapat di

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan

Kesesuaian Lahan dan Geographic Information System (GIS)

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

Kata Kunci : Kawasan resapan air, Penggunaan Lahan, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

Gambar 2. Lokasi Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SEPANJANG KORIDOR JALAN MANADO- BITUNG DI KECAMATAN KALAWAT

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

Transkripsi:

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN INDUSTRI DI KELURAHAN GIRIAN BAWAH, KECAMATAN GIRIAN, KOTA BITUNG Mieke Nicoline Seridity 1, Raymond Ch. Tarore, ST., MT², Hendriek H Karaongkong, ST., MT 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi Manado 2 & 3 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado Email : Miekeseridity@gmail.com Abstrak : Lahan merupakan sumber daya yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui, sedangkan jumlah manusia yang membutuhkan lahan untuk aktivitasnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Terkonsentrasinya aktivitas manusia untuk berbagai kegiatan pada suatu kawasan dikarenakan sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada lahan yang dapat dipakai sebagai sumber penghidupan. Salah satunya dengan penmanfaatan lahan sebagai kawasan industri. Pembangunan industri didaerah perkotaan menimbulkan permasalahan baru bagi daerah perkotaan terutama untuk penggunaan lahan yakni terjadinya perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan. Oleh karena itu untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan penggunaan lahan kedepannya maka perlu diidentifkasi kondisi eksisting penggunaan lahan dan menganalisis kesesuaian lahan industri yang ada di Kelurahan Girian Bawah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis Overlay dengan memanfaatkan software ArcGis. Dari hasil analisis diperoleh 3 proses analisis overlay yakni 1). Analisis kesesuaian ahan industri berdasarkan Kondisi Eksisting dan Rencana Pola Ruang RTRW Kelurahan Girian Bawah diperoleh bahwa letak bangunan industri besar yang masih dalam peruntukan kawasan budidaya khususnya kawasan industri; 2). Analisis Kesesuaian Lahan Industri Berdasarkan Permenperin No. 35 Tahun 2010 diperoleh lahan sebesar 66 Ha dikatakan sesuai sebagai kawasan industri sedangkan sebesar 8 Ha dikatakan tidak sesuai sebagai kawasan industri; 3) Analisis Kesesuaian Lahan Industri berdasarkan kondisi eksisting, Rencana Pola Ruang RTRW, serta Permenperin No.35 tahun 2010 diperoleh bahwa sebesar 26 Ha dikatakan sessuai sebagai kawasan industri dan 48 Ha dikatakan tidak sesuai sebagai kawasan industri. Dengan hasil akhir bahwa Kelurahan Girian Bawah disimpulkan sesuai sebagai kawasan industri. Kata Kunci : Penggunaan Lahan, Kawasan Industri, Sistem Informasi Geografis (SIG), Kelurahan Girian Bawah. 189

PENDAHULUAN Lahan adalah keseluruhan lingkungan yang menyediakan kesempatan bagi manusia menjalani kehidupannya (Rahayu, 2007). Berdasarkan pada pengertian tersebut lahan merupakan bagian dari ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia sebagai ruang maupun sumber daya, karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada lahan yang dapat dipakai sebagai sumber penghidupan, yaitu dengan mencari nafkah melalui usaha tertentu selain sebagai pemukiman. Kawasan Industri (Industrial estate) adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan (Permenperin No. 35 Tahun 2010 ) Pembangunan industri adalah bagian dari usaha jangka panjang untuk meningkatkan struktur ekonomi yang tidak seimbang, karena terlalu bercorak pertanian kearah struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang antara pertanian dan industri. Seiring perkembangan jaman, makin banyak industri yang berkembang pesat. Di sisi lain pembangunan dan perkembangan industri di daerah perkotaan menimbulkan permasalahan baru bagi daerah perkotaan terutama untuk penggunaan lahan karena dengan adanya pembangunan industri. Hal ini memaksa terjadinya perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan. Dari permasalahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan yang terjadi maka diperlukan evaluasi kesesuaian lahan pada kawasan tempat berdirinya indusri. Pemilihan lokasi yang tepat bagi pembangunan kawasan industri, akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kawasan industri pada masa yang akan datang. Selain itu kawasan industri perlu memastikan bahwa lokasi kawasan industri berada dalam wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah dimana kawasan industri akan dibangun. Sebagai Pusat Kegiatan Nasional yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional serta berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, Kota Bitung berperan penting dalam pengembangan industri dalam rangka pertumbuhan ekonomi. Keberadaan industri besar di Kelurahan Girian Bawah juga ikut berperan dalam pertumbuhan ekonomi kota Bitung, melihat kondisi kelurahan Girian Bawah yang padat akan permukiman, serta keberadaan beberapa industri besar di kelurahan Girian Bawah mengindikasikan kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam pemanfaatan lahan kawasan industri. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian lahan industri di kelurahan Girian Bawah apakah telah sesuai dengan peruntukannya dalam rencana pola ruang RTRW kota Bitung serta mempertimbangkan kriteria pemilihan lokasi kawasan industri. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kondisi fisik dalam pengembangan kawasan industri. Sehingga peneliti mengambil judul Evaluasi Kesesuian Lahan Industri di Kelurahan Girian Bawah, Kecamata Girian, Kota Bitung. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi eksisting penggunaan lahan kawasan industri di Kelurahan Girian Bawah, Kecamatan Girian, Kota Bitung? 2. Apakah penggunaan lahan industri di Kelururahan Girian Bawah, Kecamatan Girian, Kota Bitung sudah sesuai dengan peruntukan Pola Ruang RTRW Kota Bitung serta mempertimbangkan kriteria pemilihan lokasi kawasan industri Peremenperin No. 35 Tahun 2010? Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi penggunaan lahan industri di Kelurahan Girian Bawah, Kecamatan Girian, Kota Bitung. 2. Mengevaluasi kesesuaian lahan Industri berdasarkan peruntukan pola ruang RTRW Kota Bitung dengan mempertimbangkan kriteria pemilihan lokasi kawasan industri berdasarkan Peraturan Menteri No.35 Tahun 2010. LANDASAN TEORI 1. Lahan dan Penggunaan Lahan Lahan adalah bagian dari landscape yang mencakup lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya mempengaruhi potensi penggunaannya (FAO: 1976, dalam Rayes: 2007). Menurut Malingreau (1979), penggunaan lahan merupakan campur tangan manusia baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik 190

kebutuhan kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya.istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutup lahan (land cover). Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu. Penggunaan lahan merupakan aspek penting karena penggunaan lahan mencerminkan tingkat peradaban manusia yang menghuninya. 2. Evaluasi Kesesuaian Lahan Menurut Djali dan Pudji (2008), evaluasi dapat diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi.evaluasi lahan merupakan suatu proses pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan (Rayes, 2007). Kesesuaian lahan harus didasarkan atas penggunaan lahan untuk tujuan tertentu, karena penggunaan yang berbeda memerlukan syarat yang berbeda. Diperlukan perbandingan antara biaya dan keuntungan dalam pengunaan lahan yang direncanakan. Diperlukan penghampiran multi disiplin. Proses evaluasi lahan memerlukan sumbangan ilmu pengetahuan dari bidang ilmu tanah, teknologi penggunaan lahan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, dan lain-lain. Tujuan evaluasi adalah (Crawford, 2000 dalam Inkantriani, 2008): Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sudah tercapai dalam kegiatan. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan. 3. Industri Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Industri juga dapat diartikan sebagai segala aktivitas manusia dibidang ekonomi yang produktif dalam proses pengolahan atau pembuatan bahan dasar menjadi barang yang lebih bernilai daripada bahan dasarnya untuk dijual. Berdasarkan penggolongannya, industri di kelompokkan menjadi dua yaitu: 1) Industri rakyat atau industri kecil memiliki ciri-ciri seperti, produksinya menggunakan tenaga kerja, menggunakan alat dan teknik sederhana, tempat produksinya dilakukan dirumah. Contohnya kerajinan batik, batu bata, genteng, dan lainnya. 2) Industri besar dengan ciri-ciri seperti, modal yang digunakan besar, dapat bisa berasal dari pemerintah, swasta nasional, patungan atau modal asing, menggunakan mesinmesin modern dalam produksinya menggunakan tenaga kerja yang terdidik. Contohnya pengolahan kayu, otomotif, dan sebagainya (Widiyanti, 1989 dalam Inkantriani, 2008). Adapun tujuan pemerintah membangun kawasan industri yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 tahun 2010 dengan harapan dapat memberikan dampak sebagai berikut: 1) Memberikan kemudahan bagi dunia usaha untuk memperoleh kaveling industri siap bangun yang sudah dilengkapi berbagai infrastruktur yang memadai. 2) Memberikan kepastian hukum lokasi tempat usaha, sehingga terhindar dari segala bentuk ganggauan dan diperolehnya rasa aman bagi dunia usaha. 3) Mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus mengendalikan masalah dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan industri. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualititatif dengan tujuan mengkaji kesesuaian lahan industri berdasarkan daya dukung lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah serta berdasarkan pedoman teknis kriteria kawasan industri menurut Permenperin No. 35 Tahun 2010. Teknik Pengumpulan Data Berikut merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Observasi Metode Observasi adalah cara mengumpulkan data berlandaskan pada pengamatan langsung terhadap gejala fisik obyek penelitian (Wardiyanta, 2006:32). Metode ini digunakan untuk mengamati kondisi fisik secara langsung dengan cara pencatatan, sehingga diperoleh gambaran umum mengenai lokasi penelitian. 2. Studi Dokumentasi 191

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai halhal atau variabel yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dari sumber yang relevan. Data tersebut diperoleh dari kantorkantor pemerintahan, seperti BAPPEDA, Dinas Tata Ruang, dan Instansi lainnya. Penggunaan sumber dokumentasi dalam penelitian dilakukan dengan melakukan seleksi terhadap dokumen-dokumen yang relevan dengan tujuan penelitian. Dari proses dokumentasi diperoleh data-data sekunder berupa peta dan data dari instansi-instansi yang terkait. Lokasi penelitian yang akan dibahas yakni Kelurahan Girian Bawah, yang terletak di Kecamatan Girian, Kota Bitung. Pemilihan lokasi Kelurahan Girian Bawah dilakukan karena keterkaitan penulis yang tertarik akan Kecamatan Girian yang merupakan pusat perkembangan kota dan pengembangan lingkungan, terlebih Kelurahan Girian Bawah yang dijadikan sebagai lokasi 3. Studi Literatur Studi literatur dimaksudkan untuk mencari teori tentang peta dan pengolahannya dari berbagai sumber baik dari buku, artikel, karya tulis dan lainlain. Teknik Analisis Data Teknik Analisis Data SIG (Overlay) Analisis yang digunakan pada penelitian ini merupakan analisis keruangan atau analisis spasial dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG). Dalam melakukan analisis keruangan dikumpulkan data kondisi fisik lahan yang terdiri data peta rencana pola ruang (RTRW) kelurahan Girian Bawah, kriteria pemilhan lokasi kawasan industri berupa peta radius industri terhadap sungai, peta radius industri terhadap permukiman, peta kemiringan lereng, serta peta penggunaan lahan pada lokasi penelitian. Secara garis besar tahapan dalam analisis spasial untuk penyusunan data spasial kesesuaian lahan terdiri dari 3 tahap, yaitu : (1) pengolahan data spasial, (2) tumpangsusun (overlay) data spasial, dan (3) editing data atribut. Data titik lokasi industri yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisis secara spasial menggunakan peta. Peta yang akan digunakan pada proses tumpang susun (Overlay) ialah antara lain yaitu peta kodisis eksisting penggunaan lahan industri, peta rencana pola ruang RTRW Kelurahan Girian Bawah serta parameter dalam Permenperin No. 35 Tahun 2010 yakni peta topografi/kemiringan lereng, peta radius industri terhadap permukiman, radius industri terhadap sungai. Kemudian dilakukan kembali proses overlay antara peta kondisi esksiting penggunaan lahan industri dengan peta pola ruang RTRW Kota Bitung dan peta parameter kriteria pemilihan lokasi kawasan industri. Sehingga dari proses tumpang susun ini akan diperoleh peta evaluasi kesesuaian lahan industri di kelurahan Girian Bawah. Lokasi Penelitian Kawasan Pengembangan Industri Tertentu yakni Kawasan Industri Pengolahan Ikan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bitung. Penggunaan Lahan Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan lahan dikelurahan Girian Bawah meliputi permukiman, industri, perkebunan, ruang terbuka hijau, sungai, serta letaknya yang berada dekat dengan garis pantai. Tabel 1 Penggunaan Lahan Kel. Girian Bawah No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Permukiman 50,61 69 2 Perkebunan 7, 81 11 3 Industri 3.36 4 4 Ruang Terbuka 16 11,78 Hijau Total 73.56 100 Sumber : RDTR Kecamatan Girian Persebaran Industri Industri dikelurahan Girian Bawah terbagi atas industri kecil dan industri besar. Dalam penelitian ini, dilakukan survey lapangan dan hasil survey bahwa industri besar di Kelurahan Girian Bawah lebih di dominasi oleh Industri pengolahan ikan yakni PT. SIG Asia, PT Delta Pasific Indotuna dan industri kecil atau rakyat berupa warung atau toko kelontong milik warga di Kelurahan Girian Bawah. 192

Tabel 2. Kriteria Pemilihan Lokasi Kawasan Industri No. Kriteria Pemilihan Lokasi Standar 1 Jarak Terhadap Permukiman 2 Jaringan Jalan Yang Melayani 3 Sistem Jaringan Yang Melayani 2km Arteri Primer Jaringan Listrik dan Telekomunikasi Gambar 2. Peta Persebaran Jenis Industri di Kel. Girian Bawah Pola Ruang Kota Bitung Berdasarkan rencana pola ruang RTRW Kota Bitung, Kelurahan Girian Bawah di peruntukan sebagai kawasan budidaya untuk kawasan pemukiman dan kawasan industri. Peruntukan lahan berdasarkan rencana pola ruang RTRW dapat dilihat pada gambar berikut Gambar 3. Peta Pola Ruang dan Kondisi Eksisting Kel. Girian Bawah Kriteria Pemilihan Lokasi kawasan Industri Pemilihan lokasi yang tepat bagi pembangunan kawasan industri, akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kawasan industri pada masa yang akan datang. Dan disamping itu perlu juga untuk memastikan bahwa lokasi kawasan industri berada dalam wilayah rencana tata ruang wilayah dimana kawasan industri akan dibangun, berikut beberapa kriteria Pemilihan Lokasi Kawasan Industri berdasarkan menurut Permenperin No.35/M-IND/PER/3/2010 Tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri. 4 Prasarana Angkutan Tersedia Pelabuhan Laut 5 Topografi / Kemiringan Maksimal 15% 6 Jarak Terhadap Sungai Maksimal 5km 7 Peruntukan Lahan Non Pertanian Non Permukiman Non Konversi Sumber: Permenperin No. 35/M-IND/PER/3/2010 Tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri. Analisis Kesesuaian Lahan Teknik overlay menggunakan aplikasi Sistem Geografi Informasi (SIG).Dalam menentukan overlay kesesuaian lahan industri dilakukan 3 proses overlay. Overlay pertama ialah proses overlay antara peta kondisi eksisiting penggunaan lahan industri di kelurahan Girian Bawah dan peta pola ruang RTRW Kelurahan Girian Bawah. Kemudian proses overlay kedua ialah proses overlay antara Kriteria Pemilihan Lokasi Indsutri berdasarkan Permenperin No. 35 Tahun 2010 dengan jenis peta berupa radius industri terhadap permukiman, radius industri terhadap sungai, serta kemiringan lereng. Setelah proses overlay parameter kriteria pemilihan lokasi kawasan industri kemudian dilakukan overlay antara peta eksisiting lahan industri di kelurahan Girian Bawah, peta overlay kesesuaian lahan industri berdasarkan pola ruang kota Bitung dan peta overlay kesesuaian lahan industri berdasarkan kriteria pemilihan lokasi kawasan industri Permenperin No.35 Tahun 2010. Tujuan dari proses overlay peta tersebut untuk membandingkan kesesuaian lahan industri apakah memiliki hasil yang sama dalam peruntukan kesesuaian lahan indsutri di kelurahan Girian Bawah. 193

Proses Overlay Rencana Pola Ruang dan Kondisi Eksisting Proses Overlay Kriteria Pemilihan Lokasi Kawasan Industri (Permenperin N0. 35 Tahun 2010) Proses Overlay Rencana Pola Ruang, Kondisi Eksisting, Kriteria Pemilihan Lokasi Kawasan Industri (Permenperin No. 35 Tahun 2010 Kesesuaian Lahan Industri Jumlah kelas (k) = 1 + 3,3 log n Ket : Dimana : n = jumlah data yang dimiliki Untuk menentukan kelas klasifikasi kesesuaian lahan terlebih dahulu perlu menentukan jarak dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Gambar 4. Bagan Proses Overlay Kesesuaian Lahan Industri Analisis Kesesuaian Lahan Industri Berdasarkan Kondisi Eksisting dan Rencana Pola Ruang RTRW Kelurahan Girian Bawah. Berdasarkan peta rencana pola ruang kota Bitung untuk kelurahan Girian Bawah, dapat dilihat bahwa letak industri pengolahan ikan di Kelurahan Girian Bawah masih dalam peruntukan lokasi kawasan industri Pola Ruang RTRW Kota Bitung. Hal ini dapat dilihat dari gambar berikut Nilai Terendah Nilai Tertinggi Jumlah Kelas (K) Tabel 3. Skor Kemiringan Lereng Kelas Kemiringan (%) Klasifikasi Skor I 0-8 Datar 5 II 8-15 Landai 4 III 15-25 Agak Curam 3 IV 25-45 Curam 2 V >45 Sangat Curam 1 Sumber: Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986. Tabel 4. Skor Radius Industri Terhadap Permukiman Klasifikasi Skor Keterangan >2km 5 Layak < 2km 0 Tidak Layak Ga mbar 5. Kesesuaian Lahan Industri Eksisting dan Pola Ruang Tabel 5. Skor Radius Industri Terhadap Sungai Klasifikasi Skor Keterangan >5km 0 Tidak Layak < 5km 5 Layak Analisis Kesesuaian Lahan Industri Berdasarkan Kriteria Pemilihan Lokasi Kawasan Industri Permenperin No. 35 Tahun 2010 Untuk melakukan proses overlay analisis diperlukan peta radius industri terhadap permukiman radius industri terhadap sungai, serta peta topografi berupa kemiringan lereng. Serta untuk menentukan jumlah kelas kesesuaian overlay digunakan rumus STURGES sebagai berikut : Tabel 6. Skor Radius Industri Terhadap Sungai Klasifikasi Skor Hasil Analisis Luas (Ha) Tidak Sesuai 10-11.66 - Cukup Sesuai 11.67-13.33 66 Sesuai 13.34-15 8 194

Berdasarkan proses skoring dan tumpengsusun peta radius indutri terhadap permukiman, peta radius industri terhadap sungai, serta peta kemiringan lereng maka hasil akhir yang didapat dalam kesesuaian lahan industri menurut kriteria pemilihan lokasi kawasan industri Permnperin No. 35 Tahun 2010 dapat dikatakan sesuai sebagai kawasan industri dengan luasan sebanyak 66 Ha dan sisanya cukup sesuai sebanyak 8 Ha. Gambar 6.Peta Overlay Kesesuaian Lahan Kriteria Pemilihan Lokasi Kawasan Industri Kelurahan Girian Bawah. Sumber : Penulis 2016 Ananlisis Kesesuaian Lahan Kondisi Eksisting, Rencana Pola Ruang, dan Kriteria Pemilihan Lokasi Kawasan Industri Proses Overlay dengan meggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) diperlukan peta Kesesuaian Lahan Industri berdasarkan parameter kriteria pemilihan kawasan industri yang terdiri dari peta radius industri terhadap permukiman radius industri terhadap sungai, serta peta topografi berupa kemiringan lereng kemudian digabungkan dengan peta pola ruang RTRW Kota Bitung serta menggunakan tools union sebagai proses dalam menghasilkan hasil akhir berupa Overlay kesesuaian lahan. Proses ini dapat dilihat pada gambar berikut. Berdasarkan dari peta hasil overlay pada gambar 5.29 dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan industri di kelurahan Girian Bawah sesuai dengan peruntukan Rencana Pola Ruang RTRW Kota Bitung, serta dianggap sesuai berdasarkan parameter Kriteria Pemilihan kawasan Industri Permenperin No. 35 Tahun 2010. Dengan luasan sebanyak 26 Ha sesuai sebagai kawasan industri dan 48 Ha tidak sesuai sebagai kawasan industri. Gambar 7. Peta Overlay Kesesuaian Lahan Berdasarkan Pola Ruang Serta Kriteria Pemilihan Lokasi Kawasan Industri Kelurahan Girian Bawah. Kesimpulan Sumber : Penulis 2016 PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan serta tujuan penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian tentang Evaluasi Kesesuaian Lahan Industri Kelurahan Girian Bawah, Kecamatan Girian, Kota Bitung adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan kondisi eksisting dijumpai bahwa jenis industri besar di kelurahan Girian Bawah hanya terdiri dari Industri Pengolahan Ikan khususnya pengolahan ikan tuna, 2. Dari hasil overlay dengan proses analisis data dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis ( SIG) bahwa : a) Analisis kesesuaian ahan industri berdasarkan Kondisi Eksisting dan Rencana Pola Ruang RTRW Kelurahan Girian Bawah diperoleh bahwa letak bangunan industri besar yang masih dalam peruntukan kawasan budidaya khususnya kawasan industri; b) Analisis Kesesuaian Lahan Industri Berdasarkan Permenperin No. 35 Tahun 2010 diperoleh lahan sebesar 66 Ha dikatakan sesuai sebagai kawasan industri sedangkan sebesar 8 Ha dikatakan tidak sesuai sebagai kawasan industri; c) Analisis Kesesuaian Lahan Industri berdasarkan kondisi eksisting, Rencana Pola Ruang RTRW, serta Permenperin No.35 195

tahun 2010 diperoleh bahwa sebesar 26 Ha dikatakan sessuai sebagai kawasan industri dan 48 Ha dikatakan tidak sesuai sebagai kawasan industri. Dari hasil akhir proses analisis overlay dapat disimpulkan bahwa kelurahan Girian Bawah dikatakan sesuai sebagai kawasan industri. Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan diatas sehingga dapat dirumuskan rekomendasi sebagai berikut : 1. Peruntukannya sebagai Kawasan Indsutri kelurahan Girian Bawah dinilai dari hasil analisis Overlay dirasa cukup dengan keberadaan beberapa Pabrik pengolahan ikan dan tidak perlunya ada penambahan industri sejenis lainnya lagi. 2. Perlunya perbaikan kondisi sarana dan prasarana pendukung kawasan industri, khususnya pada kondisi jalan yang kurang lebar sehingga terkadang mengganggu aktivitas kendaraan yang melewati jalan tersebut. 3. Relokasi permukiman dalam kawasan yang masih diperuntukan sebagai kawasan industri. 4. Manajemen dalam pengelolaan lahan sangat diperlukan agar dalam penggunaan lahan disesuaikan dengan daya dukung lahannya, agar ekosistem lahan tetap terjaga untuk menghindari semakin banyaknya dampak dampak yang terjadi akibat perkembangan kawasan industri. 5. Evaluasi kesesuaian lahan ini digunakan untuk memberikan saran kepada pemerintah agar dalam menetukan kebijakan penggunaan lahan untuk kawasan industri harus memperhatikan aspek fisik tingkat kesesuaian lahannya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Peraturan Daerah Kota Bitung No. 11 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bitung Tahun 2013-2033 Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun 2010 Tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri Sri Rezeki Mokodompit, 2015. Analisis Spasial Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Bolaang- Mongondow Tmur Dengan SIG. Sumber Lain: https://www.wikipedia.org/wiki_lahan Daftar Pustaka Arifandi Djayanegara. 2013. Evaluasi Untuk Kesesuaian Lahan Industri Besar di Kota Semarang. Dr. Ir. M. Luthfi Rayes, M.sc. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan Indarto, dan Faisol, A. 2012. Konsep Dasar Analisis Spasial. 196