PENGARUH PENYUNTIKAN OKSITOSIN SEBELUM INSEMINASI PADA BABI TERHADAP PERSENTASE KEBUNTINGAN DAN JUMLAH ANAK PER KELAHIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

Budiasa & Bebas Jurnal Veteriner (Prasetyo dan Susanti, 2000). Pola pemeliharaannya juga masih sangat beragam, mulai dari sistem tradisional, semi int

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

Salmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Pengaruh Frekuensi Ejakulasi Terhadap Volume Semen, Konsentrasi Spermatozoa Dan Motilitas Spermatozoa Ayam Hutan Hijau (Gallus varius)*

BAB V INDUKSI KELAHIRAN

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan prioritas ke-5 tingkat Nasional dalam Rancangan

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

SKRIPSI. PERFORMAN REPRODUKSI INDUK SAPI BALI PASCA SINKRONISASI ESTRUS MENGGUNAKAN PROSTAGLANDIN (PGF 2α ) DAN HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN (hcg)

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

ABSTRAK. Oleh: *Ramli Idris Mantongi, **Suparmin Fathan, ***Fahrul Ilham

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

Penampilan Reproduksi Induk Babi Landrace yang Dipelihara Secara Intensif di Kabupaten Badung

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),

I. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk

PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

5 KINERJA REPRODUKSI

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sumber tenaga kerja sebagai

PENGGUNAAN PROGESTERON SINTETIK PADA SAPI PERAH FRIES HOLLAND (FH) PENERIMA INSEMINASI BUATAN DAN DI EMBRIO SAPI MADURA

Semen beku Bagian 1: Sapi

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

JURNAL TERNAK Vol. 06 No.01 Juni

Arnold.Ch Tabun *, Petrus Kune **, M.L. Molle *** Oleh:

PENGARUH INJEKSI PGF2α DENGAN HORMON PMSG PADA JUMLAH KORPUS LUTEUM, EMBRIO DAN JUMLAH ANAK KELINCI

PENGARUH METODE PERKAWINAN TERHADAP KEBERHASILAN KEBUNTINGAN DOMBA LOKAL PALU. The Effect of Mating Method on Successful Pregnancy of Palu Local Sheep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),SUHU RECTAL DAN KETEBALAN VULVA TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA SAPI POTONG

Semen beku Bagian 1: Sapi

Tatap muka ke 13 & 14 SINKRONISASI / INDUKSI BIRAHI DAN WAKTU IB

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI PERAH PERANAKAN FRIES HOLLAND (PFH) PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG

KETERANDALAN PITA DALTON UNTUK MENDUGA BOBOT HIDUP KERBAU LUMPUR, SAPI BALI DAN BABI PERSILANGAN LANDRACE

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK HIPOFISA SAPI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM PETELUR PADA FASE AKHIR PRODUKSI

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK


PEMACUAN KEAKTIFAN BERAHI MENGGUNAKAN HORMON OKSITOSIN PADA KAMBING DARA ESTRUS ACTIVITY INDUCTION OF YOUNG GOAT BY OXYTOCIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Kata Kunci : Kerbau Betina, Karakteristik Reproduksi, Tingkat Kesuburan. Keyword: Female Buffalo, Reproductive Characteristics, Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENCERKAN SEMEN BABI DENGAN EKSTRAK BUAH TOMAT

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

I. PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di

Peningkatan Angka Kebuntingan melalui Pemberian Hormone Eksogen CIDR-B dan Injeksi hcg pada Sapi Bali di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari

Animal Agriculture Journal 3(2): , Juli 2014 On Line at :

KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI

ABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM

MATERI DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 1999 sampai dengan

Kajian Produktivitas Sapi Madura Study On Madura Cattle Productivity

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

Rini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan II Membangun Kewirausahaan Dalam Pengelolaan Kawasan Peternakan Berbasis Sumberdaya Lokal

Minggu Topik Sub Topik Metode Pembelajaran


I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

PERFORMANS REPRODUKSI TERNAK KERBAU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

I. Sumeidiana, S. Wuwuh, dan E. Mawarti Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Received December 23, 2006; Accepted April 27, 2007

ONSET DAN LAMA ESTRUS KAMBING KACANG YANG DIINJEKSIPROSTAGLANDINF2α PADA SUBMUKOSA VULVA

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

Performan Anak Babi Silangan Berdasarkan Paritas Induknya

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH METODE PERKAWINAN TERHADAP KEBERHASILAN KEBUNTINGAN SAPI DONGGALA DI KABUPATEN SIGI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

I. PENDAHULUAN. hari. Dalam perkembangannya, produktivitas kerbau masih rendah dibandingkan dengan sapi.

Transkripsi:

PENGARUH PENYUNTIKAN OKSITOSIN SEBELUM INSEMINASI PADA BABI TERHADAP PERSENTASE KEBUNTINGAN DAN JUMLAH ANAK PER KELAHIRAN (The Effect of Oxytocin Injection prior to Artificial Insemination on Pregnancy Rate and Litter Size in Pigs) Wayan Bebas 1 dan Made Kota Budiasa 2 1 Lab.Teknologi Reproduksi Veteriner, 2 Lab. Kebidanan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Denpasar-Bali ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuntikan oksitosin sebelum inseminasi pada babi terhadap angka kebuntingan dan jumlah anak per kelahiran Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor induk babi landrace induk muda (melahirkan antara 3-4 kali dengan umur kira-kira 3 tahun) yang sedang menyusui dan siap untuk disapih dikandangkan secara individu. Kelompok I (T0) Sebelum diinseminasi terlebih dahulu disuntik dengan menggunakan NaCl 0,9% sebanyak 1 ml secara intra muskular sebagai flasebo. Pada kelompok II (T1) Sebelum diinseminasi terlebih dahulu disuntik dengan menggunakan hormon oksitosin 10 IU (1 ml) secara intra muskular. Pengamatan dilakukan terhadap angka kebuntingan dengan cara mengamati munculnya estrus 21 hari berikutnya, sedangkan jumlah anak perkelahiran diamati dengan menghitung jumlah anak yang lahir pada saat induk melahirkan. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan penyuntikan oksitosin sebelum inseminasi pada babi tidak berpengaruh terhadap angka kebuntingan (P>0,05) dan berpengaruh nyata (P<0,05) meningkatkan jumlah anak per kelahiran. Kata kunci : oksitosin, babi, angka kebuntingan, jumlah anak per kelahiran. ABSTRACT A study was carried out to determine the effect of oxytocin prior to artificial insemination on pregnancy rate and letter size in pigs. A total of 10 pigs were allocated to a treated group (T1) and control group (T0). Each group consisted of 5 animals. Animal in the treated groups received on injection 10 IU Oxytocin prior to artificial insemination. Animal in the control group received saline at 1 ml. The pigs were injected by intramuscularly in the neck. Pregnancy rate were monitored and litter size were determined for all animals. The data were analised by using t test. The result of study showed that the litter size of oxytocin treated animals was significantly (p<0,05) higher than that control group, but not significant on pregnancy rate. Key word : oxytocin, pig, pregnancy rate, litter size 1

PENDAHULUAN Akhir-akhir ini usaha pemeliharaan babi di Indonesia, khususnya di daerah Bali berkembang dengan pesat dan melibatkan pemeliharaan babi unggul. Tahun 1998 jumlah babi landrace di Bali sebanyak 288.562 ekor dan tahun 2002 jumlah babi landrace mencapai 338.410 ekor. Pesatnya perkembangan ternak babi tidak terlepas dari jenis bibit unggul yang dipelihara, lingkungan masyarakat dan kebutuhan konsumsi daging babi yang tinggi. Saat ini diperkirakan populasi babi di Indonesia mencapai 6,3 juta ekor merupakan penyumbang sumber protein hewani nomor tiga dibawah unggas dan sapi (Trobos, 2004). Sejalan dengan peningkatan populasi ini penggunaan inseminasi buatan pada babi di masyarakat juga semakin luas, ini disebabkan karena pengetahuan masyarakat dibidang peternakan babi sudah semakin maju dan sudah dapat merasakan keuntungan dari penggunaan inseminasi buatan dalam meningkatkan efisiensi reproduksi ternaknya (Glossop, 2001). Namun demikian kendala yang dihadapi di lapangan adalah masih rendahnya tingkat fertilitas dan juga rendahnya jumlah anak per kelahiran (Rampacek dan Utley, 1998). Ada banyak faktor yang mempengaruhinya seperti menurunnya jumlah spermatozoa sampai tempat terjadinya fertilisasi (Rampacek dan Utley, 1998). Hafez and Hafez (2000) mengatakan bahwa kontraksi uterus (myometrium) dan oviduk mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pengangkutan spermatozoa secara cepat menuju tempat terjadinya fertilisasi. Koitus secara alami pada saat estrus mengakibatkan tanggapan uterus secara maksimal ditandai dengan kontraksi yang 2 bersifat kejang yang berlangsung dalam jangka pendek dan diikuti dengan kontraksi yang cukup panjang dan berurutan (Djanuar, 1985). Lebih lanjut Djanuar (1985) mengatakan tanggapan uterus terhadap rangsangan dari luar sangatlah bervariasi tergantung derajat rangsangan yang ditimbulkan.. Nalbandov (1990) mengatakan koitus pada perkawinan secara alami dapat menginduksi impuls saraf yang dapat mencapai lobus posterior kelenjar pituitari melalui hipotalamus mengaktifkan pelepasan oksitosin, yang kemudian menyebabkan kontraksi uterus dan oviduk sehingga menyebabkan gerakan cepat pada semen (spermatozoa) dari tempat ejakulasi ke oviduk. Di lapangan dalam melakukan inseminasi buatan kita meniru proses perkawinan atau koitus dengan jalan memasukkan kateter kedalam alat kelamin betina. Derajat rangsangan yang ditimbulkan pada saat memasukkan kateter sudah pasti tidak bisa menyamai koitus secara alami sehingga derajat rangsangan untuk mengimbas keluarnya oksitosin tidak semaksimal kawin secara alam sehingga dapat mempengaruhi proses pengangkutan spermatozoa menuju tempat fertilisasi. Atas pemikiran diatas dilakukanlah penelitian bagaimana pengaruh penyuntikan oksitosin sebelum inseminasi pada babi terhadap angka kebuntingan, dan jumlah anak per kelahiran. METODE PENELITIAN Hewan Percobaan Dalam penelitian ini menggunkan 10 ekor babi landrace induk muda, beranak 2-3 kali, sedang menyusui dan siap untuk disapih. Penyapihan anak dilakukan dengan kisaran umur 21-25 hari. Induk

babi dikelompokkan secara acak menjadi 2 kelompok sesuai dengan rancangan penelitian. Penelitian ini juga menggunakan 2 ekor pejantan landrace umur 1,5 tahun. Babi induk dikandangkan dengan kandang baterray berlantai beton dengan ukuran panjang kali lebar masing-masing : 1,5 x 0,75..m, sedangkan pejantan dengan ukuran 1,5 x 1,5 m. kandang dilengkapi dengan kran minum otomatis dan bak makan dibuat dari beton. Selama penelitian babi induk dan pejantan diberikan pakan dengan kadar protein14,5 %, karbohidrat 64 %, serat kasar (mineral) : 8,5 % (Kanisius, 2000). Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengandua kelompok perlakuan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor induk yang dikandangkan secara individu dengan kandang batteray. Kelompok I (T0) Sebelum diinseminasi terlebih dahulu disuntik dengan menggunakan Na Cl 0,9% sebanyak 1 mlsecara intra muskular sebagai flasebo. Pada kelompok II (T2) Sebelum diinseminasi terlebih dahulu disuntik dengan menggunakan hormon oksitosin 10 IU secara intra muskular. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap angka kebuntingan dengan cara mengamati munculnya estrus 21 hari berikutnya, sedangkan jumlah anak perkelahiran diamati dengan menghitung jumlah anak yang lahir pada saat induk melahirkan. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. (Steel dan Torrie, 1993) 3 Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan hasil penelitian penyuntikan oksitosin sebelum inseminasi pada babi terhadap angka kebuntingan pada T0 dan T1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Dari 5 ekor induk yang dinseminasi pada perlakuan T0, 4 ekor bunting sedangkan pada perlakuan T1 dari 5 ekor induk yang diinseminasi 5 ekor bunting. Rataan hasil penelitian penyuntikan oksitosin sebelum inseminasi pada babi terhadapjumlah anak per kelahiran pada T0 dan T1 terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Jumlah Anak Per Kelahiran Akibat Pengaruh Penyuntikan Oksitosin Sebelum Inseminasi Pada Babi Pembahasan Penyuntikan oksitosin sebelum inseminasi pada babi terhadap angka kebuntingan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05). Ada beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi angka kebuntingan adalah konsentrasi spermatozoa yang diinseminasikan dan waktu inseminasi. Konsentrasi spermatozoa yang digunakan untuk melakukan inseminasi pada penelitian iniadalah 5 milyard/dosis, hal ini merupakan konsentrasi yang umum digunakan dan dianjurkan oleh para peneliti untuk mendapatkan angka kebuntingan yang baik (Putra, 2001)

Dengan menggunakan konsentrasi 5 milyard/ dosis inseminasi, dengan inseminasi dilakukan pada hari ke-2 setelah munculnya estrus maka hewan coba baik pada T0 dan T1 tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap angka kebuntingan. Hasil penelitian penyuntikan oksitosin sebelum inseminasi pada babi landrace terhadapjumlah anak per kelahiran dapat meningkatkan jumlah anak perkelahiran secara nyata (P<0,05) Hafez and Hafez (2000) mengatakan kontraksi uterus (myometrium) dan oviduk mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pengangkutan spermatozoa secara cepat menuju tempat terjadinya fertilisasi. Koitus secara alami pada saat estrus mengakibatkan tanggapan uterus secara maksimal ditandai dengan kontraksi yang bersifat kejang yang berlanggsung dalam jangka pendek dan diikuti dengan kontraksi yang cukup panjang dan berurutan (Djanuar, 1985). Lebih lanjut Djanuar (1985) mengatakan tanggapan uterus terhadap rangsangan dari luar sangatlah bervariasi tergantung derajat rangsangan yang ditimbulkan. Nalbandov (1990) mengatakan bahwa koitus pada perkawinan secara alami dapat menginduksi impuls saraf yang dapat mencapai lobus posterior kelenjar pituitari melalui hipotalamus mengaktifkan pelepasan oxytocin, yang kemudian menyebabkan kontraksi uterus dan oviduk sehingga menyebabkan gerakan cepat pada semen (spermatozoa) dari tempat ejakulasi ke oviduk. Di lapangan dalam melakukan inseminasi buatan kita meniru proses perkawinan atau koitus dengan jalan memasukkan kateter inseminasi kedalam alat kelamin betina. Derajat rangsangan yang 4 ditimbulkan pada saat memasukkan kateter inseminasi sudah pasti tidak bisa menyamai koitus secara alami sehingga derajat rangsangan untuk mengimbas keluarnya oksitosin tidak semaksimal kawin secara alam sehingga dapat mempengaruhi proses pengangkutan spermatozoa menuju tempat fertilisasi. Penyuntikasn oksitosin sebelum inseminasi mempunyai aktivitas untuk kontraksi otot uterus Kontraksi uterus yang meninggi akibat pengaruh oksitosin mempermudah pengangkutan sperma kedalam saluran kelamin betina setelah koitus. Kejadian ini mengungkapkan betapa cepatnya transportasi sperma yang tidak mungkin dilaksanakan hanya oleh motilitas sperma itu sendiri (Nalbandov, 1990) Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rampacek dan Utley (1998) yang dilakukan di peternakan komersial untuk mengetahui pengaruh pemberian oksitosin segera sebelum inseminasi dengan menyuntikkan 10 IU secara intra muskuler dapat meningkatkan jumlah anak perkelahiran, dan jumlah anak yang hidup secara nyata (P<0,05) Simpulan SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyuntikan oksitosin sebelum inseminasi pada babi tidak dapat meningkatkan angka kebuntingan (P>0,05) dan dapat meningkatkanjumlah anak per kelahiran secara sangat nyata (P<0.05) Saran Perlu dikaji lebih lanjut tentang oxytocin terhadap aspek lama kebuntingan dan kesehatan anak babi.

DAFTAR PUSTAKA Kanisius. 1984. Pedoman Lengkap Beternak Babi. Yogyakarta. Kanisius (2000). Beternak Babi. Kanisius, Yogyakarta. Dinas Peternakan (2002). Informasi Data Petrnakan Propinsi Bali. Dinas Peternakan Propinsi Bali Denpasar. Trobos (2004). A Small Wonder Business of Pig Farming in Indonesia. Trobos. Livestock Agribusines Magazine. Special Ed. August, 39. Djanuar (1985). Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University. Glossop, C.E. (2001). AI and its Influence on Production Efficiency. Pork- Production Agricultural and Food. Malmesbury, Wiltshire, England. Hafez, E.S.E., B. Hafez. (2000). Transport and Survival of Gametes In Reproduction in Farm Animal. 7 th. Ed. E.S.E. Hafez, B. Hafez. Kiawah Island, South Carolina, USA. Hafez, E.S.E., M.R. Zainudeen, and Y.Rosnina (2000). Hormone, Growth Factors, and Reproduction In Reproduction in Farm Animal, 7 th Ed. E.S.E., Hafez, B. Hafez. Kiawah Island, South Carolina, USA. Imamura, T., C.E. Luedke, S.K. Vogt, and L.J. Muglia (2000). Oxytocin Modulates the Onset of Murine Parturition by Competing Ovarian and Uterine Effects. Am. J. Physiol Regul Integr Comp Physiol. 279; 1061-1067. Nalbandov, A.V. (1990). Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Universitas Indonesia. Partodihardjo, S. (1982). Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Jakarta. Putra, I D.K.H. (2001). Penerapan Teknik Inseminasi Buatan Dalam Upaya Meningkatkan Populasi Ternak Babi. J. Vet.2 (2), 65-72 Rampacek, G.B., R.V. Utley (1998). The Effect Oxytocin Administration Prior to Artificial Insemination on Farrowing Rate and Litter Size. Annual Report Animal & Dairy Science (pp 213-214). http:/www.ads.uga.edu./annrpt/19 66/98 213 htm. Sihombing, D T H. (1997). Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Steel, R.G.D., J.R., Torrie (1993). Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Toelihere, M.R. (1985). Fisiologi Reprodksi Pada Ternak. Angkasa Banndung. Toelihere, M.R. (1993) Inseminasi Buatan Pada Mamalia dan Unggas. 5