BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan proyek pertama penyelesaian proyek menjadi lebih lambat dari jadwal tambahan waktu penyelesaian sebesar 138 hari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.2.1 Prosedur Pembuatan Progres Biaya dan Waktu Proyek yang. Adapun prosedur pembuatan progres biaya dan waktu untuk

Pertemuan ke 13 KONSEP NILAI HASIL

BAB V ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN

CONTROLLING IDENTIFIKASI VARIANS

EARNED VALUE ANALYSIS TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Proyek Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai)

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ALEX SATRYA MAULANA ( )

BAB III METODE PENELITIAN. (Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional) pada proyek pembangunan

EVALUASI PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EARNED VALUE PADA PROYEK STUDENT BOARDING HOUSE PRESIDENT UNIVERSITY

BAB V ANALISIS, HASIL & PEMBAHASAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH ABSTRAK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi yang berjauhan dengan kantor pusatnya sering

PENGENDALIAN PROYEK PEMBANGUNAN LANJUTAN SMA NEGERI INTERNASIONAL SUMATERA SELATAN PALEMBANG DENGAN METODE EARNED VALUE

BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB IV ANALISA DATA BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PERANCANGAN PROGRAM BANTU SISTEM AKUNTANSI PROYEK KONTRAKTOR KECIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CONTROLLING IDENTIFIKASI VARIANS

PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE GEDUNG PM3 PT. ADIPRIMA SURAPRINTA GRESIK OLEH : ARIFIAN SYAH PUTRA

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu penyelesaian proyek bisa dipercepat dari kurun waktu normal dengan

PENGGUNAAN METODE EARNED VALUE UNTUK MENGANALISA KINERJA BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL HOLIDAY INN EXPRESS SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI 3.1 Rancangan Penelitian

BAB V PENUTUP. dijelaskan pada bab sebelumnya. Kesimpulan akan mencakup pembahasan dari hasil evaluasi

PENGENDALIAN PROYEK DENGAN METODE EARNED VALUE (STUDI KASUS PROYEK RUSUNAWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai perancangan penelitian yang digunakan

PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN KONSEP EARNED VALUE (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN BERINGIN KOTA PADANG)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE EARNED VALUE ANALYSIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISA KINERJA BIAYA DAN WAKTU DENGAN METODE EARNED VALUE PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG AKADEMI KEBIDANAN SITI KHODIJAH

STUDI PENGENDALIAN WAKTU DAN BIAYA PADA PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN SIMPANG RAJA BAKONG - TANAH PASIR DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP NILAI HASIL

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Objek Penelitian Jenis Data Metode Pengumpulan Data Primer dan

ANALISIS METODE MONTECARLO PADA KONSEP NILAI HASIL UNTUK MONITORING PROYEK

BAB III LANDASAN TEORI

Kata kunci: Evaluasi Proyek, Konsep Nilai Hasil, ACWP, BCWS, BCWP

Metode Earned Value untuk Analisa Kinerja Biaya dan Waktu Pelaksanaan pada Proyek Pembangunan Condotel De Vasa Surabaya

Analisa Earned Value pada Proyek Pembangunan Vimala Hills Villa dan Resort Bogor

BAB IV METODE PENELITIAN

Perancangan Sistem Informasi Pengendalian Proyek dengan Metode Earned Value Management (EVM)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (resource) yang ada. Yang dimaksud dengan sumber daya (resource) di sini

I T S INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA. Biodata Penulis TRI WAHYU NUR WIJAYANTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proyek adalah suatu urutan kegiatan dan peristiwa yang dirancang

YOGYAKARTA NPM :10 02

ZHAFIRA HADYAN

EARNED VALUE ANALYSIS TERHADAP BIAYA DAN JADWAL PADA PROYEK GEDUNG WILMAR BUSSINES INSTITUTE MEDAN TUGAS AKHIR

Latar belakang Perumusan masalah Tujuan Manfaat penelitian Batasan masalah BAB I PENDAHULUAN

Pandu Sugoro, M. Hamzah Hasyim, dan Saifoe El Unas

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan

EVALUASI KINERJA KONTRAKTOR PADA PENGENDALIAN KONSTRUKSI DI LAPANGAN DALAM SUATU PROYEK RENOVASI DI PERUSAHAAN FARMASI DI BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KINERJA BIAYA DAN WAKTU PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA DENGAN KONSEP EARNED VALUE ANALYSIS (EVA)

Agus Purnomo. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Permasalahan yang sering muncul dalam proyek konstruksi adalah keterlambatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

PENGUKURAN KINERJA DAN EVALUASI KEMAJUAN PROYEK

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU PROYEK DENGANN METODE KONSEP NILAI HASIL (Studi Kasus: Proyek Pembangunan The Royal Bukit)

PRESENTASI TUGAS AKHIR

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB 4 PEMBAHASAN EVALUASI PENGELOLAAN PROYEK

Analisa Time Cost-Trade Off Pada Pembangunan Perluasan Rumah Sakit Petrokimia Gresik

BAB VII MANAJEMEN RESIKO. Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB IV METODELOGI PENELITIAN. Samsat Kulon Progo, Kabupaten Kulon Progo. pengawas, dan lain-lain. Variabel-variabel yang sangat mempengaruhi

EVALUASI BIAYA DAN KINERJA WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAWAH JEMBATAN AFIAT DESA KANIGORO KECAMATAN PAGELARANKABUPATEN MALANG

BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK

KATA PENGANTAR. akhir ini dengan judul ANALISA EARNED VALUE PADA PROYEK GUDANG

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No. 1, November 2012 (44-52)

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan

ANALISIS KINERJA BIAYA DAN WAKTU DENGAN METODE EARNED VALUE PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG INTENSIF TERPADU RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR MALANG

ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN METODE KONSEP NILAI HASIL PADA PROYEK PEMBANGUNAN RESERVOIR II ANGGUNGAN DI MENGWI BADUNG

ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN METODE KONSEP NILAI HASIL PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASAR PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN ABSTRAK

ANALISIS NILAI HASIL TERHADAP WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS KEMAJUAN PROYEK DENGAN EARNED VALUE METHOD DALAM PROSES PENGENDALIAN KINERJA PROYEK BANGUNAN TINGGI DI JAKARTA SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.2 Objek Penelitian Obyek studi dari penelitian ini adalah proyek pembangunan X

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.2, Februari 2015 ( ) ISSN:

TUGAS AKHIR ANALISA BIAYA DAN WAKTU PROYEK PEMBANGUNAN KAMPUS POLITEKNIK MENGGUNAKAN KONSEP EARNED VALUE. Disusun Oleh: FILASTRI D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan bagi setiap perusahaan. Untuk mengelola informasi dibutuhkan

4.2 Prosedur Pengendalian Progres Biaya dan Waktu Proyek Kontruksi. Dibawah ini adalah usulan pengendalian progres biaya dan waktu proyek

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PROYEK DENGAN METODE EARNED VALUE MANAGEMENT (EVM) ZUL FADLI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PEMBIAYAAN PROYEK PEMBANGUNAN LANJUTAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU FKIP UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan Dari pembahasan yang telah dibuat oleh penulis, dapat diambil beberapa simpulan, antara lain : 1. Pada proyek pertama evaluasi minggu ke-2 dengan deviasi 3,21% diperoleh nilai SPI 0,132 dengan nilai ECD sebesar 173 hari menunjukkan bahwa penyelesaian proyek menjadi lebih lambat dari jadwal yang direncanakan sebelumnya, yaitu 35 hari dan jika indeks kinerja proyek tetap seperti itu maka akan dibutuhkan tambahan waktu penyelesaian sebesar 138 hari. Sedangkan dengan nilai CPI sebesar 0,442 dan dengan nilai EAC Rp 96.338.846,14 menunjukkan bahwa biaya proyek menjadi lebih besar dari rencana anggaran proyek yang direncanakan sebelumnya ( cost overrun), yaitu Rp 42.572.340,00 dan jika indeks kinerja proyek tetap seperti itu maka akan dibutuhkan tambahan biaya sebesar Rp 53.766.506,14. 2. Pada proyek kedua evaluasi minggu ke-4 diperoleh nilai SPI 0,86 dengan nilai ECD sebesar 93 hari menunjukkan bahwa penyelesaian proyek menjadi lebih lambat dari jadwal yang direncanakan sebelumnya, yaitu 84 hari dan jika indeks kinerja proyek tetap seperti itu maka akan dibutuhkan tambahan waktu penyelesaian sebesar 9 hari. Akan tetapi dengan nilai CPI sebesar 1,13 dengan nilai EAC Rp 189.644.158,25 ternyata menunjukkan bahwa biaya proyek menjadi lebih kecil dari anggaran rencana, yaitu Rp 213.358.698,00 dan jika indeks kinerja proyek tetap seperti itu maka akan diperoleh penghematan biaya sebesar Rp 23.714.539,80. Hal tersebut mungkin saja terjadi dengan deviasi pada minggu ke-4 yang hanya -0,99%. 3. Pada proyek kedua evaluasi minggu ke-7 dengan deviasi 3,97%, diperoleh nilai SPI 0,89 dengan nilai ECD sebesar 88 hari menunjukkan bahwa penyelesaian proyek menjadi lebih lambat dari jadwal yang direncanakan sebelumnya, yaitu 84 hari dan jika indeks kinerja proyek tetap seperti itu maka akan dibutuhkan tambahan waktu penyelesaian sebesar 4 hari. Sedangkan 107

108 dengan nilai CPI sebesar 0,98 dan dengan nilai EAC Rp 218.819.283,57 menunjukkan bahwa biaya proyek menjadi lebih besar dari rencana anggaran proyek yang direncanakan sebelumnya, yaitu Rp 213.358.698,00 dan jika indeks kinerja proyek tetap seperti itu maka akan dibutuhkan tambahan biaya Rp 5.460.585,50. 4. Pada evaluasi minggu ke-12 dengan deviasi 3,56%, diperoleh nilai SPI 0,96 dengan nilai ECD tak terhingga menunjukkan bahwa waktu penyelesaian proyek tidak bisa diperkirakan. Hal tersebut dikarenakan pada rumus terdapat sisa waktu yang sama dengan nol, karena evaluasi yang dilakukan pada waktu akhir rencana pelaksanaan. Pada kenyataannya, realisasi waktu penyelesaian proyek adalah 91 hari sehingga terdapat tambahan waktu 7 hari. Pada nilai CPI sebesar 0,98 dan nilai EAC Rp 217.192.049,91 menunjukkan bahwa biaya proyek menjadi lebih besar dari rencana anggaran proyek yang direncanakan sebelumnya, yaitu Rp 213.358.698,00 dan jika indeks kinerja tetap seperti itu maka dibutuhkan tambahan biaya Rp 3.833.351,90. 5. Dari 4 hasil evaluasi analisa nilai hasil dapat disimpulkan bahwa semakin besar deviasi yang terjadi maka tambahan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek akan semakin besar pula. 6. Biaya aktual kedua proyek pada akhir pelaksanaan menunjukkan bahwa proyek tidak mengalami kerugian, ini berarti kinerja proyek mengalami perbaikan. 7. Hasil analisa nilai hasil pada perhitungan secara manual dan yang tampil pada sistem informasi menunjukkan hasil yang sama, kalaupun ada perbedaan hal tersebut dikarenakan database sistem tidak bisa menyimpan angka dalam bentuk desimal, sehingga data angka disimpan dalam bentuk pembulatan. 8. Pengendalian proyek yang dilakukan secara online melalui media internet dapat membuat proses pengendalian menjadi lebih efisien yaitu bebas kertas (paperless). Hal ini karena proses pengambilan dan pemasukan dokumen dapat dilakukan secara online, sehingga penggandaan dokumen-dokumen yang bersifat fisik dengan menggunakan kertas dapat dikurangi.

109 9. Sistem informasi juga mampu mereduksi tenaga sumber daya manusia. Hal ini karena sebagian peran manusia dilakukan oleh komputer, terutama dalam hal pengendalian proyek dengan menggunakan analisa nilai hasil. Selain itu, dengan sistem online pengguna dapat melakukan proses komunikasi melalui menu forum dan dapat melakukan transfer data / dokumen dengan cepat. 6.2 Keterbatasan Keterbatasan yang dialami dalam analisa nilai hasil adalah dalam hal perolehan data terutama data biaya aktual. Sedangkan keterbatasan yang dialami pada saat perancangan sistem informasi adalah dalam pembuatan database. Data waktu pelaksanaan proyek yang begitu besar, ada yang bulanan bahkan ada yang bertahun-tahun tentunya membutuhkan ruang penyimpanan data yang begitu besar. Hal tersebut membutuhkan jaringan internet yang handal agar akses sistem ke database tidak terganggu, dengan menggunakan jaringan internet yang kurang handal maka akses sistem ke database akan terganggu. Selain itu, seperti disampaikan pada simpulan di atas, data angka yang disimpan database sistem adalah dalam bentuk pembulatan. Sebenarnya ada fungsi untuk menyimpan data angka dalam bentuk desimal, tetapi fungsi tersebut tidak disarankan untuk digunakan karena dengan penggunaan fungsi tersebut kemungkinan terjadi error pada saat pengolahan data oleh server menjadi lebih besar. 6.3 Saran Terdapat beberapa point yang perlu menjadi catatan dari hasil pembahasan sebelumnya, antara lain : 1. Berdasarkan pengamatan terhadap prestasi kemajuan proyek pada work breakdown structure proyek I pada evaluasi minggu ke-2 diketahui bahwa pekerjaan pasangan batu merupakan item pekerjaan yang paling terlambat dengan persentase keterlambatan terbesar yaitu -23,21%. Langkah pertama yang perlu diambil untuk memperbaiki kinerja bisa dengan menentukan metode pelaksanaan yang tepat misalnya pada penggunaan alat. Pekerjaan pasangan batu merupakan pekerjaan yang membutuhkan

110 adukan semen dalam jumlah banyak, sehingga bisa digunakan mixer untuk mempercepat proses pengadukan semen. Selain bisa digunakan pada pekerjaan pasangan batu, mixer juga bisa digunakan pada pekerjaan beton. Langkah kedua bisa dengan diadakannya kerja lembur pada pekerjaan yang mengalami keterlambatan terutama pada pekerjaan pasangan batu yang berada pada jalur kritis agar dapat mempercepat waktu pelaksanaan proyek. Pengambilan keputusan untuk kerja lembur tersebut tentunya perlu mempertimbangkan antara kinerja para pekerja bila diadakan kerja lembur dengan kinerja para pekerja bila jumlah pekerja ditambah. Bila melihat waktu pelaksanaan proyek I pada pertengahan bulan Juli hingga pertengahan bulan Agustus tahun 2010 yang bertepatan dengan bulan puasa dan musim kemarau mungkin pengadaan kerja lembur lebih tepat karena pada musim kemarau produktivitas para pekerja terutama pada siang hari akan sedikit menurun. Sedangkan pengaruh pelaksanaan pekerjaan yang bertepatan dengan bulan puasa tergantung dari para pekerja, karena ada juga pekerja yang tidak melaksanakan puasa pada siang hari dan sholat tarawih pada malam hari. Langkah ketiga untuk memperbaiki kinerja mungkin bisa dengan cara mengganti pekerja. Pengambilan keputusan untuk mengganti pekerja tersebut adalah dengan melihat kinerja para pekerja dan dibandingkan dengan standar kinerja pekerja pada proyek-proyek lain atau proyek-proyek sebelumnya. Bila kinerja pekerja pada proyek lain atau proyek sebelumnya ternyata lebih bagus daripada pekerja pada proyek yang ditinjau maka perlu diadakan penggantian pekerja pada proyek yang ditinjau. 2. Berdasarkan pengamatan terhadap prestasi kemajuan proyek pada work breakdown structure proyek II pada evaluasi minggu ke-4 diketahui bahwa pekerjaan foot plate merupakan item pekerjaan yang paling terlambat karena memiliki persentase keterlambatan terbesar yaitu -0,69% dan pekerjaan pasangan batu kali dengan persentase keterlambatan -0,30%. Sedangkan pada evaluasi minggu ke-7, masih sama dengan evaluasi minggu ke-4, pekerjaan foot plate merupakan item pekerjaan yang paling terlambat dengan persentase keterlambatan terbesar yaitu -2,74% dan

111 pekerjaan pasangan batu kali dengan persentase keterlambatan -1,23%. Langkah pertama yang perlu diambil untuk memperbaiki kinerja bisa dengan menentukan metode pelaksanaan yang tepat misalnya pada penggunaan alat. Pekerjaan foot plate dan pasangan batu kali merupakan pekerjaan yang membutuhkan adukan semen dalam jumlah banyak, sehingga bisa digunakan mixer untuk mempercepat proses mengaduk semen. Selain bisa digunakan pada pekerjaan foot plate, mixer juga bisa digunakan pada pekerjaan lain yang membutuhkan adukan beton. Langkah kedua bisa dengan diadakannya kerja lembur pada pekerjaan yang mengalami keterlambatan terutama pada pekerjaan foot plate yang berada pada jalur kritis agar dapat mempercepat waktu pelaksanaan proyek. Kerja lembur bisa diadakan pada saat pengecoran foot plate. Pengambilan keputusan untuk kerja lembur tersebut tentunya perlu mempertimbangkan antara kinerja para pekerja bila diadakan kerja lembur dengan kinerja para pekerja bila jumlah pekerja ditambah. Bila melihat waktu pelaksanaan proyek II pada awal bulan Juni hingga akhir bulan Agustus tahun 2010 pada saat evaluasi minggu ke-4 dan minggu ke-7 bertepatan dengan musim kemarau mungkin pengadaan kerja lembur lebih tepat karena pada musim kemarau produktivitas para pekerja terutama pada siang hari akan sedikit menurun. Langkah berikutnya yang bisa diambil untuk memperbaiki kinerja adalal bisa dengan cara mengganti pekerja. Pengambilan keputusan untuk mengganti pekerja tersebut adalah dengan melihat kinerja para pekerja pada proyek yang ditinjau dan dibandingkan dengan kinerja pekerja pada proyek lain atau proyek sebelumnya. Bila kinerja pekerja pada proyek lain atau proyek sebelumnya ternyata lebih bagus daripada pekerja pada proyek yang ditinjau maka perlu diadakan penggantian pekerja pada proyek yang ditinjau. 3. Berdasarkan pengamatan terhadap prestasi kemajuan proyek pada work breakdown structure proyek II pada evaluasi minggu ke-12 diketahui bahwa pekerjaan listrik merupakan item pekerjaan yang paling terlambat dengan persentase keterlambatan terbesar yaitu -3,56%. Langkah pertama yang perlu diambil untuk memperbaiki kinerja pekerjaan listrik adalah dengan

112 melakukan koordinasi langsung dengan pihak Biro Teknik Listrik (BTL) sebagai sub-kontraktor yang bertugas memasang jaringan listrik dari PLN. Pekerjaan pemasangan listrik bisa melalui PLN yang selanjutnya diserahkan pada BTL atau bisa secara langsung memilih BTL. Keterlambatan pekerjaan listrik disebabkan karena pekerjaan pemasangan listrik melalui PLN yang selanjutnya diserahkan pada BTL sehingga jalur koordinasi menjadi lebih panjang. Dengan memilih BTL secara langsung maka jalur koordinasi bisa lebih pendek sehingga pekerjaan bisa lebih cepat. 4. Untuk mengetahui progress pekerjaan yang sebenaranya di samping melihat progress fisik perlu memperhitungkan juga material onsite beserta utang piutang yang ada. 5. Pada sistem informasi memerlukan adanya pengembangan fasilitas yang akan semakin mempermudah kontraktor, konsultan dan pemilik proyek dalam melakukan pengendalian proyek. 6. Pengembangan yang dimaksud di atas juga bertujuan untuk mengimbangi teknologi yang selalu berkembang, seperti misalnya telah ada fungsi untuk menyimpan data angka dalam bentuk desimal dengan kemungkinan terjadi error yang kecil pada saat pengolahan data oleh server. 7. Pengembangan juga perlu dilakukan untuk bisa membuat sistem informasi yang bisa beroperasi dengan data waktu pelaksanaan proyek yang besar (multi -years), mungkin bisa dilakukan dengan cara mengoptimalkan ruang penyimpanan data sehingga akses sistem ke database tidak terganggu.