G. SEULAWAH AGAM, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

dokumen-dokumen yang mirip
1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

G. TALANG, SUMATERA BARAT

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

II. TINJAUAN PUSTAKA

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

Jenis Bahaya Geologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

Telepon: , , Faksimili: ,

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

Beda antara lava dan lahar

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

G. KERINCI, SUMATERA BARAT

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

G. ARJUNO-WELIRANG, JAWA TIMUR. Gunungapi Arjuno - Welirang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

ERUPSI G. KARANGETANG 2007 DAN PERKIRAAN KEDALAMAN SUMBER TEKANAN BERDASARKAN DATA ELECTRONIC DISTANCE MEASUREMENT (EDM)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI BENCANA GUNUNG API (STUDI KASUS GUNUNG API SALAK JAWA BARAT)

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN

TUGAS MITIGASI BENCANA LETUSAN GUNUNG API. Virgian Rahmanda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODA PENELITIAN

7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara

6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

DEBIT AIR LIMPASAN SEBAGAI RISIKO BENCANA PERUBAHAN LUAS SUNGAI TUGURARA DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA

Oleh : Imron Bashori*, Prakosa Rachwibowo*, Dian Agus Widiarso (corresponding

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI SITUASI BENCANAGUNUNG API SEULAWAH AGAM DI WILAYAH KECAMATAN SAREE KABUPATENACEH BESAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

7.3. G. GAMALAMA, P. Ternate, Maluku Utara

G. Raung (Wikipedia,Sep 2005) : Tegal Alun-Alun dan Tegal Brungbung

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

Transkripsi:

G. SEULAWAH AGAM, NANGGROE ACEH DARUSSALAM KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah : Seulawah Agam, Seulawain Agam, Solawa Agam, Solawaik Agam, Selawadjanten, Goldberg : Kawah Heutsz, Tanah Simpago Lokasi a. Geografi Puncak b. Administrasi : : 5 o 25,5' Lintang Utara dan 95 o 36' Bujur Timur Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Ketinggian Kota Terdekat Tipe Gunungapi Lokasi Pos PGA : 1726 m dpl : Banda Aceh, Sigli : Strato : Desa Lambaro Tunong, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Secara geografis berada pada 5 o 22'12,3" LU dan 95 o 37'46,5" BT. Tinggi 137 m dpl.

PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Gunungapi ini tinggi puncaknya1726 m dml, titik kegiatan berada di lereng bagian utara, yaitu Kawah Heutsz dan di lereng selatan yang disebut Kawah Simpago, posisi kawah Heutsz berada pada 05º 28 21.8 LU, 095º 39 50.8 BT pada ketinggian 753 m dml dan kawah Simpago pada 05º 26 18.6 LU, 095º 39 01.1 BT pada ketinggian 1193 m. G. Seulawah Agam dapat dicapai dari Banda Aceh dengan tujuan kota Kecamatan Seulimeum. dari kota ini jika mau mendaki puncak G. Seulawah Agam dapat melalui kampung Pulo dengan waktu tempuh sekitar 10 jam. Jika tujuannya ke kawah Heutz maka dari Seulimeum harus menuju ke Desa Lam Kabeu, dari desa ini perjalanan ke Kawah Heutz memakan waktu 5 jam. Umumnya jalan menuju ke puncak sangat sulit, sebagian besar harus merintis jalan. SEJARAH LETUSAN Selama abad ke 19 dan 20, G. Seulawah Agam tidak menunjukkan kegiatan letusan yang berarti, beberapa kegiatan vulkanik yang tercatat adalah sebagai berikut : 1600 Pada tahun ini mungkin terjadi letusan parasit (Sapper, 1927) 1839 Tanggal 12 dan 13 Januari terjadi letusan freatik di Kawah Heutsz (Volz,1912) 1975 Tanggal 16 dan 21 Agustus terdengar suara gemuruh dan asap keluar dari G. Seulawah Agam. Sampai saat ini tidak terlihat adanya peningkatan aktivitas atau letusan di G. Seulawah Agam.

GEOLOGI Morfologi Satuan Geomorfologi Komplek G. Seulawah Agam dan sekitarnya, berdasarkan genesa, proses serta bentuk topografinya dapat dikelompokkan kedalam 4 kelompok yaitu Satuan Morfologi Perbukitan Sedimen Satuan Morfologi Perbukitan Tua Satuan Morfologi Kerucut G. Seulawah Agam Satuan Morfologi Pedataran Stratigrafi Secara umum, satuan stratigrafi di komplek Seulawah Agam dikelompokan ke dalam 4 kelompok yaitu : a. Kelompok Pra Seulawah Agam Kelompok batuan pra Seulawah Agam tersusun atas batuan vulkanik dan sedimen. Batuan vulkanik merupakan produk dari vulkanik tua pra Seulawah Agam atau dikenal sebagai vulkanik Lam Teuba, batuannya terdiri dari lava berkomposisi andesitik basaltik, aliran pirolastik dan jatuhan piroklastik. Batuan Sedimen dalam kelompok ini terdiri dari batulempung, batupasir gampingan, koglomerat dan batu gamping yang secara regional merupakan bagian dari Formasi Seulimeum. b. Kelompok Seulawah Agam Produk Seulawah Agam terdiri dari beberapa aliran lava dan aliran piroklastika yang dihasilkan dari 3 kawah yang berbeda. Secara umum lava - lava yang dihasilkan berjenis andesit berwarna abu-abu hingga abu-abu terang dan bertekstur porfiritik. Aliran piroklastika atau awan panas endapannya tersusun atas blok-blok lava yang tertanam dalam masadasar abu vulkanik berwarna abu-bau hingga kemerahan.

c. Kelompok Erupsi Samping Heutz. Produk satuan ini berupa endapan freatik yang dihasilkan dari Kawah d. Kelompok Endapan Sekunder Satuan dalam kelompok ini merupakan hasil pengendapan ulang dari batuan batuan yang telah ada sebelumnya. Peta Geologi Gunungapi Seulawah Agam, Nanggroe Aceh Darussalam

GEOFISIKA Seismik Sampai saat ini masih belum banyak tulisan mengenai aktivitas kegempaan G. Seulawah Agam, Suantika (1996) dalam Laporan Visual dan Pemeriksaan Kawah Serta Pengamaatan Kegempaan G. Seulawah Agam mengungkapkan bahwa, kegempaan gunung ini lebih didominasi oleh gempagempa tektonik, Jumlah gempa harian hasil rekaman seismograf sejak Januari 2008 hingga Agustus 2009 disajikan dalam grafik di bawah ini. Jumlah Harian Gempa Vulkanik Dalam (VA) Jumlah Harian Gempa Vulkanik Dangkal (VB) 5 4 3 2 1 0 11-Jun-08 8 6 4 2 0 1-Jul-08 11-Jun-08 1-Jul-08 21-Jul-08 10-Aug-08 30-Aug-08 19-Sep-08 9-Oct-08 29-Oct-08 18-Nov-08 8-Dec-08 28-Dec-08 17-Jan-09 6-Feb-09 26-Feb-09 21-Jul-08 10-Aug-08 30-Aug-08 19-Sep-08 9-Oct-08 29-Oct-08 18-Nov-08 8-Dec-08 28-Dec-08 17-Jan-09 6-Feb-09 26-Feb-09 18-Mar-09 7-Apr-09 27-Apr-09 17-May-09 6-Jun-09 26-Jun-09 16-Jul-09 5-Aug-09 25-Aug-09 18-Mar-09 7-Apr-09 27-Apr-09 17-May-09 6-Jun-09 26-Jun-09 16-Jul-09 5-Aug-09 25-Aug-09

Jumlah Harian Gempa Tektonik 8 6 4 2 0 MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI 11-Jun-08 1-Jul-08 21-Jul-08 10-Aug-08 30-Aug-08 19-Sep-08 9-Oct-08 29-Oct-08 18-Nov-08 8-Dec-08 28-Dec-08 17-Jan-09 6-Feb-09 26-Feb-09 18-Mar-09 7-Apr-09 27-Apr-09 17-May-09 6-Jun-09 26-Jun-09 16-Jul-09 5-Aug-09 25-Aug-09 Sejak Pebruari 1996 G. Seulawah Agam sudah diamati secara menerus baik secara visual maupun kegempaan dari pos PGA Seulawah Agam di Desa Lambaro Tunong, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar. Pos ini terletak di lereng selatan G. Seulawah Agam di pinggir jalan raya lintas Aceh Medan (KM 49 dari Aceh). Visual Pengamatan visual yang dilakukan bulan Juli 2007 di 4 lokasi Kawah Heutsz, yaitu: Titik 1. Pada bagian bawah bawah kawah Heutsz, terdapat lubang tembusan solfatara, asap putih tipis, tinggi asap 0,5-1m, bau belerang lemah, suara desisan lemah, pengukuran suhu menggunakan termometer maksimum didapat 92ºC, Titik 2. Pada bagian bawah kawah Heutsz. Bualan air panas, ukuran 1 x 1 m, airnya jernih, suhu 92ºC, Titik. 3. Pada bagian tengan kawah Heutsz. Kolam lumpur, berukuran 4 x 5 m, warna lumpur kelabu, suhu 80ºC. Titik 4. Pada bagian atas kawah Heutsz. Lumbang-lubang tembusan solfatara, asap putih tipis, tinggi asap 0,5 1m, desis tidak terdengar, bau belerang tercium lemah, suhu 80ºC

Seismik Aktivitas kegempaan gunung ini dipantau dengan menggunakan seismograf PS-2 Kinemetrics dengan sistim pancar. Stasiun pemantau ditempatkan di lereng selatan G. Seulawah Agam, sekitar 5 km dari puncak dalam jarak horizontal, secara geografis terletak pada. 5 o 24 28,5 Lintang Utara dan 95 o 38 50,6 Bujur Timur pada ketinggian 510 m dpl. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Dalam penyusunan peta kawasan rawan bencana G. Seulawah Agam, sebagai pusat erupsi adalah didasarkan pada dua lokasi aktifitas dan posisi kawahnya yang letaknya saling terpisah dan tidak di puncaknya. Jenis bahaya yang berpotensi mengancam jiwa dan harta benda bila gunungapi ini meletus adalah terdiri atas aliran lava, lontaran batu (pijar), hujan abu (lebat), kemungkinan awan panas dan lahar. Bedasarkan potensi bahaya yang mungkin terjadi, kawasan rawan bencana G. Seulawah Agam dapat dibagi menjadi tiga tingkat kerawanan dari rendah ke tinggi yaitu: Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II, dan Kawasan Rawan Bencana I. KAWASAN RAWAN BENCANA III (KRB-III) Kawasan rawan bencana III adalah kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (pijar), dan gas beracun. Pada Kawasan Rawan bencana III tidak diperkenankan untuk hunian tetap dan dikembangkan secara komersial. Kawasan rawan bencana III dibagi dua bagian yaitu: a. Kawasan yang sering bahaya aliran massa, terdiri berupa: aliran lava, kemungkinan awan panas dan gas racun, dan b. Kawasan yang sering terlanda bahaya lontaran, berupa: lontaran batu (pijar) termasuk hasil letusan freatik, dan hujan abu (lebat). Batas kawasan rawan bencana III G. Seulawah Agam ditarik berdasarkan dua titik kegiatan yang ada saat ini yaitu kawah Simpago dan kawah Heutz.

Lokasi kedua kawah tersebut di atas didasarkan pada koordinat masing-masing hasil pengukuran dengan menggunakan Global Positioning System (Garmin GPS-Map). Kurangnya data kegunungapian, terutama sejarah letusan gunungapi pada masa lalu, menjadi kendala dalam penarikan batas kawasannya. Berdasarkan parameter tersebut, batas kawasan rawan bencana III terhadap bahaya lontaran diperoleh radius 3 km, sedangkan rawan bencana III terhadap aliran massa mengikuti lembah sungai dan daerah rendah di sekitarnya. Kawasan rawan bencana III dalam Peta Kawasan Rawan Bencana digambarkan dalam warna merah tua tegas (solid) untuk bahaya aliran massa, dan lingkaran dengan garis putus-putus dengan warna yang sama untuk bahaya lontaran. Desa/dusun dalam Kawasan rawan bencana III yang sangat berpotensi terlanda bahaya aliran massa berupa awan panas, atau aliran lava dari Kawah Heutz adalah daerah sekitar sumber erupsi dan lereng baratlaut mengikuti lembah hingga Dusun Pulo. Desa/dusun dalam Kawasan rawan bencana III yang berada dalam radius 3 km dari Kawah Heutz yang sangat berpotensi dilanda bahaya lontaran merupakan lahan kosong tidak berpenduduk terdiri atas hutan dan kebun penduduk. Kawasan Rawan Bencana III yang berada dalam radius 3 km dari kawah Simpago. Kawasan rawan bencana III dalam Peta Kawasan Rawan Bencana digambarkan dalam warna merah tua tegas (solid) untuk bahaya aliran massa, dan lingkaran dengan garis putus-putus dengan warna yang sama untuk bahaya lontaran. Kawasan rawan bencana III yang sering terlanda bahaya aliran massa berupa awan panas, atau aliran lava adalah daerah sekitar sumber erupsi dan lereng baratlaut mengikuti lembah hingga Dusun Pulo. Kawasan rawan bencana III yang berada di dalam radius 3 km dari pusat letusan yang sering dilanda bahaya lontaran merupakan lahan kosong tidak berpenduduk terdiri atas hutan dan kebun penduduk. Kawasan Rawan Bencana IIII adalah daerah yang sering terlanda bahaya langsung, seperti awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar), dan

kemungkinan gas beracun. Pemukiman di Kawasan Rawan Bencana III. Pemukiman dan usaha komersial KAWASAN RAWAN BENCANA II (KRB-II) Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lava, lontaran batu (pijar) termasuk hasil letusan freatik, hujan abu lebat, kemungkinan gas racun, awan panas/aliran piroklastik dan longsoran puing vulkanik (volcanic debris avalanche). Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa: berupa aliran lava, kemungkinan gas beracun, awan panas, longsoran puing vulkanik dan lahar. b. Kawasan rawan bencana terhadap lontaran: jatuhan piroklastik berupa lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat. Penarikan batas Kawasan Rawan Bencana II didasarkan pada geologi, morfologi gunungapi terutama di daerah sekitar puncak dan lereng serta sejarah kegiatan gunungapi tersebut baik terhadap aliran lava, lontaran dan hujan abu, awan panas serta lahar. Kawasan Rawan Bencana II terhadap aliran massa Aliran lava Data geologi dan sejarah kegiatan G. Seulawah Agam menunjukkan bahwa produk letusan G. Seulawah Agam pada masa lampau banyak menghasilkan lava, jatuhan piroklastik dan aliran piroklastik (awan panas). Posisi kawah saat ini yang saling berjauhan dan letaknya agak di lereng (kawah Heutz) memungkinkan sebaran produk letusan yang akan datang terutama yang berupa aliran lava mengarah ke salah satu sektor saja yaitu ke baratlaut. Bila terjadi aliran lava dari kawah Heutz diperkirakan mencapai dekat desa/dusun Pulo di lereng baratlaut pada jarak 4 km dari pusat kegiatan. Sementara bila aliran lava berasal dari kawah Simpago diperkirakan akan melalui salah satu lembah di lereng baratdaya yang diperkirakan mencapai jarak

2-3 km dari pusat kegiatan karena lembahnya relative kasar dan pada bagian kaki berbukit-bukit. Pada jarak tersebut di lereng baratdaya tidak terdapat pemukiman karena yang terdekat berjarak ± 6 km dari kawah Simpago. Selain adanya hambatan topografi, aliran lava Seulawah Agam yang berkomposisi andesit adalah relatif kental (viscous) sehingga distribusinya tidak sejauh aliran lava berkomposisi basa yang relative lebih encer. Awan panas Berdasarkan sejarah kegiatannya tidak pernah terjadi awan panas, namun mengingat gunungapi tersebut telah lama tidak pernah meletus, untuk mengantispasi hal terburuk awan panas diasumsikan akan terjadi. Dibandingkan aliran lava, aliran piroklastik atau awan panas dapat bergerak jauh lebih cepat dan sebarannya juga lebih luas dan jangkauannya lebih jauh. Kegiatan Seulawah Agam pada pra sejarah menghasilkan awan panas (aliran piroklastik) dengan sebaran cukup luas dan tebal (50-70m). Pada beberapa gunungapi lain terutama yang berkomposisi asam, jangkauan sebaran awan panas mencapai puluhan kilometer dari pusat letusan. Letusan yang terjadi dalam waktu sejarah menunjukkan bahwa selain letusan freatik tidak pernah terjadi letusan yang menghasilkan awan panas. Namun demikian, komposisi magma Seulawah Agam yang andesitis memungkinkan terjadinya awan panas. Berdasarkan morfologi daerah kawah Simpago dan sekitarnya pada saat ini bila awan panas terjadi pada kegiatan yang akan datang diperkirakan akan masuk ke dalam lembah hulu Air Bieung yang mengalir ke baratdaya hingga arak ± 6 km dari pusat erupsi, namun pada jarak tersebut terdiri atas hutan dan kebun penduduk. Ke arah selatan awan panas diperkirakan akan melalui lembah Air Uteun Pineung, sebarannya sampai di sebelah utara Desa Teladan. Selain desa tersebut, kawasan terdekat di sekitarnya berupa hutan dan perbukitan. Awan panas juga melalui lembah A. Bubur dan Krueng Biangbia hingga 6-7 km dari kawah Simpago.

Bila letusan di kawah Heutz, yang berpotensi dilanda awan panas adalah daerah tangkapan di daerah hulu Kr. Keumeureuek, Kr. Aleeu, Kr. Taleu, dan Air Glang, empat sungai tersebut mengalir ke baratlaut hingga jarak terjauh 6-7 km dari pusat erupsi. Desa yang berpotensi dilanda awan panas adalah Pulo, kemungkinan Lam Teuba Droi, sedangkan ke utara lahar melalui Kr. Leungah dan desa/dusun yang berpotensi dilanda awan panas kemungkinan adalah Leungah. Lahar Bahan atau material utama pembentuk lahar adalah awan panas yang terendapkan di hulu sungai yang berasal dari daerah puncak/lereng atas G. Seulawah Agam, tanpa endapan awan panas kemungkinan kecil lahar akan terjadi. Bila letusan yang akan datang terjadi awan panas, maka daerah yang berpotensi dilanda lahar adalah daerah hilir termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana I. Kawasan Rawan Bencana II terhadap bahaya lontaran dan hujan abu lebat Bahaya lontaran adalah semua jenis bahan letusan yang dilontarkan ke udara saat terjadi letusan dan jatuh ke daerah sekelilingnya berupa bom vulkanik (kerak roti) berasal dari magma dan fragmen non magmatik (lithik). Material lontaran ini tidak terpengaruh oleh arah tiupan angin karena berukuran besarbesar, kecuali material yang berukuran pasir hingga abu sesuai dengan arah angin saat terjadi letusan. Letusan terakhir pada 1975, tidak menghasilkan lontaran batu maupun hujan abu. Dari penyelidikan lapangan ditemukan bahwa lontaran batu ukuran kerikil dari hasil letusan terdahulu diketahui bahwa pada jarak ± 5 km ditemukan fragmen lontaran batu dengan diameter 5-7cm. Sebaran lontaran batu dan hujan abu lebat biasanya sangat tebal di dekat sumber erupsi dan makin jauh makin tipis dan ukuran butir makin halus. Mengacu pada endapan hasil erupsi terdahulu, batas sebaran hujan abu lebat di Kawasan Rawan Bencana II dapat mencapai radius 5 km dari kawah Heutz. Pada jarak tersebut Desa/Dusun yang berpotensi terlanda hujan abu adalah

Pulo, Lam Teuba Droi, Kruen Lingke di lereng baratlaut, dan Suka Makmur di lereng timur. Bila letusan terjadi di kawah Simpago, dalam radius 5 km dari pusat letusan tidak terdapat pemukiman, kecuali terjadi letusan besar diperkirakan dapat mencapai Suka Makmur di lereng timur G. Seulawah Agam. Namun demikian, karena hujan abu terpengaruh oleh arah angin sementara dalam penentuan batas kawasan rawan bencana terhadap hujan abu bersifat jangka panjang yang tidak diketahui kapan tepatnya letusan terjadi, maka penarikan batas sebarannya berbentuk lingkaran. KAWASAN RAWAN BENCANA I (KRB-I). Kawasan Rawan Bencana I dibedakan menjadi dua bagian yaitu kawasan yang berpotensi terlanda oleh: a. aliran massa berupa lahar, dan b. lontaran, berupa: hujan abu dan kemungkinan terkena lontaran batu (pijar). Lahar Berhubung Seulawah Agam mempunyai dua sumber erupsi/kawah maka sungai-sungai yang berpotensi dilalui lahar juga berasal dari daerah sekitar kawah masing-masing. Kawah Simpago Sungai-sungai yang berasal dari daerah kawah Simpago yang berpotensi dilalui lahar adalah Air Glang, Air Bieung, Kr Aleeo, Air Ateun Pineung, Air Bubur. Sungai-sungai yang berasal dari daerah kawah Heutz yang berpotensi dilalui lahar adalah Kr Keumeureu & Kr Tengku Lamcut, Kr Taleu di hulu di hilir disebut Kr Lampanah yang melewati Desa Lampanah dan Keupula di lereng utara. Berdasarakan morfologi daeah sekitar pemukiman tersebut, sebagian berpotensi dilanda lahar bila terjadi lahar yang cukup besar.

Kawasan Rawan Bencana I yang berpotensi terlanda hujan abu Pengamatan di lapangan terhadap sebaran abu dan lontaran batu ukuran kerikil dari letusan terdahulu mencapai jarak 7-8 km dari pusat erupsi. Dari beberapa letusan yang pernah terjadi, korban akibat langsung dari hujan abu relatif jarang kecuali akibat tidak langsung seperti atap roboh akibat timbunan abu yang tebal karena sudut lereng atap rumah kurang terjal serta atap yang terbuat dari bahan mudah terbakar. Pusat kegiatan: Kawah Heutz Desa/ kampung di Kawasan Rawan Bencana I di lereng G. Seulawah Agam yang berpotensi dilanda hujan abu dan kemungkinan terkena lontaran batu pada jarak 8 km adalah Pulo, Lapante, Lambada, Lamtuba Droi, Kruenglingka di lereng baratlaut. Desa Saree Aceh, Suka Mulya, Suka Damai, Suka Makmur di lereng timur Pusat kegiatan: Kawah Simpago Desa atau kampung yang berpotensi dilanda hujan abu dan kemungkinan terkena lontaran batu pada jarak 8 km adalah Desa Teladan, Kampung Madat, Lembarotunong, Alurrindang, Iboihtunong, Iboih, Ayun, dan Bayu di lereng baratdaya.

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Seulawah Agam

DAFTAR PUSTAKA Akbar, N., 1978. Penyelidikan Geologi Teliti Daerah Panasbumi Seulawah Agam, Kab. Aceh Besar, Daerah Istimewa Aceh. Direktorat Geologi Bandung. Djoharman L. 1975. Laporan Lapangan Pemeriksaan G. Seulawah Agam di Aceh dan Daerah Bahaya Sementara no. 44 September 1975. Kusumadinata. K.1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi Irawan W. dkk 1996. Laporan Pemetaan Geologi G. Seulawah Agam, Kab. Aceh Besar, Daerah Istimewa Aceh. Direktorat Vulkanologi G. Seulawah Agam. 1992. Direktorat Vulkanologi Patria, C. Dkk. 2007. Laporan Pemantauan dan Instalasi Peralatan G. Seulawah Agam, Propinsi NAD. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Akbar N., 1978, Penyelidikan Geologi Teliti Daerah Panasbumi Seulawah Agam, Kab. Aceh Besar, Daerah Istimewa Aceh. Direktorat Geologi Bandung. Djoharman L., 1975, Laporan Lapangan Pemeriksaan G. Seulawah Agam di Aceh dan Daerah Bahaya Sementara no. 44 September 1975. Kasturian P dan Wirasaoutra A.D, 1982, Pemeriksaan Puncak dan Pemetaan Daerah Bahaya G. Seulawah Agam, Direktorat Vulkanologi Kusumadinata. K.,1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi Igan Supriatman, 1992, G. Suelawah Agam, Direktorat Vulkanologi. Irawan W. dkk., 1996, Laporan Pemetaan Geologi G. Seulawah Agam, Kab Aceh Besar, Daerah Istimewa Aceh. Direktorat Vulkanologi