BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. item jawaban pertanyaan penelitian sebelumnya untuk mendapatkan hasil jawaban

BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA

PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS KELAS II MI AR-ROCHMAN SAMARANG GARUT

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. pertama, yaitu kategori kosakata dasar yang dikuasai siswa di sekolah dasar sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PRESENT TENSE.

BAB VII FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB V KESALAHAN DALAM PEMEROLEHAN BAHASA. dalam kata, pemerolehan dalam kalimat, dan pemerolehan makna dalam kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. mereka sehingga terwujud keprofesionalan yang mantap. Seorang guru dituntut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. pemecahan masalah yang ada pada bahan ajar bahasa Inggris SD kelas satu, maka

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta

SILABUS KLS VII. SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS : VII

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai alat

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal paling utama dalam kehidupan. Pendidikan

METODE KONTEMPORER. v RESPON FISIK TOTAL v PENGAJARAN BAHASA KOMUNIKATIF v PENDEKATAN ALAMIAH

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tips cara menjawab soal Bahasa Inggris Tertulis 2013

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. tenses yang tepat. Kesulitan ini mungkin disebabkan adanya fakta bahwa

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SD/MI KELAS II - SEMESTER 1

PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan pendidikan. Bahasa Inggris memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif ditunjang oleh metode kuantitatif. Metode

I. PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP

BAB I PENDAHULUAN. linguistik (Austin & Sallabank, 2011). Melalui bahasa, seseorang dapat. dimaksudkan oleh penyampai pesan kepada orang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan produktif meliputi kemampuan berbicara dan menulis, sedangkan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Teks Transaksional Meminta dan Memberi Informasi Tentang

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

2016 PEMEROLEHAN KALIMAT PASIF BAHASA SUND A PAD A ANAK USIA PRASEKOLAH

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

42. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN. analitis dan imajinasi yang ada dalam dirinya. kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan atau tulisan yang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SD/MI KELAS III - SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA. Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

Transkripsi:

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebelum pembahasan mengenai pemahaman kosakata siswa di sekolah dasar dianggap perlu untuk meninjau karya tulis yang terkait dengan penelitian ini. Kajian tentang pemberdayaan pemahaman kosakata dalam pembelajaran di bidang pendidikan sesungguhnya sudah ada yang melakukan secara mendalam terhadap pemahaman pada beberapa kosakata yang belum diketahui oleh para siswa. Kajian pustaka dituangkan dalam bentuk buku atau berupa hasil penelitian, di antaranya diuraikan sebagai berikut. Buku dengan judul Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia oleh Soenjono (2003) mengungkapkan temuan bahwa anak usia lima tahun sudah bisa menguasai nomina lebih banyak daripada verba, setelah itu adjektiva, dan kata fungsi di urutan keempat. Pemahaman kosakata pada anak tergantung pada lingkungan si anak beradaptasi, dan sesuai dengan tingkatan umurnya. Terhadap pemahaman kosakata, bila sering diucapkan dan didengar si anak, akan mudah dan cepat dipahami. Buku tersebut menambah wawasan dan dapat dipakai acuan untuk mendapatkan konsep atau teori. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini teretak pada variabel usia. Pada penelitian Soenjono, usia nara sumber 2,5 th 5 th, sedangkan usia yang digunakan dalam peneliti ini 11th. Sementara itu, persamaannya adalah pemahaman kosakata tergantung dari tingkatan umur dan anak akan cepat menguasai kosakata bila sering diucapkan dan didengar. Motivasi Integratif dan Instrumental: Sejauh mana Relevansinya dalam Pembelajaran Bahasa Inggris oleh Willy (2000) memuat pernyataan dalam kegiatan belajar mengajar siswa

10 di kelas akan berdampak praktis bila memaparkan konsep motivasi integratif dan instrumental yang akan membuat siswa lebih termotivasi untuk berusaha lebih besar dan lebih konsisten dalam menguasai bahasa Inggris. Motivasi tersebut ada empat, yaitu interest, relevance, expectancy, dan outcome. Keempat motivasi tersebut merupakan ketertarikan siswa terhadap materi sebagai bahan ajar yang relevan, misalnya sekolah kejuruan bahan ajarnya menekankan penguasaan general English dengan teknik mengajar meaningless drills (tubian). Dalam pembelajaran tugas juga ditekankan pemberian tugas yang banyak dan sulit dalam pengerjaannya, yakni aktivitas yang menantang dan masih dalam kemampuan siswa. Setelah pembelajaran dan tugas diterapkan maka guru memberi hadiah pada siswa yang pekerjaannya memuaskan dan buku tersebut menambah wawasan peneliti. Perbedaannya, peneliti ingin mengetahui kemampuan siswa menempatkan kosakata dalam kalimat bermakna sederhana pada tingkat sekolah dasar, sedangkan penelitian Willy lebih menekankan pada pemberian latihan dalam proses pengajaran. Persamaan kedua penelitian tersebut untuk mengungkap kemampuan siswa pada pelajaran bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar. Selain kajian pustaka tersebut di atas, peneliti juga menggunakan pustaka yang menganalisis kosakata. Sukirlan (1997) dalam penelitiannya yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik Pengayaan Kosakata mengatakan bahwa teknik pengayaan kosakata dapat meningkatkan kemampuan membaca. Peneliti memilih materi yang menarik, otentik, dan alami sehingga menimbulkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran dan meningkatkan pemahaman kosakata pada siswa menggunakan teknik pengayaan kosakata. Hasil penelitian tersebut dapat menambah acuan konsep, teori dan wawasan untuk meningkatkan penguasaan kosakata, sehingga menimbulkan minat mengikuti pembelajaran. Hal

11 inilah yang merupakan kesamaan penelitian, sedangkan perbedaannya ialah dalam hal mengkaji masalah kemampuan siswa membaca. Peneliti yang berjudul Alternatif Model Pembelajaran Kosakata di Sekolah Dasar oleh Winihasih(1997). mengungkapkan bahwa dalam GBPP (Garis Besar Program Pengajaran) Kurikulum SD 1994 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, kosakata merupakan salah satu unsur kebahasaan yang dibinakan kepada anak didik. Pembelajaran kosakata diajarkan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran keterampilan berbahasa. Salah satu upaya mengembangkan pembelajaran kosakata dengan pendekatan integratif dan komunikatif adalah pembelajaran kosakata dengan model gugus. Model gugus terdiri atas empat subgugus, yakni model pemantapan kerangka acuan kosakata baru, penamaan konsep dengan kosakata baru, pengembangan kosakata berdasarkan peta makna, dan pengembangan kosakata berdasarkan ciri-ciri semantisnya. Penelitian tersebut di atas memiliki kesamaan dalam objek yang diteliti yaitu kosakata pada sekolah dasar. Namun, perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti ialah menganalisis kemampuan menempatkan kosakata pada kalimat sederhana dan kesalahan yang banyak dijumpai dalam membuat kalimat sederhana. Dalam hasil penelitian yang berjudul Pola Asosiasi Kata dalam Pemerolehan Kalimat oleh Dawud (1997) ditemukan bahwa belajar kosakata pada hakikatnya adalah belajar menggunakan kata dalam jaringan asosiatif. Jaringan asosiatif itu membentuk pola makna tertentu. Pengetahuan tentang jaringan asosiasi kata-kata berguna untuk belajar makna suatu kata dan belajar memahami, mereorganisasi, dan menggunakan kata secara tepat dalam kalimat. Penelitian ini sebagai bahan acuan karena peneliti akan menganalisis kalimat sederhana dari beberapa kosakata.

12 Dari Laporan Penelitian Buku Pelajaran Bahasa Bali untuk Siswa Sekolah Dasar oleh Beratha (1999) diperoleh informasi bahwa kemampuan bahasa lisan lebih baik dari bahasa yang ada di perkotaan, sedangkan kemampuan unda-usuk sulit karena belum tersedianya materi pengajaran, masih kurangnya materi penulisan huruf Bali. Penelitian ini menggunakan teori Chomsky yang menitikberatkan pada kompetensi dan performan. Kompetensi mengacu pada pengetahuan penutur pada bahasa yang melekat di otak, sedangkan performasi merupakan realisasi dari kompetensi. Pendekatan yang digunakan dalam pengajaran adalah pendekatan komunikatif atau pragmatik, bahasa diajarkan melalui komunikasi dan tata bahasa melalui pendekatan induktif. Hasil penelitian ini digunakan sebagai acuan untuk penentuan teknik sampling. Persamaan, kedua peneliti tersebut adalah sama sama meneliti kemampuan kosakata siswa SD melalui proses pembelajaran. Perbedaannya, peneliti tidak meneliti unda-usuk bahasa, sedangkan Beratha mengkaji unda-usuk bahasa. Kajian tersebut di atas diharapkan bisa menambah pengetahuan secara mendalam dan bermanfaat membantu langkah kerja dalam menerapkan teori generatif transformasi. 2.2 Konsep Ada beberapa konsep dasar yang digunakan dan yang perlu dijelaskan untuk menyamakan persepsi terhadap istilah istilah dalam penelitian ini. Dalam pemahaman kosakata pada siswa sekolah dasar sangat kompleks dan tak terbatas sehingga perlu tataran yang luas perihal konsep untuk memudahkan para pendidik mengenal pemahanan kosakata agar siswa dapat mengerti pada saat interaksi dalam pembelajaran.

13 2.2.1 Kosakata Kosakata (Inggris: vocabulary) adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia atau tingkat pendidikannya (Wikepedia bahasa Indonesia. 2008). Menurut Dardjowidjojo (2008. 258), kosakata awal yang diketahui anak diperoleh dari ujaran di lingkungannya. Macam kosakata yang ada adalah kata utama dan kata fungsi. Anak menguasai kosakata utama terlebih dahulu karena terdiri atas nomina, verba, dan adjektiva. Dari ketiga kosakata utama, anak lebih mudah menguasai nomina karena lebih konkret. Kosakata dapat diidentifikasi sesuai dengan kategorinya. Setiap orang dapat mengombinasikan kosakata tersebut menjadi bermakna. Sebagai bagian dari sistem bahasa, kosakata merupakan satuan unit gramatikal untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam menggunakan bahasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Droga Louise dan Sally Humprey (2003: 17) yang mengklasifikasikan kelas kata, sebagai berikut:

14 Klasifikasi Kelas Kata Kelas Kata Penjabaran Contoh Noun Kata yang digunakan untuk mengacu pada orang, benda, ide atau kualitas Pronoun Kata yang digunakan untuk menggantikan kata Kata yang digunakan untuk Verb menyampaikan orang atau benda, yang mengacu pada orang atau benda dan apa yang terjadi pada mereka Kata yang mengacu pada kata kerja atau Adverb kata sifat yang berindikasi pada sesuatu sesuai dengan situasinya. Adjective Kata yang digunakan untuk menceritakan keadaan orang atau benda. a, an, or the yang ditempatkan sebelum Article kata benda untuk menunjukkan orang atau benda. Prepossition Kata yang ada pada awal phrase dan mengacu pada tempat, waktu, maaner. Conjuction Kata yang digunakan sebagai link dua klusa, kelompok kata. Sumber: Droga Louise dan Sally Humprey (2003). Boat, telepone, sausage, disscussion, disaster It, that, he/she/they, those, them, this. Eat, search, slice, drive, discus, talk, is, has, cause Slowly, carefully, quickly, soon, now, overhead, beautifully, occasionally Green, dusty, enormous, old, smelly, tall, sharp There are only three articles: a, an, and the On, in, for, from, by, at, above, after, to, below. And, but, then, it, also, when, because. Dalam kaitannya dengan cakupan kosakata, Tarigan (1983: 9) yang mengutarakan bahwa kosakata dasar dapat dipilih sebagai berikut. a) Istilah kekerabatan; misalnya: ayah, ibu, adik, kakak, nenek, kakek. Dalam bahasa Inggris pada pelajaran sekolah dasar dikenal dengan tema family; b) Nama-nama bagian tubuh ( part of body); misalnya: nose, eye, ear, cheek, head. c) Kata ganti (pronoun), misalnya: I, you, they, we, she, he, it, that, this; d) Kata bilangan pokok (numeral); misalnya: one, two, three, four, ten, one hundred; e) Kata kerja pokok (verb); misalnya: drinking, eating, wearing, hearing, sleeping, watching, running, catching;

15 f) Kata keadaan pokok (adjective); misalnya: rich, poor, clever, stupid, dirty, hungry, slowly, fast, diligent, lazy; g) Benda-benda universal; misalnya: land, water, fire, month, star, plant. Menurut Lado (1979: 121-126), ada beberapa langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kosakata, yaitu (1) mendengarkan kata, (2) mengucapkan kata, (3) memahami makna, (4) membuat ilustrasi dalam bentuk kalimat, (5) melakukan 10 latihan dalam pengekspresian makna, (6) mengucapkan kata tersebut dengan suara keras, dan (7) menulis kata-kata tersebut. Sitorus (1993: 3) menyatakan bahwa kata-kata yang terdapat dalam kelompok, golongan-golongan, dan perangkat selalu lebih mudah untuk dipelajari. Lebih lanjut, Sitorus (1993: 4) mengungkapkan ada dua cara mempelajari kosakata dalam pengelompokan, yaitu kelompok kata yang mempunyai satu dasar umum dan kelompok kata yang mempunyai hubungan dalam pengertian. Piaget (dalam Hoskisson & Tompkins, 1987: 11) menyatakan bahwa siswa sekolah dasar adalah concrete thinkers (pemikir kongkret). Mereka belajar dengan baik melalui keterlibatan secara aktif. Keterlibatan dalam penggunaan bahasa secara aktif dapat dibuat lebih bermakna apabila dikaitkan dengan pengalaman dan hal-hal nyata dalam kehidupan anak. Asri Budiningsih (2005: 39) menyatakan bahwa untuk menghindari keterbatasan berpikir, anak perlu diberi gambaran konkret sehingga ia mampu menelaah persoalan. Anak usia 7 sampai 12 tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak.

16 2.2.2 Kalimat Sederhana Kalimat sederhana adalah rangkaian kata yang saling berhubungan dalam satu klausa dan dapat berdiri sendiri. Sebagai contoh: Decorate the cake with strawberry. The boy knew the answer (Droga Louise dan Sally Humprey. 2003: 25). Menurut Adjat Sakri (1995: 7 8), kalimat dalam tulisan terdiri atas deret kata yang dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca dan terdiri atas deret kata yang tersusun menurut urutan tertentu menjadi bermakna dan mengungkap pikiran yang lengkap. Setiap kata di dalamnya tidak dapat dipertukarkan tempatnya dengan sembarangan tanpa mengubah makna kalimat itu, seperti: The nose is sharp dan Her hair is blondy. Komponen tata bahasa terdiri atas komponen yang memiliki kategori dan saling berhubungan sehingga membentuk sebuah kalimat. Komponen tersebut termasuk leksikal sesuai dengan kategorinya dalam pemarkah kontekstual. Pemarkah tersebut adalah sintaksis, semantis, dan fonologi yang berindikasi sebagai transformasi dalam menyampaikan maksud dan pikiran. Kalimat memiliki hubungan fungsional yang terdiri atas subjek, predikat, dan objek (Menyuk. 1972: 23). Menurut Titone (1984: 10, 90), kalimat sederhana merupakan struktur bahasa secara nyata dan diakui menyampaikan struktur atau berkomunikasi yang digunakan penutur dan mempunyai makna. Di bawah ini adalah contoh kalimat sederhana bahasa kedua (L2), yaitu bahasa Inggris, yang tidak mempunyai makna atau menyimpang. (a) John go tomorrow (b) Eats the boy the cake (c) Tom drank the milk

17 Berbahasa mangacu pada pengetahuan bagaimana bahasa tersusun dan bagaimana bahasa itu bisa menyampaikan makna dengan bentuk susunan sesuai dengan kompetensi linguistik. Kompetensi dibedakan dalam dua kategori secara sadar (noetic) dan secara tidak sadar (practical). Kemampuan siswa menggunakan bahasa pertama (L1) tanpa sadar bentuk susunan meliputi kemampuan praktis bahasa yang telah dipelajari kemungkinan berasimilasi ( L2 terpengaruh L1). Kata-kata yang dipelajari L2 adalah susunan dari rangka L1. Hal ini dapat membantu dalam mempelajari isomorphic structure ( transfer positif) tetapi bisa menjadi campur tangan yang baik dalam susunan dari dua bahasa yang kontras (transfer negatif), maka hubungan susunan L1 dan L2 mudah berasimilasi ke L2. Karena adanya struktur asimilasi, strategi pembelajarannya menggunakan pendekatan induktif atau deduktif. Pembelajaran induktif berhubungan dengan teori pembelajaran behaviouristic dan pembelajaran deduktif berhubungan dengan pembelajaran kognitif dan tradisional. Oleh karena itu, ilmu bahasa merupakan bagian dari kehidupan sosial dan sesuai dengan situasi. Pembelajaran ilmu bahasa mempelajari tata bahasa yang rumit, leksikal baru dan struktur materi. Kalimat merupakan dasar dari pembelajaran, dan pengajaran berfokus pada kalimat sederhana. Siswa menyampaikan bentuk struktur dari bahasa yang telah dipelajari dan belajar kaidah tata bahasa dari bahasa melalui proses induktif (Richard dan Theodore, 1986: 101). 2.2.3 Pembelajaran Kosakata Pembelajaran kosakata mempunyai permasalahan yang cukup kompleks, ada banyak faktor yang terlibat dan perlu dipertimbangkan. Masalah dalam pengajaran berkaitan dengan

18 peningkatan keberhasilan belajar siswa dalam bahasa yang dipelajari, bahasa target. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengajaran bahasa Inggris adalah sebagai berikut. 1) Performative. Pada tahap ini siswa mampu membaca dan menulis, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan dan berkomunikasi dalam konteks terbatas. 2) Fungsional. Siswa diharapkan dapat menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, membaca manual. 3) Pada tingkat informasional siswa diharapkan dapat mengakses pengetahuan dengan kemampuan bahasanya. Adanya kaitan antara penguasaan keterampilan siswa dengan kemampuan apresiasi sastra (mempresentasikan karya sastra). 4) Pada tingkat episdemik siswa diharapkan dapat mentransformasi pengetahuan dalam bahasa tertentu ( Chodidjah, 2007: 7). Tingkat kemampuan dirasa cukup realistis mengingat kosakata sangat penting dalam pelajaran bahasa Inggris tingkat sekolah dasar yang dimulai pada kelas empat dengan jam pelajaran 2 X 35 menit per minggu. Diperkirakan jumlah pertemuan dalam satu tahun adalah 34 sampai dengan 38 minggu (pertemuan). Hal ini bukan jangka waktu yang lama untuk membuat siswa dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris, maka pengetahuan yang diberikan dibatasi sehingga sebagian waktu digunakan untuk melatih kompetensi komunikatif dan berinteraksi dalam konteks sekolah. Penekanan pendidikan dalam bahasa Inggris di SD adalah penguasaan bahasa lisan yang digunakan untuk berinteraksi di dalam kelas (Chodidjah, 2007: 8). Pemerintah secara khusus memberikan perhatian pada pembelajaran bahasa Inggris tingkat SD sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional khususnya pasal 19 (1) tentang standar proses yang berbunyi, Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

19 menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Chodidjah, 2007: 3). Sesuai dengan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) tingkat sekolah dasar, pembelajaran bahasa dipengaruhi oleh kemampuan memahami (comprehension) dan mempergunakan (production), yang memiliki sifat reseptif dan produktif. Kemampuan reseptif terdiri atas dua macam kemampuan berbahasa, yaitu a) Membaca nyaring dan memahami makna dalam intruksi, informasi, teks fungsional pendek, teks diskriptif bergambar sangat sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar. b) Mendengarkan, memahami instruksi, informasi, dan cerita sangat sederhana yang disampaikan secara lisan yang berupa lambang bunyi dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar. Sementara itu, kemampuan produktif terdiri atas dua macam kemampuan berbahasa yaitu a) Kemampuan berbicara, kemampuan menghasilkan ide dan pikiran secara lisan dalam wacana sangat sederhana dalam bentuk instruksi dan informasi dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar. Untuk berbicara harus menguasai secara aktif struktur dan kosakata bahasa yang bersangkutan. b) Kemampuan menulis, menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sangat sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam kegiatan menghasilkan bahasa secara tertulis Dalam penulisan diperlukan pengetahuan tentang struktur dan kosakata bahasa yang bersangkutan (Burhan, 2001: 45).

20 Bahasa Inggris adalah alat untuk berkomunikasi di jenjang internasional dan global, baik secara lisan maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, yang sedang mempersiapkan standar kompetensi dalam kurikulum, menetapkan bahwa kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian, bahasa Inggris berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dalam rangka mengakses informasi selain sebagai alat untuk membina hubungan interpersonal, bertukar informasi serta menikmati estetika bahasa dalam budaya Inggris. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris bertujuan sebagai berikut: 1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, baik dalam bentuk lisan maupun tulis, yang meliputi kemampuan mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). 2) Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat bahasa dan pentingnya bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar (Chodidjah, 2007: 5). 2.3 Landasan Teori Teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana hubungannya. Dalam penulisan ini digunakan teori pemerolehan pembelajaran bahasa kedua dengan pendekatan kebiasaan (natural approach). Teori-teori tersebut diuraikan sebagai berikut.

21 2.3.1 Teori Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Menurut Krasen (dalam Dardjowojdoyo, 2008: 253), Aquisition atau pemerolehan adalah penguasaan bahasa yang dilakukan anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language). Dalam prosesnya dilakukan melalui pembelajaran secara formal, yakni belajar di kelas dan diajarkan oleh seorang guru dalam memperoleh bahasa keduanya, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Dalam konteks pemerolehan bahasa, Chaer (2003: 167) mengatakan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika anak memperoleh bahasa pertamanya yaitu, proses kompetensi dan proses performansi. Proses kompetensi adalah penguasaan tata bahasa yang berlangsung tanpa disadari. Proses performansi adalah pemahaman dalam mempersepsi kalimat yang didengar yang melibatkan kemampuan menerbitkan atau mengeluarkan kalimat baru. Komponen sintasis dalam pemerolehan bahasa menurut chaer (2003: 39) bahwa sistasis merupakan urutan dan organisasi kata kata (leksikon) yang membentuk frase atau kalimat dalam suatu bahasa menurut aturan dan menentukan hubungan antara pola pola bunyi bahasa itu agar sesuai dengan makna yang diinginkan. Dalam proses pemerolehan fonologi anak anak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dengan menerima dan mengamati bunyi yang mempunyai arti tanpa pola sistaksis. Pada pemerolehan fonologi, sejauh mana anak anak dihambat oleh pembatasan pembatasan dalam persepsi dan pengeluaran bunyi dari sudut artikulasi. Sebagai contoh, seorang anak mengucapkan <plate> yang bunyinya [pleit] menjadi [beip], seorang anak tidak bisa

22 membedakan tempat artikulasi [p] dan [b], karena mereka tidak mampu menghadapi pada waktu yang bersamaan setiap peringkatnya (Chaer, 2002: 211 212). Pemerolehan semantik menurut Chaer (2009: 41) ialah bagian kalimat memiliki makna yang tergantung pada makna leksikal kata, urutan kata dalam organisasi kalimat, konteks situasi kalimat diucapkan, kalimat sebelum dan sesudah yang menyertai. Untuk bisa menghasilkan kalimat yang gramatikal dan berterima secara semantik terdapat fitur fitur semantik yang membentuk keseluruhan makna kata. Sebagai contoh, kata Father memiliki fitur [+noun], [+real], [+human], [+adult], [+married], dan [+baby bear]. Dari fitur fitur tersebut bila dibedakan pada kata father dan mother, father memiliki ftur [+man], mother memilki fitur [+woman]. Oleh karena itu, kalimat (1) berterima, sedangkan kalimat (2) tidak berterima. (1) my mother is brigned (2) my father is brigned Pemerolehan sintaksis, menurut Menyuk (1974: 29), yang ditentukan oleh sistem linguistik generatif transformatif, telah menjadi bagian pengetahuan anak-anak. Tanpa konteks ekstralingistik, ucapan anak akan menunjukkan hubungan urutan subjek dan verba (S + V). sementara itu, komponen dasar merupakan tata bahasa yang berdasarkan pada kategori kata yang menggambarkan kalimat dengan tata bahasanya dan saling berhubungan, baik dalam sintaksis, semantik, maupun fonologi. Dalam kalimat terdapat struktur kalimat yang mengandung subjek: menunjukkan noun phrase dalam kalimat; objek: menunjukkan noun phrase dari verb phrase; dan predikat: menunjukkan verb phrase dari kalimat. Untuk memahami kalimat dan menghasilkan kalimat siswa harus mengamati hubungan fungsional kata dalam kalimat dan menggolongkan berdasarkan kategori kata kemudian

23 menyeleksi batasan kategori kata dalam kalimat (Menyuk, 1972: 24). Batasan komponen struktur dapat dilihat di bawah ini. Syntactic Classes S Element NP AUX VP Det N Tense V NP S = subjek, yang di dalamnya terdiri atas unsur-unsur kata, NP (Noun Phrase) + VP (Verb Phrase) + element. NP merupakan determiner + N Tense adalah to be, yang menunjukkan kalimat tersebut menyatakan kejadian sesuai dengan situasi dan waktu terjadinya (past, simple, perfect, etc). V = Verb VP = Verb Phrase Diagram tersebut adalah X-bar, merupakan diagram pohon untuk menunjukkan struktur kalimat sesuai dengan fungsi dan kaidah bahasa. 2.3.2 Teori Pemahaman Kosakata Untuk meningkatkan pemahaman kosakata, menurut Edward dan Rebecca (1977: 150), terutama kosakata baru, pengajar harus memberitahukan artinya, kemudian membuat kalimat dengan kosakata yang sudah diberikan oleh pengajar. Ada tiga teknik dalam mengembangkan kosakata sebagaimana diuraikan berikut ini.

24 1) Teknik menyampaikan kosakata baru melalui visual (gambar), katalog, gesture (gerakan isyarat), kosakata yang sudah diketahui dicari persamaannya dan dari penutur asli. 2) Teknik teaching series dan word sequence, yaitu flascard, clock face, chalkboard, transparency. 3) Siswa mulai dimotivasi untuk mempresentasikan kosakata yang sudah dipelajari. Pendapat Edward dan Rebecca digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama; kosakata yang dikuasai siswa dalam pelajaran bahasa Inggris sesuai dengan kurikulum. Ketiga pendapat di atas didukung pula oleh pendapat Caroline dan Michael (2003: 7), bahwa kegiatan pembelajaran kosakata untuk siswa yang berusia 6 12 tahun menggunakan sumber buku tambahan dalam bentuk lembar kerja (worksheet). Melalui kosakata siswa akan diperoleh kemudahan untuk mengetahui arti dan mengenal masing masing kata dalam struktur kalimat sesuai fungsinya. Kosakata yang digunakan di sekolah dasar adalah golongan flying high untuk siswa yang berumur 11 12 yang merupakan pengenalan dalam pembelajaran dan cakap atau mampu dalam menggunakan kosa kata. Cara mempelajari kosakata dilakukan dengan tiga aksi: 1) Vocabulary checklist:; mengecek kembali dengan cara memberikan tes pada siswa terhadap kosakata yang telah dipelajari; 2) Word searchs: mencari atau menunjukkan kosakata berdasarkan kumpulan abjad yang diletakkan secara acak; 3) Crosswords: memberikan latihan pada siswa untuk mengisi teka teki silang. Untuk mempertajam analisis, Gattegno (dalam Richard 1986: 101) juga berpendapat bahwa sentral dari mempelajari bahasa mulai dari kosakata dan memilih kosakata sangat penting.

25 Ia membedakan kosakata berdasarkan kelasnya, semi-luxury kosakata merupakan perkataan dalam kehidupan sehari-hari ( makanan, pakaian, kehidupan keluarga, transportasi) yang digunakan dalam berkomunikasi. Untuk keberhasilan pembelajaran, kosakata merupakan bagian terpenting dengan fungsinya dan keserasian kata dari bahasa, banyak yang tidak mempunyai persamaan dalam tuturannya. Demikian pula Krashen dan Terrell (dalam Richard, 1986: 130) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa biasanya dipengaruhi oleh struktur bahasa, secara alami menekankan makna dari kosakata. Pada dasarnya kosakata merupakan kamus dan tata bahasa yang tidak beraturan dalam menyampaikan pesan. 2.3.3 Teori Kalimat Sederhana Kalimat yang dihasilkan oleh seorang anak tidak memiliki kaidah bahasa yang baik. Hal ini disebabkan oleh anak yang kurang memahami struktur kaidah bahasa, tidak teliti dalam mengerjakan kalimat yang berstruktur, dan terbatasnya pendekatan bentuk struktur kalimat. Perkembangan tata bahasa dalam pemerolehan digunakan struktur transformatif dan pendekatan bentuk struktur kalimat yang berterima. Menurut Menyuk (1974: 73), sebuah kalimat sederhana adalah kalimat yang memiliki tata bahasa, mempunyai makna semantik sehingga mudah berterima. Di bawah ini adalah rangkaian struktur berdasarkan auxiliary node. S ( element) NP Aux VP Aux 1 Aux2

26 Tense Modal (be+ing) (have+en) (can) (will) (do) Perbedaan bentuk kalimat dihasilkan berdasarkan rangkaian elemen kata, seperti bentuk kalimat positif (declarative sentence), kalimat negatif (negative sentence), kalimat tanya (questions). Berikut ini adalah tiga bentuk kalimat yang menggunakan struktur dan kaidah bahasa berdasarkan auxiliary node. (3) Declarative = He can + present go Bentuk tense = He can go (4) Negative = He can + present not go Penambahan elemen antara modal dan kata kerja (verb) = He can not go (5) Questions = Can He + present go Perubahan letak modal di awal kalimat sebelum subyek = Can he go? 2.3.4 Teori Kesalahan Berbahasa Menurut Dulai (1982: 139), bagian dari pembelajaran bahasa kedua (bahasa Inggris) siswa tidak luput dari kesalahan. Siswa sering melakukan kesalahan dalam proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh bahasa pertama dan pengajar, siswa ditarget untuk tuntas sesuai dengan kurikulum yang sulit untuk dilakukan dan kesalahan siswa dalam berkomunikasi. Teori ini digunakan untuk membahas masalah kedua tentang kesalahan membuat kalimat sederhana. Kesalahan L2 sering terjadi pada tata bahasa yang dipengaruhi oleh L1, yaitu

27 1) Ommitting grammatical morphemes, tidak menunjukkan makna kalimat, misalnya He hit car. 2) Double marking: dalam ciri-ciri semantik (past tense) pada salah satu tanda wajib, misalnya she didn t went back; 3) Regulazing: bentuk jamak atau menunjukan lebih dari satu, misalnya womens pada women; 4) Menggunakan archifom: satu bentuk kelas kata dari karakteristik bahasa kedua, misalnya memilih salah satu dari bahasa Inggris, demonstrative adjective: this, that, those, these. Sebagai contoh: That dog. bisa juga pada kelas kata yang berfungsi sebagai personal pronouns, sebagi contoh: Give me that ; 5) Menggunakan alternation form: bahasa yang wajib digunakan sesuai dengan situasi seperti dalam penggunaan: she dan he pada orang sesuai dengan gender dan pada irregular past; 6) Misordering: bentuk wajib pada kaidah kata yang telah diperoleh sebelumnya, seperti What are you doing?, atau salah penempatan dalam satu kalimat, They are all the time late. 2.3.5 Teori Pembelajaran Bahasa Inggris Menurut Seifert (1983: 147), teori pembelajaran dibedakan menjadi dua kelompok, behaviourist theories dan cognitive theories. Behaviourist theories adalah yang terkait dengan rangsangan pembelajaran terdahulu yang dipengaruhi oleh lingkungan yang dikenal dengan penguatan, sedangkan cognitive theories adalah yang berhubungan langsung melalui proses pembelajaran, yaitu memory, attention, insight, organzation of ides, dan information processing.

28 Bahaviourist berfokus pada hubungan langsung antara pendidik dan siswa, bagaimana mereka merespons, pada saat pembelajaran. Pendidik diharapkan bisa mengatasi dengan bersikap subjektif bila siswa mengalami kegagalan dalam pembelajaran. Sebagai contoh, teguran pendidik yang kurang hati-hati akan menyebabkan siswa berbicara tanpa batas atau tidak sopan, siswa akan belajar lebih giat jika pendidik memberikan senyuman. Cognitive berfokus pada pendidik, memberikan wawasan pada siswa untuk memahami pembelajaran dan bisa belajar dari kesalahan terdahulu. Pemberian wawasan akan membuat siswa berproses dalam berpikir dengan lebih terstruktur. Inti dari pembelajaran kognitif adalah bentuk pemikiran secara alami dan berstruktur. Teori ini digunakan untuk menjawab masalah ketiga: faktor kesulitan siswa dalam membuat kalimat sederhana. Untuk membahas masalah tiga, teori penelitian ini juga didukung oleh Krashen dan Terrel tentang pembelajaran bahasa melalui pendekatan natural yang merupakan dasar dari pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua (L2). Prosedur dalam pendekatan natural adalah sebagai berikut. 1) Aquisition/Learning Hypothesis, merupakan dua cara yang berbeda dalam kompetensi L2 atau bahasa asing. Aquisition adalah pemerolehan dengan cara alami, proses pembelajaran dipengaruhi oleh L1 melalui komunikasi. Learning adalah belajar kaidah kaidah, bahasa kemampuan verbal bahasa, yang sering ditemukan kesalahan dalam proses pembelajaran. 2) Monitor hypotesis, pemerolehan ilmu bahasa dengan cara tuturan. 3) Natural order Hypothesis, proses pemerolehan tata bahasa. 4) Input hypothesis, menjelaskan hubungan antara pemerolehan dengan pembelajaran

29 5) Affetive filter Hypothesis, pengembangan pemerolehan L2 sesuai dengan sifat-sifat pembelajaran yaitu motivasi, percaya diri, dan minat belajar. Untuk mempertajam analisis, teori Seifert, teori Krasen dan Terrel, didukung oleh Titone (1984: 110) yang mengatakan bahwa terjemahan tata bahasa merupakan dasar pembelajaran dalam belajar kaidah tata bahasa dan kosakata serta aplikasi terjemahan dari teks. Siswa belajar pertama kali dengan tata bahasa yang diperoleh dari kosakata yang sudah diperoleh. Setelah mengingat kaidah dan daftar kosakata siswa di tes dengan menerjemahkan teks dalam bahasa yang telah dipelajari. hasilnya berupa perbandingan antara ciri dalam proses mengajar L1 dan instruksi yang diberikan dengan L1.

30 2.4. Model Penelitian Proses Pembelajaran Bahasa Inggris Guru Siswa Metode pembelajaran Alokasi waktu Bahan ajar Kosakata dan Kesalahan Perakitan kalimat sederhana Inggris Lingkungan kelas dan luar kelas Kemampuan pemahaman siswa Rumusan masalah 1 Rumusan masalah 2 Rumusan masalah 3 Rumusan masalah 4 Landasan Teori Teori Pemahaman Kosakata Teori Kesalahan Berbahasa Metodologi Kualitatif dan kuantitatif Hasil Penelitian Penguasaan kosakata siswa paling tinggi, kesalahan yang dilakukan siswa dalam pemerolehan bahasa dan kesalahan membuat kalimat sederhana, faktor yang mempengaruhi siswa

31 Model penelitian tersebut di atas merupakan kerangka pemikiran untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dalam kosakata dan kalimat sederhana siswa sekolah dasar dalam pemerolehan bahasa. Guru mempunyai korelasi dengan siswa dalam proses pembelajaran kosakata dan kalimat sederhana, sehingga ditemukan kategori kosakata yang dikuasai siswa serta kesalahan siswa dalam membuat kalimat sederhana. Guru sebagai pengajar memengaruhi siswa dalam proses pengajaran dengan memberikan informasi dan juga dipengaruhi oleh cara guru mengajar dan fonetik atau ucapan yang dituturkan oleh guru. Sebagai akibat dari kenyataan ini terdapat hubungan kausal yang dapat berpengaruh pada siswa dalam menguasai kosakata dan kalimat sederhana. Siswa dalam menerima pembelajaran juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan keluarga, keterbatasan pemahaman dalam bidang linguistik (fonetik, semantik, dan sintaksis) sehingga juga berakibat pada siswa dalam menguasai kosakata dan membuat kalimat sederhana. Dari korelasi dan hubungan kausal ini maka peneliti dapat merumuskan masalah kosakata dasar yang dikuasai siswa sekolah dasar sesuai kurikulum, kesalahan siswa dalam pemerolehan bahasa, kesalahan siswa dalam membuat kalimat sederhana, dan faktor yang memengaruhi siswa mengalami kesulitan dalam menempatkan kosakata dalam kalimat sederhana. Keempat permasalahan tersebut dianalisis dengan menggunakan teori pemahaman penguasaan bahasa, teori kesalahan berbahasa, dan didukung oleh teori pemerolehan bahasa, teori pembelajaran bahasa Inggris dan teori kalimat sederhana. Dari teori tersebut analisis yang dilakukan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan natural dan kognitif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth study), tes, dan observasi.

32 Metode analisis dilakukan secara deskriptif kualititatif dan interpretatif dan ditunjang tabel distribusi frekuensi. Setelah melalui tahapan metodologi diharapkan terungkap penguasaan kosakata siswa, kesalahan yang dilakukan siswa dalam pemerolehan bahasa dan kesalahan membuat kalimat sederhana, faktor yang mempengaruhi siswa.