Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

KELARUTAN DAN LARUTAN. Ivan Isroni, S.Si., Apt.

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. atau gabungan antara ketiganya (Mangan, 2003). Akhir-akhir ini penggunaan obat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

LARUTAN. Buffering Agents. Kriteria pemilihan dapar. Dapar tidak selalu dibutuhkan bila :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

DESAIN SEDIAAN FARMASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Kelarutan & Gejala Distribusi

SIRUP. Universitas Gadjah Mada

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

TIK : Mahasiswa kan dapat menjelaskan pengertian, formula dan cara pembuatan bentuk sediaan larutan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian ini dipilih karena tidak menyebabkan iritasi dan toksisitas (Rowe,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

SEDIAAN OBAT MATA PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

SEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

PEMBAHASAN. I. Definisi

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terlarut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan

PENGARUH PENAMBAHAN KOSOLVEN PROPILEN GLIKOL TERHADAP KELARUTAN ASAM MEFENAMAT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula

Farmasi fisika. Arif Budiman

TUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Batasan Partikel partikulat Kelebihan pengisian

II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obat merupakan salah satu kebutuhan yang digunakan dalam upaya

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

SEDIAAN LARUTAN NON STERIL ILMU RESEP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

R E A K S I U J I P R O T E I N

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

Larutan dan Konsentrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana praformulasi injeksi Difenhidramin HCl? Bagaimana formulasi injeksi Difenhidramin HCl?

Transkripsi:

Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga ada yang digunakan secara eksternal seperti larutan asam borat dan spiritus. 2

Pendahuluan Tinktura (secara harfiah berarti cairan berwarna ) dan ekstrak disiapkan dengan ekstraksi obat (kebanyakan dari tumbuhan, jarang yang berasal dari hewan) Campuran alkohol-air adalah media yang biasa digunakan untuk ekstraksi. Ekstrak juga dapat digunakan dalam bentuk ekstrak kental, sama baiknya dengan dalam bentuk ekstrak cairnya. 3

Pendahuluan Formulasi likuid yang lain adalah spiritus, suspensi, emulsi, dan musilago. Spiritus adalah sediaan etanolik yang didapatkan dari destilasi obat dengan etanol. Musilago adalah larutan kental yang dibuat dari obat-obatan berlendir atau pembawa-pembawa sintetis yang mengembang. 4

Desain dan Formulasi Desain sediaan likuid mencakup kombinasi obat (bahan berkhasiat) dengan bahan pembantu (eksipien) untuk meningkatkan akseptabilitas pasien atau efektivitas produk Formulasi sediaan likuid memerlukan beberapa pertimbangan: 1. Konsentrasi obat 2. Kelarutan obat 3. Pemilihan pembawa 4. Stabilitas fisika dan kimia 5. Pengawetan sediaan 6. Pemilihan eksipien yang sesuai, seperti dapar, pensolubilisasi, pemanis, peningkat viskositas, pewarna, dan flavour. 5

Kelarutan/solubilitas Kelarutan suatu zat pada temperatur tertentu didefinisikan secara kuantitatif sebagai konsentrasi solut terlarut dalam suatu larutan jenuh. Obat dalam larutan umumnya berada pada konsentrasi tidak jenuh. Jika jenuh, obat dapat mengkristal akibat perubahan temperatur atau karena seeding dari komponen formula lain atau karena keberadaan partikel partikulat lain dalam larutan. 6

Kelarutan Obat dan komponen lain yang terlarut dalam formula harus masih berada dalam bentuk terlarut selama usia guna (shelf life) dari sediaan belum terlewati. Zat dengan fungsi asam dan basa menunjukkan karakteristik kelarutan yang berbeda sesuai dengan perubahan ph larutan dan konstanta ionisasinya. 7

Kelarutan Kelarutan sebagian besar padatan meningkat seiring meningkatnya temperatur karena kebanyakan bahan kimia mengabsorpsi panas jika dilarutkan. Semakin tinggi panas larutan, semakin besar pengaruh temperatur pada kelarutan 8

Teknik Solubilisasi Jika konsentrasi obat yang dibutuhkan dalam sediaan likuid tidak dapat dicapai karena kelarutan obat di dalam air lebih kecil, maka akan timbul masalah. Solubilisasi adalah proses dengan cara sedemikian rupa sehingga tingkat kelarutan obat yang sulit larut dalam air dapat ditingkatkan. 9

Teknik Solubilisasi Teknik solubilisasi yang biasa digunakan antara lain: a. Penambahan kosolven 1-1000 x b. Pembentukan garam 1-1000 x c. Pembuatan prodrug 1-1000 x d. Kompleksasi 1-100 x e. Penurunan ukuran partikel f. Penggunaan surfaktan (miselisasi) 1-50 x 10

a. Kosolvensi Kosolven adalah pelarut organik bercampur-air yang digunakan dalam formulasi sediaan farmasi likuida untuk meningkatkan kelarutan obat yang sulit larut. Kosolvensi adalah teknik menggunakan kosolven. Kosolvensi sangat efektif untuk meningkatkan kelarutan obat. Keuntungan kosolvensi tidak hanya meningkatkan kelarutan obat, tetapi juga metodenya yang sederhana. 11

a. Kosolvensi Sebagai kosolven biasanya digunakan etanol, sorbitol, gliserin, propilen glikol, dan beberapa PEG. Selain untuk meningkatkan kelarutan obat, kosolven juga dapat meningkatkan kelarutan konstituen volatil yang digunakan dalam meningkatkan flavour dan bau produk cair. 12

a. Kosolvensi Sifat toksik suatu solven akan membatasi atau mengeliminasi penggunaan dalam formulasi obat toksisitas umum, toksisitas organ target, iritasi jaringan. Karena rasa tidak enak dan bau yang kurang menyenangkan, kosolven jarang digunakan sampai kadar 100%. 13

a. Kosolvensi Selain dapat meningkatkan kelarutan obat, kosolven juga dapat mempengaruhi kelarutan senyawa polar lain atau komponen ionik formulasi. Pelarut cenderung melarutkan obat dengan konstanta dielektrik berdekatan atau sama (asumsi ini tidak berlaku mutlak) Dari konstanta dielektrik zat aktif yang telah diketahui, dihitung komposisi pelarut yang sesuai dengan konstanta dielektriknya. 14

b. Pembentukan garam Banyak senyawa obat yang sukar larut, dapat terlarut dalam bentuk garam. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan asam atau basa yang sesuai untuk pengaturan ph (perhatikan stabilitas garam dalam ph larutan) 15

c. Pembentukan prodrug Karakteristik kelarutan suatu obat dapat diubah melalui modifikasi struktur kimia pendekatan prodrug. Contoh: kelarutan betametason dalam air = 5,8 mg/100 ml pada 25 C. Kelarutan ester dinatrium fosfatnya lebih dari 10 g/100 ml. suatu peningkatan kelarutan lebih dari 1500 kali. 16

c. Pembentukan prodrug Kloramfenikol yang relatif larut dalam air diubah menjadi bentuk ester palmitat atau stearat yang tidak larut (sehingga tidak berasa pahit) Jadi, dengan sistem prodrug, kelarutan obat dapat ditingkatkan atau diturunkan. Bentuk prodrug harus terlebih dahulu mengalami biotransformasi sebelum menunjukkan aktivitas farmakologi dalam tubuh. 17

d. Miselisasi Jika surfaktan ditambahkan pada cairan dengan konsentrasi rendah, surfaktan cenderung berada pada antarmuka udara-cairan. Penambahan surfaktan selanjutnya akan menyebabkan antarmuka jenuh dan kelebihan molekul akan dipaksa masuk ke dalam ruahan cairan. Jika konsentrasi surfaktan meningkat lagi, maka akan terbentuk agregat atau misel, dan konsentrasi di mana terbentuk misel dikenal sebagai konsentrasi misel kritis (KMK, CMC) 18

d. Miselisasi Solubilisasi terjadi karena solut dijerat di dalam atau diadsorpsi pada misel. Jadi, kemampuan larutan surfaktan melarutkan atau mensolubilisasi bahan tidak larut berawal pada KMK dan meningkat sesuai konsentrasi misel. Surfaktan dengan HLB > 15 adalah pensolubilisasi terbaik. 19

Stabilitas Sediaan Likuid Oral Umumnya obat kurang stabil jika berada dalam media cair daripada sediaan padat. Komposisi sediaan likuid oral lebih kompleks daripada sediaan parenteral mempengaruhi stabilitas produk. Stabilitas produk juga dipengaruhi oleh eksipien, seperti pewarna, flavour, pengawet, pensolubilisasi, pengental, dan bahan pemanis. 20

Eksipien--Pengawet Pengawet yang sering digunakan dalam sediaan farmasi Pengawet Konsentrasi lazim (%) Asam -Fenol -Klorkesol -Ofenil fenol -Ester alkil as. P. hidroksi benzoat -Asam benzoat & garamnya -Asam borat & garamnya Netral -Klorbutol -Benzil alkohol -B-fenil etil alkohol Senyawa merkuri -Tiomersal -Fenil merkuri asetat & nitrat -Nitromersol Senyawa amonium kwartener -Benzalkonium klorida -Setil piridinium klorida 0,2 0,5 0,05 0,1 0,005 0,01 0,001 0,02 0,1 0,3 0,05 1 0,5 1,0 0,2 1,0 0,001 0,1 0,002 0,005 0,001 0,1 0,004 0,02 0,01 0,02 21

Suspending agents 22

Formulasi Suspensi 23

Emulgator alam 24

Maturnuwun 25