BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

dokumen-dokumen yang mirip
Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

Metode Ilmu Ukur Tanah

Can be accessed on:

BAB II LANDASAN TEORI

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian 16.2 Bagian Theodolit

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

SURVEYING (CIV -104)

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

Materi : Bab VII. PENGUKURAN JARAK Pengajar : Danar Guruh Pratomo, ST

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

5/16/2011 SIPAT DATAR. 1

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

METODA-METODA PENGUKURAN

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1

Pertemuan Pengukuran dengan Menyipat Datar. Can be accessed on:

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 3 : METODE PENGUKURAN JARAK

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

PENGUKURAN WATERPASS

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Tinjauan Umum Deformasi

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN (Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang)

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

Kode MK/SKS : TGM 120/ 3 SKS Prasarat : - Status MK : Wajib

Kerja Lapangan (Field work)

P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R

4.2 Diagonal Eyepiece Program D3/D4 Teknik Sipil ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Sipat datar / Levelling/ Waterpassing

BUKU BAHAN AJAR SURVEYING 1

alat ukur waterpass dan theodolit

PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENGKURAN JARAK DAN SUDUT

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

TUGAS ILMU UKUR TANAH 2 TENTANG THEODOLIT. Disusun Oleh : URLY SAFRU Dosen : Ir. Jonizar, M.T / Natawira Hadi Kusuma, S.

TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING)

Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT. Penerbit Ganesha Ilmu Persada

VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi

DAFTAR ISI. Hal Kata Pengantar... i Daftar Isi BAB I KONSEP PENILAIAN Latar Belakang Tujuan Metoda Penilaian...

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

Gambar Sket posisi sudut di sebelah kanan arah jalur ukuran polygon terbuka terikat

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

MODUL PROGRAM KEAHLIAN MEKANISASI PERTANIAN KODE MODUL SMKP2K01MKP

Kerangka kontrol horizontal

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

KAJIAN PENENTUAN LUAS TANAH DENGAN BERBAGAI METODE. Seno Aji 1) Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun


MODUL PROGRAM KEAHLIAN MEKANISASI PERTANIAN KODE MODUL SMKP2K04-05MKP

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pita ukur... 2 Gambar 2. Bak ukur... 3 Gambar 3. Pembacaan rambu ukur... 4 Gambar 4. Tripod... 5 Gambar 5. Unting-unting...

Gambar Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak. terikat titik tetap P 3 P 2 P 5 P 6 P 7

Kesalahan Sistematis ( Systhematical error ) Kesalahan acak ( Random error ) Kesalahan besar ( Blunder )

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

Materi Praktikum PSDHL Sem Awal 2012/2013

MAKALAH ILMU UKUR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu:

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN MENDISKRIPSIKAN KONSEP PENGUKURAN BESARAN-BESARAN LISTRIK 4. DATA ALAT UKUR

INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Jenis Peta menurut Skala. Secara umum, dasar pembuatan peta dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1

Tacheometry. System dari tacheometry Dapat dikalsifikasikan 1. Stadia system pengamatan horisontal Pengamatan miring 2.

TEKNIK SURVEI JILID 3 SMK. Iskandar Muda

PRAKTIKUM PERALATAN SURVEY

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

1.3 PENGUKURAN SUDUT. Program D3/D4 Teknik Sipil ITS ILMU UKUR TANAH 1

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN JILID 3

LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012

Geometri Ruang (Dimensi 3)

Transkripsi:

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS Pengukuran jarak optis termasuk dalam pengukuran jarak tidak Iangsung, jarak disini didapat melalui proses hitungan. Pengukuran jarak optis dilakukan dengan alat ukut theodolit, BTM, sipat datar dan Iainnya karena pada alat-alat tersebut dilengkapi dengan benang-benang stadia pada diafragma. Gambar VII.1. Bentuk-bentuk benang silang VII.1. Pengukuran Jarak Optis cara Stadia Disebut cara stadia, karena pada diafragma terdapat ketiga benang stadia, yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb). 1. Jarak optis untuk teropong mendatar. Gambar VII.2. Jarak optis pada teropong mendatar. Keterangan : ba : bacaan benang atas pada rambu bt : bacaan benang tengah pada rambu bb : bacaan benang bawah pada rambu Universitas Gadjah Mada 1

c : jarak sumbu II lensa obyektif f : jarak fokus lensa obyektif : jarak ba bb pada diafragma s : jarak ba bb pada rambu d : jarak dari fokus rambu D AB : jarak datar dari A B Dari gambar diatas didapat hubungan : D AB =c+f+d Jika d:s = f:i D AB =c+f+ Jika = = A = konstante pengali teropong harganya 100 C + f = B = konstante penambah D AB =A.S+B Maka didapat rumus jarak optis pada teropong mendatar/ garis bidik mendatar : D AB =A.S+B... (1) 2.Jarak optis untuk teropong miring. Kemiringan teropong atau garis bidik sebesar sudut miring a, dapat digambarkan : Gambar VII.3. Jarak optis pada teropong miring. Dari gambar diatas, didapat hubungan : DAB = TM cos a TM=A.S 1 +B DAB = (A. S 1 + B) cos a S 1 = S cos a Universitas Gadjah Mada 2

DAB = A. S cos 2 a + B cos a (2) Catatan : Harga koustante B karena mendekati nol, maka rumus tersebut dapat Iebih sederhana. Sudut miring a dicari dari a = 90 Z... (3) Z adalah sudut zenith yang dibaca pada piringan vertikal theodolit. Contoh : Dad gambar diatas, didapat data bacaan bt = 1000; ba = 1527; bb = 0473; sudut zenith Z = 88 30'25" Hitung jarak AB Hitungan : a = 90 88 3025" = 1 29'35" dari rumus (2) D = AS Cos 2 a = 100(1527-0473)cos 2 1 29'35" = 105.328 m pada pengukuran jarak optis, dikenal pengukuran takhimetri atau tachymetry, yaitu pengukuran jarak datar dan beda tinggi dengan pembacaan benang stadia pada rambu serta sudut miring teropong. Gambar VII.4 takhimetri Dari gambar VII.4. didapat hubungan : D AB = A.S Cos 2...(2) V = D AB tg... (4) H AB =V + ti - bt...(5) Rumus (5) adalah rumus untuk menghitung beda tinggi antara titik A dan B. Universitas Gadjah Mada 3

VII.2. Pengukuran Jarak cara Tangensial Pada pengukuran tangensial, tidak dibaca benang-benang ba dan bb, tetapi hanya benang tengah (bt) saja. Gambar VII.5 pengukuran jarak secara tangensial Dari gambar didapat hubungan persamaan : DE = D AB tg CE = D AB tg h DE-CE = D AB (tg -tg h) S = D AB tg (a - h) D AB =... (6) Rumus (6) adalah rumus jarak optis cara tangensial VII.3 Pengukuran Jarak Optis dengan Subtense bar Subtanse bar/ batang ukur jarak adalah rambu khusus terbuat dari invar, panjang 2m dan dilengkapi dengan alat pengincar. Gambar VII.6. batang ukur jarak dari kern Universitas Gadjah Mada 4

Dengan mengukur sudut horisontal antara ujung batang theodolit dan ujung batang dapat ditentukan jarak mendatarnya. Gambar VII.7. Geometri pengukuran Subtanse bar. D AB = D AB =... (7) Universitas Gadjah Mada 5

BAB VIII PENGUKURAN SUDUT HORISONTAL Sudut horisontal adalah sudut yang diperoleh dengan mengurangkan bacaan arah horisontal piringan mendatar suatu theodolit. Ada tiga syarat dasar menentukan sudut, yaitu : 1. garis awal/ acuan 2. Arah putaran 3. Jarak sudut/ besar sudut Pengukuran sudut horisontal dapat dilakukan dengan : 1. cara reiterasi 2. cara repetisi VIII.1. Alat ukur sudut Sudut horisontal dapat diukur dengan alat ukur sudut/ arah, seperti : a. theodolit b. kompas c. theodolit kompas ketiga alat tersebut dapat dipakai untuk mengukur sudut, karena adanya piringan horisontal yang berpembagian skala/ skala cara pengukuran sangat terkait dengan konstruksi sumbu I theodolit, yaitu theodolit reiterasi dari theodolit repetisi. VIII. 2. Pengukuran Sudut cara reiterasi Gambar VIII.1. cara reiterasi Universitas Gadjah Mada 6

Pada pengukuran sudut cara reiterasi ini, pengukuran dimuka dengan kedudukan teropong BIASA, diarahkan ke titik 1 dibaca arahnya selanjutnya diputar terhadap sumbu I diarahkan ke titik 2, dibaca arahnya. Setelah arah ke 2, dilanjutkan ke titik 3 dan titik 4. Dari arah ketitik 4, Kemudian teropong diputar balik menjadi kedudukan teropong LUAR BIASA. Pengukuran dimulai diarahkan ke titik 4, titik 3 sampai berakhir di titik 1. pengukuran sudut dari 1 ke titik 4 dengan teropong BIASA dan kembali dari titik 4 kembali ke titik 1 dengan teropong LUAR BIASA disebut pengukuran satu seri. Bila akan diukur n seri, maka ada pergeseran arah sebesar 180 : n pada tiap seri. Misal akan diukur sudut tersebut diatas sebanyak 3 seri; ini berarti ada pergeseran arah sebesar 180 : 3 = 60 Maka pada : Seri I dimulai dengan 0 Seri II dimulai dengan 60 Seri III dimulai dengan 120 Sudut-sudut pada gambar diatas dihitung dari selisih dua arah yang berurutan. Cara reiterasi disebut sebagai cara pengukuran jurusan. VIII.3. Pengukuran sudut cara repetisi Gambar VIII.2. cara repetisi Pengukuran sudut cara repetisi ini pada dasarnya adalah pengukuran sudut yang berulang ditentukan besarnya kelipatan n sudut, sehingga besar sudut ada 1/n hasil pengukuran kelipatan sudut itu. Dengan n dinamakan repetisi. Pada cara ini, yang dicatat pembacaan arah pertama (1), pembacaan arah Universitas Gadjah Mada 7

kedua (2) dan pembacaan arah terakhir (n+1). Besar sudut dihitug dari persamaan : pendekatan = arah (2) arah (1) ( ) ( ) Dengan P = berapa kali pembacaan arah melewati 360 atau ( ) Contoh : hasil pengukuran sudut cara repetisi Titik arah Pembacaan arah Arah (2) Arah (n+1) Keterangan 1 12 0 15' 05" Skala 360 1 X 2 78 0 20' 25" dilewati 6 X 2 48 0 47' 10" satukali VIII.4. Pengukuran sudut banyak cara Bessel dan cara Schreiber 1. Cara schreiber atau cara kombinasi Gambar VIII.3. Cara Schreiber Universitas Gadjah Mada 8

Pada cara screiber, dari r arah, akan diukur sudut sebanyak : 1/2r (r-1), dari gambar r = 4 maka jumlah sudut yang diukur = 1/2.4 (3) = 6 sudut. Sudut dapat diukur dengan cara repetisi atau cara reiterasi. 2. cara bassel Gambar VIII.4. cara Bessel Pengukuran sudut banyak cara bessel, dilakukan dengan cara reiterasi (metode arah). a. Pengukuran dari A menjadi B, C dan akhirnya ke A lagi (dengan kedudukan teropong BIASA) b. Selanjutnya teropong diputar balik menjadi kedudukan LUAR BIASA, pengukuran lebih di mulai dari A menuju E, D dan selanjutnya berakhir di A lagi. Universitas Gadjah Mada 9

BAB IX PERALATAN UKUR KETINGGIAN Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan tiga cara: 1. Cara Barometris 2. Cara trigonametris 3. Cara menyipat datar Ketiga cara tersebut beda dalam peralatan dan tingkat ketelitian yang dicapai. IX.1. Alat Ukur Penyipat datar Alat ukur penyipat datar dapat diklasifikasi dari alat penyipat datar sederhana tanpa teropong : a. Alat penyipat datar sederhana, terdiri atas dua tabung gelas berdiri dan dihubungkan dengan pipa dari logam. b. Dua tabung gelas berskala yang dihubungkan dengan slang karet. c. Batang ukur A yang diberi nivo tabung dibuat mendatar dan mistar B yang berskala sampai dm. Alat penyipat datar optis yang dilengkapi teropong yang disebut sipat datar atau waterpas. Alat ukur sipat datar hanya dapat diputar pada sumbu I: Gambar IX.1. alat ukur penyipat datar sederhana. Universitas Gadjah Mada 10

IX.2. macam alat ukur sipat datar. 1. Alat Sipat datar tipe semua tetap terdiri dari : a. Tanpa skrup ungkit b. Dengan srup ungkit Alat-alat ini dilengkapi dengan dua macam nivo, yaitu nivo tabung dan nivo kotak adanya skrup pengungkit, dimungkinkan untuk menggerakkan teropong sedikit ke atas-bawah secara terbatas. Gambar IX.2. alat sipat datar tipe semua tetap tanpa dan dengan skrup pengungkit. 2. Alat sipat datar otomatis Disebut otomatis, karena apabila sumbu I telah vertikal maka garis bidik teropong akan mendatar. Hal tersebut karena pada alat tipe otomatis dilengkapi dengan peridukan atau kompensator, yang menggantikan fungsi nivo tabung. Alat sipat datar otomatis menjadi populer dalam pemakaiannya, karena kemudahan dan kecepatan operasinya. 3. Alat sipat datar dengan sinar laser 4. Alat sipat datar elektronik Universitas Gadjah Mada 11

Gambar IX.3. Beberapa sipat datar otomatis IX.3. syarat pemakaian alat ukur sipat data Sebelum alat dipakai untuk pengukuran dilapangan, maka diperlukan syarat pemakaian yang harus dipenuhi : 1. Syarat utama : garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo 2. Syarat kedu : garis arah nivo tegak lurus sumbu I 3. Syarat ketiga : garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I Syarat kedua : garis arah nivo tegak lurus sumbu I, pada prinsipnya sama dengan mengatur sumbu I menjadi vertikal pada sebuah theodolit. Universitas Gadjah Mada 12

Syarat ketiga garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I, oleh pembidik pembuatannya telah dibuat tegak lurus sumbu I Syarat utama : garis bidik teropong sejajar dengan garis nivo Untuk syarat utama ini dilakukan percobaan sebagai berikut: Gambar IX.4. cek syarat utama Keterangan ao, bo, a 2 b 2 = bacaan bt dengan garis bidik mendatar a, b, a 3,b 3 = bacaan bt dengan garis bidik miring a = kemiringan garis bidik 1. Ditentukan titik A, I, B dan II dengan jarak antara sebesar Lm. 2. Dari kedudukan I, dibaca pada rambu A dan B harga bt. Masingmasing a, dan b1 3. Alat ukur sipat datar dipindah ke II dan dibaca bt pada rambu A, a 3 dan rambu Bb 3 4. Dari kedudukan I, beda tinggi AB = H1 = al b 1 Dad kedudukan II, beda tinggi AC = H11 = a3 b3 5. Jika H1= H 1 1 berarti syarat utama balk A H1 # A H 1I berarti syarat utama masih ada kemiringan sebesar kesalahan a 3 a 2 = C karena kemiringan garis bidik sebesar dihitung dengan persamaan C = ( H - II H 1 ) Cara pemberian/ pelaksanaan koreksi Dari kedudukan II, teropong diarahkan ke pembacaan a 3 c dengan cara memutar skrup koreksi diafragma vertikal naik/turun. Ulangi angkah 2 s/d 5 sampai dicapai H 1 = H 1I. Universitas Gadjah Mada 13

BAB X PEMETAAN PLANIMETRIS DENGAN PITA UKUR Xi. Pengantar Peta planimetris adalah peta yang menggambarkan posisi planimetris dari obyek yang diketahui. Umumnya peta ini digunakan untuk keperluan kadastral. Peta planimetris dibuat dengan skala besar 1 : 500 sampai 1 : 2500 Jika alat yang dipakai hanya pita ukur saja, termasuk pengadaan kerangka petanya maka luasan yang dipetakan hanya terbatas. X.2. Prosedur Pemetaan Planimetris Secara garis besar prosedur pemetaan planimetris adalah : 1. Pengadaan kerangka peta 2. Pengukuran detail dan pencatatannya 3. Penggambaran Pengadaan kerangka peta dan pengukuran detail sebetulnya dapat dilakukan secara bersamaan. X.3. bentuk-bentuk kerangka peta dan kontrolnya. 1. Rangkaian segitiga Gambar X.1. kerangka peta bentuk rangkaian segitiga. Universitas Gadjah Mada 14

2. Garis Baris 4. Garis pangkal Gambar X.2. Kerangka peta bentuk garis besar. X.4. Pengukuran detail 1. Cara penyikuan Gambar X.3. Kerangka Peta bentuk garis pangkal. Gambar X.4. pengukuran detail cara penyikuan Universitas Gadjah Mada 15

Pojok-pojok bangunan B diproyeksikan ke garis ukur 1 2 di titik-titik a 1 dan b 1 2. Cara pengikatan Gambar X.5. pengukuran detail cara pengikatan Pojok bangunan B, diikat dari titik-titik bantu a, b dan titik 2. Titik-titik bantu bisa ditentukan dulu pada garis ukur 1 2. 3. Cara interpolasi Gambar X.6. Pengukuran detail cara interpolasi Pada pengukuran detail cara interpolasi, sisi-sisi bangunan B diluruskan sampai di garis-garis ukur. Titik-titik potong yang terjadi 1 1, 3 1, 2 1, dan 4 1. Pengal-pengal garis yang terjadi diukur, agar dapat dipakai untuk menggambar posisi detail. Pada pengukuran detail pada umumnya dipakai cara kombinasi/ gabungan dari ketiga cara tersebut. X.5. Pencatatan data ukur. Pencatatan data ukur ditulis langsung pada sket yang dibuat dilapangan oleh karena itu skets dibuat dengan memakai skala besar dan dibuat secara rapi dan benar. Skets yang balk dan rapi akan sangat membantu dalam proses pengambaran. Penulisan data ukur, ditulis search jalanya pengukuran. Ketentuan penulisan jarak terukur ada tanda (-) atau ( ) yang berarti jarak Universitas Gadjah Mada 16

masih berlanjut. Tanda (=) berarti berhenti, disamping tanda (<>) untuk kontrol ukuran. Contoh 1: Jarak contoh 2. 1 ke 2 = 30.0+21.0 m 1 ke a = 16.1 m 1 ke b = 30.0 m Gambar X.8. penulisan angka diangsul Jarak diagonal 4-1 = 25.16 m, didalam tanda < > X.6. Pengambaran Pengambaran data-data ukur, dimulai dengan tahapan : 1. penggambaran kerangka peta dilanjutkan dengan ceking dengan kontrol ukuran. 2. Setelah penggambaran kerangka peta selesai, dilanjutkan dengan penggambran detail. 3. Pada penggambaran detail prinsipnya adalah merekontruksi kembali seperti saat pengukuran di lapangan. Peta yang dihasilkan di perhalus dan dilengakapi dengan legenda dan keterangan secukupnya. Universitas Gadjah Mada 17