Prosiding Nasional ISSN: Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 4 Nopember 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, PAIKEM A. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI KOMBINASI MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER DENGAN COURSE REVIEW HORAY

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pengamat maupun dari peneliti sendiri berdasarkan fokus penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas tentang peningkatan pemahaman materi jenisjenis

BAB IV HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS. yang berjudul Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

JEMBER TAHUN PELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Luwis Subi Widyaningsih, S.Pd, MM* ABSTRAKSI

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Inpres 1 Slametharjo Kabupaten Banggai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sumono 38. Kata kunci : Metode STAD, Hasil Belajar, IPA. 38 Guru Kelas VI SDN Darungan 02 Tanggul Kabupaten Jember

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan guru mata pelajaran Matematika terkait dengan strategi dan metode

perbaikan pada siklus kedua, berdasarkan hasil diskusi, kemudian RPP yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 4 ISSN X. Rismawati. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Course Review Horay Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Inpres Sintuwu

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

PENGGUNAAN METODE COURSE REVIEW HORAY

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas merupakan langkah-langkah sistematis

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

Oleh: Prijo Santoso SMK Negeri 1 Trenggalek

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA KORPRI BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING PADA MATERI AJAR USAHA-ENERGI

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari fisika siswa tidak hanya dituntut dalam menghafal rumus yang

Darmawati, Arnentis dan Henny Julianita Husny Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Gunungterang,

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebenarnya di lapangan sebagai data awal siswa sebelum peneliti

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Hasil Belajar, Pembelajaran PKn.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari

Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS di SDK Despot Petunasugi Kecamatan Bolano Lambunu

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBAGI WILAYAH WAKTU INDONESIA MELALUI METODE DEMONSTRASI PETA. Setiyanto

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

MODEL COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK St. XAVERIUS SURABAYA PADA TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI M. Indra Patmoko Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Abstrak Meskipun telah dilakukan perubahan pada regulasi pendidikan terutama perubahan mendasar dalam proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013, namun pada kenyataannya implementasi pembelajaran di kelas, terutama untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) masih belum sepenuhnya terlaksana sebagaimana tuntutan kurikulum. Seperti halnya hasil observasi yang dilakukan pada kelas IV SDK St. Xaverius Surabaya yang telah menerapkan K13, ternyata proses pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian tindakan yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model Course review horay (CRH). Desain penelitian ini adalah desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara bersiklus selama 2 siklus dengan menggunakan model pembelajaran CRH. Hasil penelitian siklus I, rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah 72,92% dan dikategorikan baik. Hasil belajar siswa secara klasikal 78,13% atau belum mencapai kriteria ketuntasan secara klasikal yang ditetapkan yaitu 85%. Berdasarkan hasil refleksi dan saran dari kolaborator pada akhir siklus I, sebagai bahan perencanaan selanjutnya dan akan dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran pada siklus ke II. Hasil penelitian pada siklus II adalah rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat menjadi 91,66%. dan dikategorikan sangat baik. Hasil belajar secara klasikal 93,75% mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan yaitu mendapatkan nilai 70. Sehingga dengan ini dinyatakan bahwa secara klasikal hasil belajar siswa paka siklus II dinyatakan tuntas. Berdasarkan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model CRH pada kelas IV SDK St. Xaverius Surabaya terbukti mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Kata kunci : Model Course Review Horay (CRH), Aktivitas belajar siswa, Sedolah Dasar. PENDAHULUAN Pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat minat dan kemempuan dan lingkungannya (Solihatin, 2011:15). Kemampuan dan ketrampilan guru dalam memilih metode, model dan strategi pembelajaran senantiasa harus terus ditingkatkan, agar pembelajaran benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan ketrampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Proses pembelajaran di kelas, terutama pada tingkat sekolah dasar yang mengacu pada Kurikulum 2013 hendaknya dilakukan secara terintegratif dengan menggunakan pendekatan saintifik dan bersifat kontekstual. Pembelajaran 28

menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan nilai-nilai dan keterampilan hidup pada siswa. Penekanan pembelajaran bukan sebatas pada upaya memberikan konsepkonsep yang bersifat hafalan belaka melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajari sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta melakoni kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan hasil observasi di kelas IV SDK St. Xaverius Surabaya menunjukkan bahwa hasil dari proses belajar siswa masih menghadapi beberapa masalah atau kendala, yaitu; 1) siswa kurang antusias dan kurang aktif dalam proses pembelaajaran; 2) kurangnya motivasi belajar yang tercermin dari rendahnya aktifitas belajar sisiwa menyebabkan hasil belajar sisiwa juga rendah, hal ini tampak dari perolehan nilai siswa secara klasikal pada ulangan harian yang baru mencapai 65% di bawah kriteria ketuntasan indiividu yaitu memperoleh nilai 70. 3) pembelajaran tematik terpadu yang diberikan oleh guru dinilai kurang menarik, kurang bervariasi dan kurang tantangan yang terlihat gaduh serta kurang konsentrasi pada saat pembelajaran. 4) siswa kurang memahami manfaat langsung dari materi pelajaran yang diajaekan pada pelajaran tematik terpadu pada tema sebelumnya untuk implementasinya dalam kehidupan sehari hari. Masalah yang paling mendasar yang terjadi di kelas IV SDK St. Xaverius Surabaya adalah aktivitas belajar siswa di kelas tersebut tergolong rendah dan berimplikasi pada pencapaian hasil belajar yang tidak memenuhi target. Salah satu solusi yang dipilih untuk mengatasi masalah tersebut di atas adalah menggunakan model Course Review Horay (CRH) dalam pembelajaran. Model CRH dipilih karena memiliki potensi untuk mengatasi masalah pembelajaran tematik terpadu pada kelas IV SD dan mempunyai beberapa kelebihan, antara lain, pembelajaran lebih menarik, pembelajaran lebih bervariasi, mendorong siswa terlibat kedalam situasi pembelajaran, siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih menyenangkan Adapun langkah-langkah yang diterapkan dalam model pembelajaran CRH yaitu; 1) penyampaian kompetensi; 2) penyampaian materi pelajaran; 3) pembentukan kelompok, 4) membuat yel-yel kelompok, 5) membuat kotak soal dan mengisi kotak dengan soal, 6) guru membaca soal, 7) siswa menjawab, 8) jawaban benar oleh siswa diikuti dengan menyayikan yel-yel, dan 9) memberikan umpan balik. Model pembelajaran CRH merupakan model pembelajaran yang berbasis PAIKEM dengan mengutamakan konsep rekreasi dan hiburan di dalamnya. Model pembelajaran CRH sangat tepat digunakan terutama ketika materi pelajaran yang diberikan ke siswa memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Siswa merasa lebih mudah memahami pelajaran sekaligus dapat melakukan evaluasi pembelajaran bersama-sama. Model CRH sesuai dengan cooperative learning mengandung pengertian bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Pembentukan kelompok belajar dalam cooperative learning bersifat heterogen. Siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya (Solihatin, 2011:4). Pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa untuk bekerjasama memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Cooperative learning membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri dengan model CRH. Teori pendukung dalam penelitian ini adalah teori kontruktivis dan teori motivasi. Teori konstruktivistik merupakan teori yang dikembangkan antara lain oleh Vigostsky dan Piaget (McInerney dan McInerney, 1998, dalam Jaramis 2006). Kedua ahli perkembangan ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia, diantaranya anak usia 29

taman kanak-kanak, tidak dapat dijelaskan dari satu faktor saja, seperti yang berkaitan dengan kematangan atau pengaruh lingkungan. Pendapat tersebut menyatakan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbegai sudut pandang dan berbagai faktorfaktor yang berkaitan dengan biologis, kematangan, lingkungan, dan sosial. Sehingga peran orang tua, guru, serta pihak-pihak yang berkaitan dengan pendidikan dan pengembangan tingkah laku anak tersebut perlu menjadi pertimbangan. Menurut saya pendapat ini sangat bagus karena adanya kejasama antara berbagai pihak dalam pembentukan tingkah laku yang terbaik yang dapat diterapkan pada anak. Determinan yang penting bagi prestasi individu adalah motivasi, motivasi dapat mempengaruhi perilaku dan prestasi individu (Mendari, 2010). Motivasi merupakan suatu kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Sedangkan motif yang bersifat potensial dan aktualisasinya dinamakan motivasi. Pada umumnya diwujudkan dalam bentuk perbuatan nyata. Motivasi dapat mempengaruhi prestasi seseorang dalam melakukan kegiatan tertentu. Apabila siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, mereka akan terdorong dan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam meningkatkan prestasi belajar. Keberhasilan perguruan tinggi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa tidaklah dicapai dengan cara yang mudah. Hal tersebut hanya dapat terjadi berkat kepiawaian pihak perguruan tinggi dalam memahami kebutuhan siswa dan kepuasan siswa, selain kemampuan perguruan tinggi dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga para siswa merasa termotivasi secara internal. Menurut teori motivasi siswa berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya ada keinginan atau motivasi untuk belajar. Motivasi berdasarkan sumber yang menimbulkan, dibedakan menjadi 2 macam yaitu: (1) motivasi intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena telah ada dalam diri individu yang sesuai dengan kebutuhan, (2) motivasi ekstrinsik, timbul karena adanya ransangan dari luar individu (Sardiman, 1996). Motif intrinsik lebih kuat daripada motif ekstrinsik. Pendidikan berusaha menimbulkan motivasi intrinsik dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan dengan kebutuhan. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau CAR (Classroom Action Researtc) yang dilakukan pada kelas IV SDK St. Xaverius Surabaya. Penelitian ini dilakukan dalam dua, dengan menerapkan model pembelajaran CRH pada tema Selalu Berhemat Energi. Berdasarkan action plan tahapan-tahapan penelitian tindakan ini meliputi tahap perencanaan, tahap tindakan dan tahap refleksi. Pada tahap perencanaan disusun perangkat yang digunakan dalam pembelajaran diantaranya: penyusunan silabus, RPP, LKS, lembar pengamatan aktivitas siswa, kisi-kisi THB, THB yang valid, Analisis THB, dan instrumen monev. Pada tahap tindakan perangkat pembelajaran yang disusun digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan model CRH. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran disusun sesuai dengan RPP. Pada tahap refleksi guru sebagai peneliti berdiskusi dengan observer tentang kekurangan pada siklus 1 dalam pembelajaran dan telah diperbaiki pada siklus 2. Penelitian tindakan dilakukan dalam tiga tahap kegiatan. Secara garis besar, tahapan-tahapan penelitian tindakan dalam satu siklus adalah sebagai berikut: 30

1. Tahap perencanaan Pada tahap ini masalah di kelas IV diidentifikasi dan dirumuskan, peneliti sebagai pemrakarsa dan didukung oleh 2 orang kolaborator. Dalam tahap perencanaan ini guru mempersiapkan hal-hal sebagai berikut: a) Silabus, b) RPP, c) LKS, d) Catatan kegiatan siswa, e) Kisi-kisi soal tes hasil belajar, f) Soal penilaian proses, g) Soal tes hasil belajar, h) Analisis soal tes hasil belajar. Sumber belajar lain yang direkomendasikan guru, yaitu media pembelajaran siswa seperti peta, LCD, chart, gambar-gambar dan media-media lainnya. 2. Tahap tindakan dan observasi Guru sebagai peneliti melakukan pembelajaran di kelas. Panduan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas IV adalah RPP yang disusun sebelumnya. Selama pelaksanaan tindakan pembelajaran di kelas, kolaborator bertindak sebagai observer yang mempunyai tugas mengamati keterlaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang disusun oleh peneliti dan hasil pengamatan dicatat dalam lembar observasi. Pengamat tidak hanya mengamati guru, tetapi juga mengamati aktivitas siswa di kelas. Hasil pengamatan ditulis dalam catatan kegiatan siswa. 3. Tahap refleksi setelah observasi Setelah tahap tindakan dan tahap observasi selesai dilakukan, peneliti bersama-sama dengan guru kolaborator membahas hasil observasi dan melakukan penilaian atau refleksi untuk menetukan hasil dari tindakan yang telah dilakukan. Satu dari dua kemungkinan keputusan kemudian diambil pertama, apabila hasilnya memuaskan, penelitian akan dihentikan, apabila hasilnya belum memuaskan, penelitian akan dilanjutkan ke siklus 2, 3, dan seterusnya. Ukuran keberhasilan penelitian tindakan dengan model CRH adalah meningkatnya aktivitas siswa di kelas dan peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan pendapat Paul B Diendrich tentang jenis-jenis aktivitas siswa di kelas, kreteria keberhasilan peningkatan aktivitas siswa di kelas jika siswa mampu menguasai 2 kegiatan yaitu (1) mental aktivities yang meliputi menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan dan (2) emotional aktivities meliputi menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang (Sardiman, 1996:101) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap aktivitas siswa kelas IV SDK St. Xaverius Surabaya, dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model CRH dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan yang dilakukan oleh 2 orang pengamat dari guru kolaborator. Terdapat 6 aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang diobservasi yaitu; (1) mendengarkan penyampaian kompetensi, motivasi dan apersepsi oleh guru, (2) aktivitas siswa dalam memperhatikan penyampaian materi guru, (3) aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS, (4) aktivitas diskusi dalam kerja kelompok dan penyelesaian tugas di LKS, (5) aktivitas dan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan kuis horay dan (6) 31

aktivitas siswa dalam merangkum dan umpan balik yang diberikan guru di akhir pembelajaran. Oleh karena itu disimpulkan bahwa model CRH yang diimplementasikan pada kelas IV SDK St. Xaverius Surabayapada tema Selalu Berhemat Energi efektif, yang didukung beberapa kreteria, diantaranya: (1) Aktivitas siswa selama pembelajaran efektif, (2) respon siswa positif, (3) hasil monev menunjukkan aktifitas guru dan siswa baik dan (4) hasil tes belajar secara individu dan secara klasikal tuntas. Model CRH yang diterapkan dalam pembelajaran untuk mencapai ketuntasan belajar secara klasikal di kelas IV didukung oleh teori kontruktivis oleh Vygotsky. Kontruktivis menekankan pada peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Peran aktif siswa dalam pembelajaran didasarkan pada pengamatan/observasi yang dilakukan oleh observer. Salah satu prinsip yang diterapkan dalam pembelajaran kontruktivis oleh Vigotsky adalah ZPD (Zone of proximal development) artinya siswa dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik. Penerapan ZPD dalam model CRH dilakukan pada saat diskusi kelompok dan pelaksanaan kuis. Dalam zona ini siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi dengan bantuan orang lain yang lebih dewasa yang telah dilakukan dalam diskusi kelompok dan kuis horay. Model CRH yang diterapkan juga sesuai dengan teori motivasi. Dalam model CRH guru mengurangi dominasi dalam pembelajaran yang ditandai dengan berkurangnya ceramah yang dilakukan oleh guru. Guru sebagai motivator mengajak peran seluruh siswa di kelas IV untuk aktif dalam pembelajaran. Aktivitas guru dan siswa tercatat dalam RPP yang telah disusun dan diamati oleh kolaborator. Siklus I Pada siklus I ketuntasan belajar siswa secara klasikal di kelas IV dari sejumlah 32 siswa, sebanyak 22 siswa atau 78,13% dinyatakan tuntas atau mendapatkan nilai 70, dan sejumlah 7 siswa atau 21,88% belum tuntas. Ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai karena kriteria ketuntasan secara klasikal yang di tetapkan di SDK St. Xaverius Surabaya adalah 85%. Selanjutnya prosesntase hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada Chart 1.1 berikut. Chart. 1.1 Hasil Belajar Siklus I Hasil Belajar Siklus I 80 60 40 20 Hasil Belajar Siklus I 0 Tuntas Tidak Tuntas 32

Sementara itu, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh dua orang observer pada siklus I diperoleh nilai untuk aktivitas mendengarkan penyampaian kompetensi, motivasi dan apersepsi oleh guru rata-rata mendapat nilai 3,5 atau prosentase sebesar 87,5%. Aktivitas siswa dalam memperhatikan penyampaian materi guru rata-rata mendapat nilai 3 atau prosentase sebesar 75%. Untuk aktivitas aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS rata-rata mendapat nilai 2,5 atau prosentase sebesar 62,5%. Aktivitas diskusi dalam kerja kelompok dan penyelesaian tugas di LKS rata-rata mendapat nilai 3 atau prosentase sebesar 75%. Untuk aktivitas dan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan kuis horay sebesar rata-rata mendapat nilai 3 atau prosentase sebesar 75% dan untuk aktivitas siswa dalam merangkum dan merespon umpan balik yang diberikan guru sebesar rata-rata mendapat nilai 2,5 atau prosentase sebesar 62,5%. Secara lebih jelas perolehan nilai rata-rata aktivitas siswa ini dapat dilihat pada tabel 1.1. berikut. N o Tabel 1.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I Aktivitas Yang Diamati Nilai Presentase Rata- Rata 3,5 87,5% 1 Mendengarkan penyampaian kompetensi, motivasi dan apersepsi oleh guru 2 Memperhatikan penyampaian materi guru 3 75% 3 Mengerjakan LKS 2,5 62,5% 4 Diskusi dalam kerja kelompok dan penyelesaian tugas di 3 75% LKS 5 Menjawab pertanyaan kuis horay 3 75% 6 Merangkum dan menanggapi umpan balik yang 2,5 62,5% diberikan guru Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, pada saat kegiatan pembelajaran bertangsung, terutama pada pertemuan pertama siswa kurang memperhatikan penjelasan, terutama pada saat guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran banyak diantara siswa yang tidak memperhatikan karena guru menyampaikan tujuan pembelajaran hanya secara lisan tidak menuliskan di papan tulis. Namun pada pertemuan-pertemuan selanjutnya aspek mendengarkan penjelasan guru terus mengalami peningkatan hal ini disebabkan oleh perubahan strategi guru dalam menjelaskan tujuan pembelajaran serta adanya penekanan guru tentang pentingnya menguasai materi pembelajaran. Aktivitas siswa pada siklus I memang sudah tergolong cukup baik, namun hasil belajar secara klasikal pada siklus I belum mencapai ketuntasan secara klasikal yang ditetapkan yaitu 85%. Oleh karena itu diputuskan untuk melakukan perbaikan pembelajaran dengan model CRH pada siklus II. Siklus II Pada siklus II ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai, karena jumlah siswa yang tuntas belajarnya sudah meningkat menjadi 30 siswa atau sebesar 93,75% dan siswa yang tidak tuntas belajar hanya sebanyak 2 siswa atau sebesar 6,25%, 33

sehingga secara klasikal kelas IV SDK St. Xaverius Surabayatelah mencapai ketuntasan yang ditetapkan yaitu 85%. Selanjutnya kenaikan hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada Chart 1.2 berikut. Chart 1.2 Kenaikan Hasil Belajar dari Siklus I ke Siklus II 100 80 60 40 20 0 Siklus I Siklus II Tuntas Tidak Tuntas Sementara itu berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II didapatkan hasil, untuk aktivitas mendengarkan penyampaian kompetensi, motivasi dan apersepsi oleh guru nilai rata-rata siswa naik menjadi 4 atau sebesar 100%. Untuk aktivitas siswa dalam memperhatikan penyampaian materi guru naik menjadi rata-rata 4 atau sebesar 100%. Aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS naik menjadi rata-rata 3,5 atau sebesar 87,5%. Aktivitas diskusi dalam kerja kelompok dan penyelesaian tugas di LKS naik menjadi rata-rata 4% atau sebesar 100%. Untuk aktivitas dan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan kuis horay naik menjadi rata-rata 3,5 atau sebesar 87,5%, sedangkan aktivitas siswa dalam merangkum dan merespon umpan balik yang diberikan guru naik menjadi rata-rata 3 atau sebesar 75%. Adapun perolehan nilai aktivitas belajar siswa pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut. N o Tabel 1.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II Aktivitas Yang Diamati Nilai Presentase Rata- Rata 4 100% 1 Mendengarkan penyampaian kompetensi, motivasi dan apersepsi oleh guru 2 Memperhatikan penyampaian materi guru 4 100% 3 Mengerjakan LKS 3,5 87,5% 4 Diskusi dalam kerja kelompok dan penyelesaian tugas di 4 100% LKS 5 Menjawab pertanyaan kuis horay 3,5 87,5% 6 Merangkum dan menanggapi umpan balik yang 3 75% diberikan guru 34

Berdasarkan data kenaikan nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus II tersebut maka dapat didapatkan hasil bahwa pada siklus II untuk aktivitas mendengarkan penyampaian kompetensi, motivasi dan apersepsi oleh guru naik sebesar 12,5%. Untuk aktivitas siswa dalam memperhatikan penyampaian materi guru naik sebesar 25%. Aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS naik 25%. Aktivitas diskusi dalam kerja kelompok dan penyelesaian tugas di LKS naik 25%. Untuk aktivitas dan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan kuis horay naik sebesar 12,5%. Sedangkan aktivitas siswa dalam merangkum dan merespon umpan balik yang diberikan guru naik 12,5%. Adapun perolehan nilai aktivitas belajar siswa pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut. Tabel 1.3 Kenaikan Hasil aktivitas siswa dari siklus I ke Siklus II No Aktivitas Nilai Rata-Rata Aktivitas Prosentase Kenaikan Siklus I Siklus II 1 Mendengarkan penyampaian kompetensi, motivasi 87,5% 100% 12,5% dan apersepsi oleh guru 2 Memperhatikan penyampaian materi guru 75% 100% 25% 3 Mengerjakan LKS 62,5% 87,5% 25% 4 Diskusi dalam kerja kelompok dan penyelesaian 75% 100% 25% tugas di LKS 5 Menjawab pertanyaan kuis horay 75% 87,5% 12,5% 6 Merangkum dan menanggapi umpan balik yang diberikan guru 62,5% 75% 12,5% Rata-Rata 72,92% 91,66% 18,75% Berdasarkan tabel 1.3 tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 72,92% dan pada siklus II sebesar 91,66%. Sehingga dapat dikatakan bahwa prosentase rata-rata aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II naik sebesar 18,75%. Lebih jelasnya kenaikan prosentase rata-rata aktivitas siswa ini dapat dilihat pada chart 1.3 berikut. Chart. 1.1 Grafik Kenaikan Aktivitas Siswa Siklus I ke Siklus II Rata-Rata Aktivitas Siswa 100 80 60 40 20 0 Siklus I Siklus II Rata-Rata 35

Peningkatan nilai rata-rata aktivitas siswa ini disebabkan karena siswa sudah mulai merasa terbiasa dengan pembelajaran model CRH ini. Siswa mulai memahami bagaimana memecahkan persoalan dengan berdiskusi sesama anggota kelompoknya juga mereka sudah bisa membuat prediksi pertanyaan lanjutan tentang materi yang sedang dibahas. Peningkatan ini juga didukung oleh peran serta guru dalam membimbing siswa dalam melaksanakan diskusi kelompoknya. Kenaikan ini disebabkan karena setelah pertemuan pertama siklus I sudah banyak siswa mempersiapkan diri dirumahnya dengan mempelajari materi-materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, bahkan sebahagian mereka sudah mempersiapkan pertanyaan. Dengan demikian antusias siswa dalam mengajukan pertanyaan ataupun ikut memberikan penjelasan dan sanggahan semakin meningkat. Kenaikan rata-rata aktivitas siswa pada siklus II ini juga didorong oleh adanya motivasi dari guru dengan memberikan nilai tambahan bagi siswa atau kelompok yang berani tampil kedepan ataupun mengajukan pertanyaan, sanggahan atau penjelasan pada kelompok lain serta aktif berpartisipasi pada saat kuis horay. Adanya pemberian nilai tambahan oleh guru bagi siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas, mendorong siswa serius dalam melaksanakan kegiatan diskusi. Adanya kompetisi dalam mendapatkan nilai membuat siswa menjadi aktif dan semangat untuk mendapatkan nilai terbaik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa simpulan pertama, berdasakan hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan di kelas IV SDK St. Xaverius Surabayadiperoleh hasil bahwa penggunaan model CRH dalam pembelajaran tematik terpadu untuk tema Selalu Berhemat Energi dinyatakan efektif meningkatkan aktivitas belajar siswa. Ketuntasan belajar secara klasikal dengan model CRH mencapai 88,46% dan pencapaian nilai secara individu rata-rata 84,56. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran efektif, mayoritas siswa terlibat dalam pembelajaran. Berdasarkan data pada lembar observasi dan penilaian yang dilakukan oleh dua orang observer diketahui bahwa rata-rata prosentase hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 72,92% dan pada siklus II sebesar 91,66%. Sehingga dapat dikatakan bahwa prosentase rata-rata aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II naik sebesar 18,75%. Hasil belajar siswa juga meningkat, dimana pada siklus I hasil belajar siswa secara klasikal baru mencapai 78,13% atau dinyatakan belum tuntas secara klasikal dan pada siklus II terjadi kenaikan secara siknifikan menjadi 93,75% atau dinyatakan tuntas dengan kriteria nilai klasikal dinyatakan tuntas apabila memenuhi angka 85%. Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model CRH untuk materi tematik terpadu pada kelas IV SDK St. Xaverius Surabaya mampu meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa, sehingga dapat direkomendasikan bagi guru SD untuk sering menggunakan model ini dalam upaya meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Jamaris, Martini (2006). Perkembangan Dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak- Kanak Pedoman Bagi Orang Tua Dan Guru. Grasindo: Jakarta. 36

Mendari, Anastasia Sri. (2010) Aplikasi Teori Hierarki Kebutuhan Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Widyawarta, No. 01 Tahun 2014 hal 82. Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Solihatin, Etin. (2011). Cooperative Learning (Analisis Model Pembelaaran IPS). Bumi Aksara: Jakarta Spayanawati, Putu. (2010). Teori Belajar. Surabaya: UNESA. 37