RANGKAIAN OSILATOR. Gambar 1.

dokumen-dokumen yang mirip
Percobaan 3 Rangkaian OPAMP

Elektronika. Pertemuan 8

Osilator dan Sumber Sinyal

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

Modul 4. Asisten : Catra Novendia Utama ( ) : M. Mufti Muflihun ( )

12-9 Pengaruh dari Kapasitor Pintas Emiter pada Tanggapan Frekuensi-Rendah

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Materi 2: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

PENGUJIAN TRAINER OSCILATOR WIEN BRIDGE (JEMBATAN WIEN) DENGAN MENGGUNAKAN OSCILOSKOP DAN FREKUENSI COUNTER

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN

PRAKTIKUM RANGKAIAN RLC DAN FENOMENA RESONANSI

PENGUAT-PENGUAT EMITER SEKUTU

RISA FARRID CHRISTIANTI, S.T.,M.T.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN SISTEM

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

BAB II LANDASAN TEORI

Review Hasil Percobaan 1-2

Osilator Wien Bridge Pembangkit Gelombang Sinus Dengan Frekuensi Ultrasonik

RANCANG BANGUN MODUL OSILATOR JEMBATAN WIEN DAN OSILATOR PENGGESER FASA

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate)

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

1. Pengertian Penguat RF

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

OP-AMP 2. by. Risa Farrid Christianti, M.T.

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Perancangan Sistim Elektronika Analog

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )?

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER)

Penguat Operasional OP-AMP ASRI-FILE

Nama Kelompok : Agung Bagus K. (01) Lili Erlistantini (13) Rahma Laila Q. (14) PENGUAT RF. Pengertian Penguat RF

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN ALAT. (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem

BABV INSTRUMEN PENGUAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP)

BAB II DASAR TEORI. Modulasi dapat didefinisikan sebagai proses pengubahan parameter dari

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Dimensi Kumparan Terhadap Efisiensi Energi Pada Sistem Pengiriman Daya Listrik Tampa Kabel

Penguat Inverting dan Non Inverting

BAB II LANDASAN TEORI

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III METODE PENELITIAN. blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Sistem Blok Diagram Penelitian

PENDAHULUAN. Modul Praktikum Rangkaian Linear Aktif. Lab. Elektronika Fakultas Teknik UNISKA

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

Pemancar dan Penerima FM

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS

EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR)

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB I FILTER I. 1. Judul Percobaan. Rangkaian Band Pass Filter. 2. Tujuan Percobaan

MODUL 5 RANGKAIAN AC

BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1. Model CFA [2]

BAB VF, Penguat Daya BAB VF PENGUAT DAYA

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

RANCANGAN ALAT UKUR WAKTU TUNDA RELE ARUS LEBIH

PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 1 / RANGKAIAN LISTRIK / 2015 PERATURAN PRAKTIKUM. 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

11. Pengukuran Besaran Listrik GENERATOR SINYAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB. Kinerja Pengujian

LAPORAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus.

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK

BAB III METODE PENELITIAN. pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEKTRONIKA ANALOG* (Ujian Utama) KODE MK / SKS : KK / 3

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan

Transkripsi:

RANGKAIAN OSILATOR 1. TEORI OSILASI SINUSOIDA Untuk membuat suatu osilator sinusoida, diperlukan suatu penguat umpan balik positif. Gagasannya adalah menggunakan sinyal umpan balik sebagai sinyal masuk. Bila bati simpal (AB) dan fasa sudah tepat, maka akan muncul sinyal keluar secara berulang-ulang meskipun tidak ada sinyal masuk dari luar. Sebagaimana dalam gambar berikut ini tegangan umpan balik (Vf) dikuatkan untuk menghasilkan tegangan keluaran (Vout) yang kemudian menghasilkan kembali tegangan umpan balik melalui rangkaian umpan balik (feedback circuit). Dengan demikian sebuah proses yang berputar berulangulang terjadi dan sinyal sinus keluaran terus-menerus dihasilkan. Fenomena ini yang disebut sebagai osilasi. Gambar 1.

2. PENGUAT TEGANGAN DAN FASA Pada gambar 2 dibawah ini ditunjukkan sebuah sinyal Vin yang menggerakkan terminal masuk dari sebuah penguat (A). Tegangan keluar yang telah diperkuat adalah : Vout = AVin Gambar 2. Tegangan Vout ini menggerakkan rangkaian umpan balik yang biasanya berupa rangkaian resonansi, sehingga umpan balik maksimumnya hanya pada satu frekuansi saja (fo). Tegangan umpan balik yang dikembalikan ke titik x diberikan oleh : Vf = ABVin Jika pergeseran fasa sepanjang penguat dan rangkaian umpan balik adalah 0 o, maka ABVin sefasa dengan sinyal Vin yang menggerakan sinyal masukan dari penguat (A). Jika titik x disambungkan dengan y dan sumber tegangan Vin dilepas, maka yang menggerakan terminal masuk dari penguat adalah tegangan umpan balik ABVin seperti pada gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Lalu apa yang terjadi dengan tegangan keluar pada gambar 3 tersebut? Ada tiga keadaan yang mungkin muncul, yaitu: Jika nilai AB kurang dari 1, maka nilai ABVin akan lebih kecil dari pada nilai Vin, hal ini akan berakibat bahwa sinyal keluarnya akan menghilang (teredam). Gambar 4. Jika nilai AB lebih besar dari 1, maka nilai ABVin lebih besar dari nilai Vin, hal ini menyebabkan sinyal keluar akan membesar (naik). Gambar 5. Jika nilai AB sama dengan 1, maka nilai ABVin akan sama dengan nilai Vin dan tegangan keluar berupa sinyal sinusoidal yang berosilasi.

Gambar 6. Pada suatu osilator, penguat tegangan (bati simpal) lebih besar dari 1 pada saat daya pertama kali dinyalakan, setelah tegangan keluar mencapai besaran yang diinginkan (steady state), harga AB secara otomatis akan turun menjadi 1 dan sinyal keluar akan memiliki amplitude yang stabil. Gambar 7. 3. TEGANGAN AWAL PADA OSILATOR Darimana datangnya tegangan awal pada sebuah rangkaian osilator? Saat pertama kali daya dinyalakan, tegangan awal yang muncul berasal dari tegangan derau yang dibangkirkan oleh tahanan-tahanan pada rangkaian osilator. Sehingga bisa dianggap bahwa setiap tahanan sebagai sumber tegangan ac kecil yang akan menggerakkan sinyal osilasi pertama kali. Tegangan derau ini diperkuat dan muncul pada terminal keluar, tegangan derau yang diperkuat ini lalu menggerakkan rangkaian umpan balik resonansi. Dengan membuat pergeseran fasa yang melingkar simpul balik sama dengan 0 o pada frekuensi resonansi, maka didapatkan osilasi hanya pada satu harga frekuensi.

Bila bati simpal lebih besar dari pada 1, osilasi membesar pada frekuensi ini sampai didapatkan nilai steady state dan AB turun menjadi 1, lalu sinyal keluar akan memiliki amplitude yang tetap. Gambar 8. 4. OSILATOR JEMBATAN WIEN Osilator jembatan wien adalah rangkaian osilator yg lazim untuk frekuensi rendah sampai menengah, yaitu dalam daerah 5 Hz sampai sekitar 1 MHz. Rangkaian ini hampir selalu dipakai pada pembangkit audio komersial dan biasanya lebih disukai untuk pemakaian frekuensi rendah lainnya. Gambar 9. Pada frekuensi amat rendah, kapasitor seri tampak terbuka bagi sinyal masuk sehingga tidak ada sinyal keluar. Pada frekuensi amat tinggi kapasitor pararel tampak terhubung singkat dan tidak ada keluaran. Dan diantara kedua

harga ini terdapat harga maksimum (1/3 B). Frekuensi saat rangkaian mencapai harga maksimum (1/3 B) disebut frekuensi resonansi. Sedangkan pergeseran fasa saat terjadi resonansi sama dengan 0 o. Gambar 10. Titik a-c adalah terminal keluar penguat tegangan (opamp) yang terhubung ke terminal masuk rangkaian umpan balik. Titik b-d adalah terminal keluar rangkaian umpan balik yg terhubung ke terminal masuk penguat tegangan (opamp). Sehingga komponen yg membentuk rangkaian resonansi adalah R1, R2, C1, dan C2. Sedangkan R3 dan R4 membentuk penguat tegangan pada opamp. Frekuensi resonansi (fo) Jika nilai R1 = R2 dan C1 = C2, maka frekuensi resonansi menjadi : Karena penguat umpan balik (B) nilainya adalah 1/3, maka agar nilai bati simpal (AB) sama dengan 1, nilai penguat tegangan (A) harus bernilai 3.

Rumus penguat tegangan (A) pada rangkaian gambar 10 adalah: A 1 R f R1 1 R R 3 4 Sehingga nilai perbandingan R3 dan R4 sama dengan 2: R R 3 4 2 Cara untuk mengurangi AB menjadi 1 Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa sinyal pertama yang menggerakkan osilasi adalah sinyal tegangan derau yang kecil, kemudian amplitude sinyal membesar (karena AB > 1) sampai mencapai nilai steady state. Saat amplitude sinyal sudah tetap itu berarti bahwa AB = 1. Untuk mengurangi nilai AB menjadi 1 pada rangkaian osilator jembatan wien, maka perlu ditambahkan 2 dioda seperti pada rangkaian dibawah ini: Gambar 11

Soal : 1. Hitung nilai frekuensi resonansi (fo) pada rangkaian osilator dibawah ini. Jawab : 2. Rancanglah rangkaian umpan balik RC (B) agar osilator memiliki frekuensi resonansi sebesar fo = 10 KHz 3. Rancanglah sebuah osilator wein yang memiliki frekuensi osilator sebesar fo = 100 KHz.

5. OSILATOR PERGESERAN FASA Osilator pergeseran fasa menyediakan pergeseran fasa pada penguat umpan balik (B) sebesar 180 o dan pada penguat tegangan (A) juga penyediakan pergeseran fasa 180 o. Pada bagian umpan balik, pergeseran fasa sebesar 180o diperoleh dari rangkaian RC dengan tiga tahap. Pada gambar 12 diperlihatkan rangkaian dasar dari osilator pergeseran fasa : Gambar 12 Seperti pada osilator lainnya, bahwa bati simpal dari osilator ini juga harus sama dengan 1, AB = 1 dengan demikian osilasi dapat terjadi. Untuk menghasilkan pergeseran fasa sebesar 180 o pada penguat umpan balik (B), maka nilai B = 1/ 29. Sehingga niali penguat tegangan (A) sama dengan 29. Frekuensi resonansi (fo) Berikut ini adalah rangkaian osilator pergeseran fasa menggunakan penguat opamp.

Gambar 13. Keluaran opamp terhubung dengan rangkaian RC 3 tahap yang menyediakan pergeseran fasa sebesar 180 o, dan keluaran penguat umpan balik terhubung dengan masukan inverting opamp yang menyediakan pergeseran fasa sebesar 180 o.