FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

Dewi Rahmawati, Anita Sukmawati dan Peni Indrayudha *) Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL HERBA PATIKAN KEBO KONSENTRASI 5%, 7,5%, DAN 10% DENGAN BASIS VANISHING CREAM

FORMULASI KRIM PENYEMBUH LUKA TERINFEKSI Staphylococcus aureus EKSTRAK DAUN TAPAK KUDA (Ipomoea pes-caprae (L.) Sweet PADA TIPE A/M

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

OPTIMASI FORMULA SALEP ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS

AKTIVITAS ANTIJAMUR KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU MONYET

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOLIK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) DENGAN BASIS A/M DAN M/A NASKAH PUBLIKASI

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH MAHKOTA DEWA

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

PENGARUH VARIASI GELLING AGENT

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOLIK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) DENGAN BASIS HPMC NASKAH PUBLIKASI

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Larutan bening. Larutab bening. Endapan hijau lumut. Larutan hijau muda

Optimasi Campuran Carbopol 941 dan HPMC dalam Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Daun Jambu Mete secara Simplex Lattice Design

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

FORMULASI SEDIAAN SABUN WAJAH MINYAK ATSIRI KEMANGI

FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus

Formulasi Ekstrak Daun Kokang (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) dalam Bentuk Gel Anti Acne

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA

AKTIVITAS ANTIFUNGI KRIM DAUN KETEPENG CINA (Senna alata L. Roxb.) TERHADAP Trichophyton mentagrophytes ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL HERBA PATIKAN KEBO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Oleh : PEMBAYUN K SURAKARTA

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

EVALUASI MUTU SALEP DENGAN BAHAN AKTIF TEMUGIRING, KENCUR DAN KUNYIT

FORMULASI DAN UJI STABILITAS KRIM EKSTRAK ETANOLIK DAUN BAYAM DURI (Amaranthus spinosus L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

FORMULASI SUSPENSI DOKSISIKLIN MENGGUNAKAN SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI: UJI STABILITAS FISIK DAN DAYA ANTIBAKTERI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

PENGARUH PENAMBAHAN CARBOMER 934 DAN SETIL ALKOHOL SEBAGAI EMULGATOR DALAM SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOLIK BUNGA KEMBANG SEPATU

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH STRAWBERRY (Fragaria Sp.)

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah eksperimental

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA

BAB III. METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Rufi Andaryekti 1, Mufrod 2, Siti Munisih 1 1 Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi YAYASAN PHARMASI 2 Universitas Gadjah Mada

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan

PEMBUATAN SEDIAAN KRIM ANTIAKNE EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK

PENGARUH ASAM OLEAT TERHADAP LAJU DIFUSI GEL PIROKSIKAM BASIS AQUPEC 505 HV IN VITRO

I. PENDAHULUAN. adalah pewarna bibir. Pewarna bibir termasuk dalam sediaan kosmetik. untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit sehingga dapat

PEMANFAATAN EKSTRAK ETANOL DAUN SOM JAWA SEBAGAI OBAT ANTISEPTIK DALAM SEDIAAN GEL ANTISEPTIK KULIT

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental dengan

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

FORMULASI SEDIAAN LOSIO DARI EKSTRAK KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus L. (Merr)) SEBAGAI TABIR SURYA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

Budi Raharjo, Agitya Resti Erwiyani*, Ahmad Muhziddin. ABSTRACT

FORMULASI SALEP EKSTRAK HERBA PEGAGAN

UJI STABILITAS FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI PALA

Wina Rahayu Selvia, Dina Mulyanti, Sri Peni Fitrianingsih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nama Sediaan Kosmetika Tujuan Pemakaian II. Karakteristik Sediaan

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : Prakhas Adhitya J.

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN HAND SANITIZER KOMBINASI EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM SANCTUM L) DAN EKSTRAK KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix)

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2015, hal Vol. 12 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

UJI KONTROL KUALITAS SEDIAAN SALEP GETAH PEPAYA (Carica papaya L) MENGGUNAKAN BASIS HIDROKARBON. Intisari

Lampiran 1. Hasil identifikasi tanaman jambu bol (Syzygiun malaccense L. Merr & Perry)

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

Transkripsi:

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) KONSENTRASI 6% DAN 10% DENGAN BASIS COLD CREAM DAN VANISHING CREAM SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus NASKAH PUBLIKASI Oleh: VIVIN SULISTIYANA PUTRI K 100 090 069 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) KONSENTRASI 6% DAN 10% DENGAN BASIS COLD CREAM DAN VANISHING CREAM SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus FORMULATION CREAM ETHANOL EXTRACT OF (Centella asiatica (L.) Urban) HERB CONCENTRATION 6% AND10% WITH COLD CREAM AND VANISHING CREAM BASE AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY AGAINST Staphylococcus aureus Vivin Sulistiyana Putri*#, T.N. Saifullah Sulaiman**, dan Peni Indrayudha* *Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta ** Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada #Email : vivinlistyana_putri@ymail.com ABSTRAK Ekstrak etanol herba pegagan mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, salah satu bakteri penyebab infeksi piogenik pada kulit. Kemudahan penggunaan dan efektivitas ekstrak etanol herba pegagan sebagai antibakteri bisa ditingkatkan dengan memformulasikan ekstrak dalam sediaan krim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan formulasi krim ekstrak etanol herba pegagan terhadap sifat fisik dan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Krim diformulasikan dalam dua tipe basis yaitu cold cream dan vanishing cream dengan penambahan variasi konsentrasi ekstrak 6% dan 10%. Evaluasi sediaan krim yang dilakukan meliputi pemeriksaan organoleptis, homogenitas, ph, viskositas, daya sebar, daya lekat, dan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Pengamatan aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar sumuran. Data uji sifat fisik dan aktivitas antibakteri yang diperoleh dianalisis dengan Anova dua jalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim ekstrak etanol herba pegagan dengan basis vanishing cream mempunyai daya sebar dan aktivitas antibakteri lebih besar serta viskositas dan daya lekat lebih rendah dibandingkan krim ekstrak etanol herba pegagan dengan basis cold cream. Aktivitas antibakteri krim ekstrak etanol herba pegagan dengan basis vanishing cream mempunyai diameter zona hambat sebesar 8,12 ± 0,14 pada konsentrasi ekstrak 6% dan 9,25 ± 0,29 pada konsentrasi ekstrak 10%, sedangkan krim ekstrak etanol herba pegagan dengan basis cold cream mempunyai diameter zona hambat sebesar 7,06 ± 0,12 dan 7,62 ± 0,14 masingmasing pada konsentrasi ekstrak 6% dan 10%. Kata kunci : Pegagan, Staphylococcus aureus, cold cream, vanishing cream, antibakteri ABSTRACT Ethanol extract of (Centella asiatica (L.) Urban) herb has antibacterial activity against Staphylococcus aureus, one of bacterial caused pyogenic infection. To easier for used and increased effectiveness as an antibacterial, ethanol extract of Centella asiatica herb should be formulated in cream. This research aims to know influence of formulations cream ethanol extract of Centella asiatica herb toward physical characteristics and antibacterial activity against Staphylococcus aureus. Cream formulated two types of cold cream and vanishing cream with addition extract in concentration of 6% and 10%. Cream evaluated physical characteristics (organoleptic, homogeneity, ph, viscosity, dispersive power, and adhesion) and antibacterial activity against Staphylococcus aureus. Antibacterial activity is obtained by measuring diameter of inhibition zone formed around the cream. Data for physical characteristic and antibacterial activity were analyzed using two way Anova. The results showed that cream ethanol extract of Centella asiatica herb with vanishing cream base has a greater dispersive power and antibacterial activity but has lower adhesion and viscosity than cream ethanol extract of Centella asiatica herb with cold cream base. Antibacterial activity of cream ethanol extract of Centella asiatica herb with vanishing cream base has a diameter of inhibition zone of 8.12 ± 0.14 for addition extract concentration 6% and 9.25 ± 0.29 1

extract concentration 10%. Whereas cream ethanol extract of Centella asiatica herb with cold cream base has a diameter of inhibition zone of 7.06 ± 0.12 and 7.62 ± 0.14, respectively for addition extract concentration 6% and 10%. Key words : Centella asiatica, Staphylococcus aureus, cold cream, vanishing cream, antibacterial PENDAHULUAN Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri penyebab infeksi piogenik pada kulit. Infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus antara lain bisul, jerawat, dan infeksi luka (Gould & Brooker, 2003). Pada bisul atau abses, seperti jerawat dan borok, lipase Staphylococcus aureus melepaskan asamasam lemak dari lipid dan menyebabkan iritasi jaringan. Menurut penelitian Jagtap et al., (2009) ekstrak etanol herba pegagan bisa menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kadar hambat minimum (KHM) 0,125 mg/ml. Zona hambat yang dihasilkan sebesar 8 mm. Ekstrak etanol herba pegagan pada penelitian ini diformulasikan dalam bentuk krim untuk meningkatkan kemudahan penggunaan dan efektivitasnya sebagai antibakteri. Penelitian ini menggunakan dua tipe basis krim yaitu cold cream dan vanishing cream. Dalam krim, basis merupakan komponen penting yang bisa mempengaruhi sifat fisik dan pelepasan zat aktif (Joenoes, 2006). Kedua basis krim tersebut dipilih karena beberapa kelebihan yang dimilikinya. Vanishing cream merupakan krim tipe minyak dalam air yang mengandung asam stearat dan trietanolamin. Asam stearat dengan trietanolamin akan membentuk krim tipe minyak dan air yang stabil dan halus (Rowe et al., 2009). Sedangkan cold cream merupakan krim tipe air dalam minyak, dimana tipe basis ini mempunyai daya melekat yang baik pada kulit (Lachman et al., 1994). Menurut Rahmawati et al., (2010) pelepasan zat aktif dari basis sangat dipengaruhi oleh viskositas. Formula vanishing cream mengandung komponen air lebih banyak dibandingkan cold cream sehingga viskositas vanishing cream lebih rendah dibandingkan cold cream. Pada prinsipnya, viskositas mempunyai hubungan berbanding terbalik dengan koefisien difusi (kecepatan ekstrak keluar dari basis) (Aulton, 2003). Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kemampuan ekstrak dalam aktivitasnya sebagai antibakteri Staphylococcus aureus. Krim ekstrak etanol herba pegagan akan diformulasikan dengan variasi konsentrasi ekstrak sebesar 6% dan 10%. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh basis cold cream dan vanishing cream serta variasi konsentrasi ekstrak etanol herba pegagan 6% dan 10% terhadap sifat fisik (viskositas, daya sebar, dan daya lekat) krim dan aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus.

METODOLOGI PENELITIAN Alat : Rotary evaporator (Heidolph), alatalat gelas (Pyrex), inkubator (Memmert), waterbath, oven (Memmert), autoclave, viskometer VT04E RION, LAF, dan alat uji daya melekat. Bahan : Simplisia herba pegagan (Merapi Farma Herba), Staphylococcus aureus, etanol 96% (teknis), etanol 70% (teknis), aquadest steril, Mueller Hinton (Oxoid), Manitol Salt Agar (Oxoid), BHI (Oxoid), DMSO (Merck), standar Mc. Farland, asam stearat (Braptaco), trietanolamin (Braptaco), gliserin (Braptaco), natrium tetraborat (Merck), cera alba (Braptaco), setil alkohol (Braptaco), span 80 (Braptaco), paraffin liquidum (Braptaco), dan kertas ph indikator. JALANNYA PENELITIAN Penyiapan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia herba pegagan yang diperoleh dari Merapi Farma Herba, Yogyakarta. Simplisia yang diperoleh kemudian diserbuk menggunakan blender. Pembuatan Ekstrak Etanol Herba Pegagan Ekstraksi pegagan dilakukan dengan cara maserasi. Sebanyak 950 gram serbuk simplisia herba pegagan direndam dalam 7,125 liter larutan etanol 96% selama 3 hari, kemudian maserat dipisahkan dengan disaring menggunakan kertas saring. Proses diulangi satu kali dengan jumlah etanol 96% yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotary evaporator, selanjutnya diuapkan di atas waterbath hingga diperoleh ekstrak kental (BPOM RI, 2010). Uji Sifat Fisik Ekstrak Etanol Herba Pegagan Uji sifat fisik ekstrak etanol herba pegagan meliputi pemeriksaan organoleptis (bentuk, bau, warna, dan rasa); ph; viskositas; daya sebar; daya lekat; dan uji aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Pembuatan Krim Ekstrak Etanol Herba Pegagan Pembuatan basis cold cream dilakukan dengan cara fase minyak (setil alkohol, cera alba, span 80, dan paraffin liquidum) dan fase air (natrium benzoat, dan aquadest) masingmasing dipanaskan di atas penangas air pada suhu 70ºC hingga melebur sempurna. Fase air kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam fase minyak, diaduk dalam mortir hangat hingga dingin dan terbentuk massa krim. Dimasukkan ekstrak etanol herba pegagan 3

dalam mortir lain, kemudian ditambahkan basis krim sedikit demi sedikit dan diaduk hingga homogen. Krim dimasukkan dalam pot salep. Bahan Ekstrak herba pegagan Setil alkohol Cera alba Span 80 Paraffin liquidum Natrium benzoat Asam stearat Trietanolamin Gliserin Aquadest Tabel 1. Formula krim ekstrak etanol herba pegagan Formula krim Cold cream (g) Vanishing cream (g) I II III IV 6 10 6 10 15 15 12,5 12,5 3,75 3,75 29 29 0,2 0,2 0,2 0,2 15 15 1,5 1,5 10 10 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Pembuatan basis vanishing cream dengan cara fase minyak (asam stearat) dan fase air (trietanolamin, gliserin, natrium benzoat, dan aquadest) masingmasing dipanaskan di atas penangas air pada suhu 70ºC hingga melebur sempurna. Fase minyak kemudian ditambahkan ke dalam fase air, diaduk dalam mortir hangat hingga dingin dan terbentuk massa krim. Dimasukkan ekstrak etanol herba pegagan dalam mortir lain, kemudian ditambahkan basis krim sedikit demi sedikit dan diaduk hingga homogen. Krim dimasukkan dalam pot salep. Uji Krim Uji sifat fisik krim ekstrak etanol herba pegagan meliputi pengujian secara organoleptis (bentuk, bau, dan warna); ph; homogenitas; viskositas; daya sebar; daya lekat; dan uji aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Pengujian aktivitas antibakteri krim dilakukan secara in vitro dengan metode difusi (sumuran). ANALISIS DATA Analisis statistik terhadap data hasil uji sifat fisik krim (viskositas, daya sebar, dan daya lekat) dan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus (diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar sumuran) dilakukan dengan Anova dua jalan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi Herba Pegagan Hasil akhir diperoleh ekstrak kental berwarna hijau kehitaman dan berbau khas pegagan. Ekstrak etanol herba pegagan yang diperoleh sebanyak 81,6 gram dengan rendemen sebesar 8,58% (b/b). Besar rendemen yang diperoleh sudah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Depkes RI (2008) yaitu tidak kurang dari 7,2% (b/b).

Hasil Uji Sifat Fisik Ekstrak Etanol Herba Pegagan Hasil pemeriksaan organoleptis ekstrak etanol herba pegagan pada Tabel 2 menunjukkan ekstrak berbentuk kental. Hal ini diperkuat dengan hasil uji viskositas ekstrak yaitu 4.000 dpas. Tabel 2. Hasil uji sifat fisik ekstrak etanol herba pegagan Pengujian Standar FHI (Farmakope Herbal Indonesia) Hasil Pengujian 1. Organoleptis a. Bentuk b. Bau c. Warna d. Rasa 2. Viskositas 3. Daya sebar 4. Daya lekat 5. ph Kental Tidak khas Cokelat tua Agak pahit Kental Khas pegagan Hijau kehitaman Pahit 4.000 dpas 5,18 cm 2 77,32 menit 5 Hasil pengujian organoleptis terhadap bau, rasa, dan warna hanya bersifat deskriptif dan tidak bisa dianggap sebagai standar kemurnian dari bahan tersebut. Hasil sifat organoleptis bisa berbeda dikarenakan pengamatan yang dilakukan secara individual. Ekstrak etanol herba pegagan cenderung bersifat asam dengan nilai ph 5. Nilai ph yang dihasilkan masih berkisar dalam rentang ph kulit yaitu 4,06,0 (Akhtar et al., 2011) sehingga ekstrak etanol herba pegagan tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Kemampuan penyebaran ekstrak etanol herba pegagan relatif rendah, jika ekstrak dioleskan pada kulit akan sukar menyebar dan mempengaruhi keefektifan ekstrak. Daya lekat yang dihasilkan pun juga sangat tinggi sehingga jika dioleskan langsung pada kulit akan membuat ketidaknyaman pada pemakai karena konsistensinya yang sangat kental membuat ekstrak bersifat lengket. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Krim Ekstrak Etanol Herba Pegagan Tabel 3. Hasil uji organoleptis krim ekstrak etanol herba pegagan Formula Bentuk Bau Warna Homogenitas K1 Semipadat, tidak berminyak Khas asam stearat Putih Homogen F1 Semipadat, tidak berminyak Khas pegagan Hijau muda Homogen F2 Semipadat, tidak berminyak Khas pegagan Hijau tua Homogen K2 Semipadat, berminyak Khas cera alba Putih kekuningan Homogen F3 Semipadat, berminyak Khas pegagan Hijau muda Homogen F4 Semipadat, berminyak Khas pegagan Hijau tua Homogen Keterangan: K1 : Vanishing cream K2 : Cold cream F1 : (Ekstrak 6% dalam vanishing cream) F3 : (Ekstrak 6% dalam cold cream) F2 : (Ekstrak 10% dalam vanishing cream) F4 : (Ekstrak 10% dalam cold cream) Keempat formula krim ekstrak etanol herba pegagan baik dengan menggunakan basis cold cream maupun vanishing cream secara organoleptis berbentuk semipadat. Perbedaan keempat formula tersebut bisa dilihat dari penampakan krim. Penampakan F3 5

dan F4 (krim dengan basis cold cream) lebih berminyak dibandingkan F1 dan F2 (krim dengan basis vanishing cream) karena cold cream merupakan krim tipe air dalam minyak yang mengandung fase minyak lebih banyak dibandingkan fase airnya. Keempat formula krim juga mempunyai bau khas seperti ekstrak yang terkandung di dalamnya yaitu pegagan. Dari segi warna, krim F1 dan F3 dengan kandungan ekstrak 6% berwarna hijau muda. Krim F2 dan F4 dengan kandungan ekstrak 10% berwarna hijau tua. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak yang terkandung di dalam krim maka semakin pekat pula warna yang dihasilkan oleh krim. Gambar 1. Basis cold cream, vanishing cream, dan krim ekstrak etanol herba pegagan Keterangan: K1 : Vanishing cream K2 : Cold cream F1 : (Ekstrak 6% dalam vanishing cream) F3 : (Ekstrak 6% dalam cold cream) F2 : (Ekstrak 10% dalam vanishing cream) F4 : (Ekstrak 10% dalam cold cream) Sediaan krim yang baik harus homogen sehingga distribusi bahan obat merata. Pengujian homogenitas dilakukan secara visual dengan mengamati warna krim dan ada tidaknya bagianbagian yang tidak tercampurkan dengan baik pada semua formula krim. Keempat formula ekstrak etanol herba pegagan (F1, F2, F3, dan F4) pada pengujian homogenitas terbukti homogen. Hal ini dibuktikan dengan warna krim yang merata untuk setiap formula dan tidak ditemukannya partikel dalam krim karena bahanbahan dalam krim sudah tercampur dengan baik. Hasil Uji ph Tabel 4. Hasil uji ph krim ekstrak etanol herba pegagan Formula ph K1 6 F1 6 F2 6 K2 6 F3 6 F4 6 Hasil uji ph pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai ph dari keempat formula krim ekstrak etanol herba pegagan masih berada dalam rentang ph kulit 4,06,0 (Akhtar et al., 2011) setelah diformulasikan dalam basis cold cream dan vanishing cream sehingga krim tidak mengiritasi kulit. Keempat formula krim dengan variasi konsentrasi ekstrak mempunyai nilai ph yang sama yaitu 6. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan

variasi konsentrasi ekstrak etanol herba pegagan pada cold cream dan vanishing cream tidak berpengaruh terhadap sifat keasaman atau kebasaan dari krim. Kestabilan ph krim tersebut kemungkinan dikarenakan dalam keempat formula krim ekstrak etanol herba pegagan terkandung natrium tetraborat yang selain berfungsi sebagai bahan pengawet, natrium tetraborat juga berfungsi sebagai buffering agent sehingga kestabilan ph krim bisa terjaga. Hasil Uji Viskositas Viskositas menyatakan besarnya tahanan yang dihasilkan krim ekstrak etanol herba pegagan. Viskositas keempat formula krim ekstrak etanol herba pegagan sudah memenuhi standar viskositas krim yang ideal yaitu tidak kurang dari 50 dpas (Gozali et al., 2009). Gambar 2 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak berpengaruh terhadap viskositas krim. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar pula viskositas krim ekstrak etanol herba pegagan, meskipun demikian viskositas krim dengan basis cold cream tetap lebih besar dibandingkan krim dengan basis vanishing cream, artinya krim dengan basis cold cream mempunyai tahanan lebih besar dibandingkan krim dengan basis vanishing cream sehingga akan berpengaruh terhadap kemudahan penggunaannya pada kulit. Semakin tinggi viskositas krim maka akan semakin sukar krim tersebut dioleskan pada kulit. Viskositas (dpas) 350 300 250 200 150 100 50 0 300 250 200 160 125 100 0 6 10 Vanishing cream Cold cream Konsentrasi ekstrak (%) Gambar 2. Grafik hubungan antara konsentrasi ekstrak (%) dengan viskositas (dpas). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar viskositas krim ekstrak etanol herba pegagan. Viskositas berpengaruh terhadap konsistensi krim. Viskositas krim yang tinggi menyebabkan konsistensi yang dimiliki krim lebih kental. Hal tersebut dikarenakan cold cream (basis tipe air dalam minyak) mengandung lebih banyak fase minyak sehingga konsistensinya jauh lebih tinggi dibandingkan vanishing cream (basis tipe minyak dalam air) yang mengandung 70% fase air. Penambahan cera alba dan setil alkohol juga mempengaruhi konsistensi dari cold cream (Rowe et al., 2009). 7

Hasil Uji Daya Sebar Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka luas area penyebaran krim semakin kecil. Semakin luas area penyebaran yang dihasilkan oleh suatu krim maka krim tersebut akan mempunyai kemampuan penyebaran yang lebih baik saat dioleskan. Kemampuan daya menyebar formula krim dengan vanishing cream lebih tinggi dibandingkan formula krim dengan cold cream. Vanishing cream lebih mudah menyebar karena adanya gliserin yang berfungsi sebagai humektan yaitu untuk mempertahankan tingkat kandungan air dalam krim dengan mengurangi penguapan air sehingga krim lebih mudah menyebar dan tetap terjaga kelembabannya. Daya menyebar tidak bisa dijadikan sebagai data absolut karena tidak ada literatur yang menyebutkan angka idealnya secara pasti (Suardi et al., 2005), meskipun demikian sediaan krim diharapkan bisa menyebar dengan luas agar bisa menutupi daerah yang diobati. 60 Vanishing cream Luas penyebaran (cm 2 ) 50 40 30 20 10 46,73±1,19 22,08±0,97 38,69±1,42 17,42±0,68 Cold cream 29,63±1,65 12,23±0,62 0 0 6 10 Konsentrasi ekstrak (%) Gambar 3. Grafik hubungan antara konsentrasi ekstrak (%) dengan daya sebar (cm 2 ). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin kecil luas area penyebaran krim ekstrak etanol herba pegagan. Adanya perbedaan daya sebar krim pada keempat formula krim ekstrak etanol herba pegagan diperkuat dengan hasil analisis daya sebar dengan Anova dua jalan yang menunjukkan bahwa p=0,00 (p<0,05), artinya perbedaan tipe basis krim, penambahan variasi konsentrasi ekstrak, dan interaksi kedua variabel (perbedaan tipe basis krim dan variasi konsentrasi ekstrak) berpengaruh terhadap luas penyebaran krim. Hasil Uji Daya Lekat Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka waktu melekat krim semakin lama. Semakin lama waktu melekat krim maka krim juga akan melekat semakin lama pada kulit sehingga akan semakin banyak zat aktif dari krim yang diabsorbsi oleh kulit. Kemampuan daya melekat formula krim dengan cold cream lebih

tinggi dibandingkan formula krim dengan vanishing cream. Daya lekat krim dipengaruhi oleh viskositas. Semakin tinggi viskositas maka semakin lama waktu melekat krim pada kulit. Berdasarkan Gambar 2 viskositas cold cream lebih besar dibandingkan vanishing cream. Daya lekat (detik) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 7,76±0,03 5,70±0,10 Vanishing cream 3,69±0,07 Cold cream 2,21±0,04 1,39±0,02 0,86±0,06 0 6 10 Konsentrasi ekstrak (%) Gambar 4. Grafik hubungan antara konsentrasi ekstrak (%) dengan daya lekat (detik). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin lama waktu melekat krim ekstrak etanol herba pegagan. Adanya perbedaan daya lekat krim pada keempat formula krim ekstrak etanol herba pegagan diperkuat dengan hasil analisis daya lekat dengan Anova dua jalan yang menunjukkan bahwa p=0,00 (p<0,05), artinya perbedaan tipe basis krim, penambahan variasi konsentrasi ekstrak, dan interaksi kedua variabel (perbedaan tipe basis krim dan variasi konsentrasi ekstrak) berpengaruh terhadap daya lekat krim. Hasil Identifikasi Staphylococcus aureus A B C Gambar 5. Hasil identifikasi Staphylococcus aureus. Pengecatan Gram tampak menghasilkan warna ungu dan pada uji MSA terjadi perubahan warna dari merah menjadi kuning. Keterangan: A : Hasil mikroskopik Staphylococcus aureus B : Hasil uji MSA C : Kontrol uji MSA 9

Pengecatan Gram menghasilkan warna ungu yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut merupakan bakteri Gram positif. Pengamatan secara mikroskopik terlihat bahwa koloni bakteri berbentuk bulat dan bergerombol seperti anggur, artinya bakteri tersebut termasuk dalam golongan Staphylococcus. Untuk memastikan apakah bakteri tersebut merupakan Staphylococcus aureus maka identifikasi dilanjutkan dengan uji MSA. Secara teori hanya bakteri Staphylococcus aureus saja yang bisa memfermentasi media MSA (Rosilawati et al., 2008). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna media MSA dari merah menjadi kuning, artinya bakteri tersebut mampu memfermentasi media MSA sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri yang digunakan adalah Staphylococcus aureus. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Pengujian aktivitas antibakteri krim ekstrak etanol herba pegagan dilakukan dengan cara membuat 9 sumuran pada pada media MH (Mueller Hinton) yang sebelumnya telah ditanami bakteri Staphylococcus aureus. Masingmasing sumuran berisi F1, F2, F3, F4, K1, K2, ekstrak 6%, ekstrak 10%, dan DMSO. Krim yang dimasukkan sumuran seberat 0,1 gram. Adanya aktivitas antibakteri dari krim ekstrak etanol herba pegagan bisa dilihat dari besarnya zona hambat yang terbentuk di sekitar sumuran setelah diinkubasi pada suhu 37º C selama ± 1824 jam (Gambar 6). A Gambar 6. Hasil uji aktivitas antibakteri krim ekstrak etanol herba pegagan. Formula 2 tampak mempunyai zona hambat paling besar. Keterangan: A : Hasil formula krim ekstrak etanol herba pegagan B : Kontrol aktivitas antibakteri Kontrol negatif pada uji aktivitas antibakteri pada penelitian ini adalah DMSO, KI, dan K2 sedangkan ekstrak etanol herba pegagan 6% dan 10% digunakan sebagai kontrol positif. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol herba pegagan mengalami penurunan setelah diformulasikan ke dalam sediaan krim baik dengan menggunakan basis cold cream maupun vanishing cream (Tabel 5). B

Tabel 5. Hasil pengukuran diameter zona hambat Formula Ratarata zona hambat (mm) ± SD 6% 8,62 ± 0,14 10% 10,37 ± 0,14 DMSO 6,00 ± 0,00 K1 6,00 ± 0,00 F1 8,12 ± 0,14 F2 9,25 ± 0,29 K2 6,00 ± 0,00 F3 7,06 ± 0,12 F4 7,62 ± 0,14 Keterangan: Zona hambat tersebut termasuk diameter sumuran 6 mm K1 : Vanishing cream K2 : Cold cream F1 : (Ekstrak 6% dalam vanishing cream) F3 : (Ekstrak 6% dalam cold cream) F2 : (Ekstrak 10% dalam vanishing cream) F4 : (Ekstrak 10% dalam cold cream) 6% : Ekstrak 6% 10% : Ekstrak 10% Krim dengan basis vanishing cream mempunyai aktivitas antibakteri lebih besar dibandingkan krim dengan basis cold cream. Hal tersebut bisa dihubungkan dengan besarnya viskositas krim ekstrak etanol herba pegagan (Gambar 2). Menurut Aulton (2003), viskositas mempunyai hubungan berbanding terbalik dengan kecepatan difusi semakin tinggi viskositas maka akan semakin tinggi tahanan dari suatu senyawa obat untuk berdifusi keluar dari basisnya sehingga pelepasan obat dari basisnya menjadi lambat. Viskositas krim dengan basis vanishing cream lebih kecil dibandingkan krim dengan basis cold cream. Artinya, semakin kecil viskositas maka akan semakin rendah tahanan dari suatu senyawa obat untuk berdifusi keluar dari basisnya sehingga pelepasan obat dari basisnya menjadi cepat. Dari segi variasi konsentrasi ekstrak, aktivitas antibakteri pada kedua krim dengan basis cold cream dan vanishing cream meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak etanol herba pegagan. Tabel 6. Hasil analisis aktivitas antibakteri dengan Anova dua jalan Variabel Keterangan Perbedaan tipe basis krim Berbeda bermakna Variasi konsentrasi ekstrak Berbeda bermakna Interaksi antara perbedaan tipe basis krim dengan variasi konsentrasi ekstrak Berbeda bermakna Hasil analisis aktivitas antibakteri krim ekstrak etanol herba pegagan dengan Anova dua jalan menunjukkan bahwa adanya perbedaan tipe basis krim, penambahan variasi konsentrasi ekstrak, dan interaksi kedua variabel (perbedaan tipe basis krim dan variasi konsentrasi ekstrak) berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri krim. KESIMPULAN 1. Krim ekstrak etanol herba pegagan 6% dan 10% dengan basis vanishing cream mempunyai daya sebar lebih besar dan viskositas serta daya lekat lebih rendah 11

dibandingkan krim ekstrak etanol herba pegagan 6% dan 10% dengan basis cold cream. 2. Krim ekstrak etanol herba pegagan 6% dan 10% dengan basis vanishing cream mempunyai aktivitas antibakteri lebih besar dibandingkan krim ekstrak etanol herba pegagan 6% dan 10% dengan basis cold cream. SARAN 1. Perlu dilakukan uji stabilitas untuk mengetahui kestabilan krim selama penyimpanan. 2. Perlu dilakukan uji acceptability kepada beberapa sukarelawan untuk mengetahui formula krim ekstrak etanol herba pegagan mana yang lebih disukai dan apakah krim ekstrak etanol herba pegagan menimbulkan iritasi pada kulit setelah pemakaian. DAFTAR PUSTAKA Akhtar, A., Khan, B., & Mahmood, S., 2011, Formulation Development and Moiturising Effects of a Topical Cream of Aloe vera Extract, World Academy of Science, Enginering and Technology, 177178. Aulton, M. E., 2003, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Second Edition, 408, ELBS Fonded by British Goverment. BPOM RI, 2010, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Revisi, Vol.1, 181189, Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi 1, Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Gould, D., & Brooker, C., 2003, Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat, 152156, EGC, Jakarta. Gozali, D., Abdassah, M., & Lathiefah, S., 2009, Formulasi Krim Pelembab Wajah yang Mengandung Tabir Surya Nanopartikel Zink Oksida Salut Silikon, Jurnal Farmaka, 7 (1), 42. Jagtap, N., Khadabadi, S., & Banarase, N., 2009, Antimicrobial and Antifungal Activity of Centella asiatica (L.) Urban, Umbeliferae, Research J. Pharm and Tech, 2(2), 329. Joenoes, N. Z., 2006, Resep Yang Rasional, Jilid 2, 121129, Airlangga University Press, Surabaya. Lachman, L., Lieberman, H., & Kanig, J., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri II, Edisi 3, diterjemahkan oleh Suyatmi, S., 1117, Indonesia University Press, Jakarta. Rahmawati, D., Sukmawati, A., & Indrayudha, P., 2010, Formulasi Krim Minyak Atsiri Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val & Zijp) : Uji Sifat Fisik dan Daya Antijamur terhadap Candida albicans Secara In Vitro, Majalah Obat Tradisional, 15(2), 5653.

Rowe, R., Sheskey, P., & Quinn, M., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6 th, 155156, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, USA. Rosilawati, E., Tirtiana, L., & AlArief, A., 2008, Identifikasi Staphylococcus aureus Penyebab Mastitis dengan Uji Fermentasi Mannitol dan Deteksi Produksi Asetoin pada Sapi Perah di Wilayah Kerja Koperasi Usaha Tani Ternak Suka Makmur Grati Pasuruan, Veterineria Medika, 1 (3). Suardi M., Armenia, dan Maryawati A., 2005, Formulasi dan Uji klinik Gel Anti Jerawat Benzoil PeroksidaHPMC, Karya Ilmiah, Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Sumatra Barat. 13